Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FIKIH USHUL FIKIH


Makalah ini ditujukkan memenuhi tugas mata kuliah: sumber hukum:
Alquran,Hadits,ijma,Qiyas.

DOSEN PENGAMPU: H. Ahmad Alamuddin Yasin,M.H.

DI SUSUN OLEH KKELOMPOK 1 :

- Adib Rofiuddin
- Alfina aini zahwa
- Silvia qotrunnada
- M.malik fajar

PROGRAM STUDI STRATA (S2)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBYAH (STIT)
BUNTET PESANTREN CIREBON
KATA PENGATAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dankarunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang disusun dengan judul’’
sumber hukum: Alquran, Hadits, Ijma dan Qiyas.
Penulis berharap makalah ini menjadi kontribusi serta dapat menambah wawasan
danreferensi bagi pihak yang membutuhkannya. Saran dan masukkan dari para pembaca
untuk perbaikan ketidaksempurnaan makalah ini sangat di perlukan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3


2.1 Pengertian Hukum Islam................................................................................................3
2.2 Al-Quran .......................................................................................................................4
2.3 Al-Hadist .......................................................................................................................6
2.4 Ijma .............................................................................................................................11
2.5 Qiyas .......................................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hukum islam sering dipakai sebagai terjemahan dari syari‟at islam atau fiqh
islam.Apabila syari‟at islam diterjemahkan sebagai hukum islam,maka berarti syari‟at
islam yang dipahami dalam makna yang sempit. Pada dimensi lain penyebutan hukum
islam selaludihubungkan dengan legalitas formal suatu Negara,baik yang sudah terdapat
dalam kitab-kitabfiqh maupun yang belum. Menurut T.M,Hasbi Ashshiddiqy
mendefinisikan hukum islam adalahkoleksi daya upaya para ahli hukum untuk
menerapkan syariat atas kebutuhan masyarakat.
Dalam khazanah ilmu hukum islam di Indonesia,istilah hukum islam dipahami
sebagaipenggabungan dua kata, hukum dan islam. Hukum adalah seperangkat peraturan
tentang tindaktanduk atau tingkah laku yang diakui oleh suatu Negara atau masyarakat
yang berlaku danmengikat untuk seluruh anggotanya. Kemudian kata hukum disandarkan
kepada kata islam.Jadi,dapat dipahami bahwa hukum islam adalah peraturan yang
dirumuskan berdasarkan wahyuAllah dan sunnah Rasul tentang tingkah laku mukallaf
(orang yang sudah dapat dibebanikewajiban) yang diakui dan diyakini berlaku mengikat
bagi semua pemeluk agama islam.

Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan hukum Islam?
2.Apa saja sumber-sumber hukum islam?
3.Apa fungsi dari Alquran, hadist, ijma dan Qiyas?
Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu hukum islam
2.Untuk mengetahui dan memahami apa saja sumber-sumber hukum islam
3.Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari Alquran, hadist, ijma dan Qiyas
BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Hukum Islam

Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku
manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum yang tidak tertulis, seperti
hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis dalam peraturan perundangan-undangan.
Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain dan harta benda. Bagi setiap Muslim, segala apa yang dilakukan dalam kehidupannya
harus sesuai dengan kehendak AllahSWT sebagai realisasi dari keimanan kepada-Nya.
Kehendak Allah tersebut dapat ditemukan dalam kumpulan wahyu yang disampaikan
melalui Nabi-Nya, Muhammad saw yaitu Al-Qurandan penjelasan-penjelasan yang
diberikan oleh Nabi Muhammad saw mengenai wahyu Allah tersebut, yaitu as-Sunnah.
Kehendak atau titah Allah yang berhubungan dengan perbuatan manusia,di kalangan ahli
ushul disebut “hukum syara”, sedangkan bagi kalangan ahli fiqh,“hukum syara” adalah
pengaruh titah Allah terhadap perbuatan manusia tersebut. Seluruh kehendak Allah
tentang perbuatan manusia itu pada dasarnya terdapat dalam al-Quran dan penjelassannya
dalam Sunnah Nabi. Tidak ada yang luput satu pun dari al-Quran.
Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan
kalimat secara tertib sehinggatersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Alquran harus
dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengantujuan apa yang dialami
masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik secara teks, lisan ataupun budaya. Allah
berfirman: Artinya:“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Qur‟an,dan pasti Kami
pula yang memeliharanya.”
(Al-Hijr/15:9). Alquran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan
oleh MalaikatJibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad
SAW, dan yangditerima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.
Al quran

.Fungsi Alquran, alquran merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki banyak
manfaat bagi umat manusia. Alquran diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Rosul yang dipercaya
menerima mukjizat Alquran,Nabi Muhammad SAW menjadi penyampai, pengamal, serta
penafsir pertama dalam Alquran.Fungsi Alquran antara lain:

1.Al-Huda
(petunjuk)Di dalam Alquran ada tiga posisi Alquran yang fungsinya sebagai
petunjuk.Alquran menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-
orang yangbertakwa, dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Jadi Alquran tidak
hanya menjadi petunjuk bagi umat islam saja tapi bagi manusia secara umum.

