OLEH :
KELOMPOK 5
Afaf Fadiyah Husna (2307111709)
Haikal Muzaki (23071256570)
Queennona Athari (2307113845)
Rafiki Almuzadi Sastra (2307110966)
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Sumber-sumber Hukum Islam”. Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Kholid Junaidi, M.Pd.
Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
terutama dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang pentingnya
pengetahuan mengenai agama sebagai pandangan hidup. Dengan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada para rekan sekalian yang telah mendukung dan
menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang sumber-sumber hukum islam dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER ...............................................................................................................1
KATA PENGANTAR ........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................4
BAB 11 PEMBAHASAN...................................................................................5
3.1 Kesimpulan..................................................................................................19
3.2 Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Sumber hukum Islam merupakan rujukan, landasan, atau dasar yang utama
dalam pengambilan hukum Islam. Oleh karena itu, segala ketentuan dalam
kehidupan harus bersumber atau berpedoman pada hukum tersebut. Sumber
hukum dalam Islam digolongkan menjadi tiga, yaitu Al-Qur’an, hadis, dan ijtihad.
Al-Qur’an merupakan sumber pertama hukum Islam yang memuat panduan
kehidupan manusia. Adapun hadis merupakan sumber hukum Islam setelah Al-
Qur’an yang berisi perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad saw.
Sedangkan ijtihad adalah usaha maksimal dalam melahirkan hukum-hukum
syariat dari dasar-dasarnya melalui pemikiran dan penelitian yang sungguh-
sungguh dan mendalam. Sementara itu, ijtihad memiliki kedudukan sebagai
sumber hukum Islam ketiga setelah Al-Qur’an dan hadis. Ijtihad digunakan untuk
menetapkan suatu hukum Islam yang belum disebutkan secara tegas dalam Al-
Qur’an dan hadis. Akan tetapi, harus memenuhi kaidah berijtihad dan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis. Setiap muslim seharusnya berpegang
teguh pada ketiga sumber hukum tersebut agar memiliki pedoman dalam
menjalani kehidupan.
Islam bermakna sebagai ketundukan dan penyerahan diri seorang hamba
saat berhadapan dengan Tuhannya.Hal ini berarti bahwa manusia dalam
berhadapan dengan Allah haruslah bersikap mengakui kelemahan dan
membenarkan kekuasaan Allah swt. Kemampuan akal dan budi manusia yang
berwujud dalam ilmu pengetahuan tidaklah sebanding dengan ilmu dan
kemampuan Allah swt. Kemampuan manusia sangat terbatas,semisal hanya
terbatas pada kemampuan meganalisis, menyusun kembali bahan bahan alamiah
yang telah ada untuk diolah menjadi bahan yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, tetapi tidak mampu dalam arti mengadakan dari yang tidak ada menjadi
ada. Hukum Islam mencerminkan seperangkat norma Illahi yang mengatur
dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan
sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya.
Hukum islam mencerminkan seperangkat norma illahi yang mengatur
dengan Allah , hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan
sosial,hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Norma
illahi yang mengatur tata hubungan tersebut adalah Kaidah-kaidah dalam arti
khusus atau kaidah ibadah murni, mengatur cara dan upacara hubungan langsung
antara manusia dengan sesamanya dan makhluk lain dilingkungannya. Ciri khas
hukum islam yakni :
1. Berwatak universal, berlaku abadi untuk umat islam dimanapun
mereka berada , tidak terbatas oleh umat islam disuatu tempat atau
negara pada suatu masa. .
2. Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani
dan jasmani, serta memuliakan manusia dan kemanusiaan secara
keseluruhan.
3. Pelaksanaan praktek dalam kehidupan sehari-hari yang digerakkan
oleh iman dan akhlak umat islam.
4
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja sumber-sumber hukum islam?
2. Bagaimana kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam?
3. Bagaimana kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam?
4. Bagaimana kedudukan ijma’ sebagai sumber hukum islam?
5. Bagaimana kedudukan qiyas sebagai sumber hukum islam?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja sumber hukum islam
2. Mengetahui kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam
3. Mengetahui kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam
4. Mengetahui kedudukan ijma’ sebagai sumber hukum islam
5. Mengetahui kedudukan qiyas sebagai sumber hukum islam
BAB II
PEMBAHASAN
5
¹Anshori, Ulumul Quran, Jakarta: Rajawali Press, 2013, h:17
Oleh karena itu Alquran harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj
dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan tujuan apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik
secara teks, lisan ataupun budaya.Alquran menurut istilah adalah firman Allah
SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah
SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari
generasi ke generasi tanpa ada perubahan.²
jibril yang tertulis di dalam mushab itu yang disampaikan kepada kita secara
mutawatir, yang membacanya dianggap ibadah dimulai dari surat al-fatihah dan
diakhiri dengan surat an- nas itu Alquran secara terminologi.
