Anda di halaman 1dari 7

TUGAS VI

PENDIDIKAN AGAMA
AQIDAH

DOSEN PEMBIMBING
Dra. Murniyetti, M.Ag

OLEH:
Alfissa Indah Putri
NIM:20061048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Konsep Dan Ruang Lingkup Akidah Islam
Aqidah islamiyyah adalah keimanan yang bersifat teguh dan pasti kepada Allah SWT, dengan
segala kewajiban, bertauhid, dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-
rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk, dan mengimani seluruh apa-apa yang
telah sahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada
apa yang menjadi ijma’ (konsensu) dari Shalafush shalih, serta seluruh brita-berita qath’i (pasti), baik
secara ilmiyah maupun secara amaliyah yang telah di tetapkan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih
Menurut para ulama, ada beberapa hal yang termasuk dalam ruang lingkup aqidah diantaranya:
• Ilahiyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan, khususnya
membahas mengenai Allah SWT.
• Nubuwwat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan para utusan Allah (nabi dan rasul
Allah).
• Ruhaniyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan mahluk gaib. Misalnya malaikat,
iblis, dan jin.
• Sam’iyyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan alam gaib. Misalnya surga, neraka,
alam kubur, dan lainnya.
Rukun iman merupakan pokok-pokok keyakinan dan sebagai fondasi yang di atasnya tegak
syariat Islam untuk mengatur semua aspek kehidupan manusia. Hubungan antara aqidah dan syari‟ah
itu ibarat hubungan antara fondasi dan bangunan. Bangunan akan dapat beridiri dengan kokoh apabila
fondasi kokoh dan begitulah sebaliknya. Bila diibaratkan dengan sebatang pohon, aqidah merupakan
urat tunggang yang menopang tegaknya pohon itu. Syari‟ah ibarat batang, cabang dan ranting serta
daunnya, sedangkan akhlak merupakan buahnya. Istilah lain tentang aqidah disebut juga dengan iman
dan syari‟ah disebut dengan islam sedangkan yang berkaitan dengan akhlak atau perilaku lazim
disebut dengan ihsan.Tentang syariah dan akhlak akan dibahas masing-masingnya pada pokok
bahasan tersendiri. Dasar aqidah itu sendiri adalah ajaran Islam yang menjadi sumber-sumber hukum
dalam Islam, yang ada pada Al Quran dan Al Hadits.
Tiga Macam Argumen Tentang Wujud Tuhan
1. Argumen ontologi
Argumen ini dimunculkan pertama kali oleh Plato, seorang filosuf Yunani yang hidup pada masa
428-348 SM.Ontologi terdiri dari susunan dua kata: ontos = sesuatu yang berwujud, dan logos =
logika atau pemikiran maka ontologi dalam pengertian ini adalah teori tentang wujud, tentang hakikat
yang ada. Ringkasanya argument ini adalah bahwa semua yang berwujud (ada) dapat dikelompokkan
dalam dua kategori. Pertama, wujud yang bersifat mutlak (wajibul wujud), kedua wujud yang bersifat
relatif (mumkinul wujud). Wujud yang mutlak hanya satu, keberadaanya tidak tergantung pada yang
lainnya dan tidak diikat oleh ruang dan waktu. Karena itu dia ada di mana-mana dan kapan saja.
Keberadaanya menjadi penyebab bagi adanya yang lain, namun ia tidak disebabkan oleh yang lain.
Sedangkan wujud yang besifat relatif itu keberadaannya tergantung kepada yang lain. Keberadaannya
diikat oleh ruang dan waktu, karena itu ia tidak bersifat kekal.
Wujudnya bersifat kekal dan maha segala-galanya yang tidak ada tandingannya. Akal kita
mengharuskan demikian adanya. Itulah yang didalam ajaran agama disebut dengan Tuhan (Ind), God
(Ingr), Theo (Yunani), Ilah (Arab) dsb. Sedangkan wujud kategori kedua adalah wujud yang bersifat
relatif dan tidak kekal. Itulah wujud alam semesta. Selain Tuhan disebut alam atau makhluq (yang
diciptakan) sedangkan Tuhan adalah Sang Pencipta (khaliq).

