Anda di halaman 1dari 53

N MATERI PENJELASAN / ISIAN REFERENSI

O
1 Maksud para Fiqh secara menurut bahasa berarti paham Djazuli. 2013.
fiqh terhadap tujuan seseorang pembicara. Ilmu Fiqh. Jakarta:
Menurut istilah : fiqh ialah mengetahui Prenamedia Group
hukum-hukum syara yang amaliah
( mengenai perbuatan, perilaku) dengan
melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqh
adalah ilmu yang dihasilkan oleh pikiran
dan ijtihad ( penelitian ) dan memerlukan
wawancara serta perenungan. Oleh sbab itu
Allah tidak bisa disebut ‫ ( فقه‬ahli dalam
fiqh ), karena bagi-Nya tidak ada sesuatu
yang yang tidak jelas.
2 Tujuan para fiqh Tujuan dari fiqh adalah menerapkan hukum- Drs. H. Syafii
hukum syari’at terhadap perbuatan dan Karim, 2001, fiqh-
ucapan manusi. Karen itu, ilmu fiqh adalah Ushul Fiqh,
tempat kembalinya seorang hakim dalam Bandung: CV
keputusannya. Tempat kembalinya seorang Pustaka Setia
mufti dalam keputusannya. Tempat
kembalinya seorang mufti dalam fatwanya
dan tempat kembali seorang mukallaf untuk
dapat mengetahui hukum-hukum syara’
yang berkenaan dengan ucapan dan
perbuatan yang muncul dari dirinya
Yang menjadi dasar dan pendorong bagi
umat islam untuk mempelajari fiqhialah :
1. Untuk mencari kebiasaan faham dan
pengertian dari agama islam
2. Untuk mempelajari hukum-hukum
islam yang berhubungan dengan
kehidupan manusia
3. Kaum muslimin harus bertaffaquh
baik dalam bidang aqaid dan akhlaq
maupun dalam bidang muamalat.
3 Ruang lingkup Ruang lingkup fiqh yaitu sebagai berikut: Anwar,
fiqh 1. Sumber hukum islam atau dalil-dalil syahrul.2010. ilmu
yang digunakan dalam fiqh dan ushul
menggalihukum syara,baik yang fiqh. Bogor :
disepakati ataupun yang yang Ghalia Indonesia
dipersilisihkan.
2. Mencari jalan keluar dari dalil-dalil
yang secara lahiriyah dianggap
bertentangan
3. Pembahasan ijtihad,syarat-syaratdan
sifat-sifat orang yang
melakukannya(mujtahid),baik yang
menyangkut syarat-syarat umum
maupun syarat-syarat khusus
keilmuan yang harus dimiliki oleh
mujtahid.
4. Pembahasan tentang hukum syara’,
yang meliputi syarat-syarat dan
macam-macamnya.
5. Pembahasan tentang kaidah-kaidah
yang digunakan dengan cara
menggunakannya dalam
mengistinbathkan hukum dari dalil-
dalil,maupun melalui pemahaman
terhadap tujuan yang akan dicapai
oleh suatu nash( ayat atau hadist).
4 Perbedaan fiqh Perbedaan yang nyata dari fiqh dan ushul Anwar,
dan ushul fiqh fiqh yaitu, ilmu fiqh berbicara tentang syahrul.2010. ilmu
hukum dari sesuatu perbuatan, maka ilmu fiqh dan ushul
ushul fiqh bicara tentang metode dan proses fiqh. Bogor :
bagaimana menemukan hukum itu sendiri, Ghalia Indonesia
atau,dilihat dari sudut aplikasinya, fiqh akan
menjawab pertanyaan “ apa hukum dari
suatu perbuatan?” dan ushul fiqh akan
menjawab pertanyaan “ bagaimana cara atau
proses menemukan hukum yang digunakan
sebagai jawaban permasalahan yang
dipertanyakan tersebut”. Oleh karena itu,
fiqh lebih bercorak produk sedangkan ushul
fiqh lebih bermakan metadologis. Dan oleh
sebab itu, fiqh terlihat sebagai koleksi
produk hukum, sedangkan ushul fiqh
merupakan koleksi metodis yang sangat
diperlukan untuk memproduk hukum.
5 Perbedaan Perbedaan syariah dan fiqh adalah sebagai Anwar,
syariah dan fiqh berikut: syahrul.2010. ilmu
1. Syariah bersifat umum dan fiqh dan ushul
mencakup semua hukum baik fiqh. Bogor :
i’tiqodiah ( keyakinan), akhlak dan Ghalia Indonesia
perbuatan. Sedangkan fiqh
merupakan satu bagian dari syariah
dan hanya membahas tentang
hukum-hukum furu’iyah praktis
seperti shalat, hudud ( pidana islam),
jual beli,qadha’, dan semua
perbuatan seorang hamba
2. Syariah adalah kumpulan beberapa
hukum dan kaidah yang dibawa al-
quran dan juga sunnah Rasulullah
SAW. Sedangkan fiqh adalah
pemahaman dan istinbath yang
besumber dari Al-qur’an dan Sunnah
dan merupakan sisi praktis
(amaliyah) dari syariah
Perbedaan pokok antara syariah dan
fiqh dapat juga diartikan sebagai
berikut :
Syariah Fiqh
1. Berasal dari 1. Karya manusia
wahyu Ilahi yang dapat
(Al-qur’an) berubah dari
dan sunnah masa ke masa
Rasul (hadis)
2. Bersifat 2. Bersifat
fundamental instrumental
3. Hukumnya 3. Hukumnya
bersifat Qhat’i zhanni ( dapat
( tetap tidak berubah )
berubah )
4. Hukum 4. Banyak
syariah hanya berbagai
satu macam
( universal) ( insidental )
5. Menunjukkan 5 Menunjukkan
kesatuan keragaman
6 Langsung dari 6. Berasal dari
Allah yang ijtihad dari
kini terdapat para ahli
dalam al- hukum sebagai
qur’an dan hasil
jika kurang pemahaman
dapat manusia yang
dipahami, dirumuskan
penjelasannya oleh mujtahid
terdapat dalam
hadis
7. Disebut juga 7 Disebut juga
islamic law islamic
jurisprudence
6 Perbedaan Perbedaan qonun dengan fiqh yaitu kalau Anwar,
qonun dan fiqh qonun artinya undang-undang yang dibuat syahrul.2010. ilmu
oleh manusia, sedangkan fiqh adalah ilmu fiqh dan ushul
untuk membut undang-undang atau hukum fiqh. Bogor :
yang digali dan dirumuskan dari dalil-dalil Ghalia Indonesia
al-qur’an.
7 Thaharah Thaharah berarti bersih ( nadhfah), suci Nasution,
( nazahah) terbebas (khulus) dari kotoran lahmuddin. 2010.
( danas) seperti disebut dalam Al-qur’an Fiqh 1.

‫اب قَ ۡو ِم ِٓهۦ ِإٓاَّل َأن قَالُ ٓو ْا َأ ۡخ ِرجُوهُم‬


َ ‫َو َما َكانَ َج َو‬
٨٢ َ‫َاس يَتَطَهَّرُون‬ ٞ ‫ِّمن قَ ۡريَتِ ُكمۡ ۖ ِإنَّهُمۡ ُأن‬
82. Jawab kaumnya tidak lain hanya
mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan
pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini;
sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang berpura-pura mensucikan diri"
ْ ُ‫ٱعت َِزل‬ ۡ َ‫يض قُ ۡل هُ َو َأ ٗذى ف‬ ۡ َ َ‫سلُون‬
‫وا‬ ِ ۖ ‫ك ع َِن ٱل َم ِح‬ ‍ۡ َ‫َوي‬
‫يض َواَل ت َۡق َربُ‚‚‚‚‚وهُ َّن َحتَّ ٰى‬ ۡ
ِ ‫ٱلنِّ َس‚‚‚‚‚ٓا َء فِي ٱل َم ِح‬
‫ث َأ َم َر ُك ُم‬ُ ‫يَ ۡطه ُۡر ۖنَ فَِإ َذا تَطَه َّۡرنَ فَ ۡأتُوهُ َّن ِم ۡن َح ۡي‬
َ‫ٱهَّلل ۚ ُ ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ٱلتَّ ٰ َّوبِينَ َوي ُِحبُّ ۡٱل ُمتَطَه ِِّرين‬
٢٢٢
222. Mereka bertanya kepadamu tentang
haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri

Menurut syara’ thaharah ialah mengangkat (


menghilangkan) penghalang yang timbul
dari hadast atau najis. Dengan demikian
thaharah syar’i dibagi menjadi 2 macam
yaitu thaharah dari hadas dan thaharah dari
najis
A. Thaharah dari Hadats
Thaharah dari hadas ada tiga macam
yaitu whudu’, mandi dan tayamum. Alat
yang digunakan untuk bersuci adalah air
untuk wudhu dan mandi, tanah/debu yang
suci untuk tayamum.
1. Wudhu’
Menurut lughat, wudhu’ adalah
perbuatan, menggunakan air pada anggota
tubuh tertentu,sedangkan wadhu’ adalah air
yang digunakan untuk berwudhu’. Kata ini
berasal dari wadha’ah yang berarti baik, dan
bersih. Dalam istilah syara’ ialah perbuatan
tertentu yang dimulai dari niat
Dalil-dalil wajibnya wudhu’ adalah :

a. Ayat Al-Qur’an

‫ٱلص‚‚‚‚لَ ٰو ِة‬ َّ ‫‚‚‚‚و ْا ِإ َذا قُمۡ تُمۡ ِإلَى‬ ٓ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ۡ
ِ ِ‫وا ُوجُ‚‚‚وهَ ُكمۡ َوَأ ۡي‚‚‚ ِديَ ُكمۡ ِإلَى ٱل َم َراف‬
‫‚‚‚ق‬ ْ ُ‫ٱغ ِس‚‚‚ل‬ۡ َ‫ف‬
‫وس‚‚‚ ُكمۡ َوَأ ۡر ُجلَ ُكمۡ ِإلَى ۡٱل َك ۡعبَ ۡي ۚ ِن‬ ِ ‫ُوا بِ ُر ُء‬ ْ ‫َوٱمۡ َس‚‚‚ح‬
‫ض ٰ ٓى َأ ۡو‬ َ ‫ُوا َوِإن ُكنتُم َّم ۡر‬ ْ ۚ ‫َوِإن ُكنتُمۡ ُجنُبٗ ا فَٱطَّهَّر‬
‫د ِّمن ُكم ِّمنَ ۡٱلغَٓاِئ ِط َأ ۡو‬ٞ َ‫َعلَ ٰى َس‚‚فَ ٍر َأ ۡو جَ ٓا َء َأح‬
‫ص ‚ ِع ٗيدا‬ َ ‫‚وا‬ ْ ‚‫وا َمٓاءٗ فَتَيَ َّم ُم‬ ْ ‫ٰلَ َم ۡستُ ُم ٱلنِّ َسٓا َء فَلَمۡ ت َِج ُد‬
‫ُوا بِ ُوجُو ِه ُكمۡ َوَأ ۡي ِدي ُكم ِّم ۡن ۚهُ َما ي ُِري ُد‬ ْ ‫طيِّبٗ ا فَٱمۡ َسح‬ َ
‫حَر ٖج َو ٰلَ ِكن ي ُِري‚‚‚‚ ُد‬ َ ‫ٱهَّلل ُ لِيَ ۡجعَ َل َعلَ ۡي ُكم ِّم ۡن‬
َ‫لِيُطَه َِّر ُكمۡ َولِيُتِ َّم نِ ۡع َمتَ ۥهُ َعلَ ۡي ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش‚‚‚ ُكرُون‬

6. Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur
b. Hadis Rasulullah SAW

‫ث َحتَّى‬ َ ‫الَ يَ ْقبَ ُل ا هلل‬


َ ‫صالَةَ اَ َح ِد ُك ْم اِ َذا اَحْ َد‬
َّ ‫يَتََؤ ضا‬
“ Allah tidak menerima shalat seseorang
kamu bila ia berhadas, sampai ia
berwudhu’’

c. Ijma’ ulama, dalam hal ini tidak ada


sama sekali pendapat yang mengatakan
bahwa wudhu’ itu tidak wajib.
Untuk sahnya wudhu’ialah harus terpenuhi
beberapa syarat dan fardhu, akan tetapi,
untuk kesempurnaannya ada beberapa hal
yang sunnah dilakukan pada wakyu
berwudhu’
a) Syarat dan fardhu wudhu’
syarat sahnya wudhu’ ialah :
1) Islam,baligh, berakl
2) Tamyiz
3) Sempit waktu
4) Kuasa menggunakan air
5) Berhadast
6) Tidak menghalangi, baik
hissy maupun syar’i

b) Fardhu ( rukun ) wudhu’ ada 6


yaitu:
1) Niat, hendaklah ia berniat dan
menyengaja menghilangkan hadas
Niat berfungsi membedakan yang antara :
 Perbuatan ibadah dengan yang
bukan ibadah
 Tingkatan-tingkatan ibadah,
yakni antara yang fardhu dan
yang sunnah
Kewajiban niat ini didasarkan atas :

a. Sabda Rasulullah SAW :

ِ ‫اِنَّ َما ااْل َ ْع َما ُل بِا لنِّيَّا‬


‫ت‬
Sesungguhnya, tiap-tiap amal hanya ( sah)
dengan niat. .. ( H.R. Mutafaq ‘Alayh )
b. firman Allah

َ‫صينَ لَهُ ٱل‚‚ ِّدين‬ ْ ‫َو َمٓا ُأ ِمر ُٓو ْا ِإاَّل لِيَ ۡعبُ ُد‬
ِ ِ‫وا ٱهَّلل َ ُم ۡخل‬
َ ‚ ِ‫كَو ۚةَ َو ٰ َذل‬
‫ك‬ ْ ُ‫صلَ ٰوةَ َوي ُۡؤت‬
ٰ ‫وا ٱل َّز‬ َّ ‫وا ٱل‬ ْ ‫ُحنَفَٓا َء َويُقِي ُم‬
٥ ‫ين ۡٱلقَيِّ َم ِة‬
ُ ‫ِد‬
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus
2)membasuh muka, dimana batas muka
ialah dari tempat tumbuh rambut kepala
sampai tulang dagu sebelah bawah
membasuh muka diwajibkan
berdasarkan perintah pada surah Al-
maidah ayat 6:

‫فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم‬


“.... maka basuhlah mukamu...” ( Al-
Maidah/5: 6)
3) membasuh kedua tangan hingga
siku, diwajibkan berdasarkan firman
Allah :

ِ ‫َو اَ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى ْال َم َر ِف‬


‫ق‬
“... dan tangamu sampai siku...” ( Al-
maidah/5:6)

4) menyapu sebagian kepala,


yang dimasud dengan menyapu
adalah sekjedar menyampaik air
tanpa mengalir, dengan
meletakkan ‘tangan’ yang basah
pada kepala.
Kewajiban menyapu kepala
didasarkan atas :
 ayat Al-Qur’an
‫َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرُؤ وْ ِس ُك ْم‬
“ dan sapulah
kepalamu...” ( Al-
Maidah/5:6)
 hadits maghfirah
yang mengatakan
bahwa ketika Nabi
SAW berwudhu’,
beliau menyapu
ubun-ubun dan
sorbannya, kemudian
menyapu kedua
khufnya ( H.R.
Muslim)
5) membasuh kaki sampai
kedua mata kaki, hukumnya
wajib karena berdasarkan:
 Ayat Al-Qur’an
‫َو اَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ِن‬
“.... dan ( basuh ) kakimu
sampai dengan kedua mata
kaki ( Al-Maidah/5:6)
 Hadits jabir yang
mengatakan bahwa
Nabi SAW,
memerintahkan agar
membasuh kaki bila
berwudhu.
6) Tertib
Yang dimaksud tertib adalah
melakukan rukun-rukun
wudhu sesuai dengan urutan,
mulai dengan muka, tangan,
kepala, kemudian kaki.
Tertib itu wajib berdasarkan:
a. Urutan pada ayat al-
qur’an yang
memerintahkan hal itu
b. Bahwa Nabi SAW, tidak
pernah berwudhu tanpa
tertib
c. Nahwa nabi, setelah
melakukan wudhu
dengan tertib,
mengatakan bahwa
begitulah cara berwudhu
yang diterima oleh Allah
SWT
d. Wudhu itu adalah ibadah,
sama dengan shalat, jadi,
wajib bertertib seperti
shalat pula.

c) Sunnah wudhu’
 Membaca basmalllah
 Bersiwak
 Membasuh telapak tangan
sampai pergelangan
 Berkumur-kumur
 Berishisyaq (memasukkan
air kehidung )
 Menyela-nyela jenggot
 Merenggangkan jari-jari
tangan dan kaki yang
menghalangi masuknya air
kesela-sela jari
 Mendahulukan bagian kanan
 Jangan terburu-buru, selektif
 Baca doa sedang berwudhu
 Baca doa setelah berwudhu
 Menghadap kiblat
d) Hal-hal yang membatalkan wudhu
 Kencing, buang air, buang
angin
 Madzi ( sesuatu yang keluar
dari kemaluan laki-laki
setelah bercumbu )
 Dan wadi ( cairan yang
berwarna putih yang kelur
dari kemaluan wanita)
 Hilang akal/ mabuk ( tidur
yang berat
 Bersentuhan dengan yang
bukan mahram
 Menyentuh kemaluan tanpa
alas
e) Yang haram dilakukan orang
yang tidak mempunyai wudhu
 Shalat
 Tawaf
 Menyentuh mushaf
f) Yang dianjurkan untuk berwudhu
 Berdzikir
 Tidur
 Berhadas besar
 Sebelum mandi wajib
 Ketika sama-sama
mengangkat mayit
 Ketika sangat marah
 Memperbahurui wudhu
ketika akan shalat
g) Wudhu bagi orang yang memiliki
adzhor
 Dibersihkan
 Diperban
 Nerwudhu ketika akan shalat
h) Keutamaan bagi orang yang
berwudhu
 Siapa yang berwudhu dan
selektif akan keluar dosa-
dosa sampai kebawah
kukunya
 Orang yang suka berwudhu
nanti dipanggil pada hari
kiamat pertama masuk surga

2. Mandi ( al-Ghusl)
 Pengertian
Secara bahasa “ perbuatan
menuangkan air yang dilakukan
oleh manusia pada seluruh
tubuhnya, serta menggosoknya

Menurut istilah, membasuhkan
air keseluruh tubuh menurut
cara-cara tertentu.
 Macam-macam mandi
 Mandi wajib
a. Junub
b. Keluar mani
c. Bertemu 2 khitan
d. Terputus haid dan nifas
e. Wafat
f. Mualaf
 Mandi sunnah
a. Sebelum melakukan
shalat jum’at
b. Shalat 2 hari raya
c. Memasuki mekkah dan
madinah
d. Wukuf dipadang arafah
e. Orang yang telah
memandikan mayit
f. Istiadzhanya wanita
g. Sadar dari pingsan
h. Melaksanakan shalat
gerhana
 Rukun mandi
a. Niat
Bersamaan dengan
membasuh permulaan
anggota tubuh

 Niat umum

َ ْ‫ث ااْل َ ْكبَ ِر فَر‬


‫ض‚‚ا‬ ِ ِ‫ْت ْال ُغس َْل لِ َر ف‬
ِ ‫ح ال َع َد‬ ُ ‫ن ََو ي‬
‫هللاِ تَ َع لَى‬
“ aku niat mandi wajib untuk
menghilangkan hadas besar wajib karena
Allah ta’ala

 Setelah haid

ِ ‫ث ْال َحي‬
‫ْض هللاِ تَعَا‬ ِ ‫الح َد‬
َ ‫ح‬ ِ ِ‫ْت ْال ُغس َْل لِ َرف‬
ُ ‫َلو ي‬
َ ‫ن‬
‫لَى‬
“ aku niat mandi wajib untuk
menghilangkan hadas haid karena Allah
ta’ala”
b. Menyampaikan air dengan
rata keseluruh tubuh
 Syarat-syarat mandi wajib
c. Islam
d. Sudah tamyis
e. Bersih dari haid dan nifas
f. Bersih dari segala hal yang
menghalangi sampainya air
keseluruh tubuh
g. Pada anggota tubuh tidak ada
sesuatu yang bisa mengubah
sifat air
h. Hukumnya fardhu
i. Air harus suci dan mensucikan
 Sunnah-sunnah mandi
a. Membaca basmallah
b. Mulsi mencuci kedua telapak
tangan

c. Berwudhu dengan sempurna


sebelum melakukan mandi,
sesuai dengan hadits ‘Aisyah :

