Secara definitive, fikih berarti ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah
yang digali dan dalil-dalil yang tafsili.
2. Berdasarkan defenisi Ilmu Fiqh di atas, Apa sajakah yang menjadi objek inti yang harus
selalu ada dalam mengkaji suatu masalah hukum/Fiqh?
4. Apa perbedaan Ilmu Fikih dan Ilmu Ushul Fikih serta Ilmu Fikih dan Ilmu Qawaid
Fiqhiyah?
Perbedaan ilmu fikih dan ushul fikih terletak pada penjelasan dalil yang dilakukan.
Dalam ilmu ushul fikih, penjelasan terhadap dalil lebih terperinci dari pada ilmu fikih. Karena
berasal dari kata ushul, yang berarti paham yang mendalam.
Fikih berarti ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang digali dan
dalil-dalil yang tafsili. Kaidah fiqhiyyah adalah kumpulan hukum-hukum kesamaan yang setiap
hal dirujukan kepada satu pola yang sama, seperti khiyar, atau kaidah-kaidah fasakh secara
umum.
5. Jelaskanlah bagaimana sejarah lahirnya Ilmu Fiqh itu? Siapa pencetusnya apa nama
kitabnya?
Sejarah lahirnya ilmu fikih, secara harfiah sudah berlangsung sejak zaman Nabi SAW.,
walaupun pada waktu itu belum dinamakan dengan ilmu fikih.
Perkembangan ilmu fikih, berdasar periodisasi sejarah sudah ada sejak zaman, Nabi
SAW., zaman sahabat, masa imam mujtahid, periode taklid, reformulasi fikih islam.
Ibadah adalah ketundukan atau penghambaan diri kepada allah, tuhan yang maha esa.
Dalam islam ibadah dibagi atas 2 yaitu ibadah madhah dan ghairu madhah, ibadah madhah
meliputi sholat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu madhah yaitu ibadah yang
dilakukan antara manusia dan manusia.
9. Jelaskan apa itu Muamalah? Jelaskan pula pembagian Muamalah dalam hukum Islam!
-Muamalah dalam pengertian luas berarti aturan-aturan (Hukum) Allah untuk mengatur
manusia dalam kaitanya dengan urusan duniawi dalam pergaulan.
- Pembagian hukum islam:
Al-muamalah al-madiah adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan
kebendaan, hal ini meliputi halal haram, subhat untuk diperjual belikan dan benda-benda
yang menimbulkan kemudhoratan.
Al-mualah Al-adabiah, segala aspek yang berkaitan dengan masalah adab dan akhlak,
seperti ijab qabul, saling meridoi, tidak ada keterpaksaan dan kejujuran
10. Apa yang dimaksud dengan Mazhab?
Secara sederhana mazhab bisa diartikan sebagai penggolongan suatu aturan atau hukum
dari mujtahid.
Asal mula munculnya mazhab dimulai dari muculnya salah satu tokoh yang berhasil
menggabungkan ilmu dari masing-masing ahl ra’yi dan ahl hadist. Yakni I mam syafi’I, imam
syafi’I belajar di dua tempat berbeda, yaitu di wilayah mekkah dan hijaz yang merupakan tempat
berkumpulnya ahl ra’yi dan ahl hadist. Kemampuan belajar dari imam syafi’I ini kemudian cepat
dikenal oleh banyak orang dan mulai mengikutinya, sehingga munculnya mazhab syafi’i.
12. Jelaskan pembagian mazhab dan sebutkan nama-nama mazhab dalam Fiqh
1. Mazhab syafi’iyyah
2. Mazhab hanabilah
3. Mazhab zhahiriyah
Secara istilah teknik hukum berarti, ilmu tentang kaidah-kaidah yang membawa kepada
usaha merumuskan hukum syarak dari dalilnya yang terinci. Atau dalam artian sederhana adalah
kaidah-kaidah yang menjelaskan cara-cara mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalilnya.
2. Berdasarkan defenisi di atas, Jelaskan apa saja yang menjadi objek kajian dari Ilmu Ushul
Fiqh itu!
Ushul fikih menjelaskan ketentuan atau aturan yang harus diikuti oleh seorang mujtahid
untuk menghindarkan dirinya dari kesalahan dalam usahanya merumuskan hukum syarak dari
dalilnya.
3. Jelaskan sejarah lahirnya ilmu Ushul Fiqh! Siapa penemunya? Apa nama
4. Jelaskan Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh! Sebutkan pula tokoh utamanya dan kitabnya!
a. Aliran syafi’iyah atau mutakallimin
Aliran ini membangun ushul fiqh secara teoritis, tanpa terpengaruh oleh masalah masalah
furu’ (masalah keagamaan yang tidak pokok). Dalam membangun teori, aliran ini menetapkan
kaidahkaidah dengan alasan yang kuat, baik dari dalil naqli (al Qur’an atau hadis) maupun dari
’aqli (akal pikiran), tanpa dipengaruhi oleh masalah masalah furu’ yang ada dari berbagai
mazhab. Karena itu, teori tersebut adakalanya sesuai dengan hukum furu’ namun adakalanya
pula tidak sesuai. Setiap permasalahan yang diterima akal dan didukung oleh dalil naqli dapat
dijadikan kaidah, baik yang sejalan dengan furu’ mazhab maupun tidak, sejalan dengan kaidah
yang telah ditetapkan imam mazhab mereka atau tidak.
Dapat disimpulkan bahwa metodologi aliran Hanafiyah dalam penulisan ilmu ushul
fiqhnya adalah mengeluarkan kaedahkaedah dalam masalah furu’ kemudian diambil suatu
konklusi sebagai kaidah umum. Dan kaedah kaedah yang dibentuk harus sesuai dengan mazhab
mereka.
Ahmad bin ali al-sa’ati dari kalangan hanafiyah. Teori-teorinya termuatdalam buku bad’ al-
nizam yang merupakan penggabungan dua buah buku, yaitu ushul al-bazdawi oleh ibn
Muhammad al-bazdawi dari aliran hanafiyah dan al-ihkam fi ushul al-ahkam oleh al-amidi dari
aliran syafi’iyah. Buku al-jam’u al-jawami’ oleh ibnu al-sibki oleh ahli ushul fikih dai kalangan
syafiiyah dan al-tahrir oleh al-kamalibnu al-hummam ahli ushul fikih dari kalangan hanafiyyah.
Upaya mengkompromi antara aliran syafiiyah dan hanafiyah tersebut , dilakukan dengan cara
masing-masing kelompok saling mempelajari metodologi istinbath hukum dari kelompok
lainnya. hal ini menunjukan adanya titik temu antara kedua aliran tersebut.
5. Apa yang dimaksud dengan Hukum Syara? Sebutkan macammacam hukum syara!
Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata „hukum‟ dan „Islam‟. Kedua kata tersebut,
secara terpisah, merupakan kata yang digunakan dalam bahasa Arab dan terdapat dalam
Alqur‟an, juga terdapat dalam bahasa Indonesia. „Hukum Islam‟ sebagai suatu rangkaian kata
telah menjadi bahasa Indonesia yang terpakai, tetapi bukan merupakan kata yang terpakai dalam
bahasa Arab dan tidak ditemukan dalam Alqur‟an, juga tidak ditemukan dalam literatur yang
berbahasa arab. Oleh sebab itu, kita tidak menemukan arti rangkaian „hukum Islam‟ secara
definitif.
6. Apa yang dimaksud dengan Hukum Wadh’iy? Sebutkan pula macam-macam hukum
Wadh’iy!
Hukum wadh’i yaitu apa yang berlaku menempatkan suatu sebab bagi sesuatu atau syarat
untuknya, atau yang melarang daripadanya.
a. Sebab, yaitu apa yang dijadikan alamat oleh syar’i terhadap musababnya, dan mengikat
adanya musabab itu dengan wujudnya adam (tidak adanya) dengan adamnya.
b. Syarat, yaitu apa yang terhenti wujud hukum itu atas wujudnya, dan tidak bercerai dari
adamnya itu adam hukum. Yang dimaksud dengan wujudnya itu ialah syar’i yang
disusun hadits di atasnya.
c. Mani’, yaitu apa yang tidak terpisah dari adanya dan tidak adanya hukum. Dalam ushul
fiqih yaitu perintah di samping menetapkan sebab dan mencukupi syarat-syaratnya.
d. Rukhsah dan azimah. Rukhsah yaitu apa yang disyariatkan Allah dari hal hukum–
hukum yang meringankan kepada mukallaf dalam hal-hal yang khusus
memperlakukan keringanan. Ulama hanafi membagi rukhsah ini menjadi dua bagian,
rukhsah tarfiah dan rukhsah isqath. Sedangakn azimah yaitu apa yang disyari’atkan
Allah berasal dari hukum-hukum umum yang tidak dikhususkan dengan hal selain dari
hal dan tidak pula mukallaf selain dari mukallaf.
Al-qur’an, sunnah, ijma’, qiyas, istihsan, maslahah mursalah, al-urf, istishab, syar’u man
qoblana, mazhab sahabat.
8. Apa yang dimaksud dengan Ijmak? Sebutkan macam-macam Ijmak! Beri satu contoh
masing-masing!
Ijmak menurut istilah ushul fikih adalah sepakat para mujtahid muslim memutuskan
suatu masalah sesudah wafat Rasul terhadap hukum syar’I,
Ditinjau dari sudut menghasilkan hukum maka ijma terbagi kedalam dua macam:
1. Ijma sharih (bersih atau murni) yaitu kesepakatan mujtahid terhadap hukum mengenai
suatu peristiwa.
2. Ijma sukuti yaitu sebagian mujtahid terang-terangan menyatakan pendapatnya dengan
fatwa atau memutuskan suatu perkara, dan sebagian lagi hanya berdiam diri. Hal ini
berarti dia menyetujui atau berbeda pendapat terhadap yang dikemukakan itu dalam
mengupas suatu masalah.
Adapun ditinjau dari pihak ini, maka ijma itu ada yang qath’i dan ada yang dzan.
1. Ijma’ qath’i, yaitu ijma’ shahih dengan pengerian bahwa hukumnya itu di qath’ikan
olehnya. Tidak ada jalan bagi hukum terhadap suatu peristiwa dengan danya khilaf
(perbedaan pendapat).
2. Ijma’ dzanni, yang menunjukkan atas hukumnya, yaitu ijma’ dzanni dengan pengertian
bahwa hukumnya itu masih diragukan. Dzan itu juga kuat, tidak boleh mengeluarkan
peristiwa dari lapangan yang dibentuk oleh ijtihad.
9. Apa yang dimaksud dengan Qiyas? Sebutkan macam-macam Qiyas! Beri satu contoh
masing-masing!
Qiyas menurut istilah ushul fikih adalah menyusul peristiwa yang tidak terdapat nash
hukumnya dengan peristiwa yang terdapat nash bagi hukumnya dalam hal hukum yang terdapat
nash untuk penyamaaan dua peristiwa pada sebab hukum ini.
1. Ashal, yaitu apa yang terdapat nash dalam hukumnya itu. Dinamakan juga : muqayas
alaih, mahmul alaih, dan musyabah bih.
2. Furu, yaitu apa yang tidak terdapat nash dalam hukumnya. Maksud menyamakannya
dengan ashal pada hukumnya, dinamakan : muqayas, mahmul alaih, musyabah.
3. Hukum ashal, yaitu hukum syar’i, yang terdapat nash pada ashal itu, dimaksud akan
menjadi hukum furu.
4. Illat, menyifatkan sesuatu yang dibina atasnya hukum ashal, dan dibina atas wujudnya
pada furu’ itu disamakan dengan ashal pada hukumnya.
Hukum syar’i dalam istilah ushul yaitu pembicaraan syar’i bersangkut dengan perbuatan
mukallaf. Adapun syar’i menurut istilah fuqaha yaitu berita yang melakukan pembicaraan syar’i
dalam perbuatan, seperti wajib, haram, dan mubah.
Mahkum fih yaitu perbuatan mukallaf yang bersangkut dengan hukum syar’i. Syarat
sahnya taklif itu dengan perbuatan, disyaratkan dalam perbuatan yang syah menurut syari’at itu,
taklif itu memiliki tiga syarat yaitu; Pertama, diketahui bahwa mukalaf itu mempunyai ilmu yang
sempurna, sehingga mukallaf itu sanggup melaksanakan menurut apa yang diminta kepadanya.
Kedua, hendaklah taklif itu bersumber dari orang yang memunyai kekuasaan taklif (paksaan).
Ketiga, perbuatan mukallaf itu adalah memungkinkan. Dalam hal ini si mukallaf itu sanggup
memperbuatnya atau menahan diri terhadap perbuatan itu.
Mahkum alaih yaitu perbuatan mukallaf yang menyangkutkan hukum syar’i, dan
disayaratkan si mukallaf itu untuk mensyahkan taklifnya menurut syari’at atas dua syarat.
Pertama, hendaklah dia mampu memahami dalil taklif bahwa dia mampu memahami undang-
undang yang dipaksakan kepadanya itu dari Al-quran dan sunnah. Kedua. Dia ahli tentang
tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya itu. Ahli menurut bahasa yaitu baik tindakannya.
ِ َاَُأْل ُم ْو ُر بِ َمق
-اص ِدهَا
ُ ِشقَّةُ ت َْجل
ِ ب التَّ ْي
س ْي َر َ اَ ْل َم
َّ اَل
ض َر ُر يُزَا ُل