Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam sebagai agama yang diturunkan Allah sebagai aqidah dan syariat
terakhir bagi manusia. Karenanya, Allah menjadikan syariat lengkap, utuh dan
konprehensif. Sehingga syariat yang tak lekang oleh jaman dan perubahan ini patut
menjadi pegangan hidup dan undang-undang serta rujukan hukum manusia dimana
pun dan kapan pun berada. Sebab di dalam syariat ini diciptakan sedemikian rupa
oleh Allah sehingga sesuai dengan kepentingan manusia dan realitas yang dihadapi.

Fiqih Islam adalah ruh dan spirit yang selama 14 abad lamanya menjaga
bangunan syariat sehingga tetap utuh dan kokoh dalam kondisi apa pun. Disamping
itu, selama rentang tersebut Fiqih menjadi unsur penopang dan pendukung bagi
peradaban dan kemajuan ilmu pengetahun karena selalu sinkron dan selaras.

Untuk lebih mendalam, berikut uraian pengertian Fiqih Islam, karakter


khusus, sejarah dan hal lain yang terkait dengannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian fiqh?


2. Apa saja macam-macam fiqh?
3. Apa saja fungsi ilmu fiqh?
4. Apa keutamaan ilmu fiqh?

BAB II

PEMBAHASAN

1
2.1 Ilmu Fiqih
a. Pengertian Fiqih
Kata fiqih adalah bentukan dari kata fiqhun yang secara bahasa
berarti ‫( فهم عميق‬pemahaman yang mendalam) yang menghendaki
pengerahan potensi akal. Ilmu fiqih merupakan salah satu bidang
keilmuan dalam syariah Islam yang secara khusus membahas
persoalan hukum atau aturan yang terkait dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, baik menyangkut individu, masyarakat,
maupun hubungan manusia dengan Penciptanya.1
Seperti dalam firman Allah: “Maka mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikitpun?” (QS. An Nisa: 78). Dan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya
khutbah seseorang, merupakan tanda akan kepahamannya.” (Muslim
no. 1437, Ahmad no. 17598, Daarimi no. 1511)
Istilah fiqih secara bahasa Arab adalah,
‫العلم بالألحكام الشرعية العلمية المكتسب من أدلتها التفصيلية‬
”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah
(perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”
Penjelasan definisi:
• Ilmu: Ia merupakan ilmu yang memiliki obyek dan kaidah
tertentu.
• Hukum-hukum syariat: Hukum-hukum ini bersifat syariat
yang diambil dari Al Quran, sunnah, ijma’, qiyas, bukan ilmu
logika, matematika, fisika.
• Amaliyah: Fiqih hanya membahas hukum-hukum praktis
(amaly) perbuatan manusia dari masalah ibadah, muamalah.

1
Ahmad Alfan, Ahmad Tau¿q Wahyudi AS, Tri Bimo Soewarno. FIKIH X. Kementerian Agama
Jakarta : 2014. Hlm. 6

2
Jadi fiqih tidak membahas masalah keyakinan atau ilmu
kalam atau ilmu akidah.2
Fiqih Secara Istilah Mengandung Dua Arti:
a. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan
dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani
menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang
bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang
bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.
b. Hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua
definisi tersebut bahwa yang pertama digunakan untuk mengetahui
hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu
perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah,
ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk
hukum-hukum 11 syari’at itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang
terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-
syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).
Menurut Hatib Rachmawan, Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan
al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm, artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat
diartikan ilmu yang mendalam.Secara istilah fiqih adalah ilmu yang
menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan
perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya
yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak dibebani dengan
kewajiban.
Diantara keistimewaan fiqih Islam yang dikatakan sebagai hukum-
hukum syari’at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf
memiliki keterikatan yang kuat dengan keimanan terhadap Allah dan
rukun-rukun aqidah Islam yang lain. Terutama Aqidah yang berkaitan
dengan iman dengan hari akhir. Yang demikian Itu dikarenakan
keimanan kepada Allahlah yang dapat menjadikan seorang muslim

