Anda di halaman 1dari 7

Nama : Pahmi Paujiah

NIM : 1192040086

Kelas : PBI-3B

Mata Kuliah : Ilmu Fiqih

Semester : III ( Tiga )

Hari/tanggal : Rabu, 18 November 2020

Dosen Pengampu : Dr. H. Hapid,M.Ag

Dr. Hj. Salsabilah,M.Ag

1. – Pengertian Ilmu Fiqih


Secara bahasa, fiqih itu faham, asal katanya [‫ ]فقه‬yang berarti faham dan mengerti.
secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan berbagai definisi yang berbeda-
beda, walaupun sejatinya, ensensi yang dikandung dalam definisi tersebut mempunyai arti yang
sama.
Jalalul Mahali mendifinisikan fiqih sebagai :
ُ‫األَحْ َكامُ ال َّشرْ ِعيَّةُ ال َع َملِيَّةُ الم ْك َتسِ بَةُ مِنُْ اَ ِدلَّتِهَآ ال َت ْفصِ ْيلِ َّي ِة‬
“ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliyah yang
diusahakan memperolehnya dari dalil yang jelas (tafshili)”.
Ilmu fiqh adalah ilmu yang mempelajari tentang ajaran Islam atau syari’ah yang bersifat
‘amali (praktis) yang diambil dari dalil-dalil yang tafsili (terperinci) atau sistematis, maka jelas
bahwa pembahasan ilmu fiqh adalah berkisar pada ketentuan hukum yang berkaitan dengan
perbuatan para mukallaf.
- Konsep Dasar Ilmu Fiqih
Menurut istilah Ilmu fiqih merupakan ilmu yang mencakup seluruh ilmu mengenai
syariat agama ini, baik berupa aqidah maupun hukum hukum dalam beribadah,
bermuamalah dan juga huduud, begitupun seluruh hal yang mencakup dalil dalil yang ada
dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
- Tujuan mempelajari fiqih ialah untuk menerapkan hukum syara’ pada setiap perkataan dan
perbuatan mukallaf, karena itu ketentuan- ketentuan itulah yang dipergunakan untuk
memutuskan segala perkara dan yang menjadi dasar fatwa, dan bagi setiap mkallaf akan
mengetahui hukum syara’ pada setiap perkataan dan perbuatan yang mereka lakukan.
Pada pokoknya yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqih adalah perbuatan mukalaf dilihat
dari sudut hukum syara’.perbuatan tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu:
1. Ibadah
Bagian ibadah mencakup segala persoalan yang pada pokokny aberkaitan dengan urusan
akhirat. Artinya segala perbuatan yang dilakukan dengan maksud mendekatkan diri kepada
Allah SWT seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
2. Mu’amalah
Bagian mu’amalah yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan harta seperti, seperti
jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, amanah, dan harta peninggalan. pada bagian
ini juga dimasukan persoalan munakahah dan siyasah
3. ‘Uqubah
Bagian ‘uqubah yang mencakup segala persoalan yang berkaitan dengan tindak pidana
seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, pemberontakan, dan lain-lain. Bagian ini juga
membicarakan hukuman-hukuman, seperti qisas, had, diyat, dan ta’zir.[8]
- Karakteristik Ilmu Fiqih
 Bersumber dari Wahyu Ilahi
Fiqh Islam berbeda dari hukum-hukum positif, karena sumbernya adalah wahyu Allah Swt
yang dituangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, karena itu dalam mengambil
kesimpulan hukumnya, setiap mujtahid terikat secara kuat dengan teks-teks dari kedua
rujukan tersebut, yakni Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
 Komprehensif dan Memenuhi Tuntutan Hidup Manusia
Fiqh Islam berbeda jauh dari hukum-hukum dan undang-undang buatan manusia, karena
meliputi tiga dimensi hubungan dalam hidup manusia:
 Hubungan manusia dengan Tuhannya
 Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
 Hubungan manusia dengan masyarakat.

Ilmu fiqih juga sebagai suatu bidang keilmuan memiliki karakteristik, diantaranya:

 Al Ahkam (tentang hukum-hukum) Pengetahuan manusia bermacam-macam.


 Asy Syar'iyah (yang diambil dari Syariat)

 Al 'Amaliyah (berkenaan dengan kaifiyyah amal perbuatan)

 Al Muktasib Min Adillatiha At Tafshiliyyat.

