Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FINAL USUL FIQIH

Mata Kuliah : USUL FIQIH


Dosen Pengampu : Dr.Hj.Andi Herawati, M.Ag

DISUSUN OLEH:

IFTITAHURRAHMAH
21062014032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
2022/2023
SOAL

1. Jelaskan kegunaan dari ilmu Ushul Fiqih?

Jawab :
Kegunaan dari ushul fiqh sangat banyak sekali, diantaranya adalah:
1. Berguna sebagai benteng pelindung terhadap syariat Islam, karena ushul fiqh menjaga
dalil-dalil syariat dari penyimpangan dan ksalahan dalam isthinbath.
2. Berguna sebagai metode yang memudahkan dalam mengambil kesimpulan hukum
(istinbath) pada masalah-masalah cabang (fiqh) dari sumbernya.
3. Berguna untuk Menghindarkan seseorang menetapkan hukum menurut hawa
nafsunya, karena mengetahui metode dan qaidah isthinbath serta cara berijtihad yang
benar. Hal ini karena bermunculan para mujtahid dengan metode ijtihad yang
berbeda-beda3
4. Memberikan standar dan syarat-syarat yang harus dimiliki seorang mujtahid,
sehingga ijtihad hanya dilakukan oleh seseorang yang mampu dan tepat. Di samping
itu, bagi masyarakat awam, melalui ushul fiqh mereka dapat memahami bagaimana
para mujtahid menetapkan hukum baik yang disepakati atau yang diperselisihkan dan
pedoman dan norma apa saja yang mereka gunakan dalam merumuskan hukum-
hukum tersebut Menentukan hukum melalui berbagai metode yang dikembangkan
para mujtahid, sehingga berbagai persoalan baru yang secara lahir belum ada nash-
nya, dan belum ada ketetapan hukumnya di kalangan ulama terdahulu dapat
ditentukan hukumnya.
5. Berguna untuk Memelihara syariat Islam dari penyalahgunaan dalil yang mungkin
terjadi. Melalui ushul fiqh di ketahui mana sumber hukum Islam yang asli yang harus
dipedomani dan mana yang merupakan sumber hukum Islam yang bersifat sekunder
yang berfungsi untuk mengembangkan syari‟at sesuai dengan tempat dan zamannya.
6. Berguna untuk Menyusun kaidah-kaidah umum yang dapat diterapkan guna
menetapkan hukum dari berbagai persoalan sosial kontemporer yang terus
berkembang.
7. Berguna untuk Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat pada dalil yang
digunakan dalam berijtiahd, sehingga dapat melakukan tarjih (penguatan) salah satu
dalil atau pendapat tersebut dengan mengemukakan alasan.
8. Berguna sebagai Benteng dari perpecahan dan perbedaan pendapat yang lahir dari
pemahaman yang salah terhadap nash.
9. Berguna Sebagai metodologi yang mengakomodir dan menggabungkan antara
madrasah ahl al-hadis dan atsar dan madrasah ahl al-ra’yi yang sebelumnya seakan
saling bertentangan.
10. Berguna untuk Menjelaskan nash-nash yang secara dhahir bertentangan dan
kemudian Bisa mentarjih dan mengambil kesimpulan hukum ketika terjadi kontradiksi
diantara nash-nash tersebut dan membantah pendapat ekstrim dalam hal ini.
11. Berguna untuk Memelihara fiqh Islam dari pendapat yang terlalu longgar dan
pendapat yang terlalu kaku dan jumud.
12. Berguna untuk Menyeru pada ittiba’ (mengikuti) dalil dan meninggalkan ta’ashub
madzhab dan taklid buta. Karena dengannya bisa di timbang dan di ukur sejauh mana
sebuah pendapat bisa di terima dan di tolak, atau pendapat mana yang lebih tepat
yang bersandar kepada dalil dan kaidah-kaidah dalam ushul fiqh

. Maka tidak mengherankan jika kemudian para ulama kita menjadikan ilmuusul fikih ini
sebagai standarisasi dan sekaligus barometer untuk menilai benar dan salah sebuah
kerangka dan metodologi sebuah pemikiran. Ilmu ini bukan saja memberi kemudahan
jalan bagi para penuntut ilmu dan para pemikir Islam dalam mengisthinbath-kan hukum
dan bermuamalah dengan dalil, tapi sekaligus mampu menimbang dan memberikan
barometer serta jaminan mutu pada produk isthinbath dan pemikiran yang di hasilkan.