2
Ahmad Sarwat, Lc. Fiqih & Syariat. Hlm. 25-33

3
berpegang teguh dengan hukum-hukum agama, dan terkendali untuk
menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan. Sedangkan orang
yang tidak beriman kepada Allah tidak merasa terikat dengan shalat
maupun puasa dan tidak memperhatikan apakah perbuatannya termasuk
yang halal atau haram. Maka berpegang teguh dengan hukum-hukum
syari’at tidak lain merupakan bagian dari keimanan terhadap Dzat yang
menurunkan dan mensyariatkannya terhadap para hambaNya. 12
Contohnya:
Allah memerintahkan bersuci dan menjadikannya sebagai salah satu
keharusan dalam keiman kepada Allah sebagaimana firman-Nya: “Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS.
Al-Maidah: 6).
Juga seperti shalat dan zakat yang Allah kaitkan dengan keimanan
terhadap hari akhir, sebagaimana firman-Nya: “(yaitu) orang-orang
yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin
akan adanya negeri akhirat.” (QS. An-Naml: 3).
Demikian pula taqwa, pergaulan baik, menjauhi kemungkaran dan
contoh lainnya, yang tidak memungkinkan untuk disebutkan satu
persatu. (Fiqhul Manhaj hal. 9-12).
Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi segala aspek dan
kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia mengharuskannya untuk
memperhatikan semua aspek tersebut dengan cara yang terprogram dan
teratur. Manakala fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum
yang Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi
seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan
ditengah-tengah mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek
tersebut dan mengatur seluruh kebutuhan manusia beserta hukum-
hukumnya.

4
b. Macam-Macam Pembagian Fiqh
Fiqih Islam terbagi atas 4 bagian3:
1. Fiqh Ibadat
Ibadah artinya pengabdian dan penyembahan seorang
Muslim terhadap Allah yang dilakukan dengan merendahkan diri
serendah-rendahnya dan dengan niat yang ikhlas menurut cara-
cara yang ditentukan oleh agama.
2. Fiqh Muamalat
Muamalat ialah peraturan agama untuk menjaga hak milik
manusia dalam tukar menukar barang atau seuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditentukan agama agar tidak terdapat
keterpaksaan dari salah satu pihak, penipuan, pemalsuan, dan
segala pendzaliman yang ada kaitannya dengan peredaran harta
dalam hidup bermasyarakat.
3. Fiqh Munakahat
Munakahat ialah undang undang perkawinan atau akad
yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya untuk mendapatkan
kebahagiaan rumah tangga dan menyelesaikan pertikaian yang
mungkin terjadi antara keduanya. Pada dasarnya pernikahan itu
diperintahkan oleh agama sesuai dengan ayat dibawah ini:
“Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi, dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil maka
kawinilah satu saja” (An-Nisa’ 3)
4. Fiqh Jinayat
Jinayat ialah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama
dan dapat menimbulkan hukuman demi untuk menjaga harta, jiwa
serta hak hak manusia.

c. Macam-Macam Hukum Pembahasan Fiqh

3
https://www.vianeso.com/2018/02/macam-macam-dan-pembagian-ilmu-fiqh.html?m=1

5
Kalau kita memperhatikan kitab-kitab fiqih yang mengandung
hukum-hukum syari’at yang bersumber dari Kitab Allah, Sunnah
Rasulnya, serta Ijma’ (kesepakatan) dan Ijtihad para ulama kaum
muslimin, niscaya kita dapati kitab-kitab tersebut terbagi menjadi tujuh
bagian, yang kesemuanya membentuk satu undang-undang umum bagi
kehidupan manusia baik bersifat pribadi maupun bermasyarakat yang
perinciannya sebagai berikut4:
a. Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah.
Seperti wudhu, shalat, puasa, haji dan yang lainnya. Dan ini
disebut dengan Fiqih Ibadah.
b. Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah
kekeluargaan. Seperti pernikahan, talaq, nasab, persusuan,
nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini disebut dengan Fikih
Al Ahwal As sakhsiyah.
c. Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia
dan hubungan diantara mereka. Seperti jual beli, jaminan, sewa
menyewa, pengadilan dan yang lainnya. Dan ini disebut Fiqih
Mu’amalah.
d. Hukum-hukum yang berkaitan dengan kepemerintahan
negara. Termasuk kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala
negara). Seperti menegakan keadilan, memberantas
kedzaliman dan menerapkan hukum-hukum syari’at, serta
yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat yang
dipimpin. Seperti kewajiban taat dalam hal yang bukan
ma‟siat, dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Siasah
Syar’iah.
e. Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap
pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan keamanan dan
ketertiban. Seperti hukuman terhadap pembunuh, pencuri,

