Nama Kelompok 5:
21. Sakhron Farokhi 2401419015
22. Rizka Dwi Anggraini 2401419016
23. Lusi Ngestina Putri 2401419017
24. Wisnu Candra Darmawan 2401419018
25. Safitra Nur Wahyudin 2401419019
1. Al-Qur’an
Kitab suci umat Islam yang mulia ini berisi kalam Allah yang paripurna yang berisi segala
hal yang menjadi panduan Umat Islam dalam menjalankan kehidupan.Inilah sumber utama
hukum Islam. Sumber-sumber hukum yang lain juga tidak boleh bertentangan dengan apa
yang dikandung dalam Al-Qur’an. Katakanlah Ijma dan Qiyas tidak boleh melenceng dari
sumber utama yaitu Al-Qur’an.
Salah satu hukum yang bisa langsung ditarik dari Al-Qur’an adalah hukum tentang riba
dimana Allah berfirman pada Q.S. Al-Baqarah ayat 275 yang artinya,
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.“
Dalam ayat tersebut secara jelas dan tegas Allah mengharamkan adanya praktik riba dan
memberikan alternatif solusi dengan melakukan jual beli.
Walaupun Al-Qur’an menjadi sumber hukum pertama dan utama, tetapi pembahasan di Al-
Qur’an terkait hukum suatu ibadah ataupun muamalah masih dibahas secara umum.
Contohnya adalah shalat. Di Al-qur’an tidak akan ditemukan tata cara shalat dari mulai
takhbiratul ihram sampai salam. Tata-tata cara tersebut hanya ditemukan pada hadist Nabi
SAW.
2. Hadist/As-Sunnah
Sumber hukum islam kedua adalah hadist/sunnah. Hal ini ditegaskan dalam hadist Nabi
SAW, “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (Hadits Shahih
Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh
Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Hadist/As-sunnah berasal dari kata “Al-hadits” yang artinya adalah perkataan, percakapan
atau pun berbicara. Dari definisi umum, hadist adalah setiap tulisan yang berasal dari
perkataan atau pun percakapan Rasulullah Muhammad SAW. Termasuk apabila ada
perbuatan sahabat yang didiamkan maka itu juga bisa tergolong ke dalam Sunnah.
Salah satu contoh hadist adalah yang melarang perilaku korupsi dan riba yaitu,
“Dari Auf bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hati-hatilah
dengan dengan dosa-dosa yang tidak akan diampuni. Ghulul (baca:korupsi), barang siapa
yang mengambil harta melalui jalan khianat maka harta tersebut akan didatangkan pada
hari Kiamat nanti. Demikian pula pemakan harta riba. Barang siapa yang memakan harta
riba maka dia akan dibangkitkan pada hari Kiamat nanti dalam keadaan gila dan berjalan
sempoyongan” (HR Thabrani)
Di hadist tersebut tergambar jelas bahwa bentuk perilaku korupsi dan memakan riba
merupakan perilaku yang hukumnya haram.
3. Ijma
Sumber hukum islam ketiga adalah ijma. Secara bahasa, ijma adalah memutuskan dan
menyepakati sesuatu. Secara istilah, ijma adalah Kesepakatan seluruh ulama mujtahid yang
dilakukan setelah zaman Rasulullah untuk menentukan solusi dari sebuah masalah dalam
perkara agama.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebuah ijma tidak boleh bertentangan
dalam Qur’an dan Sunnah.
Ijma harus dilakukan ketika suatu masalah dalam perkara agama tidak dijelaskan secara
spesifik didalam Qur’an dan Sunnah.
Salah satu contoh ijma adalah terkait bunga bank. Di Indonesia salah satu output dari Ijma
adalah dikeluarkannya fatwa. Nah, terkait bunga bank terdapat fatwa dari Majelis Ulama
Indonesia nomor 1 tahun 2004 yang menekankan bahwa bunga bank sama dengan riba
sehingga hukumnya adalah haram.
4. Qiyas
Selanjutnya sumber hukum islam yang keempat adalah Qiyas. Sumber hukum islam yang
satu ini secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah analogi. Qiyas menurut istilah ushul
fiqhi, ialah menyamakan suatu masalah yang tidak terdapat ketentuan hukumnya dalam nash
(Al-Qur’an dan Sunnah), karena adanya persamaan illat hukumnya (motif hukum) antara
kedua masalah itu.
Salah satu contoh Qiyas adalah perkara pelarangan minuman keras. Di dalam Al-Qur’an,
Allah berfirman pada QS. Al-Baqarah ayat 219 yang artinya, “Mereka bertanya kepadamu
tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari
keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir.“
Di dalam ayat tersebut, yang disampaikan adalah pengharaman tentang
minuman khamr. Minuman ini merupakan minuman yang mengandung anggur yang
memabukkan. Para ulama menafsirkan pengharaman minuman keras karena
memiliki illat yang sama dengan khamr yaitu dapat memabukkan.
Seni adalah ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan
ekspresi jiwa seseorang yang identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki
adalah kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian
B. Sumber pengetahuan
Akal sebagai ilmu pengetahuan, dimana manusia diberi kebebasan dalam
mengembangkan akalnya. Tingkat kebenaran dari akal bersifat nisbi (relatif) karena
manusia bisa menjadikan akal mengikuti hawa nafsunya.
Wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan, dimana tingkat kebenaranya adalah mutlak
(absolut) karena bersumber dari allah. Pemikiran ini bersifat abadi.