‫ص ‚لَّى هللاِ َعلَ ْي‚ ِه َو َس ‚لَّ َم اِ َذا‬


َ ِ‫َكا نَ َر ُس ‚وْ ُل هللا‬
َّ ‫ضا َ ُوضُوْ َء هُ لِل‬
‫صالَ ِة‬ َ َ‫ا ْغتَ َس َل ِمن‬
َّ ‫الجنَا بَ ِة تَ َو‬
“ bila nabi SAW mandi, beliau berwudhu
yang dilakukannya untuk shalat”.
( Muttafaq ‘Alayh )
d. Menggosok seluruh tubuh
yang tercapai dengan tangan
e. Muwalah, seperti wudhu’,
yakni membasuh suatu
anggota sebelum kering
anggota yang dibasuh
sebelumnya
f. Mendahulukan menyiram
tubuh bagian kanan
g. Menyiram dan menggosok
sebanyak 3 kali
h. Khusus bagi perempuan,
setelah selesi haid atau nifas,
disunatkan memakai kasturi
atau wewangian pada bekas
darahnya, kecuali kalau ia
sedang ihram atau berkabung
 Hal-hal yang mewajibkan
mandi
a. Bersetubuh, yakni
masuknya zakar sebatas
hafsyah kedalam faraj
A’isyah ra.
menceritakan bahwa
Nabi SAW , bersabda :

‫ب ال َغ ْس ُل فَ َع ْلتُهُ اَنَا َو َرسُوْ ُل‬ َ ‫اِ َذا ْال ِختَا نَا ِن َو َج‬
‫صلَّى هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَا ْغتَ َس ْلنَا‬َ ِ‫هللا‬
" apabila bertemu dua ( bekas ) khitan,
maka telah wajib mandi, walaupun tidak
keluar mani. ‘A’isyah menambahkan, “
saya melakukan hal itu dengan Rasulullah,
kemudian kami pun mandi.” ( HR. Muslim)

b.Keluar mani, sesuai


dengan hadits

‫اِنَّ َما ال َما ُء ِمنَ ال َما ِء‬


“ air ( mandi ) hanyalah ( wajib ) karena
air ( mani ). ( HR. Muslim )

Air mani dapat dikenali dengan :


 Keluarnya memancar
beberapa kali
 Rasa lezat ketika
keluar dan hilang
syahwat setelahnya
 Bau adonan gandum,
ketika masih basah
 Bau putih telur
setelah mani itu
kering
b. Mati, kecuali mati
syahidn
c. Haid, Nifas
d. Waladah ( melahirkan )
3. Tayammum
 Tayamum menurut istilah
adalah “ bersengaja” atau
“bertujuan”. Menurut
istilah makna syar’i
tayamum adalah
bertujuan dan sengaja
menyapukan tanah
kebagian muka dan
kedua tangan dengan
maksud agar dapat
mengerjakan
shalat.Tayamum adalah
pengganti wudhu’/ mandi
wajib yang tadinya harus
menggunakan air bersih
diganti dengan tanah/
debu yang bersih.
Dilarang bertayamum
dengan tanah berlumpur,
bernajis dan/ berbungkah.
 Syarat sah tayamum
a. Telah masuk
waktu shalat
b. Memakai tanah
berdebu yang
bersih dari najis
dan kotoran
c. Memenuhi alasan/
sebab melakukan
tayamum
d. Sudah berupaya/
berusaha mencari
air namun tidak
menemukan air
e. Tidak haid/ nifas
untuk wanita
 Rukun tayamum
a. Niat tayamum,
lalu tepuk 2 kali
b. Sapu wajah
dengan debu/
tanah
c. Sapu kedua tangan
dengan debu/
tanah
 Alasan untuk tayamum
a. Air tidak ada/tidak
ditemukan
walaupun sudah
dicari
b. Sumber air yang
ada mengandung
zat berbahaya
c. Suhu/ kondisi air
berbahaya
d. Air yang ada
hanya untuk
minum
e. ‘nyeri dan tidak
boleh kenak air
f. Dalam perjalanan
jauh
g. Lokasi air jauh
h. Jumlah air yang
sedikit
 Sunnah saat tayamum
a. Membca
Basmallah
b. Menghadap kiblat
c. Baca doa
d. Mendahulukan
tangan kanan atas
tangan kiri
e. Meniup debu
ditelapak tangan
f. Menyela-nyela jari
setelah menyapu
kedua tangan
 Hal yang membatalkan
tayamum
a. Semua yang
membatalkan
wudhu’
b. Melihat air
sebelum
melakukan shalat
c. Murtad
 Proedur tayamum
a. Membaca
Basmallah
b. Sela jari, sisipkan
kedalam debu
terpasang
c. Angkat kedua
tangan lalu tepuk
2 kali
d. Baca niat
tayamum
َ ِ‫ْت التَّيَ َم ُم اِل ِ ْس‚‚‚‚ت‬
‫ب‬ ُ ‫نَ َو ي‬
ِ ‫صالَ ِة فِرْ ضً هلِلا‬
َّ ‫َحت ِة ال‬
“ sengaja aku
bertayamum untuk
melakukan shalat
fardhu karna
Allah Ta’ala”
e. Mengusap telapak
tangan kemuka
secara merata
f. Bersihkan debu
yang ada/ tersisa
ditelapak tangan
g. Ambil debu, tepuk
h. Angkat kedua
tangan, lalu siap
menepiskan debu
yang menempel,
tiup kearah
berlainan dari
sumber debu
i. Mengusap debu
kekanan lalu
kekiri.
 Dalil bertayamum
a. Berdasarka firman
Allah SWT, Q.S
An-Nisa’ 43

‫ٱلص‚‚لَ ٰوةَ َوَأنتُمۡ ُس‚‚ ٰ َك َر ٰى َحتَّ ٰى‬


َّ ‫ُ‚‚وا‬ ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ‫‚‚وا اَل ت َۡق َرب‬
ْ ۚ ُ‫وا َما تَقُولُونَ َواَل ُجنُبًا ِإاَّل عَابِ ِري َس ‚بِي ٍل َحتَّ ٰى ت َۡغت َِس ‚ل‬
‫وا‬ ْ ‫ت َۡعلَ ُم‬
‫د ِّمن ُكم ِّمنَ ۡٱلغَٓاِئ ِط‬ٞ ‫ض ٰ ٓى َأ ۡو َعلَ ٰى َسفَ ٍر َأ ۡو َجٓا َء َأ َح‬
َ ‫وَِإن ُكنتُم َّم ۡر‬
‫ص‚‚ ِع ٗيدا طَيِّبٗ‚‚ ا‬ ْ ‫ُوا مَٓاءٗ فَتَيَ َّم ُم‬
َ ‫‚‚وا‬ ْ ‫َأ ۡو ٰلَ َم ۡس‚‚تُ ُم ٱلنِّ َس‚‚ٓا َء فَلَمۡ تَ ِج‚‚ د‬
٤٣ ‫ُوا بِ ُوجُو ِه ُكمۡ َوَأ ۡي ِدي ُكمۡۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ َعفُ ًّوا َغفُورًا‬
ْ ‫فَٱمۡ َسح‬
43. Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti
apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam
keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang
baik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun

b. Hadis Rasulullah SAW

‫ْجدًا َوتُرْ بَتُهَا طَهُوْ رًا‬ ْ َ‫ج ُِعل‬


ِ ‫ت لَنَا االَرْ ضُ َمس‬
“telah dijadikan bagi kita, seluruh bumi
bagian ini sebagai masjid dan tanahnya
menyucikan”
4. Thaharah dari Najis
Najis adalah semua yang kotor,
diwajibkan bagi muslim
menjauhi dan
menghilangkannya.
Syariat thaharah dari najis
didasarkan atas :

a. Firman Allah yaitu pada Q.S


Al-mudattsir

٤ ‫َوثِيَابَكَ فَطَه ِّۡر‬


5. dan pakaianmu bersihkanlah
b. Hadis Rasulullah SAW

ُ‫َب اَهَ ُد ُك ْم اِلَى ْالغَا ِئ ِط فَ ْليَ ْذ هَبْ َم َعه‬


َ ‫اِ َذا َذ ه‬
‫ت اَ ْه َجا ِر يَ ْست َِطيْبُ بِ ِه َّن فَا ِ نَّهَا تُجْ ِز ُئ‬
ُ َ‫ثَاَل ث‬
ُ‫َع ْنه‬
Bila seseorang kamu pergi kakus
hendaklah ia membawa tiga buah batu
untuk digunakannya bersuci sebab itu
memadai baginya. (H.R. Abu Daud)
c. Ada perintah Nabi SAW.
agar membasuh darah haid
dari pakaian
d. Perintah nabi untuk
menuangkan seember air
kencing orang A’arabiy yang
kencing dimesjid

e. Sabda nabi tentang dua orang


yang berada dalam kubur:

ِ َ‫اِنَّهُ َما لَيُ َع ِّذ بَا ِن َو َما يُ َع ِّذب‬


‫ان فِ ْي َكبِ ْي ًر اَ َّما‬
‫اَهَ ُدهُ َما فَ َكا نَ الَ يَ ْستَ ْن ِزهُ ِمنَ ْالبَوْ ِل‬
“Sesungguhnya kdeua orang itu disiksa,
padahal keduanya disiksa bukan karena
suatu dosa yang besar, salah seorang dari
mereka adalah karena tidak istinja setelah
kencing”
Macam- macam najis yaitu:

