Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH USHUL FIQIH

IJMA’ DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih
Dosen Pengampu : Zaimuddin Ahya’,M.Ag

Disusun oleh :
1. Ainun Nur Istighfar
2. Hanif Mustofa

SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL ( STIK )


PROGRAM PENDIDIKAN (PRODI) PAI
2023
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan masalah........................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................2

A. Pengertian Ijma’...........................................................................................2

B. Syarat-Syarat Ijma’.....................................................................................2

C. Macam-Macam Ijma’...................................................................................3

D. Kehujjahan Ijma’ Menurut Pandangan Islam..............................................4

E. Kedudukan Ijma’ Dan Cara-Cara Penetapan Ijma’......................................4

F. Hukum Mengingkari Ijma’...........................................................................6

BAB III : PENUTUP......................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam menjalankan syari’at islam,umat islam perlu mengetahui dalil-dalil


yang menjelaskan tentang syari’at tersebut. Baik tata cara,larangan maupun
perintah tertulis untuk melakukanya. Al-qur’an dan hadis merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam menjelaskan syari’at islam.
Keduanya merupakan dalil nash yang kehujahhanya diakui dan disepakati umat
islam di seluruh penjuru dunia sebagai ajaran dasar mereka.

Masalah yang timbul dalam masyarakat modern seperti saat ini tidak
semua dapat diatasi oleh kedua hujjah atau dalil tersebut. Perkembangan teknologi
dan pola pikir manusia juga menjadi salah satu factor perkembangan masalah
dalam masyarakat. Dari uraian ini, Ijma’ merupakan sumber hukum alternatif
yang dapat diambil kehujjahanya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi tentang Ijma’?


2. Apa saja syarat-syarat ijma’?
3. Apa saja macam- macam ijma’?
4. Bagaimana kehujjahan dan kedudukan ijma’ menurut pandangan islam?
5. Bagaimana cara penetapan hukum ijma’ dalam syariat islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijma’
Secara bahasa, ijma berarti sebagai suatu hal berupa mengumpulkan
berbagai macam perkara yang kemudian memberi hukum atas perkara tersebut
serta meyakini hukum tersebut. Sedang secara umum, ijma adalah sebuah
kebulatan atau keputusan dari pendapat-pendapat yang berasal dari para ahli
ulama ijtihad setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW serta menggunakan hukum
syara’.1
Adapun pengertian ijma’ dalam kitab syarah warokot adalah kesepaktan
ulama yang hidup pada suatu masa atas hukum suatu kejadian. Maka tidaklah
dipandang kesepakatan orang-orang awam untuk mereka (para ulama). Yang
dimaksud dengan ulama disini adalah Fuqoha’. 2
Adapun menurut Ijma'menurut Az Zuhaili ialah kesepakatan seluruh
ulama mujtahid dari kaum muslimin pada suatu masa sesudah wafatnya Rasulul
lah Saw atas suatu hukum syara'.
Sedangkan dalil yang menerangkan ijma’ sendiri ada di QS An Nisa ayat
59 yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya."
Dikarenakan ijma dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam, maka
tidak boleh sembarang orang dalam membuat ijma. Dengan kata lain, hanya para
ahli yang sudah berhasil mencapai mujtahid yang di mana pendapatnya sudah bisa
dipertanggungjawabkan, sehingga sumber hukum Islam yang dihadirkan dapat
memberikan manfaat dan kebaikan bagi semua umat Muslim.

1
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-ijma-dan-qiyas/ (Di askes pada 12 oktober 2023,
pukul 14.25)
2
Al-Ustadz H.Mujiburrahman,Kunci Memahami Ushul Fiqih:Syarah Warokot (Jogjakarta:Mutiara
Ilmu:2006) Hal: 65

2
Selain itu, waktu yang terus berkembang dan zaman yang juga ikut
berkembang membuat musyawarah kegiatan ijma juga ikut berkembang. Saat ini,
untuk membuat ijma atau sumber hukum Islam yang ketiga harus diikuti oleh
beberapa pihak, seperti ahli ushul fiqih, para ulama, dan orang-orang ahli ijtihad.