2. Asy-syifa
Didalam al-quran disebutkan bahwa alquran merupakan obmemang tak hanya
berupapenyakit fisik saja tapi bisa juga penyakit hati Perasaan manusia tidak selalu
tenang,kadang merasa marah, iri, dengki, cemas, dan lain-lain. Seseorang yang
membacaAlquran dan mengamalkannya dapat terhindar dari berbagai penyakit hati
tersebut.Alquran memang hanya berupa tulisan saja tapi dapat memberikan pencerahan
bagisetiap orang yang beriman. Saat hati seseorang terbuka dengan Alquran maka ia
dapatmengobati dirinya sendiri sehingga perasaannya menjadi lebih tenang dan
bahagiadengan berada di jalan Allah. Kemudian syifa (obat) yang saya bahas dalam
penelitian inimelalu living quran pada praktik pengobatan Ustadz Sanwan.
.3.Al-Furqon
(pemisah) Nama lain Alquran adalah Al-Furqon atau pemisah. Ini berkaitan dengan
fungsi Alquran lainnya yang dapat menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil, atau
antara yang benar dan yang salah. Di dalam Alquran dijelaskan berbagai macam hal yang
termasuk kategori salah dan benar atau hak dan yang batil. Jadi jika sudah belajar
Alquran dengan benar maka seseorang seharusnya dapat membedakan antara yang
benardan yang salah. Misalnya saja saat mencari keuntungan dengan berdagang,
dijelaskan bahwa tidak benar jika melakukan penipuan dengan mengurangi berat sebuah
barang dagangan. Begitu juga dengan berbagai permasalahan lainnya yang bisa diambil
contohnya dari ayat-ayat Alquran.
4.Al-Mu‟izah (nasihat)
Alquran juga berfungsi sebagai pembawa nasihat bagi orang-orang yang bertakwa.Di
dalam Alquran terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat, peringatan tentang
kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa, yang berjalan di jalan Allah. Nasihat yang
terdapat di dalam al quran biasanya berkaitan dengan sebuah peristiwa atau kejadian,
yang bisa di jadikan pelajaran bagi orang orang di masa sekarang atau masa setelahnya.

Metode metode pembelajaran al quran

Pendidikan banyak metode metode al quran yang di gunakan dalam meningkatkan


pembelajaran al quran, adapun metode metode tersebut antara lain:

1. Metode iqro’
Metode iqro’adalah suatu metode membaca al quran yang menekankan langsung pada
latihan membaca,metode iqro’ ini dalam prakteknyatidak membutuhkan alat
yangbermacam-macam, karena di tekankan pada bacaanya ( membaca huruf al quran
dengan fasih).
2. Metode al baghdadiyah
Metode al bagdadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah) maksudnya yaitu suatu
metode yang tersusunn secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih
kita kenal dengan sebutan metode alif,ba,ta,’
3. Metode barqy
Metode ini lebih menekankan pada pendekatan global yang bersifat struktur analitik
sintetik, yang di maksud adalah penggunaan struktur kata yang tidak mengikuti bunyi
mati (sukun). Pendapat metode’’ ini diambil dari sumber chabib thoha, dkk, metodologi
pengajaran agama,( Yogyakarta, pustaka pelajar).
Hadis

Sumber hukum islam yang kedua adalah al hadis yakin segala sesuatu yang berlandaskan pada
rasulullah SAW. Hadist menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menujukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan,dan didpindahkan dari seorang kepada orang lain. Hadits menurut istilah syara
ialah hal-hal yangdatang dari rasulullah SAW.

Hadits menurut istilah syara‟ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist terkandung aturan-aturan yang merinci
segala aturan yang masih global dalam Alquran. Kata hadits yang mengalami perluasan makna
sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka dapat berarti segala perkataan dan menegakkan
kembali keterangan atau perintah yang terdapat di dalam al quran. Menjelaskan dan menasfirkan
ayat-ayat alquran yang datang secara global.

Dalam hal ini kaitannya ada tiga yaitu: menafsrikan serta memperinci ayat-ayaat yang bersifat
umum; dan memberi batasan terhadap ayat bersifat mutlak(sabda),perbuatan,ketetapan maupun
persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukumIslam.Dalam uraian
tentang Al-Quran telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat hukum dalam Al-Quran
adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum dapatdilaksanakan tanpa penjelasan
dari hadits. Dengan demikian fungsi hadits yang utama adalahuntuk menjelaskan Al-Quran. Hal
ini telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64, Artinya: Dan Kami tidak
menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada
mereka apa yang mereka perselisihkan itu. Fungsi hadist sebagai berikut:

1. Bayan At-Taqrir (Memperjelas Isi Al-Qur‟an)


Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam yang pertama yakni adalah Bayan At-Taqrir
atau memperjelas isi Al-Qur‟an. Hadits berfungsi untuk memperjalas isi Al-Qur‟an, agar
lebih mudah dipahami dan menjadi petunjuk umat manusia dalam menjalankan perintah
dari Allah SWT. Fungsi Hadist sebagai bayan al- taqrir berartimemperkuat isi dari Al-
Qur‟an. Sebagai contoh hadits yang diriwayatkan oleh H.R 7 Bukhari dan Muslim terkait
perintah berwudhu, yakni:“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang
yang berhadats sampai ia berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah) Hadits diatas
mentaqrir atau menjelaskan dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:“Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,maka basuhlah muka dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan(basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki (QS.Al-Maidah:6) Contoh lainnya dari Bayan at-Taqrir adalah terkait
perintah sholat. Allah SWT berfirman, “Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. 4/An-Nisa`: 103)“Bacalah
Kitab (Al -Quran) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah
sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan juga mungkar.” (QS.
29/Al-Ankabut: 45).