 Bangkai ( Q.S Al-


Maidah: 3)
ۡ ۡ
‫ير‬
ِ ‫نز‬ِ ‚‫ُح‚‚رِّ َم ۡت َعلَ ۡي ُك ُم ٱل َم ۡيتَةُ َوٱل ‚ َّد ُم َولَ ۡح ُم ٱل ِخ‬
ُ‫َو َمٓا ُأ ِه‚ َّل لِغ َۡي‚ ِر ٱهَّلل ِ بِ ِهۦ َو ۡٱل ُم ۡنخَ نِقَةُ َو ۡٱل َم ۡوقُ‚‚و َذة‬
‫ٱلس‚بُ ُع ِإاَّل مَا‬ َّ ‫يحةُ َومَٓا َأكَ َل‬ َ ‫َو ۡٱل ُمت ََر ِّديَةُ َوٱلنَّ ِط‬
ْ ‫ب َوَأن ت َۡست َۡق ِس ‚ ُم‬
‫وا‬ ِ ‚‫ص‬ ُ ُّ‫َذ َّك ۡيتُمۡ َو َما ُذبِ َح َعلَى ٱلن‬
ْ ‫س ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
‫ُوا‬ ۡ ‫ق ۡٱل‬
َ ‫يَو َم يَِئ‬ ٌ ۗ ‚ ‫بِ‚‚ٱَأۡل ۡز ٰلَ ۚ ِم ٰ َذلِ ُكمۡ فِ ۡس‬
ۡ ‫ٱخ َش‚‚‚‚ ۡو ۚ ِن ۡٱل‬
‫يَو َم‬ ۡ ‫ِمن ِدينِ ُكمۡ فَاَل ت َۡخ َش‚‚‚‚ ۡوهُمۡ َو‬
ُ ‫َأ ۡك َم ۡل‬
ُ ۡ‫ت لَ ُكمۡ ِدينَ ُكمۡ َوَأ ۡت َمم‬
‫ت َعلَ ۡي ُكمۡ نِ ۡع َمتِي‬
‫ٱض ‚طُ َّر فِي‬ۡ ‫يت لَ ُك ُم ٱِإۡل ۡس ‚ ٰلَ َم ِد ٗين‚ ۚا فَ َم ِن‬
ُ ‚‫ض‬ ِ ‫َو َر‬
ٞ ‚ُ‫ف ِإِّل ۡث ٖم فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغف‬
‫‚ور‬ َ ‫َم ۡخ َم‬
ٖ ِ‫ص ٍة غ َۡي‚ َر ُمتَجَ ان‬
٣ ‫يم‬ٞ ‫َّح‬
ِ ‫ر‬
3. Diharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah, (mengundi
nasib dengan anak panah itu)
adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang
 Darah yang mengalir

 Daging babi ( Q.S Al-


An’am: 145)

‫ي ُم َح َّر ًم‚‚ا َعلَ ٰى‬ ِ ‫قُ‚‚ل ٓاَّل َأ ِج‚‚ ُد فِي مَٓا ُأ‬
َّ َ‫وح َي ِإل‬
‫طَاع ٖم يَ ۡط َع ُم ٓۥهُ ِإٓاَّل َأن يَ ُك‚‚‚ونَ َم ۡيتَةً َأ ۡو د َٗم‚‚‚ ا‬
ِ
ً‫ير فَِإنَّهۥُ ِر ۡجسٌ َأ ۡو فِ ۡس‚‚قا‬ ٖ ‫نز‬ ۡ َ ‫َأ‬
ِ ‫َّم ۡسفُوحًا ۡو لح َم ِخ‬
ُ ۡ ‫ُأ ِه َّل لِغ َۡي‚ ِر ٱهَّلل ِ بِ ِۚۦه فَ َم ِن‬
ٖ ‫ٱض‚ط َّر غ َۡي‚ َر‬
‫بَاغ َواَل‬
١٤٥ ‫يم‬ٞ ‫ور َّر ِح‬ ٞ ُ‫ك َغف‬ َ َّ‫ع َٖاد فَِإ َّن َرب‬
145. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh
dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang
hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi -- karena
sesungguhnya semua itu kotor -- atau
binatang yang disembelih atas nama selain
Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang"
 Air liur anjing
 Muntah manusia,
kencing, berak
 Wadi : cairan kental
yang keluar ketika
mengangkat beban
 Mazi : cairan
ental yang keluar
saat menghayal
 Mani : cairan
kental yang keluar
yang didorong oleh
syahwat )
 Kencing, berak
binatang yang todak
dimakan dagingnya
 Binatang yang
memakan kotoran

 Khamar ( Q.S Al-


Maidah : 90)

ٓ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬


‫‚‚و ْا ِإنَّمَا ۡٱل َخمۡ‚‚ ُر َو ۡٱل َم ۡي ِس‚‚ ُر‬
‫ٱلش ‚ ۡي ٰطَ ِن‬
َّ ‫س ِّم ۡن َع َم ِل‬ ٞ ‫صابُ َوٱَأۡل ۡز ٰلَ ُم ِر ۡج‬ َ ‫َوٱَأۡلن‬
٩٠ َ‫ٱجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِحُون‬
ۡ َ‫ف‬
90. Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan

Cara menghilangkan Najis


Hanya ada dua macam benda najis mnjadi
suci dengan sebab peralihan sifat
(istihalah),yaitu kulit yang dimasak (dabg)
dan khamar yang beralih menjadi cuka
Selain kedua macam ini, tidak ada zat najis
yang dapat menjadi suci atau disucikan.
Namun sesuatu yang dikenai najis dapat
dibersihkan kembali dengan cara tertentu
sesuai dengan jenis najis yang
mengenainya. Dalam hal ini, ada tiga
macam cara membersihkan najis yaitu:

1. Cara membersihkan najis dari jilatan


anjing ialah membasuhnya dengan air
sebanyak tujuh kali, salah satu
diantaranya dicampur dengan tanah
berdasarkan hadits Rasulullah SAW:

‫طُهُوْ ُراِنَا ِءاَهَ ِد ُك ْم اِ َذا َولَ َغ فِ ْي ِه ْال َك ْلبُ اَ ْن‬


ِ ‫ت اُاَل هُ َّن بَا لتُّ َرا‬
‫ب‬ ِ ‫يَ ْغ ِسلَهُ َس ْب َع َمرًا‬
“apabila anjing menjilat bejana
seorang kamu maka hendaklah ia
menumpahkan isi-nya kemudian
membasuhnya tujuh kali (H.R.Muslim)”

Selain itu menurut pendapat yang kuat


didalam mazhab syafi’i ketentuan ini
berlaku pula bagi sesuatu yang terkena najis
babi dengan alasan babi itu lbih buruk
daripada anjing.
2. Khusus untuk membersihkan yang
terkena kencing anak laki-laki yang
belum memakan cukup dipercikan
dengan air. Ini sesuai dengan hadis
A’isyah ra. bahwa seorang anak yang
masih menyusu dibawa kepada
Rasulullah SAW. lalu anak itu kencing
dipangkuan beliau, kemudia Rasulullah
SAW, meminta air kemudian beliau
menyiramkannya, tetapi tidak sampai
membasuhnya.
3. Cara membersihakan najis lainnya,
dibedakan berdasarkan keadaannya,
najis ‘ainiry ( yang ada zat dan sifat-
sifatnya) atau hukmy ( zat yang sifatnya
tidak ada lagi, seperti kencing yang
telah kering )
a. Najis ‘ainiry harus dibasuh
dengan air air, sehingga hilang
rasa, bau, serta warnanya,
basuhannya wjib hanya sekali,
asalkan dapat menghilngkan
ketiga sifat tersebut.
b. Najis hukmiy dapat dibersihkan
dengan sekali mengalirkan air
padanya

6 Shalat a. Pengertian shalat


Merupakan suatu ibadah yang terdiri
dari beberapa perkataan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam.
b. Kedudukan Shalat
1. Shalat sebagai tiang agama
Siapa yang mnjalankan shalat
membangun agama, siapa yang
meniggalkan shalat dia yang
menghancurkan agama.
2. Shalat merupakan ibadah yang
pertama diwajibkan Allah kepada
hambanya
3. Shalat adalah ibadah yang pertama
kali dihitung pada hari kiamat
Dalil-dalil yang menjelaskan tentang shalat:

 Q.S Al-Mudattsir 43

َ ‫ك ِمنَ ۡٱل ُم‬


٤٣ َ‫صلِّين‬ ْ ُ‫قَال‬
ُ َ‫وا لَمۡ ن‬
43. Mereka menjawab: "Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat

 Q.S Al-Ankabut 45

َ‫ٱلص‚لَ ٰو ۖة‬
َّ ‫ب َوَأقِ ِم‬ ِ َ‫وح َي ِإلَ ۡي‚ كَ ِمنَ ۡٱل ِك ٰت‬ ِ ‫ۡٱت‚ ُل مَٓا ُأ‬
ِۗ
‫نكَر‬ ‫ٱلص‚‚‚‚لَ ٰوةَ ت َۡنهَ ٰى ع َِن ۡٱلفَ ۡح َش‚‚‚‚ٓا ِء َو ۡٱل ُم‬ َّ ‫ِإ َّن‬
٤٥ َ‫َصنَعُون‬ ۡ ‫َولَ ِذ ۡك ُر ٱهَّلل ِ َأ ۡكبَ ۗ ُر َوٱهَّلل ُ يَ ۡعلَ ُم َما ت‬
45. Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al
Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan

 Q.S At-Taha 132


ۖ ‫ٱص ‚طَبِ ۡر َعلَ ۡي‬
َٔ‚‍‫هَا اَل ن َۡس‬ ۡ ‫صلَ ٰو ِة َو‬ َّ ‫َو ۡأ ُم ۡر َأ ۡهلَكَ بِٱل‬
١٣٢ ‫لُكَ ِر ۡز ٗق ۖا نَّ ۡح ُن ن َۡر ُزقُ ۗكَ َو ۡٱل ٰ َعقِبَةُ لِلتَّ ۡق َو ٰى‬
132. Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezeki kepadamu, Kamilah
yang memberi rezeki kepadamu.
Dan akibat (yang baik) itu adalah
bagi orang yang bertakwa

 Q.S Al-Baqarah 5
ٓ ٓ
َ ‫‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚دى ِّمن َّربِّ ِهمۡ ۖ َوُأوْ ٰلَِئ‬
‫ك هُ ُم‬ ٗ ُ‫ُأوْ ٰلَِئكَ َعلَ ٰى ه‬
٥ َ‫ۡٱل ُم ۡفلِحُون‬
5. Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhan
mereka, dan merekalah orang-
orang yang beruntung

 Q.S Al-Baqarah 238


‫ٱلص‚‚لَ ٰو ِ‚ة ۡٱل ُو ۡس‚‚طَ ٰى‬ ‚ِ ‫ٱلص‚‚لَ ٰ َو‬
َّ ‫ت َو‬ َّ ‫‚‚وا َعلَى‬ ْ ُ‫ٰ َحفِظ‬
٢٣٨ َ‫وا هَّلِل ِ ٰقَنِتِين‬
ْ ‫َوقُو ُم‬
238. Peliharalah semua shalat(mu),
dan (peliharalah) shalat wusthaa.
Berdirilah untuk Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu´

Hikmah melaksanakan shalat


 Kumunikasi hamba kepada Allah
SWT ( mengatur hubungan pribadi
dengan Allah SWT )
Kepada siapa diwajibkan shalat
 Seorang muslim
 Baligh/dewasa
 Berakal
 Tidak sedang haid/nifas
Waktu shalat telah ditentukan
c. Rukun- rukun shalat

 Niat
Diperjelas dala Q.S Al-Bayyinah 5

َ‫صينَ لَهُ ٱل‚‚ ِّدين‬ ْ ‫َو َمٓا ُأ ِمر ُٓو ْا ِإاَّل لِيَ ۡعبُ ُد‬
ِ ِ‫وا ٱهَّلل َ ُم ۡخل‬
َ ‚ِ‫كَو ۚةَ َو ٰ َذل‬
‫ك‬ ْ ُ‫صلَ ٰوةَ َوي ُۡؤت‬
ٰ ‫وا ٱل َّز‬ َّ ‫وا ٱل‬ ْ ‫ُحنَفَٓا َء َويُقِي ُم‬
٥ ‫ين ۡٱلقَيِّ َم ِة‬
ُ ‫ِد‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus

 Takbirat al-ihram
Sabda Rasulullah SAW

َّ ‫ِم ْفتَا ُح ال‬


‫صالَ ِة ال ُو ضُوْ ُء َوتَحْ ِر ْي ُمهَا التَ ْسلِ ْي ُم‬
“ kunci pembuka shalat itu ialah wudhu’,
tahrimnya takbir,dan tahlilnya salam.(H.R.
Abu Dawud)
 Berdiri tegak
 Membaca surah al-fatihah
Dalil wajib membaca surah al-
fatihah ialah hadits:

ِ ‫صاَل ةَ لِ َم ْن لَ ْم يَ ْق َر ْا بِفَا تِ َح ِة ْال ِكتَا‬


‫ب‬ َ َ‫ال‬
“tidak ada shalat bagi orang
yang tidak membaca al-fatihah .
( Bukhari dan Muslim )
 Rukuk
 Bangun dari rukuk/ i’tidal
diiringi dengan tuma’ninah
( jeda)
 Sujud dua kali
 Duduk akhir dan membaca
tasyahhud
 Salam
d. Syarat Shalat
1. Syarat wajib shalat
 Islam
 Berakal
 Baligh
 Wanita suci dari haid dan
nifas
2. Syarat sah shalat
 Waktu shalat telah tiba
Dalil yang menjelaskan
yaitu Q.S An-Nisa’:103
ٗ ‫ُوا ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ٗما َوقُع‬
‫ُ‚‚ودا‬ ْ ‫صلَ ٰوةَ فَ ۡٱذ ُكر‬
َّ ‫ض ۡيتُ ُم ٱل‬َ َ‫فَِإ َذا ق‬
َ‫ٱلص‚لَ ٰو ۚة‬
َّ ‫وا‬ ْ ‫ٱط َم ۡأنَنتُمۡ فََأقِي ُم‬ۡ ‫َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ُكمۡۚ فَِإ َذا‬

‫وت‚‚ ا‬ ٗ ُ‫صلَ ٰوةَ َكان َۡت َعلَى ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ ِك ٰتَبٗ ا َّم ۡوق‬ َّ ‫ِإ َّن ٱل‬
١٠٣
103. Maka apabila kamu telah
menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat
itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman

 Suci dari hadas besar dan


hadas kecil. Dalil yang
menjelaskan yaitu Q.S Al-
Maidah:6

‫ٱلص‚‚‚‚لَ ٰو ِة‬ َّ ‫‚‚‚‚و ْا ِإ َذا قُمۡ تُمۡ ِإلَى‬ ٓ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ۡ
ِ ِ‫وا ُوجُ‚‚‚وهَ ُكمۡ َوَأ ۡي‚‚‚ ِديَ ُكمۡ ِإلَى ٱل َم َراف‬
‫‚‚‚ق‬ ْ ُ‫ٱغ ِس‚‚‚ل‬ۡ َ‫ف‬
‫وس‚‚‚ ُكمۡ َوَأ ۡر ُجلَ ُكمۡ ِإلَى ۡٱل َك ۡعبَ ۡي ۚ ِن‬ ِ ‫ُوا بِ ُر ُء‬ ْ ‫َوٱمۡ َس‚‚‚ح‬
‫ض ٰ ٓى َأ ۡو‬ َ ‫ُوا َوِإن ُكنتُم َّم ۡر‬ ْ ۚ ‫َوِإن ُكنتُمۡ ُجنُبٗ ا فَٱطَّهَّر‬
‫د ِّمن ُكم ِّمنَ ۡٱلغَٓاِئ ِط َأ ۡو‬ٞ َ‫َعلَ ٰى َس‚‚فَ ٍر َأ ۡو جَ ٓا َء َأح‬
‫ص ‚ ِع ٗيدا‬ َ ‫‚وا‬ ْ ‚‫وا َمٓاءٗ فَتَيَ َّم ُم‬ ْ ‫ٰلَ َم ۡستُ ُم ٱلنِّ َسٓا َء فَلَمۡ ت َِج ُد‬
‫ُوا بِ ُوجُو ِه ُكمۡ َوَأ ۡي ِدي ُكم ِّم ۡن ۚهُ َما ي ُِري ُد‬ ْ ‫طَيِّبٗ ا فَٱمۡ َسح‬
‫حَر ٖج َو ٰلَ ِكن ي ُِري‚‚‚‚ ُد‬ َ ‫ٱهَّلل ُ لِيَ ۡجعَ َل َعلَ ۡي ُكم ِّم ۡن‬
َ‫لِيُطَه َِّر ُكمۡ َولِيُتِ َّم نِ ۡع َمتَ ۥهُ َعلَ ۡي ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش‚‚‚ ُكرُون‬
٦
6. Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur
 Suci pakaian, badan, dan
tempat
 Menutup aurat
Dalil yang menegaskan
yaitu :

a. Q.S An-nur : 31

‫ص‚‚‚ ِر ِه َّن‬ َ ٰ ‫ُض‚‚‚نَ ِم ۡن َأ ۡب‬


ۡ ‫ت يَ ۡغض‬ ِ َ‫‚‚‚ؤ ِم ٰن‬
ۡ ‫َوقُ‚‚‚ل لِّ ۡل ُم‬
‫َويَ ۡحفَ ۡظنَ فُرُو َجه َُّن َواَل ي ُۡب‚ ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإاَّل مَا‬
‫ض ِر ۡبنَ بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَ ٰى ُجيُوبِ ِه ۖ َّن‬ۡ َ‫ظَهَ َر ِم ۡنهَ ۖا َو ۡلي‬
‫َواَل ي ُۡب‚ ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإاَّل لِبُ ُع‚‚ولَتِ ِه َّن َأ ۡو َءابَٓاِئ ِه َّن‬
‫َأ ۡو َءابَٓا ِء بُعُ‚‚‚‚ولَتِ ِه َّن َأ ۡو َأ ۡبنَٓاِئ ِه َّن َأ ۡو َأ ۡبنَٓا ِء‬
‫بُعُولَتِ ِه َّن َأ ۡو ِإ ۡخ ٰ َونِ ِه َّن َأ ۡو بَنِ ٓي ِإ ۡخ‚‚ ٰ َونِ ِه َّن َأ ۡو بَنِ ٓي‬
‫خَوتِ ِه َّن َأ ۡو نِ َس ‚ٓاِئ ِه َّن َأ ۡو مَا َملَ َك ۡت َأ ۡي ٰ َمنُه َُّن َأ ِو‬ َ ٰ ‫َأ‬
‫ٱل ٰتَّبِ ِعينَ غ َۡي‚‚‚ ِر ُأوْ لِي ٱِإۡل ۡربَ ِة ِمنَ ٱل ِّرجَ ا ِل َأ ِو‬
‫ت ٱلنِّ َس‚‚ٓا ۖ ِء‬ِ ‫ُوا َعلَ ٰى ع َۡو ٰ َر‬ ْ ‫ٱلطِّ ۡف ِل ٱلَّ ِذينَ لَمۡ يَ ۡظهَر‬
‫ض‚‚ ِر ۡبنَ بِ‚‚َأ ۡر ُجلِ ِه َّن لِي ُۡعلَ َم مَا ي ُۡخفِينَ ِمن‬ ۡ َ‫َواَل ي‬
َ‫ِزينَتِ ِه ۚ َّن َوتُوب ُٓو ْا ِإلَى ٱهَّلل ِ َج ِميعً‚ا َأيُّهَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُ‚ون‬
٣١ َ‫لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِحُون‬
31. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-
laki mereka, atau putera-putera saudara
lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita
islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua
agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung
 Suci pakaian badan dan tempat
 Menutup aurat dijelaskan dalam Q.S
An-Nur:31
 Menghadap kiblat dijelaskan dalam Q.S
Al-Baqarah :144
E. Sunnah-sunnah shalat
 Mengangkat kedua tangan ketika
takhbiratul ihram
 Meletakkan tangan kanan diatas tangan
kiri
 Membaca doa iftitah
 Membaca doa isti’adzah
 Membaca aamiin
 Membaca surah setelah al-fatihah
 Takbir intiqal ( takbir ketika rukuk
i’tidal)
 Membaca jahar ketika jahar ( maghrib,
isya, subuh, jum’at,dll)
 Berdiri tegak lurus dengan khusyuk
 Rukuk meratakan punggung dengan
kepala, tangan memegang lutut
 Membaca tasbih ketika rukuk
 Sujud yang betul ( lutut dulu baru
tangan kemudian dahi )
 Duduk diantara dua sujud
 Duduk tasyahud
 Duduk tasyahud akhir ( kaki kiri
dibawah kaki kanan)
 Dzikir dan doa
F. Hal- hal yang membatalkan shalat
 Berkata-kata yang tidak termasuk
ucapan shalat
 Melakukan perbuatan yang tidak
termasuk gerakan shalat
 Makan dan minum ketika shalat
 Berpaling dari kiblat
 Ada yang membatalkan wudhu’
 Terbuka aurat
 Sengaja mendahului imam
 Datang najis
 Ketawa dalam shalat
 Bertayamum, sholat tapi setelah shalat
menemukan air
G. Hal-hal yang dimakruhkan dalam shalat
 Meninggalkan segala yang disunnahkan
 Shalat musafir
 Menqhada shalat yang lupa
SHALAT BERJAMAAH
1. Keutamaan shalat berjamaah
 Shalat berjamaah lebih utama daripada
shalat sendiri dengan 27̊ ( H.R. Bukhari
dan Muslim ) diterima ibnu umar
 Abu Hurairah Ra. Rasulullah SAW
bersabda :’’ shalat seorang laki-laki
berjamaah akan dilipat gandakan dari
sholatnya sendiri dirumah yaitu 25 kali
lipat’’
2. hukum shalat berjamaah
Sunnah mu’akadah yaitu sunnah yang selalu
dikerjakan oleh Rasulullah SAW jika
diabaikan tergolong berdosa
3. bagaimana shalat berjamaah didirikan
Sekurang- kurangnya shalat berjamaah
dilakukan oleh dua orang seorang imam dan
seorang makmum. Dalam pelakasaannya
perlu diperhatikan berbagai ketentuan
anatara lain :
a)perempuan tidak boleh menjadi imam
bagi laki-laki, tetapi perempuan boleh
mengimami perempuan lainnya, in
berdasarkan hadits:
ُ ‫اَ ْخرُوْ ه َُّن َحي‬
ُ‫ْث اَ َّخ َرهُنَّاهلل‬
‘’tempatkanlah mereka dibelakang
sebagaimana Allah menempatkan mereka
dibelakang.(H.R. Ibn Majah)”
ً‫اَالَالَتُوْ َّمنُ اِ ْم َرةٌ َر ُجال‬
“ingat janganlah seorang perempuan
mengimami seorang laki-laki (H.R Ibn
Majah )”
b) sebaiknya yang menjai imam bagi suatu
jamaah ialah orang yang paling faqh
diantara mereka

