Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Sumber-sumber Hukum Islam yang Disepakati Oleh Para Ulama (Hadist)”

Disusun Oleh :

MUHAMMAD DIRHAM
NIM. 233080016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU


2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,

taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini

dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat

dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang

dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan

demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal

pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini

sebagai ibadah.

Palu, 29 Maret 2024

PENULIS

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................
2.1 Pengertian Sumber Hukum Islam.....................................................................................
2.2 Pengertian As-Sunah atau Hadist......................................................................................
2.3 Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam...........................................................
2.4 Pembagian Hadist.............................................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini

dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan

batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,

sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak

amat ideal dan agung.

Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau

menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang

apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono,

1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang

dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.

Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam

bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang

memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama

ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan

rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk

mengembangkannya.

1
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban

pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama

yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat

atau kelompok masyarakat.

Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh

setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59

yang artinya :” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah,

taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”.

Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah,

kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka

sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul

terhimpun sekarang dalam al Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri)

termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat karena

mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.

Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama

hukum islam adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW

bersabda, “ Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak

akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab

Allah dan sunnahku.” Dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan

ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan hadist.

Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan

seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang

2
memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta

mengalirkan ajaran, termasuka ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari

keduanya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat kita Tarik dari latar belakang yang

sudah diuraikan di atas adalah bagaimana sumber hukum Islam dari hadist.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran

untuk lebih memahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini

diharapkan dapat menjadi penambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja

sumber hukum islam itu.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Hukum Islam

Hukum menurut bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak

menetapkannya. Sedangkan menurut istilah ahli usul fikih, hukum adalah

perintah Allah SWT yang menuntut mukalaf untuk memilih atau mengerjakan

dan tidak mengerjakan, atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau

penghalang bagi adanya yang lain, sah, batal rukhsah, dan azimah. Maksud

sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan

aturan yang mempunyai kekuatan, yang bersifat mengikat, yang apabila

dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata.

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari

agama islam. Dalam konsep hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya

ditetapkan oleh Allah. Yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan

manusia lain dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri dan benda serta alam

semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan tuhan.

Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang

dijadikan dasar, acuan atau pedoman syari’at islam Pada umumnya ulama

fikih sependapat bahwa sumber utama hukum Islam adalah al Qur’an dan

Hadis. Rasulullah SAW bersabda: “aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang

4
karenanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian

berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (al Qur’an) dan sunahku

(Hadis).” (H.R. Baihaqi).

Dalam sistem hukum islam terdapat lima kaidah yang dipergunakan

untuk mengukur perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun dibidang

mu’amalah. Kelima jenis kaidah tersebut, dinamakan al-ahkam al-homsyah

atau penggolongan hukum yang lima yakni :

a. jaiz atau mubah,

b. sunat,

c. makruh,

d. wajib, dan

e. haram.

Untuk memahami hukum islam dengan baik dan benar seseorang

harus memahami beberapa istilah yang berkenaan dengan hukum islam.

Dalam pembahasan kerangka dasar agama islam disebutkan bahwa

komponen kedua agama islam adalah syariat yang terdiri dari dua bagian

yakni ibadah dan mu’amalah.

2.2 Pengertian As-Sunah atau Hadist

Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara.

Sunnah menurut istilah syara’ ialah perkataan nabi Muhammad saw.,

5
perbuatannya, dan keterangannya yaitu sesuatu yang dikatakan atau diperbuat

oleh sahabat dan ditetapkan oleh nabi, tiada ditegurnya sebagai bukti bahwa

perbuatan itu tiada terlarang hukumnya.

2.3 Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam

Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber

agama dan ajaran Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting setelah Al-

Quran. Al-Quran sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam

diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan

lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.

Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan

ajaran Islam, yakni sebagai berikut :

a. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran.

Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai

tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.

b. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah

memerintah- kan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam kitab

suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat

mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan

jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.

6
c. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau

samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh

larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan bibinya.

Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di

surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas

bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan

silaturrahim antara dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama

Islam.

2.4 Pembagian Hadist

a. Sunnah Qouliyah

Sunnah Qouliyah yaitu perkataan nabi saw. yang menerangkan

hukum-hukum agama dan maksud isi Al-Qur’an serta berisi

peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan dan juga menganjurkan akhlaq

yang mulia. Sunnah qouliyah (ucapan) dinamakan juga hadits nabi

saw.

