Anda di halaman 1dari 4

TUGAS V

PENDIDIKAN AGAMA
IJTIHAD

DOSEN PEMBIMBING
Dra. Murniyetti, M.Ag

OLEH:
Alfissa Indah Putri
NIM:20061048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Pengertian Ijtihad
Ijtihad berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata jahada yang artinya bersungguh-
sungguh. Sedangkan pengertian ijtihad menurut istilah ialah menggunakan segenap
kemampuan berpikir untuk mengeluarkan atau untuk menetapkan hukum, syara’ yang tidak
ditemukan secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan sunnah dengan jalan mengistimbatkannya
dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW.ijtihad merupakan metode dalam menetapkan hukum
syarak dan dapat dijadikan dalil hukum. Berdasarkan pendapat Jumhur Ulama,ijtihad sudah
ada sejak zaman Rasullah SAW, sesuai dengan apa yang ditangkap dari dialog antara Nabi
dengan Muaz bin Jabal ketka mengutusnya ke negeri Yaman untuk berdakwah sambil
mengumpulkan zakat dari kaum muslimin setempat.
Ijtihad (bahasa Arab: ‫ )اجتهاد‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya
bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu
perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal
sehat dan pertimbangan matang. Namun, pada perkembangan selanjutnya diputuskan bahwa
ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam. Jadi ijtihad adalah bersunguh
sunguh dalam menetapakan suatu masalah atau perkara menurut ketetapan bersama sesuai
dengan pertimbangan dan akal yang sehat.yang hanya dilakukan oleh beberapa ahli agama
islam.
Jadi Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga setelah al-Qur’an dan Sunnah.
Ijtihad sangat diperlukan karena tidak semua hukum tentang kehidupan manusia tertulis
secara terperinci dalam al-Qur’an dan Sunnah. Dengan adanya ijtihad penentuan hukum
dapat dilakukan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan zaman, namun tidak terlepas dari
al-Qur’an dan Sunnah.
Kedudukan Ijtihad Dalam Islam
Dalam sejarah pemikiran islam, Ijtihad telah banyak digunakan. Ajaran Al-Qur’an dan
hadis memang menghendaki digunakannya ijtihad, dari ayat Al-Qur’an yang jumlahnya lebih
kurang 500 ayat. Menurut perkiraan ulama yang berhubungan dengan akidah, ibadah,
muamalah. Ayat-ayat tersebut, pada umumnya terbentuk teks-teks dasar tanpa menjelaskan
lebih lanjut mengenai maksud, rincian, cara pelaksanaannya. Untuk itu ayat tersebut perlu
dijelaskan oleh orang-orang yang mengetahui Al-Qur’an dan hadits yaitu para sahabat Nabi
dan kemudian para ulama penjelasan oleh para sahabat dan para ulama tersebut diberikan
melalui ijtihad. Jadi kedudukan ijtihad adalah sumber ke 3 sesudah al-Qur’an dan
Hadits.Berdasarkan pendapat Jumhur Ulama,ijtihad sudah ada sejak zaman Rasullah SAW,
sesuai dengan apa yang ditangkap dari dialog antara Nabi dengan Muaz bin Jabal ketka
mengutusnya ke negeri Yaman untk berdakwah sambil mengumpulkan zakat dari kaum
muslimin setempat. Beliau mengajukan pertanyaan kepada Muaz bin Jabal sebagai
berikut:“Wahai Muaz dengan apa engkau menetapkan hukum? Muaz menjawab;
Dengan kitab Allah SWT (Al-Qur’an). Bila ditemui dalam kitab Allah? Muaz menjawab;
maka dengan sunnah Rasul. Jika tidakdi temui dalam sunnah Rasul? Muaz menjawab; Aku
akan menggunakan segenap kemampuan pikiranku (berijtihad). Kemudian Rasul menepuk
pundak Muaz dan bersabda; “segala puji bagi Allah yang telah menyetujui utusan dari Rasul-
Nya.Riwayat inilah yang menjadi dasar dari kebolehan dalam berijtihad untuk masalah yang
tidak ditemukan secara eksplisit dalam Al-Qur’an
1
Sunnah memotivasi dalam berijtihad dan jelaskan teknis ijtihad yang dilakukan
Beberapa contoh penyelesaian hukum dengan ijtihad:
1. Nabi membuat strategi perang yang didiskusikan dengan sahabt
2. Pengkatan khalifah setelah rasul wafat
3. Menuliskan dan membukukan Al-Quran dalam satu mushaf
4. Membuat mata uang
5. Tidak memotong rangan pencuri saar musim kelaparan (Amir, 1997: 133-
239)
b. Bentuk (pribadi, lembaga) dan teknis ijtihad
Melihat kepada pelaksanaannya ijtihad dapat dibagi kepada:
1. Ijtihad fardi ialah ijtihad yang dilakukan oleh mujtahid secara fardi atau
seorang diri.
2. Ijtihad jama’i adala ijtihad yang dilakukan oleh mujtahid secara
berkelompok atau secara ijma.
Kemudian juga terdapat beberapa metoda ijtihad, sebagai berikut:
1. Qiyas
Qiyas menurut bahasa adalah menyamakan atau mengukut sesuatu dengan lalu
mempersamakannya. Sedangkan menurut istilah adalah menetapkan sesuatu perbuatan yang
belum ada ketentuan hukumnya dengan berdasarkan sesuatu hukum yang sudah ditentukan
oleh nash (teks) disebabkan karena sama ilatnya (alasannya). Contoh zakat padi diqiyaskan
pada zakat gandum karena sama-sama mengenyangkan/
2. Ijma’
Ijma’ menurut bahasa adalah sepakat atau sependapat. Ijma’ menurut istilah ialah kesamaan
atau kebulatan pendapat semua ahli ijtihad dalam menetapkan suatu hukum. Baik dalam
bentuk ijtima’ qauli melalui ucapan (lisan) dan ijma’ sukuti’ (diam).
3. Istihsan
Istihsan adalah menetapkan suatu hukum terhadap suatu persoalan atas dasar prinsi-prinsip
kebaikan, keadilan, dan kasih saying dan sebagainya dari al-quran dan hadis.
4. Mashalihul Mursalah
Mashalihul musalah ialah menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan atas dasar
pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan syariat Islam sekaliupun tidak
ada dalil secara eksplisit dalam al-quran dan hadis. (Tato, 1997: 68-69)

2
Sebutkan contoh-contoh ijtihad dalam persoalan kontemporer?
Contoh contoh ijtihad dalam persoalan kontemporer yaitu seperti:
✓ Bayi tabung
✓ Donor
✓ Mencat Rambut
✓ Transplantasi organ tubuh
✓ Operasi plastik
✓ Rekayasa Genetika
✓ Zakat profesi dan usaha

Referensi:
Modul pertemuan v yang diberikan ibu dosen Dra. Murniyetti, M.Ag
https://id.wikipedia.org/wiki/Ijtihad
https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/11/kedudukan-ijtihad.html
https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/11/kedudukan-ijtihad.html

Anda mungkin juga menyukai