Alquran juga tidak hanya sebagai bacaan , karna didalam alquran terdapat
pedoman hidup manusia, ajaran untuk umat islam dan berisi aturan aturan umat
islam karena itu, al quran dikatakan sebagai sumber hukum islam yang paling
utama.
6
²Anshori, Ulumul Quran, ...h:18
budaya bangsa Arab ketika itu. Namun meski demikian, ternyata tidak ada
satupun dari mereka yang dapat menandingi bahasa Al-Quran.
Semua ulama sependapat bahwa mukjizat Al- Quran tersebut tidak hanya
pada satu segi saja, melainkan dari segi bahasa, makna dan kandungan atau
substansinya. Tidak ada satu manusia pun yang dapat menandingi Al-Quran dari
ketiga segi ini.³
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط يُعو۟ا ٱلَّرُسوَل َو ُأ۟و ِلى ٱَأْلْم ِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َتَٰن َز ْعُتْم ِفى َش ْى ٍء َف ُر ُّد وُه ِإَلى
³ ٱِهَّلل َو ٱلَّرُسوِل ِإن ُك نُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِبٱِهَّلل َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِرۚ َٰذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِوياًل
7
Ahmad Sadzali,Pengantar Ushul Fikih, Yogyakarta, Pusat Studi Hukum
Islam (PSHI),2017,h:9-10
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya,"
Dia menilai, Al-Qur'an lebih pantas disebut sebagai kitab petunjuk untuk
standar moral perilaku manusia. Sebab, pembahasan ibadah dan muamalah di
dalamnya bersifat umum, sehingga diperlukan suatu penjelas, karenanya Nabi
Muhammad yang kemudian merinci melalui perkataan dan perbuatan beliau.
(Khazanah)
1. Kebenaran Al-qur’an
8
Abdul wahab khallaf mengatakan bahwa ”kehujjahan Al-qur’an itu
terletak pada kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan
atasny”. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS.Al-Baqarah : 2, yang
artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa”.
2. Kemukjizatan Al-qur’an
Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa manusia
membuatnya karena hal itu adalah diluar kesanggupan manusia. Mukjizat
merupakan suatu kelebihan yang Allah SWT berikan kepada para nabi dan rosul
untuk menguatkan kenabian dan kerosulan mereka, dan untuk menunjukan bahwa
agama yang mereka bawa bukanlah buatan mereka sendiri melainkan benar-benar
datang dari Allah SWT. Seluruh nabi dan rosul memiliki mukjizat, termasuk
diantara mereka adalah rosulullah Muhammad SAW yang salah satu mukjizatnya
adalah kitab suci Al-qur’an.
9
makna).Tidak terdapat perbedaan pendapat dikalangan umat islam menyangkut
kebenaran sumber al-quran, Semua bersepakat meyakini bahwa redaksi ayat-ayat
al-quran yang terhimpun dalam mushaf dan dibaca kaum muslim diseluruh
penjuru dunia adalah sama tanpa sedikit perbedaan dengan yang diterima nabi
Muhammad saw dari allah memalui malaikat jibril.
2.3 Hadist
Kata hadist itu sendiri berasal dan bahasa Arab: al-hadist .jamak dari kata
ini, al-ahädis, al-hidsän, ataıı alhudsan.Kata hadist ini juga telah menjadi salah
satu kosakata bahasa Indonesia. Hanya saja pengertian yang diberikannya kurang
lengkap, khususnya yəng berkenaan dengan taqrir¹.
Adapun dari segı bahasa, kata ini memiliki banyak arti, (1) al-jadid (yang
baru), lawan dan al-qadim (yang lama),dan (2) al-khabar (kabar atau berita).²
²Muhammad ibn Mukarram ibn Manzur, Lisän al-'Arab,Mesir Där alMisriyyah,h: 436-439
10
³Abbas Mutawalli Hamadah, alSunnah al-Nabawiyah wa Makanatuha fi alTasyri’, al Dar al-
Qaumiyyah,, h: 13-23.