4
Majalah Fatwah, 15 Mei 2008, http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/fiqih-islam.html

6
pemabuk, dan yang lainnya. Dan ini disebut sebagai Fiqih Al
‘Ukubat.
f. Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam
dengan negeri lainnya. Yang berkaitan dengan pembahasan
tentang perang atau damai dan yang lainnya. Dan ini
dinamakan dengan Fiqih As Siyar.
g. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku,
yang baik maupun yang buruk dan ini disebut dengan adab dan
akhlak.
Menurut Syaikh Islam Abi Yahya Zakariya bin Al Anshory, fiqih
menurut bahasa adalah faham, sedangkan menurut istilah adalah ilmu
tentang hukum syari‟ah amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil yang
terperinci. Sementara itu ulama-ulama lain mengemukakan fiqih adalah
Ilmu tentang hukum syari’ah amaliyah yang diperoleh melalui jalan
ijtihad.5
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa fiqih adalah
ilmu yang menjelaskan tentang hukum syariah, yang berhubungan
dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan ataupun perbuatan.
Demikianlah kita dapati bahwa fiqih Islam dengan hukum-hukumnya
meliputi semua kebutuhan manusia dan memperhatikan seluruh aspek
kehidupan pribadi dan masyarakat.

d. Keistimewaan Fiqih Islam


1. Sumber Fiqih adalah wahyu Allah.
Berbeda dengan undang-undang buatan manusia (ahkam
wadl’i) yang bersumber dari akal dan nalar manusia, fiqih
bersumber dan berorientasi kepada wahyu Allah, Al Quran dan
Sunnah. Setiap mujtahid (ahli fiqih yang memiliki kemampuan
mengambil hukum dari sumber fiqih yang ada) terikat dengan Al

5
Bakhrul Ulum, Mata Pelajaran Fiqih, (24 Februari 2013).
http://blogeulum.blogspot.com/2013/02/mata-pelajaran-fiqih.html

7
Quran dan sunnah. Bukan menuruti logikanya atau ilmu filsafat.
Kesimpulan hukum yang dihasilkan terkadang merupakan makna
turunan secara langsung atau sesuai dengan ruh syariat, atau tujuan
umum dari syariat Islam.
Karena sumber fiqih adalah wahyu Allah maka ia sangat
sesuai dengan tuntutan manusia dan kebutuhan manusia secara
keseluruhan. Sebab Allah adalah Pencipta manusia yang
mengetahui seluk beluk manusia itu sendiri baik yang lahir atau
yang batin. Allah berfirman “Apakah Allah Yang menciptakan
itu tidak mengetahui ; dan Dia Maha Halus lagi Maha
Mengetahui?” (Al Mulk: 14) Allah menciptakan syariat yang
lengkap mengatur seluruh bidang kehidupan manusia. Allah
berfirman

‫أ َ ْك َم لْ ت الْ ي َ ْو َم‬ ‫عَ ل َ يْك ْم َو أ َت ْ َم ْم ت ِد ي ن َك ْم ل َ ك ْم‬


‫ض يت ن ِ عْ َم ت ِ ي‬ ِ ‫ل َ ك م َو َر‬ ‫س ََل َم‬ ِ ْ ‫ۚ ِد ي ن ً ا‬
ْ ‫اْل‬
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al Maidah: 3).
Jika dibandingkan dengan undang-undang dan hukum
yang dibuat manusia, perbedaan antara keduanya sangat jauh,
seperti bedanya antara Pencipta jagad raya, Allah dengan
makluknya yang kecil. Hukum yang dibuat manusia banyak
kelemahan dan keterbatasan karena ia produk akal manusia
yang serba terbatas. Akal manusia tidak mengetahui hakikat
jiwa manusia dan kebutuhan dirinya sesuai dengan fitrah
penciptaan yang digariskan oleh Allah. Sehingga hasil pikiran
manusia banyak yang tidak sesuai dengan tabiat manusia itu
sendiri. Jalan satu-satunya adalah kembali kepada hukum yang
diciptakan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Tahu tentang
manusia.