B. Syarat-Syarat Ijma’
Menurut Wahbah az-Zuhaili, syarat ijma’ adalah (1) yang melakukan
ijma’ tersebut adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan ijtihad, (2)
kesepakatan itu muncul dari mujtahid yang bersifat adil (berpendirian kuat
terhadap agamanya), (3) Mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha
menghindarkan diri dari ucapan atau dari perbuatan bid’ah. Ketga syarat ini
disepakati oleh seluruh ualama.
Menurut ulama ushul fiqh rukun jma’ itu ada empat: (a). Yang terlibat
dalam pembahasan hukum syara’ melalui ijma’adalah seluruh mujtahid, (b)
mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum adalah seluruh mujtahid yang
ada pada masa tersebut dari berbagai belahan dunia Islam, (c) kesepakatan itu
diawali dari masing-masing mujtahid setelah mereka mengemukan pandangannya,
(d), hukum yang disepakati itu adalah hukum syara’yang bersifat aktual dan tidak
ada hukumnya dalam al-qur’an ataupun dalam hadits Rasulullah SAW.

C. Macam-Macam Ijma’
Menurut Abdul Wahab Khallaf , ijma’ bila dilihat dari cara mendapatkan
hukum melalui ijma’ , maka ijma’ itu ada dua macam: yaitu Ijma’ Sharih (The
real ijma’) dan Ijma’ Sukuti (The silent ijma’).3
Ijma’ Sharih ialah, setiap mujtahid menyatakan bahwa mereka menerima
semua yang disepakati. Menurut ulama jumhur ijma’ sharih ini yang dapat
dijadikan hujjah ( dalil hukum). Sedangkan imam syafi’i juga sepakat bahwa
ijma’ sharih yang dapat dijadikan hujjah (dalil hukum), sehingga Imam Syafi’i

3
https://www.liputan6.com/hot/read/4882103/pengertian-ijma-dalam-hukum-islam-jenis-dan-
pendapat-para-ulama?page=5 (Di askes pada 12 oktober 2023, pukul 14.25)

3
mengatakan sebagai berikut: jika engkau atau salah seorang ulama
mengatakan,”hukum ini telah disepakati”, maka niscaya setiap ulama yang
engkau temui juga megatakan seperti apa yang engkau katakan”.
Ijma’ Sukuti ialah,Sebagian mujtahid pada saat menampilkan pendapatnya
secara jelas mengenai suatu pristiwa dengan sistem fatwa atau dalam majlis,
sedangkan mujtahid yang lain tidak memberikan respon atau kementar terhadap
pendapat tersebut, baik mengenai kecocokan pendapat atau perbedaannya”.
Tentang ijma’ sukuti ada tiga pendapat: Pertama; Menurut ulama jumhur
berpendapat ijma’ sukuti tidak dapat dipakai sebagai hujjah atau dalil, karena
menganggap tidak hanya sebagai pendapat ulama mujtahid saja. Kedua; menurut
ulama Hanafiyah Ijma’ Sukuti dapat dijadikan sebagai hujjah ketika telah ada
ketetapan, bahwa seorang mujtahid yang diam ketika dihadapkan kepadanya suatu
kejadian, dan diutarakan pendapatnya mengenai peristiwa tersebut, dan tidak ada
kecurigaan bahwa diamnya mujtahid tersebut karena takut, karena posisi diamnya
seorang mujthid bearti dia sedang memberi fatwa.215 Ketiga menurut Abu Ali al-
Jubba’i (tokoh Muktazilah w.303 H) bahwa ijma’ sukuti dapat dikatakan ijma’,
apabila generasi mujtahid yang menyepakati hukum tersebut sudah habis. Karena
sikap diam mujtahid lain bersikap diam saja terhadap hukum yang disepakati
sebagian mujtahid itu sampai mereka wafat, maka kemungkinan adanya mujtahid
yang membantah hukum tersebut tidak adalagi.
Adapun ijma’ dilihat dari segi cakupan mujtahid yang membuat
kesepakatan terbagi menjadi enam macam:
a. Ijma’ Sahabat
b. Ijma’ Khalifah yang empat
c. Ijma’ Abu Bakar dan Umar
d. Ijma’ Ulama Madinah
e. Ijma’ Ulama Kufah dan Bashrah
f. Ijma’ Itrah (ahli bait/golongan Syi’ah)4
D. Kehujjahan Ijma’ Menurut Pandangan Islam