1
2. Argumen Cosmologi
Argumen ini – yang pertama kali dicetuskan oleh Aristoteles (384-322 S.M.) – juga tergolong
sebagai argumen yang kuno sebagaiman halnya argumen ontologis. Kata cosmos menurut makna
asalnya adalah teratur, harmoni dan tersusun rapi. Kemudian maknanya berkembang menjadi "alam
raya" karena alam raya bila diamati bergerak dengan serba teratur dan harmoni. Argumen cosmologi
ini disebut juga dengan argumen sebab akibat (sabab wal musabbab). Ringkasnya argumen ini bahwa
segala sesuatu di alam ini terjadi melalui proses sebab dan akibat. Misalnya, adanya banjir disebabkan
adanya hujan, hujan turun disebabkan adanya awan tebal yang mengandung air, awan disebabkan
adanya penguapan air laut. Terjadinya penguapan disebabkan adanya panas atau cahaya dan
terjadinya panas karna adanya matahari. Begitulah seterusnya sampai kepada penyebab pertama yang
tidak disebabkan oleh yang lainnya sehingga akal manusia tidak mampu menjelaskannya lagi.
Aristoteles menyebutnya dengan istilah penyebab pertama (prima causa). Pemikiran tersebut juga
diadobsi oleh Al-Farabi, seorang filosuf Muslim yang menyebutnya dengan istilah al-muharrik al-
awwal (penggerak pertama). Penggerak pertama tersebut mestilah maha sempurna dan tidak berhajat
kepada yang lain. Dia merupakan akal yang suci (divine, muqaddas). Itulah asal dari segala-galanya,
yang didalam bahasa agama-agama dikenal sebagai tuhan.

3. Argumen Moral

Dari berbagai argumen-argumen yang telah diuraikan sebelumnya, argumen moral dinilai paling
penting dan paling kuat. Tokoh yang terkenal dalam penggunaan argumen ini adalah Immanuel Kant
(1724-1804 M.).[17]Kant percaya bahwa manusia mempunyai perasaan moral yang melekat pada
jiwa dan hati nuraninya yang membuat orang merasa mempunyai kewajiban untuk menjauhi segala
bentuk perbuatan buruk dan mengerjakan segala bentuk perbuatan baik.
Terdapat penjelasan lain dari argumen moral Kant di atas yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Di balik perintah hati nurani yang mengandung arti bahwa manusia wajib patuh pada perintah
baik tersebut, terdapat summum bonum[19]. Akan tetapi summum bonum ini tidak tercapai di alam
sekarang disebabkan antara kewajiban dan keinginan manusia selalu bertentangan. Dalam hal ini hati
nurani manusia meyakini bahwa summum bonum harus tercapai dan untuk itu hidup (jiwa) kekal
diperlukan agar summum bonum yang tak tercapai di alam sekarang dapat dicapai kelak sesudah
manusia memasuki kehidupan kedua.Pada gilirannya konsep summum bonum ini membawa kepada
dalil adanya Tuhan. Telah dijelaskan di atas bahwa summum bonum tidak tercapai karena kontradiksi
yang terjadi antara hati nurani dengan keinginan manusia. Keduanya dipisahkan oleh tabir yang
menjulang tinggi. Tabir tersebut hanya dapat dihancurkan oleh suatu kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia. Kekuatan inilah yang disebut Tuhan.

Dari pemaparan tentang argumen moral di atas, inti sederhananya yaitu; apabila manusia
merasa dalam dirinya terdapat bisikan atau perintah mutlak untuk mengerjakan yang baik dan
meninggalkan yang buruk dan perintah tersebut telah ada sejak lahir bukan berasal dari pengalaman
empiris, maka pastilah perintah itu berasal dari zat yang mengetahui baik dan buruk. Zat tersebut tentu
adalah Tuhan.