Sunnah Qouliyah juga disebut “khabar”. Jadi sunnah qouliyah

itu boleh dikatakan sunnah, hadits dan khabar. Khabar pada umumnya

dapat dibagi tiga :

7
 Yang pasti benarnya,seperti apa yang datang dari

Allah,RasulNya dan khabar yang dibeikan dengan jalan

mutawatir.

 Yang pasti tidak benarnya, yaitu pemberitaan tentang hal-hal

yang tidak mungkin dibenarkan oleh akal, seperti khabar mati

dan hidup dapat berkumpul.

 Khabar yang tidak dapat dipastikan benar bohongnya seperti

khabar-khabar yang samar,karena kadang-kadang tidak dapat

ditentukan mana yang kuat, benarnya atau bohongnya.

b. Sunnah Fi’liyah

Sunnah Fi’liyah yaitu perbuatan Nabi SAW yang menerangkan

cara melaksanakan ibadah, misalnya cara berwudhu, shalat dan

sebagainya. Sunnah Fi’liyah itu terbagi sebagai berikut :

 Pekerjaan nabi saw. yang bersifat gerakan jiwa, gerakan hati,

gerakan tubuh, seperti : bernafas, duduk, berjalan dan

sebagainya. Perbuatan seperti ini tidak bersangkut-paut dengan

soal hukum, dan tidak ada hubungannya dengan suruhan

larangan atau tauladan.

 Perbuatan nabi saw. yang bersifat kebiasaan, seperti : cara-cara

makan, tidur dan sebagainya. Perbuatan semacam ini pun tidak

ada hubungannya dengan perintah, larangan, dan tauladan.

8
kecuali kalau ada perintah anjuran nabi untuk mengikuti cara-

cara tersebut.

 Perbuatan nabi saw. yang khusus untuk beliau sendiri, beristri

lebih dari empat. Dalam hal ini orang lain tidak boleh

mengikutinya.

 Pekerjaan yang bersifat menjelaskan hukum yang mujmal,

seperti : shalatnya, hajjinya, yang kedua-duanya menjelaskan

sabdanya :

.‫صلواكمارأيتمونى اصلى‬

Artinya :

“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.

Dan:

.‫خذوا مناسككم‬

Artinya :

“Ambillah dari padaku hal-hal (pelakuan) ibadah hajjimu”.

Hukum perbuatan tersebut sama dengan hukum apa yang

dijelaskan, baik wajib maupun mandubnya.

 Pekerjaan yang dilakukan orang lain sebagai hukuman, seperti:

menahan orang,atau mengusahakan milik orang lain.

 Pekerjaan yang menunjukkan kebolehan saja, seperti:

berwudhu dengan satu kali, dua kali dan tiga kali.

9
c. Sunnah Taqririyah

Sunnah Taqririyah yaitu bila Nabi SAW mendengar sahabat

mengatakan sesuatu perkataan atau melihat mereka memperbuat suatu

perbuatan, lalu ditetapkan dan dibiarkan oleh Nabi SAW dan tiada

ditegurnya atau dilarangnya, maka yang demikian dinamai sunnah

ketetapan Nabi (taqrir).

Maka perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu sama saja

dengan perkataan dan perbuatan Nabi sendiri, yaitu dapat menjadi

hujjah bagi ummat seluruhnya.

Syarat sahnya taqrir ialah orang yang dibiarkannya itu benar-

benar orang yang tunduk kepada syara’, bukan orang kafir atau

munafiq.

Contoh-contoh taqrir antara lain sebagai berikut:

 Mempergunakan uang yang dibuat oleh orang kafir.

 Mempergunakan harta yang diusahakan mereka seketika masih

kafir.

 Membiarkan dzikir dengan suara keras sesudah shalat.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulkan makalah ini adalah bahwa sumber-sumber hukum islam yang

disepakati adalah Al-Qur’an, Hadist, Ijma, dan Qiyas.

3.2 Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita

harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang

kita pelajri sesuai dengan Al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW

yang terdapat dalam as-sunnah (hadist).

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Daut Ali, Prof. H. S.H. 2011. HUKUM ISLAM. Jakarta: Rajawali Pers.

Abdul Wahhab Khallaf, Prof.Dr. 2000. KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

ILMU USHUL FIKIH. Jakarta: PT Rineka Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai