puji syukur kehadiran Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat ,
taufik dan hidayah-Nya sehinggga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah yang berjudul IJTIHAD ini diharapkan dapat berguna dalam rangka
memenuhi tugas pengantar studi hukum islam.
Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh kaarena itu kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini menjadi lebih baik.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen yang telah membimbing kami
untuk berjalan dengan tujuan menyelesaikan tugas kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
1. Latar belakang
Dalam studi pemikiran islam , ijtihad telah banyak digunakan sejak dahulu.
Esensi ajaran al-quran dan hadist memang menghendaki adanya ijtihad. Al-quran dan
hadist kebanyakan hanya menjelaskan garis besarnnya saja, maka ulama berusaha
menggali maksud dan rinciannya dari kedua sumber tersebut melalui ijtihad.
Kemudian setelah wafat nya rasulullah islam semakin luas dan para sahabat
menyebar ke berbagai penjuru sehingga mereka dihadapkan pada berbagai persoalan
yang tidak ditemukan hukumnya dalam al-quran dan hadist, hal itu , mengharuskan
mereka menyelesaikan dengan cara ijtihad.
1
2. Rumusan masalah
C. Imam-imam madzhab
3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Makna ij tihad
Ijtihad menurut arti kata etimologi diambil dari akar kata dalam bahasa arab
“jahada” bentuk kata mashdarnya ada dua
a) Jahadun dengan arti kesungguhan atau sepenuh hati, contohnya dapat kita
temukan dalam QS.Al-An’am : 109
3
4
b) juhdun artinya kesanggupan atau kemampuan yang didalamnya terkandung arti
sulit, berat dan susah, contohnya terdapat dalam QS. At-Taubah: 79
5
6
ijtihad dalam artian terminologi menurut ahli ushul fiqh :
1) Imam Al-Syukani
Dalam definisi ini digunakan kata bazlu al-was’i untuk menjelaskan bahwa
ijtihad itu adalah usaha besar yang memerlukan pengerahan kemampuan. Hal ini
berarti bila usaha itu ditempuh tidak dengan sepenuh hati ataupun bersungguh-
sungguh maka tidak dikatakan ijtihad
2) Ibn Subki
3) Syaifuldin al-Amidi
Jadi ijtihad adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqh atau
mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat Dhan terhadap suatu hukum syara’.
2. Pembagian Ijtihad
a) Ijtihad Bayani
Yaitu ijtihad untuk menjelaskan hukum-hukum syara’ dari nash-nash syar’i ( al-
quran dan sunnah ).
7
b) Ijtihad Qiyasi
c) Ijtihad Istihsani
Adapun ditinjau dari segi jumlah orang yang melakukan ijtihad atau mujtahid.
Ijtihad dapat diabgi 2 yaitu :
Ijtihad fardi
Ijtihad jama’i
Yaitu ijtihad yang dilakukan oleh seluruh mujtahid untuk menemukan hukum
suatu peristiwa yang terjadi dimana ijtihad ini menghasilkan kesepakatan bersama.
Ijtihad pada zaman klasik dimulai pada akhir periode sahabat (101 H) dan pada
awal priode tabi’in ( abad 11 H - pertengahan abad ke-4 ) mayoritas ulama
8
berpendapat bahwa sahabat telah melakukan ijtihad pada saat Rasulullah masih
hidup, namun ijtihad sahabat harus mendapatkan legitimasi dari Rasulullah SAW.
Contohnya : Umar bin khatab dan Ammar ketika hendak berhadas besar disuatu
perjalanan dan waktu shalat pun telah tiba. Tapi mereka tidak menemukan air dan
Ammar pun melumuri badannya dengan tanah untuk menghilangkan hadas besar
sebagai ganti air. Sedangkan umar menunda shalatnya sampai ia menemukan air
karena baginya bertayamum itu untuk menunda shalatnya sampai ia memperoleh air
karena baginya bertayamum itu untuk menghilangkan hadas kecil saja.
Lalu mereka melaporkan apa yang telah mereka lakukan kepada Rasulullah
SAW. Lalu Rasulullah mengatakan bahwa pendapat mereka itu adalah keliru, dimana
pendapat Ammar bertentangan dengan QS.Al-Maidah ayat 6 yang berkaitan dengan
tayamum yaitu :
9
10
Sedangkan Rasulullah SAW menjelaskan kepada umar bahwa bertayamum itu
tidak hanya untuk menghilangkan hadas kecil saja, namun bisa menghilangkan hadas
besar sesuai dengan QS.Al-Maidah ayat 6 diatas.
Ijtihad pada masa sahabat ini bisa disebut sebagai penggali hukum karena
keputusan akhir masih diambil oleh Rasululah. Namun setelah Rasulullah wafat,
maka ijtihad sahabat boleh dijadikan penggali hukum.
Yang dimaksud dengan hukum keluarga yaitu seluruh yang terkait dengan al-
ahwa al-syaksiyah antara lain meliputi :
11
12
2. Akad nikah dalam telepon
Akad nikah dalam telepon ada yang setuju dengan nikah dalam telepon jika
memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun nikah. Tapi nikah dalam telepon
mengandung resiko yang lebih tinggi dikhawatirkan jika dilaksanakan jarak jauh
maka akan terjadi manipulasi contohnya: suara dan gambarnya tidak sesuai
dengan kenyataan. Hal ini justru merugikan perempuan karena perempuan harus
dihormati, dan islam mengajarkan itu.
Dan yang demikian tidak sesuai dengan hadits nabi : “ tinggalkanlah sesuatu
yang merugikan engkau, berpeganglah dengan sesuatu yang todak merugikan
engkau”
Dampak negatif yang akan timbul juga akan lebih berbahaya lagi jika sudah
memiliki anak. Hak waris akan memberatkan dan juga membingungkan.
13
14
c) Aspek Pidana, aspek pidana ini hangat dengan isu-isu HAM dan humanisme
agama hukum islam kontemporer mencoba membersihkan tafsiran baru terhadap
masalah qishas wanita.
g) Aspek Politik, beberapa kasus menarik yang adanya perdebatan tentang istilah
negara islam, proses pemilihan pemimpin, legalitas kepada penguasa dan
seterusnya.
C. Imam-Imam Mazhab
15
2. Mazhab Malikiyah, imamnya Malik Ibn Anas
Hampir semua madzhab di akhir kitab memberikan ajaran yang bersifat nasihat
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa apa yang dilakukan para
imam madzhab untuk memahami Islam.
Para ulama atau imam madzhab fiqh mengajak untuk tidak taqlid dan fanatik
yang berlebihan terhadap madzhab nya, karena dia juga manusia biasa yang bisa
salah dan bisa benar.
16
“janganlah engkau mengikutiku dan jangan pula mengikuti Malik ,
Syafi’i , Auza'i , dan Tsauri tapi ambil lah dari mana mereka mengambil “
Pesan imam Malik
“ Sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah manusia biasa yang boleh jadi
aku salah dan boleh jadi aku benar . Oleh karena itu hendaklah perhatikan
pendapat ku . Setiap pendapat yang sesuai dengan kitab dan Sunnah ,
ambil lah dan setiap yang tidak sesuai dengan kitab dan Sunnah ,
tinggalkan lah.
A. KESIMPULAN
Dari uraian dan pemaparan terkait bahasan makalah ini dapat kita simpulkan
bahwa kita dapat mengetahui pengertian ijtihad, mengetahui urgensi dan
pembagiannya dan imam-imam mazhab,serta pesan-pesan moralnya.
B. SARAN
17
Pada semua pembaca apabila menemui kesalahan dalam makalah ini harap bisa
meluruskannya dan disarankan untuk bisa membacanya kembali literatur-literatur
yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih
menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Qardawi, Yusuf, ijtihad dalam syariat islam, Jakarta: PT.Bulan Bintang,1987
Syafe’i, Rahmat,ilmu ushul fiqh, Bandung: PT. Pustaka Setia,1999
Zuhri, Moh, ilmu ushul fiqh, Semarang: PT. Dina Utama,1994
18
19