Al-Hadits didefinisikan pada umunya oleh ulama seperti definisi AlSunnah yaitu
sebagai segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Muhammad SAW, baik ucapan,
perbuatan maupun taqrir (ketetapan), Sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau
menjadi nabi atau sudah menjadi nabi. Ulama ushul fiqih membatasi pengertian
hadits hanya pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan
hukum”; sedangkan bila mencakup perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan
dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan sunnah. Pengertian
hadits seperti yang dikemukakan oleh ulama ushul fiqih tersebut, dapat dikatakan
sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari segi kewajiban
menaatinya dan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu
AlQuran.⁴
Hadits juga merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum
muslimin yang kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada
Al-quran sebagai sumber hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa
Hadits sebagai sumber hukum islam juga. Apabila hadits tidak berfungsi sebagai
sumber hukum, maka kaum muslimin akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam
hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain sebagainya. sebab
ayat-ayat Al-quran dalam hal itu hanya berbicara secara global dan umum, yang
menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu juga akan
mendapat kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang musytarak,
dan muhtamal, dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan hadits atau
sunnah untuk menafsirkannya atau menjelaskanya.⁵
1. Alquran S. al-Hasy: 7
Menurut ulama, ayat tersebut memberi petunjuk secara umum, yakni bahwa
semua perintah dan larangan yang berasal dari Nabi wajib dipatuhi oleh orang-
orarg yang beriman. Dengan demikıan, kewajibanpatuh kepada Nabi menıpakan
konşekuensi logis dari keimanan seseorang.
11
⁴Quraisy Shihab, Membumikan AlQuran,Bandung,Mizan, 1994, h: 21.
⁵H. A. Sadali Dkk, Daesar-dasar Agama Islam, Universitas terbuka, Jakarta, Tahun 1999,h:315
3. Alquran, S. an-Nisa': 80
Artinya: "Barangsıapa yang mematuhi Rasul ıtu, maka sesungguhnya orang itu
telah mematuhi Allah".
4. Alquran, s. al-Ahzab: 21
Artinya: "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah keteladanan yang baik bagunu,
(yakni) bagi orang yang mengharap (akanrahmat) Allah, (meyakini akan
kedatangan) hari kiamat, dan banyak menyebut (dan ingat akan) Allah".
Ayat di atas memberi petunjuk tentang tata cara meneladani Nabi Muhammad.
Bagi mereka yang sempat bertemu dengan Rasulullah, maka cara itu dapat
dilakukan secara langsung, sedang bagi mereka yang tidak sezaman dengan
Rasulullah, maka cara meneladani adalah dengan mempelajari, memahami, dan
mengikuti berbagai petunjuk yang termuat dalam sunnah dan hadis beliau.⁶
Dengan melihat berbagai ungkapan ayat diatas, maka jelaslah bahwa hadis atau
sunnah Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam, disamping Alquran.
Orang yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam berarti orang
itu menolak petunjuk Alquran.
Dalam bidang hukum Islam, pernyataan Alquran sebagai sumber hukum Islam
dan hadis sebagai sumber pula, bukanlah merupakan indikasi bahwa pada masing-
masing sumber berdiri sendiri, sehingga mencerminkan ketiadaan hubungan
antara keduanya. Namun sebaliknya, antara kedua sumber itu saling berhubungan
dan merupakan satu kesatuan yang berasal dari Tuhan.⁷
12
⁶Muhammad Fu'ad 'Abd aI-Baqiy.alMu’jam ul-Mufahras li Alfaz al-Qur'an al-karim,Bandung:
Angkasa, h. 314-319, 429-430, dan 463-464.
⁷ Muhammad Khudariy Bik, Usäl alFiqh (Mesir al-Maktabat al-Tijariyat alKubra,1992 M.), h.76
Fungsi hadis sendiri bagi Alquran sacara umum dapat dikatakan sebagai penjelas
(bayan) bagi Alquran.Diketahui, Alquran yang diturunkan selama 23 tahun,
tidaklah secara keseluruhan menerangkan hukum berkenaan dengan fi'il mukallaf
(perbuatan orang mukallaf). Memang adakalanya Alquran menerangkan hukum
tersebut secara rinci, tetapi banyak pula yang masih global, bahkan terkadang
tidak dijumpai sama sekali suatu keteranganpun dalam Alquran. Keadaan tersebut,
tentu sajamembingungkan, maka untuk terlaksananya perintah syara' secara
sempurna, karena ayat Alquran masih bersifat global atau ketiadaan hukum, Allah
memberikan otontas kepada Nabi untuk memberikan penjelasan (bayan) terhadap
hal-hal tadi. Wujud pemberian wewenang tertuang dalam firman Allah QS. an-
Nahl: 44,
Ayat di atas memberi petunjuk lentang otoritas Nabi dan fungsi hadıs bagi
Alquran, yaıtu;1.bayän ta'kid,yaknı sebagaı penjelasan untuk mengokohkan apa
yang terkandung dalam Alquran.
Dengan ini sudah jelas bahwa hadis juga merupakan sumber hukum islam yang
memperjelas sumber hukum yang ada dalam alquran , contohnya seperti sholat
didalam alquran hanya dijelaskan kewajiban untuk sholat tetapi tidak dijelaskan
secara jelas . Maka dari itu kita juga wajib untuk memperdalam hadis karna
didalam kegunaan hadis adalah memperjelas hukum-hukum islam yang ada dalam
alquran.
13
⁸ Muhammad 'Ajaj Khatib, Usül ai-Hadis (Beirut Dar al-Fikr, 1989 M./1409 H.), h. 46-51
2.4. Ijtihad
Menurut Bahasa ijtihad memiliki akar kata yang sama dengan kata jihad, yaitu
juhd yang berarti bersungguh sungguh dan jahd yang berarti sulit jihad dan ijtihad
sama-sama memerlukan kesungguhan karena yang dihadapi adalah sesuatu yang
sulit .
14
suatu kegiatan dalam pengambilan hukum . persyaratan untuk menjadi mujtahid
diantaranya adalah:
sebagai sumber hukum islam yang ketiga, ijtihad memiliki beberapa fungsi
diantaranya adalah :
.1. sebagai jawaban atas permasalahan kehidupan yang dialami oleh umat
islam yang tidak ada ketentuannya hukum dalam al-qur’an maupun hadist .
dalam menyelesaikan permasalahan , dengan syarat sesuai dengan prinsip-
prinsip yang terkandung dalam al-qur’an dan hadist.
2. sangat dihargainya peran akal dalam ajaran islam. Penggunaan akala tau
pertimbangan dalam masalah agama memegang peran penting dalam
agama islam. Al-qur’an secara terang-terangan menghargai akala pikiran .
2.5 Ijma’
Secara etimologis, ijma’ merupakan derivasi dari ajma'a yang dapat berarti
"mengumpulkan, menyatukan, menghimpun, berkumpul, bersatu, berhimpun, atau
menarik bersama”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata
ijmak memiliki pengertian “kesesuaian pendapat (kata sepakat) dari para ulama
mengenai suatu hal atau peristiwa”. Menurut Dr. Moh. Bahrudin, M. Ag., Ilmu
Ushul Fiqh, Bandar Lampung, Anugrah Utama Raharja, 2019, 38 ijma’
merupakan kesepakatan bulat seluruh umat islam dalam masalah-masalah yang
diketahui dengan jelas dan pasti. Menurut Agus Miswanto, S.Ag, MA, Ushul
Fiqh: Metode Ijtihad Hukum Islam, DI Yogyakarta, Magnum Pustaka Utama,
2019 bahwa yang dimaksud dengan Ijmak adalah kesepakatan seluruh mujtahid
Islam, kesepakatan terjadi pada suatu masa sesudah wafatnya Rasulullah saw, dan
kesepakatan itu atas suatu hukum syara' tentang suatu kasus (peristiwa).
Sedangkan ijma' menurut hukum islam adalah kesepakatan pendapat para
mujtahid umat nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat pada suatu masa
tertentu tentang masalah tertentu. Timbulnya ijmak (kesepakatan) karena berawal
dari adanya perbedaan.
Adapun ijma’ sebagai urutan sumber hukum islam selanjutnya , merupakan salah
satu dalil syara yang memiliki tingkat kekuatan argumentif setingkat dibawah
dalil-dalil nash (al-quran dan hadist) . ia merupakan dalil pertama setelah al-
15
qur’an dan hadist yang dapat dijadikan pedoman dalam menggali hukum-hukum
syara . selanjutnya sebagai sumber hukum pada hal-hal yang tidak jelas nashnya
baik dalam ,al-qur’an , hadist maupun ijma’ ulama.9
Ditinjau dari sudut cara menghasilkan hukum itu, maka ijma' ini dibagi menjadi
dua macam:
1. Ijma' Sharih (bersih atau murni), yaitu ketika semua mujtahid
mengemukakan pendapat mereka masing-masing, kemudian menyepakati
salah satunya.
2. Ijma' Sukuti, yaitu ketika sebagian mujtahid terang-terangan menyatakan
pendapatnya itu dengan fatwa, atau memutuskan suatu perkara, dan sebagian
lagi hanya berdiam diri.