4. Siapakah yang menjadi imam


 Muslim sejati
 Baligh
 Berakal
5. yang paling berhak menjadi imam
 Menguasai al-qur’an
 Mengetahui sunnah nabi, hadist
 Paling memahami hukum syarak
 Yang paling bagus bacaan
 Yang paling tua umurnya
6. syarat-syarat sah kita mengikut
 Berniat mengikuti imam
 Jangan mendahului imam
 Makmum dapat melihat imam
 Makmum tidak boleh mendahulu
imamdalam perbuatannya
 Jangan makmum lebih tinggi dari imam
 Jangan shalat makmum tidak
bersamaan dengan shalat imam.
7. tidak disunnah shalat berjamaah ke
mesjid
 Sangat dingin
 Hujan lebat
 Angin kencang
 Banjir
 Sakit
 Takut terhadap musuh yang
menganiaya.
SHALAT MUSAFIR
1. Musafir
Orang yang berangkat dari tempat asli
ketujuan ±80 km
 Mautinil asli
Tempat dimana kita dilahirkan. Kemudian
berniat menetap disitu
 Mautinil iqamah
Suatu tempat dimana seseorang hendak
berniat disitu
2. hukum menqashar shalat dalam
perjalanan
Hukumnya adalah sunnah mu’akadah
3. disyariatkan menqashar shalat
Disyariatkan menqashar shalat pada tahun
ke-4 hijriah .
Dalil yang menjelaskan yaitu Q.S An-Nissa’
101:

4. hikmah menqashar shalat


Memberikan kemudahan bagi orang yang
melakukan perjalanan
5. syarat-syarat sah menqashar shalat
bagi musafir
 Berniat melakukan perjalanan jauh ±80
km
 Perjalanan yang dilakukan itu bukan
berniat salah
 Tidak boleh memulai menqashar shalat
sebelum melakukan perjalanan
 Tidak boleh mengikuti shalat orang
mukim
 Orang musafir tidak boleh meniatkan
iqamah
6. aturan menjamak/ menqashar shalat
musafir
 Jamak taqdim : melakasanakan shalat
ashar pada wktu zhuhur
 Jamak takhir : melaksanakan shalat
maghrib pada waktu isya
SHALAT JUM’AT
1. Keutamaan shalat jum’at
Dalam shahih Muslim Rasulullah SAW
bersabda :” sebaik-baik hari yang terbit
matahari, ialah hari jum’at”
 Diciptakan nabi adam pada hari jum’at
 Dikeluarkan nabi ada dari surga pada
hari jum’at
 Hari kiamat terjadi pada hari jum’at
2. hukum shalat jum’at
Hukum shalat jum’at adalah fardhu ‘ain
3. dasar hukum diwajibkan shalat jum’at
Dasar hukum mewajibkan shalat jum’a
yaitu terdapat pada Q.S Al-Jumuah : 9

4. yang diwajibkan shlat jum’at


 Islam
 Baligh
 Berakal
 Merdeka
 Menetap
 Mampu pergi melkasanakan shalat
jum’at
5. waktu shalat jum’at
Waktu shlat jum’at yaitu ketika telah masuk
shalat zhuhur
6. jumlah minimal makum shalat jum’at
 Imam hanafi : 3 orang selain imam
 Imam maliki : 12 orang selain imam
 Imam hanbali dan syafi’i 40 orang
bersama dengan imam
7. sah dilakukakan shalat jum’at
Sah dilakukannya shalat jum’at adalah
dimesjid
8. khutbah jum’at
Khutbah pada hari jum’at hukumnya wajib
9. rukun khutbah
Menurut imam syafi’i dan hanbali yaitu :
 Memuji Allah
 Salawat kepada nabi
 Wasiat untuk takwa
 Membaca ayat al-qur’an
 Doa untuk orang mukmin
10. syarat-syarat sah khutbah
 Khutbah lebih dahulu baru shalat
 Khutbah harus dibaca dalam bahasa
arab
 Membaca khutbah dalam waktu shalat
zhuhur/ masuk waktu zhuhur
 Membaca khutbah harus jahar
 Jangan ada jeda antara khutbah dengan
shalat
11. rukun memberi salam imam kepada
makmum ketika naik mimbar
Hukumnya adalah sunnah muakad
12. yang harus dikandung pada khutbah
jum’at
Harus membuat konsep al-qur’an dan
sunnah
13. sunnah yang dilakukan sebelum shalat
jum’at
Sunnah yang dilakukan sebelum shalat
jum’at yaitu shalat 2 rakaat sebelum dan
sesudah jum’at.
SHALAT ‘IDAYN
Shalat ‘id termasuk sunnah mu’akkadah.
Berdasarkan Al-quran, sunnah dan ijma’.
dalil al-qur’an adalah
ْ‫ك َو ْن َحر‬ َ َ‫ف‬
َ ِّ‫صلِّ لِ َرب‬
maka dirikanlah shalat, karena tuhanmu
dan berkorbanlah.( al-kautsar/108:2)

Shalat dalam surah tersebut ditafsirkan


melakukan shalat idul adha
Mengenai pelaksanaannya, para ulama
sepakat bahwa pelakasanan shalt ‘id dituntut
secara berjamaah. Abu Hanifah dan
beberapa ulama lainnya mengatakan bahwa
tuntutan shalat ‘id ditujukan kepada orang
yang bertempat tinggal di kota, akan tetapi
syafi’i berkata bahwa tuntutan itu berlaku
luas meliputi orang musafir, perempuan dan
bahkan budak.
Waktu untuk melaksanakan shalat ‘id
ialah sejak terbit matahari sampai kepada
waktu zawal dan sebaiknya dilaksanakan
setelah matahri naik setinggi tombak.
Shalat ini dilakukan sebanyak dua rakaat
degan ketentuan tambahan sebagai beikut :
1. mengucapkan takbir, sebelum
membaca al-fatihah, tujuh kali pada
raka’at pertama setelah takhbiratul
ihram dan lima kali pada rakaat
kedua.
2. Membaca tahlil, takbir dan
tahmid
3. Kebanyakan ulama mengatakan
sunnah membaca surah “sabbih”
pada rakaat pertama dan surah “al-
ghassiyah” pada rakaat kedua
4. Takbir, al-fatihah,dan surah
pendek dibaca dengan jahar
5. Isi khutbah hendaknya
berkenaan dengan hukum-hukum
tentang zakat fitrah pada ‘id fitri dan
hukum-hukum mengenai ud hiyah
pada ‘id adha
6. Disunnahkan mengawali
khutbah dengan takbir
7. Untuk kota makkah
pelaksanaan shalat ‘id lebih baik
dimesjid daripda dilapangan.
Hal yang disunnahkan dilakukan
sehubungan dengan shalat’id yaitu:
1. mandi ‘id termasuk bagi mereka yang
tidak shalat
2. Bersegara berangkat ketempat shalat,
kecuali imam
3. Memilih jalan yang lebih panjang ketika
berjaalan menuju tempat shalat, dan jalan
yang lebih pendek ketika kembali
4. Makan terlebih dahulu sebelum berangkat
shalat ‘id fitri dan imsak sebelum shalat ‘id
adha
5. Bertakbir sejak terbenam matahari pada
malm ‘id
6. Bertakbir setelah selesai shalat.
SHALAT ISTIQA’
Istiqa’ berarti meminta hujan , jadi shalat
istiqa’ adalah shalat meminta turunnya
hujan.
Dalil yang dikemukakan oleh jumhur
ulama bahwa shalat istiqa’ itu sunnah
adalah hadits Abbad ibn Tamim dari
pamannya :

‫صلَّى ا هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َخ َر َج‬ َ ِ‫اِ َّن َرسُوْ َل هللا‬


‫صلَّى بِ ِه ْم َر ك َعتَ ْي ِن َجهَ َر فِ ْي ِه َما بِا‬ ِ ‫بِا النَّا‬
َ َ‫س ف‬
‫لقِ َرا َء ِة َو َرفَ َح يَ ْد ْي ِه َح ْذ َو َم ْن ِكبَ ْي ِه َو َح َّو لَ ِردَا‬
‫َءهُ َوا ْستَ ْقبَ َل ْالقِ ْبلَةَ َوا ْستَ ْسقَى‬
“Bahwasanya Rasulullah SAW. Membawa
orang-orang keluar untuk memohon hujan,
lalu belaiu melakuakan shalat dua rakaat
dengan menjabarkan bacaan pada
keduanya, mengangkat kedua tangan beliau
setinggi abhu, membalikkan elendangnya,
mengahdap kiblat, dan memohon turunnya
hujan.(H.R Bukhari dan Muslim)

Sebaiknya imam mengingatkan mereka


akan ancaman azab dan siksaan Allah SWT,
Memerintahkan mereka agar bersedekah
dan melakukab rupa-rupa kebajikan. Imam
juga perlu memerintahkan agar mereka
melepaskan diri dari sangkut paut kezaliman
serta bertobat dari segala kezhaliman serta
bertobat dari kemaksiatan. Sebab
kezhaliman dan kemaksiatan itu merupakan
penyebab bagi datangnya bermacam-macam
bala, serta kemurkaan dan siksa Allah.
Selain itu imam juga harus memerintahkan
agar mereka berpuasa selama 3 hari
berturut-turut. Pada hari keempat barulah
imam keluar bersama semua warga dalam
keadaan berpuasa, sebab doa orang puasa
lebih diharapkan makbulnya.
Mereka tidak sebaiknya memakai wangi-
wangian, semua keluar mengenakan pakaian
kerja sehari-hari, berjaalan, berbicara dan
duduk dalam keadaan tenang dan khidmat,
seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW:

‫ض ِّر عًا َحتَّى‬ ِ ‫خ ََر َج ُم ْبتَ ِذ الً ُمت ََوا‬


َ َ‫صعًا ُمت‬
‫صلَّى‬
َ ‫اَتَى ال ُم‬
“Beliau keluar dalam pakaian sehari-
hari, dengan tawadhu’ dan tadharu’,
berjalan sampai ketempat shalat.( H.R Abu
Dawud)

Yang diikut sertakan dalam shalat istiqa’


adalah:
1) Orang tua bangka laki-laki dan
perempuan
2) Orang lemah
3) Orang-orang susah,dan
4) Anak-anak
Mereka diikut sertakan karena doa mereka
lebih mustajab.