4
https://media.neliti.com/media/publications/177599-ID-ijma-dan-issu-kotemporer.pdf (Di askes
pada 12 oktober 2023, pukul 16 .25)

4
Islam memiliki dasar hukum yaitu Al-Qur’an dan Hadis, namun seiring
perkembangan zaman dan banyaknya problematika yang muncul maka keluarlah
Ijma’ sebagai salah satu dari dasar-dasar hukum Islam.
Adapun beberapa dasar yang menguatkan kehujjahan dalil yaitu terdapat
pada Alquran surat An Nisa ayat 59 yang artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri
(pemegang kekuasaan) di antara kamu”.
Dalil yang menerangkan tentang kehujjahan Ijma’ juga terdapat di surat
Al-Bakarah ayat 143, yang artinya: Demikian pula Kami telah menjadikan kamu
(umat Islam) umat pertengahan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat
kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya
(pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”5

E. Kedudukan Ijma’ Dan Cara-Cara Penetapan Ijma’


Perbedaan-perbedaan pendapat dikalangan ulama adalah sesuatu yang
biasa terjadi termasuk dalam soal ijma apakah dapat dipandang sebagai dalil syar’i
atau tidak.Pada prinsipnya Jumhur ulama ushul fiqih menyatakan bahwa ijma
sebagai upaya para mujtahid dalam menetapkan hukum suatu kasus yang tidak
ada hukumnya dalam nash harus mempunyai landasan.
Jumhur ulama berpendapat bahwa kedudukan ijma menempati salah satu
sumber atau dalil hukumsesudah Al Quran dan Sunnah. (Muhamad Hasbi As
Siddiq, 1997).Ini berarti bahwa ijma dapat menetapkan hukum yang mengikat dan
wajib dipatuhi umat Islam bilatidak ada ketetapan hukumnya dalam Al Quran dan
Sunnah.6

5
Al-Ustadz H.Mujiburrahman,Kunci Memahami Ushul Fiqih:Syarah Warokot (Jogjakarta:Mutiara
Ilmu:2006) Hal: 67
6
https://kumparan.com/berita-hari-ini/ijma-pengertian-rukun-dan-dalilnya-1vCJoSOcoGF/ful (Di
askes pada 12 oktober 2023, pukul 22.00)

5
Untuk menguatkan pendapat ini, Jumhur Ulama mengemukakan beberapa
ayat dan hadits Nabi diantaranya QS. An Nisa (4) ayat 115 : “ Dan barang siapa
yang menetang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin,maka biarkan ia leluasa terhadap kesesatan
yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke neraka jahannam ”.
Zamakhsari (Sulaiman Abdullah, 1995) mengomentari bahwa ayat ini
menunjukkan ijma mempunyai hujjah yang tidak boleh diperselisihkan
sebagaimana Al Quran dan Hadits. Sedang Amidy mengatakan bahwa ayat ini
merupakan ayat yang ama kuat petunjuknya tentang kehujjahan ijma, dimana
Allah Swt mengancam orang yang mengikuti bukan jalan orang mukmin dengan
memasukkan ke neraka jahannam dan tempat yang paling buruk. Jalan orang
mukmin diartikan sebagai apa yang disepakati untuk dilakukan oleh orang
mukmin.Inilah yang disebut ijma.
Dalam QS. An Nisa (4) ayat 59 ” Hai orang-orang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri diantara kamu”. Perintah mentaati ulil amri
sesudah mentaati Allah dan Rasul berarti untuk mematuhi ijma, karena ulil amri
berarti orang yang mengurus kehidupan umat, baik dalam urusan dunia maupun
urusan agama, dalam hal ini adalah ulama. Kepatuhan akan ulama salah satunya
adalah bila mereka sepakat tentang sesuatu hukum dan inilah yang disebut ijma.
Dengan demikian pada prinsipnya kedudukan ijma sangat dibutuhkan oleh
umat Islam mengingat banyaknya persoalan-persoalan umat yang perlu ditetapkan
oleh mujtahid terutama hal-hal yang terkait dengan bidang muamalah diantaranya
masalah ekonomi.7
Adapun cara penerapan ijma’ dalam pengambilan hukum Islam yaitu
menurut Jumhur ulama berpendapat bahwa kedudukan ijma menempati salah satu
sumber atau dalil hukum sesudah Al Quran dan Sunnah. (Muhamad Hasbi As
Siddiq, 1997). Ini berarti bahwa ijma dapat menetapkan hukum yang mengikat