Ulama ush menyatakan bahwa ijma’ dipandang sebagai salah satu sumbert hokum
islam setelah al-qur’an dan hadist jika memenuhi empat unsuir berikut ini:
2.6 Qiyas
16
Menurut Dr, Hj. Darmawati H. S.Ag.,M.H.I., Ushul Fiqh, Jakarta, Peran dan
media group,2019,43 Qiyas adalah perkara yang satu diukur dengan perkara yang
lain yang memiliki ukuran dan ukurannya itu adalah nash yang jelas.
10.Ahmad Tufik,Pendidikan agama islam dan budi pekerti ,Jakarta pusat, direktorat jenderal
Pendidikan kementerian agama RI2019,h:133
Menurut Ahmad Taufik, S.Pd.I, M.Pd., Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti,
c. Mempersamakan kerbau dan sapi (sebab diarab tidak ada kerbau) dan lain
sebagainya.
Menurut Imam Syafi’i “setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada seorang
muslim pasti ada hukumnya. Dan ia wajib mengikuti nash, apabila ada nashnya.
Dan apabila tidak ada nashnya dicari dari permasalahannya (dilalah-nya) di atas
jalan yang benar dangan ijtihad, dan ijtihad itu adalah qiyas”. Qiyas merupakan
salah satu metode istinbāṭ yang dapat dipertanggungjawabkan karena ia melalui
penalaran yang disandarkan kepada nash.
Ada beberapa ayat al-Qur’an yang dijadikan landasan bagi berlakunya qiyas
didalam menggali hukum,diantaranya:
ٰٓيَاُّيَه ا اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْٓو ا َاِط ْيُع وا َهّٰللا َو َاِط ْيُع وا الَّرُس ْو َل َو ُاوِلى اَاْلْم ِر ِم ْنُك ْۚم َف ِاْن َتَن اَز ْعُتْم ِفْي َش ْي ٍء َف ُر ُّد ْو ُه ِاَلى ِهّٰللا
ࣖ َو الَّرُسْو ِل ِاْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنْو َن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِۗر ٰذ ِلَك َخْيٌر َّو َاْح َس ُن َتْأِوْياًل
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S An-Nisa‟ (4): 59)
17
Qiyas dapat dijadikan dasar hukum dalam semua bidang, kecuali bidang akidah
dan ibadah. Rukun qiyas ada tiga yaitu:
Berikut macam-macam qiyas jika dilihat dari illat yamg terdapat pada ashal dan
yng terdapat pada cabang :
Jadi, jelasanya qiyas itu terdiri dari tiga qadhiyah . qadhiyah pertama mengandung
salah satu dari dua hal kepada hal yang ada persamaannya . qadhiyah kedua
mengandung hal yang kedua, kepada hal yang ada persamaannya. Qadhiyah
ketiga mengandung salah satu dari hal kepada hal yang lain .11
2.7 Hikmah Menjadikan Al-Qur’an, Hadis dan Ijtihad Sebagai Sumber Hukum
Islam
18
Memilih islam sebagai keyakinan mengandung konsekuensi,yaitu
keharusan menjadikan islam sebagai pedoman dalam menjalani aktivitas sehari-
hari, yang sumbernya adalah al-qur’an, hadist dan ijtihad.
Ada beberapa hikmah menjadikan al-Qur’an, hadis dan ijtihad sebagai sumber
hukum Islam, antara lain :
b. menjadikan diri sebagai orang yang taat beribadah dengan penuh ketulusan;
d. selamat dari azab dan laknat Allah Swt. karena sudah mengikuti aturanaturan
yang sudah ditetapkan Allah Swt. dan Rasul-Nya;
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum islam adalah hukum yang ditetapkan oleh allah SWT. Melalui wahyu
yang saat ini terdapat dalam Al-Qur'an yang keseluruhannya masih global atau
pun universal dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW melalui hadist nabi.
Contohnya adalah sholat diwajibkan bagi seluruh umat islam tetapi tidak
disebutkan waktunya kaoan saja , dari hadist kita bias tau kapan saja waktu sholat.
Sumber-sumber Hukum islam dibagi menjadi 3, yaitu al-Qur'an, hadist, dan
ijtihad (ijma’ dan qiyas).
3.2 Saran
Sebaiknya kita mengunakan hukum-hukum atau pun aturan yang sudah ditetapkan
oleh Allah SWT untuk umat islam. Lebih baik kita sebagai umat islam
mempelajari hokum-hukum ataupun aturan untuk menjalani kehidupan sehari-hari
supaya kita bisa lebih mengenal dan lebih jauh memahami agama kita sendiri .
19
DAFTAR PUSTAKA
20