Shalat istiqa’ dilakukan sebanyak dua


rakaat dan cara melaksanakannya sama
dengan shalat ‘id, bertakbir tujuh kali pada
raka’at pertama, dan lima kali takbir pada
rakaat kedua, membaca sura “qaf” pada
rakaat pertama dan “iqtarabat” pada
rakaat kedua. Dan waktunya tidak
ditentukan sama sekali.
Setelah selesai shalat imam menyampaikan
dua khutbah, diawali dengan isighfar
sembilan kali pada khutbah pertama, dan
tujuh kali pada khutbah kedua. Dalam
khutbah hendaknya ia banyak-banyak
mengucapakan istighfar dan menganjurkan
jamaah untuk memohon ampun kepada
Allah dengan membacakan ayat :

‫اِ ْستَ ْغفِ ُر وْ ا َربَّ ُك ْم اِنَّهُ َكا نَ َغفَّا رًا يُرْ ِس ُل‬
َ‫ا َس َما َء َغا َ ْي ُك ْم َم ْد َرا ًر َويُ ْم ِد ْد ُك ْم بِا َ ْم َوا ٍل َوبَنِ ْين‬
‫ت َويَجْ َعلْ لَّ ُك ْم اَ ْنهَا رًا‬
ٍ ‫َويَجْ َعلْ لَّ ٌك ْم َجنَّا‬
“Dan memohonkan agar Allah
mmeberikan kelapangan, dengan
mengucapkan doa-doa yang mas’ur dari
Nabi SAW. Dan juga shalawat kepada
beliau.”

imam membacakan doanya dengan jahar


dan sirr dan paar jamaah mengangkat
tangan. Bila imam mengucapkan doanya
dengan jahar, mereka mengaminkan, tetapi
bila imam berdoa dengan sirr mereka
berdo’a sendiri-sendiri.
Ketika imam telah selesai menyempaikan
kira-kira sepertiga khutbah yang kedua, ia
berpaling menghadap kekiblat sembari
membalikkan selendang ( rida’) nya, bagian
atas kebawah dan bagian kiri kekanan. Para
jamaah juga ikut membalikkan selendang
mereka bersama- sama dengan imam.
SHALAT GERHANA
Shalat gerhana juga termasuk sunnah
mu’akkadah, yang sering dilakukan Nabi
Muhammad SAW ketika terjadi peristiwa
gerhana matahari ( kusuf)atau gerhana bulan
(khusuf) dasar hukumnya adalah hadits

‫ت اَهَ ٍد‬ ْ ‫ش‬


ِ ْ‫ولقَ َم َر الَيَ ْن َك ِسفَا ِن لِ َمو‬ َ ‫اِ َّن ال َّش ْم‬
‫صلُّوْ ا َوا ْد ُعوْ ا‬ َ ِ‫َوالَ لِ َحيَا تِ ِه فَا ِ َذا َراَ ْيتُ ْم َذل‬
َ َ‫ك ف‬
‫هللا تَ َعا لَى‬
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak
tertutup (gerhana) karena mati atau karena
hidupnya seseorang. Oleh sebab itu, bila
kamu melihat peristiwa gerhana, maka
lakukanlah shalat dan berdo’alah kepada
Allah Ta’ala.” (Mutaffaq ‘alayh)
Dalam riwayat hadits Muslim terdapat
tambahan :

‫صلٌّوْ ا َحتَّى يَ ْن َك ِشفَ َما بِ ُك ْم‬


َ ‫اُ ْد ُعوْ ا اهللا َو‬
“Berdoa’alah kepada Allah dan salatlah,
sehingga terbuka ( kesulitan) yang ada
padamu”

mengenai cara pelaksanaannya terdapat


perbedaan antara para ulama. Abu Hanifah
dan para ulama Kuffah berpendapat bahwa
shalat gerhana itu sama pelaksanaannya
dengan shalat ‘id dan shalat jum’at. Akan
tetapi, Imam Syafi’i, Malik dan para ulama
Hijaz berpendapat bahwa shalat gerhana itu
dilakukan dengan tata cara yang khas yaitu
dua rakaat, masing-masing dengan dua kali
berdiri dan dua kai ruku’.
Untuk lebih sempurnanya menurut syafi’i,
sebaiknya imam membaca surah al-baqarah
atau surah-surah lainnya sepanjang al-
baqarah,pada waktu berdiri yang pertama.
Selanjutnya panjang bacaan berikutnya di
ukur dengan memperhitungkan ayat-ayat al-
baqarah, kira-kira sepanjang 200 ayat pada
waktu berdiri yang kedua, 150 ayat untuk
berdiri yang ketiga dan 100 ayat untuk
waktu berdiri yang keempat. Ukuran-ukuran
ini didasarkan pada hadit ibn Abbas yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Syafi’i juga memberikan anjuran tentang
ukuran panjang tasbih pada tiap-tiap ruku’,
yaitu kira-kira sepanjang 100 ayat al-
baqarah pada ruku’ yang pertama, 80 unt
ruku’ yang kedua, 70 pada ruku’ yang
ketiga, dan 50 untuk ruku’ yang keempa,
sesuai dengan yang tersebut pada sebuah
hadits.
Pada shalat gerhana matahari imam
membaca dengan sirr, seperti umumnya
bacaan shalat yang dikerjakan pada siang
hari, tetapi kalau gerhana bulan bacaan
dijaharkan, seperti shalat malam lainny.
Setelah selesai shalat imam menyampaikan
2 khutbah seperti khutbah jum’at, berisi
anjuran terhadap jama’ah agar melakukan
perbuatan kebajikan, seperti taubat,
sadaqah, dan sebagainya.

SHALAT TARAWIH
Para ulama sepakat bahwa anjuran untuk
melakukan shalat pada malam-malam bulan
ramadhan lebih ditekankan melebihi anjuran
pada bulan-bulan lainnya, berdasarkan
hadits:

‫ضا نَ اِ ْي َما نًا َوا حْ تِ َسا بًا ُغفِ َر‬ َ ‫َم ْن قَا َم َر َم‬
‫لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬
“Barangsiapa melakukan qiyam
Ramadahan karena iman dan
mengharapkan pahala, maka diampuni
dosa-dosanya yang telah berlalu”.

Qiyam Ramadhan sebaiknya dilakukan


berjamaah seperti yang dilakukan oleh para
sahabat. Khalifah Umar ibn al-Khattab ra.
Mengumpulkan para sahabat untuk shalat
pada bulan ramadhan, dan menunjuk ubayy
ibn Ka’b menjadi imam mereka. Shalat
yang dipimpin oleh Ubbay ini kemudian
dikenal dengan shalat tarawih.
Shaat tarawih berjumlah 20 rakaat,
dilakukan dua-dua rakaat, denga istirahat
stiap kali selesai empat rakaat. Kemudia
dilanjutkan dengan witir 3 rakaat, sehingga
keseluruhan menjadi 23 rakaat.

SHALAT WITR
Shalat witr ialah shalat sunnah yang
dilakukan dengan bilangan ganjil, satu, tiga,
lima, dan sebagainya. Yang menjadi dasar
hukumnya ialah hadits-hadits seperti :

‫الو ْت ُر فَ َحا‬ َ ‫اِ َّن هللا قَ ْد زَا َد ُك ْم‬


ِ ‫صالَ ةً َو ِه َي‬
‫ فِظُوْ ا َعلَ ْيهَا‬:
“ Sesungguhnya Allah menambahkan satu
shalat lagi bagi kamu, yaitu witr. Maka
hendaklah kamu memeliaharanya.”

Shalat witr sekurang-kurangnya satu


raka’at ,untuk mendapatkan kesempurnaan
dilakukan 3 raka’at , tetapi lebih sempurna
lagi ditambah dengan lima,tujuh sembilan,
atau sebanyak-banyaknya sebelas raka’at,
sesuai dengan haduts ‘Aisyah:

‫ُصلُّى اِحْ َد ى َع َش َرةَ َر ْك َعتَ يو‬


َ ‫اَ َّن انَّبِ ِّي َكا ي‬
‫تِ ُر بِ َوا ِح َد ٍة‬
“Bahwasanya Nabi SAW selalu melakukan
shalat sebelas raka’at dengan
mengganjilkan satu raka’at diantaranya.”

Bila witr itu dilaksanakan 3 raka’at, maka


sebaiknya pada raka’at pertama dibaca
surah al-a’la , pada surah kedua al-kafirun,
dan pada raka’at ketga surah al-ikhlas,
al-’alaq,dan al-Nas, sesuai dengan praktik
Nabi SAW. Yang diriwayatkan oleh
A’isyah ra.
Jika bilangan raka’at witr lebih dari satu,
maka sebaiknay ia memberi salam setiap
selesai dua raka’at, dan akhirnya ditutup
dengan satu raka’at . ini didasarkan atas
riwayat Ibn Umar ra:

َ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكا ن‬


َ ‫ان النَّبِ ْي‬
َّ
‫لو ْت ِر‬ ِ ‫يُفَصِّ ُل بَ ْينَ ال َّش ْف‬
ِ ‫ح َوا‬
“Bahwasanya Nabi SAW selalu
memisahkan antara ( raka’at) genap dan
ganjil”

Pada shalat witr yang dilakukan pada


paroh kedua dari bulan Ramadhan,
disunnahkan membaca doa qunut. Ini sesuai
dengan praktik Nabi SAW yang selalu
melaknati orang-orang kafir pada bulan
Ramadhan, dan dilanjutkan oleh para
sahabat.
Ibn Umar ra. Mengatakan :

َ ‫َصفَ ال َّش ْه ُر ِم ْن َر َم‬


‫ضا نَ اَ ْن‬ َ ‫ال ُّسنَّةُ اِ َذا ا ْنت‬
ِ ‫تُ ْل َعنَ ال َكفَ َر ةُ فِ ْي‬
‫الو ْت ِر بَ ْع َد َما يَقُوْ ُل َس ِم َع‬
ُ‫هللا لِ َم ْن َح ِم َده‬
“Menurut sunnah, apabila telah berlalu
separuh Ramadhan, orang-orang kafir
dilaknat pada shalat witr, setelah
mengucapkan “sami’a” allaahu liman
hamidah”.