- Kedudukan Ilmu Fiqih dalam Pemikiran Islam


Sayid Muhammad al-Maliki dalam al-Qawâ’id al-Asâsiyah fi ‘Ilmi-Ushûl al-Fiqh menyebutkan
‫فإن علم الفقه علم عظيم نفعه وقدره وعال شرفه وفخره إذ عليه مدار االحكام الشرعية ومنار الفتاوي الفرعية وهو العمدة في‬
‫االجتهاد إذ هو أهم ما يتوقف عليه‬
Sesungguhnya, ilmu fiqh merupakan salah satu ilmu yang amat besar manfaatnya dan
memiliki kedudukan yang amat tinggi. Sebab, barometer dalam menggali hukum-hukum
syariat dan dalam menetapkan keputusan harus berdasarkan atasnya. Ia merupakan
pegangan utama dan paling utama di dalam berijtihad.”
2. Objek Kajian Ilmu Fiqih
Yang menjadi obyek kajian ilmu fiqih adalah segala perbuatan, perkatan dan tindakan
mukallaf (orang muslim yang mampu dibebani hukum, sudah baligh, tidak gila) dari segi hukum,
termasuk hukum-hukum yang mensifati perbuatan para mukallaf itu sendiri, seperti wajib,
sunnah, makruh, mubah, sah, batal, ada’, qada’ dan lain sebagainya.
Wahbah al-Zuhaily, membagi objek kajian ilmu fiqh menjadi dua bidang.
1. Bidang ibadah, yaitu yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, seperti
bersuci, shalat, puasa, haji, zakat, nazar, sumpah, dan lain-lainnya.
2. Bidang mu‘amalah, yaitu yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, seperti
perjanjian jual beli, pidana, sewa-menyewa, hutang-piutang, perkawinan, harta waris, hibah,
dan lain-lain

Metodelogi Ilmu fiqih

 Metodologi ilmu fiqh adalah ushul fiqh. Oleh karena itu apabila kita mempelajari fiqh tanpa
ushul fiqh tidak akan tahu bagaimana caranya mengeluarakan hukum dari dalil-dalilnya itu dan
bagaimana mengembalikan hukum fiqh kepada sumber asalnya

 Dalam ushul fiqih dibicarakan tentang hukum baik ta’rifnya maupun pembagiannya, yaitu dalam
hukum taklifi, dan ada hukum wad’i. Hukum taklifi pada prinsifnya terdiri dari: Al-Ijabah, Al-
Nadb, Al-Tahriem, Al-Karohah, dan Al-Ibahaah. Sedangkan yang dibicrakan hukum Wad’i terdiri
dari: Asbab,Asy-aat, Al-maani, Syah, Bathal. Azimah dan rukhsah.
 Bagaimana hukum itu dikeluarkan dari dalil-dalilnya. Inilah inti dari pembahasan Ushul Fiqih.

Dalam bagian ini dibahas tentang dalil-dalil hukum, seperti hal-hal sekitar al-qur’an,
Assunah, Ijma, Qiyas, Istihsan, Al-maslahah al-Mursalah, Al-Urf, Al-Istishhab, Syara umat
sebelum kita, Madzhab Shohabi, Saddu Al-dzarri’ah dan lain sebagainya yang berkaitang dengan
dalil-dalil syara

• Pembahasan disekitar Hakim, yaitu pembahasan yang menjelaskan bahwa Allah SWT. Yang
menetapkan hukum. Hukum Allah Swt. Ini disampaikan melalui Rasulallah saw.

• Pembahasan tentang Mahkum fih, yaitu pembahsan sekitar perbuatan mukallaf yang diberi
hukum (perbuatan hukum). Diantaranya dibicarakan tentang syarat syah taklif, seperti taklif itu
harus diketahui oleh mukallaf, harus mungkin dilaksanakan dan taklif tersebut harus dating dari
yang mempunyai kewenangan mentaklif .

• Pembahasan tentang mahkum ‘alaih, yaitu orang mukallaf yang dibebani hukum.Singkatnya
pembahasan tentang subyek hukum

3. Hukum-hukum yang mensifati perbuatan para mukalaf


• HUKUM TAKLIFI
Hukum taklifi adalah hukum yang menuntut kepada mukallaf untuk berbuat atau tidak
berbuat ; menghendaki agar mukallaf memilih antara melakukannya atau meninggalkannya
• HUKUM WADH’I
Hukum wadh’i adalah hukum yang ditetapkan pada sesuatu yang menjadi
sebab,penghalang atau syarat bagi sesuatu yang lain
4. periode Takhrij dan Tarjih dalam Madzhab Ilmu Fiqh

Periode ini dimulai pada pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke 7, yang
dimaksud tahrir takhrij dan tarjih dalam madzhab ilmu fiqih yaitu Periode yang ditandai
dengan melemahnya semangat ijtihad dikalangan ulama fiqh. Namun meskipun demikian,
dimasa ini juga banyak bermunculan kitab-kitab Fiqih sebagai dampak dari usaha para
Ulama untuk mengomentari, memperjelas dan mengulas pendapat para Imam mereka.
5. Ruang Lingkup dalam Ilmu Fiqih
1. Ibadah
Ibadah (‫ )عبادة‬secara etimologi diambil dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun.
berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’,

Adapun definisi ibadah dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan.