7
file:///C:/Users/BIGEN%20KOMPUTER/Downloads/kedudukan-ijma-sebagai-dalil-hukum-
terhadap-fatwa-ekonomi-islam-kontempoter-di-indonesia.pd f (Di askes pada 12 oktober 2023,
pukul 22.10)

6
dan wajib dipatuhi umat Islam bila tidak ada ketetapan hukumnya dalam Al Quran
dan Sunnah.8

F. Hukum Mengingkari Ijma’


Mengingkari Ijma' sebagai hujjah dan dalil dalam agama, menurut
sebagian ulama hukumnya kafir. Sebagaimana telah ditegaskan penulis kitab
Kasyful-Asrar, ia menegaskan, barang siapa yang mengingkari Ijma' maka ia telah
membatalkan seluruh agamanya karena kebanyakan landasan usuluddin berasal
pada Ijma' kaum muslimin.
Dalil-dalil yang ada pada ijma' wajib untuk di patuhi oleh semua umat
muslim jika tidak ada dalam al-Qur'an dan Sunnah. Jika tidak mematuhi hal yang
di tetapkan dalam ijma' maka sama saja berarti tidak mematuhi terhadap apa yang
telah di tetapkan dalam al-Qur'an dan Sunnah.

8
https://almanhaj.or.id/2944-peran-ijma-dalam-penetapan-hukum-islam.html (Di askes
pada 12 oktober 2023, pukul 22.15)

7
BAB III
PENUTUP

8
DAFTAR PUSTAKA

H.Mujiburrahman Al-Ustadz,Kunci Memahami Ushul Fiqih:Syarah Warokot


(Jogjakarta:Mutiara Ilmu:2006)

Khallaf Wahab Abdul, Ilmu Ushul Fiqh, Terjemahan Nor Isandar dkk, Rajawali
Press,Jakarta, 1993

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-ijma-dan-qiyas/ (Di askes pada 12


oktober 2023, pukul 14.25)

https://www.liputan6.com/hot/read/4882103/pengertian-ijma-dalam-hukum-
islam-jenis-dan-pendapat-para-ulama?page=5 (Di askes pada 12 oktober 2023,
pukul 14.25)

https://media.neliti.com/media/publications/177599-ID-ijma-dan-issu-
kotemporer.pdf (Di askes pada 12 oktober 2023, pukul 16 .25)

file:///C:/Users/BIGEN%20KOMPUTER/Downloads/kedudukan-ijma-sebagai-
dalil-hukum-terhadap-fatwa-ekonomi-islam-kontempoter-di-indonesia.pd f (Di
askes pada 12 oktober 2023, pukul 22.10)

https://kumparan.com/berita-hari-ini/ijma-pengertian-rukun-dan-dalilnya-
1vCJoSOcoGF/ful (Di askes pada 12 oktober 2023, pukul 22.00)

https://almanhaj.or.id/2944-peran-ijma-dalam-penetapan-hukum-islam.html
(Di askes pada 12 oktober 2023, pukul 22.15)

Anda mungkin juga menyukai