2. Uraikan secara singkat sejarah pertumbuhan dan perkembangan ushul fiqih sampai
munculnya kitab Al risalah?

Jawab : Pada penghujung abad ke-2 Hijriyah atau awal abad ke-3 Hijriyah, ushul
fikih memasuki masa kelahiran yang sebenarnya. Adalah Imam Syafi'i, seorang
ulama dan cendekiawan yang berasal dari bangsa Quraisy, tampil sebagai peramu
serta pembuat sistematika dan membukukan ushul fikih.
Menurut Abdul Wahab Abu Sulaiman, upaya pembukuan ushul fikih sejalan
dengan perkembangan ilmu keislaman di era itu. “Perkembangan pesat
ilmu keislaman dimulai pada era kepemimpinan Khalifah Harun ar-Rasyid
(145 H/ 763 H-193 H/809 M Pada masa itulah), peradaban Islam tengah
mengalami era keemasan.
“Imam Syafi'i telah memperoleh peninggalan hukum-hukum fikih yang
diwariskan oleh sahabat, tabiin, dan para imam yang telah
mendahuluinya,” Selain itu, sang imam juga memiliki rekaman hasil diskusi
antara aliran fikih yang bermacam-macam. Sehingga, Imam Syafi'i
mendapatkan gambaran yang konkret antara fikih ahli Madinah dan fikih
ahli Irak.
Bermodalkan itu semua ditambah pengetahuannya tentang fikih Madinah
yang dipelajarinya dari Imam Malik, dan fikih Irak yang dipelajari dari Imam
Muhammad bin Hasan, serta fikih Makkah, serta kecerdasannya yang luar
biasa, Imam Syafi'i kemudian menyusun kaidah-kaidah yang menjelaskan
tentang ijtihad yang benar dan ijtihad yang salah.
“Kaidah-kaidah itulah yang akhirnya disebut ushul fikih,” ujar Prof Abu
Zahrah. Menurut Ensiklopedi Islam, kajian keilmuan ushul fikih pertama
sebagai sebuah disiplin ilmu ditulis Imam Syafi'i dalam kitab yang bertajuk
ar-Risalah.
Munculnya ar-Risalah, , sebagai fase awal perkembangan ushul fikih,
sebagai sebuah disiplin ilmu. Secara umum, pembicaraan dalam kitab itu
berkisar pada landasan-landasan pembentukan fikih, yakni Alquran, sunah
Rasulullah SAW, ijmak, fatwa sahabat, dan qiyas. "Imam Syafi'i adalah
orang yang paling berhak disebut sebagai orang yang pertama kali
membukukan ilmu ushul fikih,".

3. Sumber dan dalil hukum islam dikelompokkan kepada dalil hukum yang disepakati
dan dalil hukum yg diperselisihkan .Sebutkan dan jelaskan dalil hukum yang disepakati ?
Jawaban : dalil dalil hukum trsebut para juhur ulama ada dalil hukum yg di
sepakati dan ada juga yg tidak di sepakati .dalil hukum yg di sepakati antara
lain  Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas, tetapi antara ijma dan qiyas ada
yg sepakat ada juga yg tidak, akan tetapi yg tidak sepakat hanya sebagian
kecil. Sedangkan dalil hukum yg di sepakati adalah

Mashlahah Mursalah, Istihsan, Uruf, Istishhab, Sya’u Man Qablana, Sad az-
Zari’ah, dan Mazhab Shahabi.

4. Tulis ayat dan terjemahnya yang dijadikan dasar oleh ulama kita tentang penetapan
dalil yang disepakati tersebut?

Jawab : Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa sabda, perbuatan
dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum Islam yang
kedua sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang memerintahkan untuk
mentaati Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 32:

٣٢ - ‫قُ ْل اَطِ ْيعُوا هّٰللا َ َوالرَّ س ُْو َل ۚ َفاِنْ َت َولَّ ْوا َفاِنَّ هّٰللا َ اَل ُيحِبُّ ْال ٰكف ِِري َْن‬

Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa
Allah tidak menyukai orang-orang kafir."

Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai pemberi
keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru yang ketentuannya
tidak ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW
ada kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.

Anda mungkin juga menyukai