8
2. Fiqih mencakup semua tuntutan kehidupan.
Dibanding dengan hukum-hukum lain, Fiqih memiliki
keistimewaan bahwa ia mencakup tiga hubungan manusia;
hubungan manusia dengan Allah sebagai Tuhan satusatunya,
hubungan dengan dirinya sendiri, dan hubungan 26 dengan
masyarakat. Sebab fiqih ini adalah untuk kepentingan dunia
dan akhirat, kepentingan agama dan negara, dan untuk semua
manusia hingga hari kiamat. Hukum-hukum fiqih adalah
perpaduan kekuatan antara akidah, ibadah, akhlak, dan muamalat.
Dari kesadaran jiwa, perasaan tanggung jawab, merasa diawasi
Allah dalam segala kondisi, penghargaan atas hak-hak maka lahirlah
sikap ridla, ketenangan, keimanan, kebagiaan, dan kehidupan
individu social yang teratur. Hukum-hukum terkait dengan
hubungan manusia dengan Tuhannya, seperti hukum-hukum shalat,
puasa, dan lainlain. Sebagian ahli fiqih menyatakan bahwa jumlah
ayat yang berkenaan dengan ibadah ini ada 140 ayat. Hukum yang
mengatur hubungan manusia dengan dirinya, seperti apa yang boleh
dia lakukan dan apa yang tidak boleh dari makanan, minuman dan
pakaian. Hal ini disyariatkan untuk menjaga diri manusia; akal dan
fisik. Untuk hubungan manusia dengan sesama diatur dengan
hukum-hukum muamalat dan uqubat (hukum pidana), seperti jual
beli, sewa-menyewa, nikah, qishash, hudud, ta’zir, peradilan,
persaksian. Untuk itu dalam fiqih ada dua bab besar dalam fiqih
yaitu hukum-hukum ibadah dan hukum-hukum mualat, seperti yan
dijelas sebelumnya. Dengan demikian, fiqih diciptakan untuk
menjaga lima prinsip dasar manusia; yaitu akal, agama, jiwa, agama,
dan kehormatan. Maka fiqih sesungguhnya ingin mecetak manusia
yang religi, sehat akal, sehat jiwa, terhormat, suci hartanya.
Tambahan:

9
Hukum-hukum muamalat dibagi-bagi oleh ulama menjadi beberapa
bab:
• Ahwal Syakhsiyah: yaitu yang terkait dengan keluarga, termasuk
hukumhukum pernikahan, talak, nasab, nafkah, warisan. Hukum-
hukum ini bertujuan mengatur hubungan antara suami istri dan
kekerabatan yang lebih dikenal dengan "hukum perdata". • Ahkam
madaniyah Hukum-hukum kemasyarakatan, yaitu terkait dengan
transaksi personal berupa jual beli, sewa menyewa, pergadaian,
kafalah (asuransi), kerja sama, hutan piutang, menepati janji.
Hukum-hukum ini bertujuan mengatur hubungan personal dari sisi
harta dan keuangan sehingga hak-hak masing-masing terjaga.
• Ahkam Jinayah: Hukum kriminalitas yang dilakukan oleh
seseorang dan sanksi yang dikenakan. Tujuan dari hukum ini
adalah menjaga eksistensi kehidupan manusia, harta,
kehormatan dan hak-hak mereka, memberi kepastian
hubungan antara korban criminal dan pelaku criminal, dan
menciptakan keamanan. Dalam Al Quran terdapat sekitar 30 ayat
terkait dengan hukum-hukum kriminalitas.
• Ahkam Murafaat: 28 hukum-hukum peradilan, tuntutan hukum,
persaksian, sumpah, dan lain-lain. Tujuannya adalah mengatur
prosedur penegakan keadilan antara menusia dengan syariat Islam.
Dalam Al Quran terdapat sekitar 20 ayat yang berbicara mengenai
masalah ini.
• Ahkam Dusturiyah: Hukum yang terkait dengan perundang-
undang yang mengatur antara penguasa dan rakyat dan menjelaskan
hak dan kewajiban indifidu dan kelompok.
• Ahkam Dauliyah: Hukum-hukum yang mengatur hubungan
negara Islam dengan negara lainnya terkait dengan perdamaian dan
perang, hubungan antara warga negara non muslim dengan negara
Islam yang ia tinggali, hukum-hukum jihad dan perjanjian.

10
Tujuannya agar tercipta kerja sama, saling menghormati antar satu
negara dengan lainnya.
• Ahkam Iqtishadiyah Wal Maaliyah: Hukum-hukum yang terkait
dengan hak-hak individu terhadap harta benda (kepemilikan), hak-
hak dan kewajiban negara di bidang harta benda, pengaturan sumber
kekayaan negara dan anggaran-anggarannya. Tujuannya adalah
mengatur hubungan kepemilikan antara orang yang kaya dan miskin
dan antara negara dengan warga negara. 29 Ini mencakup harta
benda negara, seperti harta rampasan, pajak, kekayaan alam, harta
zakat, sadakah, nazar, pinjaman, wasiat, laba perdagangan, harta
sewa menyewa, perusahaan, kaffarat, diyat dan lain-lain.
3. Fiqih memberikan konsep agama tentang halal haram.
Semua perbuatan, sikap dan tindakan social dalam fiqih
selalu ada konsep agama tentang halal haram. Dalam hal ini ada
dua bentuk hukum muamalat:
a. Hukum duniawi yang diambil beradasarkan indikasi tindakan
dan bukti lahir dan tidak ada hubungannya dengan batin. Ini adakah
hukum pengadilan; karena seorang hakim memberikan vonis sesuai
dengan bukti yang ada semampunya. Vonis hakim ini tidak bisa
mengubah sesuatu yang batil menjadi benar dan. sebaliknya dalam
realitas, tidak mengubah yang haram menjadi halal dan sebaliknya.
Vonis seorang hakim bersifat mengikat, berbeda dengan fatwah.
b. Hukum ukhrawi yang didasarkan kepada sesuatu yang
sebenarnya (hakikat sesuatu baik yang lahir atau batin. Hal ini
berlaku antara seseorang dengan Allah. Hukum inilah yang
dijadikan dasar oleh seorang ahli fatwah; fatwah adalah pemberian
informasi tentang hukum syariat tanpa mengikat. Kedua jenis
hukum inilah yang ditegaskan dalam sebuah hadis Rasulullah saw.
yang diriwayatkan oleh Malik, Ahmad dan lainnya,”Sesungguhnya
aku manusia. Jika kalian bersengketa kepadaku, mungkin salah satu
dari kalian lebih kuat bukti dan alasannya dari yang lain, maka saya

11
30 menghukumi berdasarkan apa yang saya dengar. Jika saya
memutuskan sesuatu yang berpihak kepada seseorang dengan
mengambil hak seorang muslim secara tidak benar (tanpa saya
ketahui) maka itu adalah potongan dari neraka. Jika ia mau silahkan
mengambil atau meninggalkannya.” Hukum-hukum dunyawi
semacam ini kebanyakan terkait dengan talak (perceraian), sumpah,
utang, pelepasan hak, pemaksaan. Misalnya, seseorang yang secara
tidak sengaja mencerai istrinya. Maka keputusan hakim adalah jatuh
talak sementara menurut hukum ukhrawi tidak jatuh talak.

4. Fiqih memiliki landasan kaidah yang paten dan fleksibel dalam


penerapan.
Landasan itu adalah Al Quran dan sunnah tertulis
dengan rapi dan teliti. Teks-teks di kedua sumber ini bersifat
suci dan sacral yang mengandung hukum-hukum global dan
tidak terinci. Artinya kaidah islam selalu bisa dipakai dimanapun
dan kapanpun tidak terbatas zaman.

5. Hukum-hukum fiqih tidak memberatkan.


Sebaliknya, fiqih memberikan kemudahan dan
keringanan kepada manusia. Contoh, Islam hanya mewajibkan
shalat lima kali sehari semalam. Jika tidak mampu dilakukan
dengan berdiri, boleh dilakukan dengan duduk, jika tidak
mampu duduk, maka dengan berbaring. Dan keringanan lain
terkait dengan tayammum, shalat qasar, jamak, qadla, dan lain-
lain yanh tentunya harus memenuhi syarat2 rukhshoh tsb. Juga
ada keringanan dalam puasa, zakat, kaffarat (denda) akibat
kesalahan yang dilakukan. Allah berfirman: “Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,

12
supaya kamu bersyukur.” (Al Baqarah: 185) dan ada ayat lain yang
menegaskan hal ini. Karenanya, Allah juga melarang kepada
seseorang untuk menyakan sesuatu yang menimbulkan hukum yang
lebih berat. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan
menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an
itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah
mema'afkan tentang 32 hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun.” (Al Maidah: 101).