Bila shalat witr dikerjakan setelah shalat


tarwih berjama’ah maka disunnahka pula
melakukannya dengan cara berjama’ah,
tetapi bila tidak demikian maka dilakukan
sendiri-sendiri seperti shalat sunnah lainnya.
SHALAT RAWATIB
Shalat rawatib yang dimaksud adalah
shalat sunnah yang dilakukan beriringan
dengan shalat fardhu, sebelum atau
sesudahnya shalat rawatib ini terbagi 2
yaitu: ada yang sunnah mu’akkadah dan ada
yang tidak mu’akkadah . yang mu’akkadah
adalah :
a) Dua raka’at sebelum zuhur, dan dua
sesudahnaya.
b) Dua raka’at sesudah magrib
c) Dua raka’at sesudah isya
d) Dua raka’at sebelum subuh
Untuk lebih lengkapnya, sebaiknya
dilakukan sebagai berikut :
a. Dua raka’at sebelum subuh, dua
sesudah magrib, dua sesudah isya
b. Empat raka’at sebelum zuhur dan
empat sesudahnya, sesuai dengan
riwayat Umm Habibah ra. Bahwa Nabi
SAW bersabda :
ُّ ‫ت قَ ْب َل‬
‫الظه ِْر‬ ٍ ‫ح َر َك َعا‬ِ َ‫َم ْن َحا فَظَ َعلَى اَرْ ب‬
‫ح بَ ْع َد هَا حُرِّ َم َعلَى النَّا ِر‬
ٍ َ‫َواَرْ ب‬
“Barangsiapa memelihara ( tetap
melakukan ) empat raka’at sebelum zuhur
dan empat sesudahnya, ia diharamkan bagi
mereka”

c. Empat raka’at sebelum ashar,


berdasarkan riwayat Ali Bin Abi Thalib
:

َ ُ‫اَ َّن النَّبِ ْي صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكا نَ ي‬


‫صلِّ ْي‬
ِّ َ‫قَب َْل ْال َعصْ ِر اَرْ بَعًا يُف‬
‫ص ُل بَ ْينَ ُك ِّل َر ْك َعتَي ِْن بِا‬
َ‫ت ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوا النَّبِيِّ ْين‬ ِ ‫التَّ ْسلِي ِْم َعلَى ْال َمالَ ىِ َك‬
َ‫َو َم ْن َم َعهُ ْم ِمنَ ْال ُملْؤ ِمنِ ْين‬
“Bahwasanya Nabi SAW selalu sebelum
shalat asar, empat raka’at dengan
memisahkan tiap-tiap dua raka’at dengan
mengucapkan salam kepada para malaikat,
nabi-nabi dan orang mukmin yang ada
bersama mereka “

SHALAT DHUHA
Shalat dhuha, dapat dilakukan sekurang-
kurangnya dua raka’at, Nabi SAW
bersabda:

َ ‫َعلَى ُكلِّ َساَّل ِم ْي ِم ْن اَ َح ِد ُك ْم‬


ٌ َ‫ص َدق‬
‫ت َو يُجْ ِز‬
‫ُصلِّ ْي ِه َما ِمنَ الضُّ َحى‬
َ ‫ك َر ْك َعتَا ِن ي‬ َ ِ‫ى ِم ْن ِذل‬
ُ
“Atas tiap-tiap persendian kamu itu
dibebankan satu shadaqah, dan untuk itu
memadailah dengan melakukan dua raka’at
shalat dhuha”

Jumlah raka’at yang sebaiknya bagi shlat


dhuha adalah delpan raka’at sesuai dengan
hadits Umm Hani’ binti Abi Thalib ra.
Bahwa Nabi melakukannya delapan raka’at.
Waktu shalat dhuha berangsung mulai
dari terbit sampai dengan waktu tergelincir
matahari.
SHALAT TAHAJUD
Shalat tahajjud dilakukan pada waktu
malam setelah tidur lebih dahulu.
Keutamaan itu terkait dengan beratnya
melakukan shalat setelah tidur, dan juga
terkait dengan waktu melaksanakannya
yakni pada saat-saat kebanyakan orang
sedang tidur dan lalai dari mengingat Allah.
Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi
SAW bersabda:
ُ‫صالَة‬
َ ‫ت‬ َ ْ‫ت بَ ْع َد ْال َم ْف ُر و‬
ِ ‫ض‬ ِ ‫صلَ َو ا‬ َ ‫اَ ْف‬
َّ ‫ض ُل ال‬
‫اللَّي ِْل‬
“Sebaik-baik shalat stelah shalat fardhu
ialah shalat malam”

Waktu yang terbaik baginya ialah pada


akhir malam sesuai dengan ayat:

َ ‫َكا نُوْ ا قَلِ ْيالً ِمنَ اللَّي ِْل يَه َْجعُوْ نَ َو بِااْل َ الس‬
‫ْحا‬
َ‫ِر هُ ْم يَ ْستَ ْغفِ ُر وْ ن‬
“Mereka sedikit sekali tidur diwaktu
malam. Dan diakhir-akhir malam mereka
memohon ampun ( kepada Allah). (al-
Dzariyat/51:17-18)

Bila malam dibagi tiga , maka sepertiga


bagian setelah tengah malam adalah lebih
baik, karena menurut riwayat Ibn Umar ra.
Nabi SAW bersabda :

َ ‫صالَ ِة اِل َى هللا َع َّز َو َج َّل‬


‫صالَةُ دَا ُو َد‬ َّ ‫اَ َحبُّ ال‬
‫َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم َكا نَ يَنَا ُم نِصْ فَ اللَّ ْي ِل َو يَقُوْ ُم‬
ُ‫ثُلُثَهُ َو يَنَا ُم ُس ُد َسه‬
“Shalat yang paling disukai Allah ialah
shalat Nabi Dawwud as. Ia tidur separuh
malam, kemudian bangkit berdiri ( shalat )
sepertiganya,dan tidur kembali
seperenamnya”

SHALAT TAHIYATT AL-MASJID


Orang yang masuk kemesjid disunnahkan
melakukan shalat dua raka’at, sebelum
duduk, sebagi penghormatan (tahiyyah)
masjid, berdasarkan hadits :

‫اِ َذا َجا َء اَ َح ُد ُك ٌم ْال َم ْس ِج َد فَ ْليَرْ َك ْع َر ْك َعتَ ْي ِن‬


“Apabila seseorang kamu datang kemasjid,
maka hendaklah ia melakukan shalat dua
raka’at “

akan tetapi bila ia masuk ketika shalat


jama’ah akan dimulai, ia tidak dituntut lagi
melakukannya. Nabi SAW bersabda :
ُ‫صالَ ةَ اِالَّ ْال َم ْكتُوْ بَة‬
َ ‫صالَةُ قَ َل‬ ِ ‫اِ َذا اُقِ ْي َم‬
َّ ‫ت ال‬
“Apabila shlat sudah diiqamatkan, maka
tidak ada shalat lagi kecuali shalat
maktubah “

SHLAT KHAWF

Shalat khawf dibenarkan didalam keadaan


peperangan melawan orang kafir , sesuai
dengan petunjuk yang diberikan oleh ayat :

‫صالَةَ فَ ْلتَقُ ْم طَا‬


َّ ‫َواِ َذا ُك ْنتُ ْم فِ ْي ِه ْم فَا َ قَ ْمتَ لَهُ ْم ال‬
‫ك َو ْليَاْ ُخ ُذا وْ ا اً ْسلِ َحتَهُ ْم فَا ِ َذا‬
َ ‫ىِفَةٌ ِم ْنهُ ْم َم َع‬
‫ت طَا‬ِ ْ‫َس َج ُدوْ ا فَ ْليَ ُكوْ نُوْ ا ِم ْن َو َرا ِء ُك ْم َو ْلتَا‬
ْ‫ك َو ْليَا‬ َ ‫صلُّوْ ا فَ ْلي‬
َ ‫ُصلُّوْ ا َم َع‬ َ ُ‫ىِفَةٌ اُ ْخ َرى لَ ْم ي‬
‫ُخ ُذوْ ا ِح ْذ َرهُ ْم َواَ ْسلِ َحتَهُ ْم‬
“ Dan apabila kamu berada ditengah-
tengah mereka ( sahabatmu ) lalu kamu
hendak mendirikan shalat bersama-sama
mereka, maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri ( shalat ) besertamu dan
menyandang senjata, kemudia apabila
mereka ( yang shalat besertamu ) sujud
( telah menyempurnakan raka’at, maka
hendaklah mereka pindah dari belakangmu
( untuk menghadapi musuh ) dan hendaklah
datang golongan yang kedua yang belum
bersembahyang lalu bersembahyanglah
mereka denganmu dan hendaklah mereka
bersiap siaga dan menyandang senjata.
( al-Nisa’/ 4: 102)

Shalat khawf juga dibenarkan pada


peperangan mubah seperti melawan para
pemberontak (ahl al-baghyi) atau
gerombolan perampok atau pengacau yang
menganggu perjalanan ( quth-tha’’al-
rhariq), tetapi tidak boleh pada peperangan
yang dilarang.
Cara pelaksanaannya ada tiga macam dan
ini tergantung pada keadaan yang sedang
dialami:
1. Musuh berada tidak pada arah qiblat
dan tidak kelihatan bila kaum muslimin
melakukan shalat, jumlah pasukan
islam cukup banyak sehingga sebagian
mereka diperkirakan mampu menahan
serangan musuh yang dikuatirkan
datang tiba-tiba
2. Musuh berada pada arah qiblat
3. Dalam keadaan perang yang sedang
berkecamuk.

Anda mungkin juga menyukai