2
Konsep Tauhid Dan Aspek-Aspek Yang Terdapat Dalam Bertauhid
tauhid adalah isim masdar dari kata “wahhada”. “wahhada” adalah bentuk tsulatsi mazid dari
kata “wahada”. “wahada” mengikuti wazan fa”ala menjadi “wahhada”. “wahhada” di-tashrif ke
wazan taf’iilun jadinya “tawhiidun”. “wahada” artinya satu. “wahhada” artinya menjadikan satu,
menyatukan, mengesakan. “tawhiidun” atau “tauhid” adalah bentuk kata benda dari kata kerja
“mengesakan” sama seperti “penyatuan” adalah bentuk kata kerja “mengesakan”. lebih sering kita
dengar “tauhid” artinya “mengesakan”. terjemah ini tidak salah. kata “tauhid” kemudian berubah
menjadi istilah khusus aqidah Islam yaitu “mengesakan Allah”. kata “mengesakan” di sini memiliki
banyak arti dari beberapa aspek. meskipun banyak tapi arti-arti ini saling berhubungan dan berdekatan
sehingga saling melengkapi.
macam-macam arti itu dibagi dalam beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek aqidah
Aspek aqidah adalah aspek keyakinan. dalam keyakinan tauhid berarti: meyakini bahwa hanya
Allah pencipta alam semesta, kehidupan dan manusia,meyakini bahwa hanya Allah pemelihara alam
semesta, kehidupan dan manusia,meyakini bahwa hanya Allah yang menghidupkan segala
makhluk,meyakini bahwa hanya Allah yang mematikan segala makhluk,meyekini bahwa hanya Allah
yang membagikan rizki,dan masih banyak lagi.Tauhid ini berkaitan dengan sifat Allah yang termasuk
dalam 20 sifat wajib, yaitu wahdaniyah. tauhid ini juga berkaitan dengan salah satu asmaul husna
Allah yakni Al-wahid. artinya Allah maha tunggal. jadi di sini meyakini Allah satu-satunya yang
mampu melakukan segala sesuatu di atas. tidak ada Tuhan selain-Nya. tidak ada yang setara dengan-
Nya. tidak ada pula yang membantu-Nya dalam mengurusi alam semesta.aspek aqidah juga terbagi
tiga yaitu tauhid rububiyah,tauhid uluhiyah dan tauhid asma as sifat.
2. Aspek ibadah
Aspek ibadah adalah aspek penyembahan. tauhid dalam aspek penyembahan berarti: berharap
hanya kepada allah,beribadah hanya kepada Allah. tidak boleh beribadah kepada selain
Allah,beribadah hanya boleh berniat menjalankan perintah Allah, bukan karena ingin mencari pujian
orang lain, takut celaan orang lain. sikap seperti itu dihukumi riya’. riya’ termasuk syirik kecil.,taat
hanya kepada Allah. taat kepada orang lain boleh kalau masih dalam hal yang diperbolehkan oleh
Allah. tapi kalau dalam maksiat tidak boleh taat.,berdoa hanya kepada Allah. tidak boleh berdoa
kepada danyang, roh, jin, setan, iblis dll.
3. Aspek Syariah
Aspek syariah adalah aspek hukum dan aturan-aturan kehidupan. tauhid dalam aspek syariah
berarti: meyakini bahwa Allah satu-satunya yang berhak membuat hokum,meyakiki bahwa hukum
Allah adalah satu-satunya yang terbaik. tak ada yang setara atau lebih baik darinya,selalu taat pada
hukum syara’,mengatur hidupnya agar selalu sesuai dengan hukum syara’,dan menjalani hidupnya
sesuai dengan syariat Allah.