6. Fiqih adalah khazanah Islam yang luas.


Sepanjang sejarah, tidak ada referensi dan karangan
yang sarat dengan khazanah ilmu dan pemikiran melebihi fiqh.
Di sana akan ditemui segala macam pandangan ulama dari
berbagai mazdhab dan aliran. Dalam Ahli sunnah ada empat
aliran fiqih besar dan masing-masing madzah memiliki riwayat
dan pendapat, baik yang disepakati atau yang dipersilihkan dan
setiap pandang memiliki alasan dan dalil.

e. Tujuan Pembelajaran Fiqih


Pembelajaran fiqih bertujuan untuk membekali muslim agar dapat:6
a) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum islam
baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan
ajaran islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan
diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun
hubungan dengan lingkungannya. Pemahaman dan pengetahuan

6
Ibid

13
tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam bermasyarakat, serta
dapat menumbuhkan ketaatan beragama, tanggung jawab dan disiplin
yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari baik secara pribadi maupun
sosial dengan dilandasi hukum Islam.
f. Fungsi Pembelajaran Fiqih
Mata pelajaran Fiqih berfungsi mengarahkan dan mengantarkan
ummat islam agar dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata
cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga
menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Is

lam secara kaaffah (sempurna).7

7
Bakhrul Ulum, Mata Pelajaran Fiqih, (24 Februari 2013).
http://blogeulum.blogspot.com/2013/02/mata-pelajaran-fiqih.html

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata fiqih adalah bentukan dari kata fiqhun yang secara bahasa berarti
(pemahaman yang mendalam) yang menghendaki pengerahan potensi akal. Istilah
fiqih secara bahasa Arab adalah,

‫العلم بالألحكام الشرعية العلمية المكتسب من أدلتها التفصيلية‬


”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan
nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”
Fiqih Islam terbagi atas 4 bagian:
1. Fiqh Ibadat
2. Fiqh Muamalat
3. Fiqh Munakahat
4. Fiqh Jinayat

Fiqh Islam memiliki beberapa keistimewaan. Yaitu, sumber Fiqih adalah


wahyu Allah, Fiqih mencakup semua tuntutan kehidupan, Fiqih memberikan
konsep agama tentang halal haram, Fiqih memiliki landasan kaidah yang paten dan
fleksibel dalam penerapan, hukum-hukum fiqih tidak memberatkan, Fiqih adalah
khazanah Islam yang luas.

Pembelajaran fiqih bertujuan untuk membekali muslim agar dapat mengetahui


dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum islam baik yang menyangkut aspek
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan
pribadi dan sosial. Dan melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam
dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran

15
islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu
sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.
Pembelajaran Fiqih berfungsi mengarahkan dan mengantarkan ummat islam
agar dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya
untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat
menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna).

16
DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Ahmad, Ahmad Taufiq Wahyudi AS, Tri Bimo Soewarno. 2014. FIKIH X.

Jakarta. Kementerian Agama. Hlm. 6

Majalah Fatwah, 15 Mei 2008.

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/fiqih-islam.html

Sarwat, Ahmad. Fiqih & Syariat. Hlm. 25-33

Ulum, Bakhrul. Mata Pelajaran Fiqih. (24 Februari 2013).

http://blogeulum.blogspot.com/2013/02/mata-pelajaran-fiqih.html

https://www.vianeso.com/2018/02/macam-macam-dan-pembagian-ilmu-

fiqh.html?m=1

Ahkam Jinayah: Hukum kriminalitas yang dilakukan oleh seseorang dan


sanksi yang dikenakan. Tujuan dari hukum ini adalah menjaga eksistensi
kehidupan manusia, harta, kehormatan dan hak-hak mereka, memberi
kepastian hubungan antara korban criminal dan pelaku criminal, dan
menciptakan keamanan.

17

Anda mungkin juga menyukai