Dalam Terminologi syariat,ibadah diartikan sebagai sesuatu yang di perintahkan Allah sebagai
syariat, bukan karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, juga bukan karena tuntutan
logika atau akal manusia.

Macam macam Ibadah Secara garis besar, ibadah dibagi menjadi 2 yakni : ibadah khassah
(khusus) atau mahdah dab ibadah `ammah (umum) atau gairu mahdah.

a. Ibadah mahdah adalah ibadah yang khusus berbentuk praktik atau pebuatan yang
menghubungkan antara hamba dan Allah melalui cara yang telah ditentukan dan diatur atau
dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Oleh karena itu, pelaksanaan dan bentuk ibadah ini sangat ketat, yaitu harus sesuai dengan
contoh dari Rasulullah seperti, shalat, zakat, puasa, dan haji.

b. Adapun ibadah gairu mahdah adalah ibadah umum berbentuk hubungan sesama manusia dan
manusia dengan alam yang memiliki nilai ibadah. Ibadah ini tidak ditentukan cara dan syarat
secara detail, diserahkan kepada manusia sendiri. Islam hanya memberi perintah atau anjuran,
dan prisnip-prinsip umum saja. Misalnya : menyantuni fakir-miskin, mencari nafkah,
bertetangga, bernegara, tolong-menolong, dan lain-lain.

Ibadah dari segi pelaksanaannya dapat dibagi dalam tiga bentuk, yakni sebagai berikut:

a. Ibadah jasmaniah rohaniah, yaitu perpaduan ibadah antara jasmani dan rohani misalnya
shalat dan puasa.

b. Ibadah Rohaniah dan maliah, yaitu perpaduan ibadah rohaniah dan harta seperti zakat.

c. Ibadah Jasmani, Rohaniah, dan Maliah yakni ibadah yang menyatukan ketiganya contohnya
seperti ibadah Haji.
2. Muamalah
> Arti luas : aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya
dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial
>>Arti Sempit: aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia
dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta benda
Pembagian Muamalah
1. Muamalah Madiyah : muamalah yang mengkaji obyeknya ; benda yang halal, haram dan
syubhat untuk diperjualbelikan, benda-benda yang memadaratkan dan benda yang
mendatangkan kemaslahatan bagi manusia serta segi-segi yang lainnya
2. Muamalah adabiyah : muamalah yang mengkaji subyeknya; ditinjau dari segi tukar menukar
benda yang bersumber dari panca indra manusia yang unsur penegaknya adalah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban misalnya keridhaan kedua belah pihak, ijab qabul, dusta, menipu dll
3. Munakahat
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Dalam istilah syari’at nikah berarti
melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laik-laki
dan seorang perempuan serta menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya
dengan dasar sukarela dan persetujuan bersama demi terwujudnya keluarga yang
bahagia yang diridhai oleh Allah swt.
4. AL-Jinayah
Al-Jinayah, dari kata jana yajni, artinya mengambil buah dari pohonnya, kemudian
berubah menjadi perilaku kejahatan, kejahatan, perbuatan kriminal, sehingga al-jinayah
diartikan sebagai semua perbuatan yang dilarang yang mengakibatkan
kemudharatan/kerusakan pada jiwa dsb.

Sumber referensi :

Materi yang telah diberikan di e-knows

http://repository.uinsu.ac.id/4435/1/FULL%20TEXT.pdf

http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_10BA.0080834.pdf
https://enamardianingsih.wordpress.com/2013/11/09/sejarah-perkembangan-fiqih-makalah-fase-fase-
perkembangan-fiqih/
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/almanhaj/article/download/170/148

http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/226

https://ishbahfaqih.wordpress.com/2014/07/01/sejarah-perkembangan-fiqh/

https://umma.id/post/ilmu-fiqih-bukan-ilmu-sembarang-254659?lang=id

https://www.muisumut.com/blog/2019/10/01/agama-itu-ialah-muamalah-fikih-muamalah-bag-1/

Anda mungkin juga menyukai