3
Konsep Dan Pembagian Syirik Beserta Contohnya
Pembagian syirik ada berbagai macam tergantung dikelompokkan pada kelompok yang mana.
✓ Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’ala
Pembagiannya yaitu:
a. Syirik di dalam Rububiyyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah mampu menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau
mematikan dan lainnya dari sifat-sifat rububiyyah.
b. Syirik di dalam Uluhiyyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat, memberikan syafaat
tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat uluhiyyah.
c. Syirik di dalam Asma’ wa Sifat
Yaitu seorang meyakini bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat khusus yang Allah ta’alla
miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat lainnya yang merupakan kekhususan Rabb kita
yang Maha Suci.
✓ Syirik Menurut Kadarnya
Pembagiannya yaitu:
a. Syirik Akbar (besar)
Yaitu syirik dalam keyakinan, dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari agama islam.
– Syirik dalam berdoa
Adalah merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk istighatsah dan isti’anah kepada
selain-Nya.
– Syirik dalam niat, kehendak dan maksud
Adalah manakala melakukan ibadah tersebut semata-mata ingin dilihat orang atau untuk kepentingan
dunia semata.
– Syirik dalam keta’atan
Yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syariat selain Allah Subhanahu wa Ta’ala atau menjadikan
sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan syariat dan ridho atas hukum tersebut.
– Syirik dalam kecintaan
Adalah mengambil makhluk sebagai tandingan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyetarakan
kecintaan makhluk dengan Allah.
b. Syirik Ashghar (kecil)
Yaitu riya’, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, akan tetapi pelakunya wajib
untuk bertaubat. Akan tetapi bukan hanya riya’ saja yang termasuk syirik Ashgar. Riya’ termasuk
Syirik Ashghar namun tidak semua Syirik Ashghar hanya berupa riya’.

4
c. Syirik Khafi (tersembunyi)
Yaitu seorang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini pun termasuk riya’, dan hal ini
tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam sebagaimana anda ketahui, namun pelakunya wajib
bertaubat.
✓ Syirik Menurut Letak Terjadinya
Pembagianya yaitu:
a. Syirik I’tiqodi
Syirik yang berupa keyakinan, misalnya meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi lain juga percaya bahwa dukun bisa
mengubah takdir yang digariskan kepada kita. Hal ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan
pelakunya dari agama islam, kita berlindung kepada Allah dari hal ini.
b. Syirik Amali
Yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti
menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain Allah dan lainnya.
c. Syirik Lafzhi
Yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti bersumpah
dengan selain nama Allah, seperti perkataan sebagian orang, “Tidak ada bagiku kecuali Allah dan
engkau”, dan “Aku bertawakal kepadamu”, “Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka akan
begini dan begitu”, dan lafazh-lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan.
Dengan mengetahui beberapa kategori syirik diatas dapat membantu kita untuk menghindarinya agar
tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam bentuk apapun dan cara bagaimana pun. Semoga kita semua
bisa terhindar dari syirik tersebut di manapun dan kapan pun jua. Wallohu a’lam bishowab.
Akhirnya tanpa disadari dirinya sudah terperangkap ke dalam sindikat kejahatan orang-orang
yang mengambil keuntungan dalam situasi itu. Menurut Muhammad Ali (1980:100), perbuatan syirik
yang dianggap sebagai perbuatan dosa yang paling berat bukanlah disebabkan karena Allah itu irihati,
dan itu bukanlah sifat Allah. Dosa berat itu disebabkan karena adanya kenyataan bahwa syirik itu
merusak akhlak manusia, sedangkan tauhid mengangkat manusia ke tingkat akhlak yang tinggi. Allah
tidak akan memberi keampunan kepada seseorang selagi ia bersikap dan berperilaku syirik (Q.S.4:58)

5
Referensi:
Modul yang diberikan ibu Dra. Murniyetti, M.Ag
https://www.pelajaran.co.id/2019/21/pengertian-aqidah-ruang-lingkup-macam-tujuan-keistimewaan-
dan-contoh-aqidah-islam.html
https://penasantri.id/4-argumen-tentang-wujud-tuhan/
https://subhalaqah.wordpress.com/2017/07/30/makna-tauhid-beserta-aspek-aspek-maknanya/
https://muslimah.or.id/60-macam-macam-syirik.html

Anda mungkin juga menyukai