Dalam dua ayat diatas Allah SWT tidak memberikan penjelasan tentang jumlah rakaat didalam
shalat dan juga bagaiman tata cara pelaksanaannya. Maka dari itu Rosulullah SAW menjelaskan
dengan berupa perbuatan/praktek ataupun dengan perkataan. Rasulullah SAW bersabda
Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihataku sholat. ”(HR. Bukhori).

2. Bayan At-Tafsir (Menafsirkan Isi Al-Qur‟an) Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam
berikutnya yakni sebagai Bayan At-Tafsir atau hadits berfungsi untuk menafsirkan isi Al-
Qur‟an. Fungsi hadist sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan tafsiran (perincian)
terhadap isi Al-Qur‟an yang masih bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-
batasan (persyaratan) pada ayat-ayatyang bersifat mutlak (taqyid). Contoh hadist sebagai
bayan At- tafsir adalah penjelasannabi Muhammad SAW mengenai hukum pencurian.

Dengan demikian kelihatan bahwa Hadits menetapkan sendiri hukum yang tidak ditetapkan
dalam Al-Quran. Fungsi hadits dalam bentuk ini disebut itsbat. Sebenarnya biladi perhatikan
dengan teliti akan jelas bahwa apa yang ditetapkan hadits itu pada hakikatnya adalah penjelasan
terhadap apa yang disinggung Al-Quran atau memperluas apa yang disebutkan Al-Quran secara
terbatas. Umpamanya Allah SWT mengharamkan memakan bangkai, darah,dan daging babi.
Larangan Nabi ini menurut lahirnya dapat dikatakan sebagai hukum baru yangditetapkan oleh
Nabi, karena memang apa yang diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapatdalam Al-Quran.
Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai penjelasan terhadap
larangan Al-Qur‟anlah memakan sesuatu yang kotor.
Macam- macam hadist sebagai berikut:

1. Hadits Shahih
Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung atau mutawatir,diriwayatkan oleh
perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak
ada syadz dan illat.
2. Hadits Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang rangkaiansanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz danillah.
Perbedaan dari kedua jenis hadits ini adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak
sekuat hadits shahih. Ulama hadits sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits
hasan.
3. Hadis dhaif
Hadis dhaif ialah hadis yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hadist
hasan. Dalam mandzumah bayquni di sebutkan hadist hasan adalah setiap hadist yang
berkualitas lebih rendah dari hadist hasan adalah dhaif dan hadist dhaif memiliki banyak
ragam.

Ada yang berpendapat al qaththan,hal 26.di namakan hadis qudsi karena penisbatannya
kepada allah yang mahassuci, sementara hadis nabawi di sebut demikian karena di nisbatkan
kepada nabi SAW.

Ijma’

Ijma’ menurut bahasa adalah kesepakatan atau consensus. Sedangkan menurut pengertian
istilah,ijma’ berarti kesepakatan umat islam setelah wafatnya nabi SAW. Pada suatu masa
terhadap satu dari beberapa perkara atau permasalahan. Ijma’ menurut jumhur ulama adalah
hujjah.

Ijma’ bisa atau sah terjadi dengan ucapan dan perbuatan para ulama,’ atau tersiarnya perkataan
dan perbuatan sebagian ulama sementara ulama yang lainnya bersikap diam. Adapun sikap
diamnya sebagian ulama yang lain terhadap terjadinya kesepakatan itu di sebut dengan ijma’
sukutiy .(di ambil dari buku mabadi awaliyyah kls XII keagamaan)

Fungsi ijma' yaitu memiliki otoritas menentukan keputusan hakim benar atau salah.
Padadasarnya ijma' menurut ulama mempunyai kekuatan dalam menetapkan hukum dan
memiliki pendapat tersendiri. Qiyas tidak dapat mencapai status hukum kecuali didukung oleh
ijma'.Fungsi ijma' bersifat madiri, ijma' memiliki andil besar bagi syari'ah dalam menghapuskan
pertimbangan nilai pribadi (Muslehuddin: 1991, 117-118). Meski Al-Qur‟an sudah diturunkan
secara sempurna dan lengkap, tetapi tidak semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara
detail oleh Al-Qur‟an maupun hadist. Selain itu perbedaan keadaan saat turunya AlQur‟an
dengan kehidupan modern. Sehingga jika terdapat masalah baru maka diperlukan aturan aturan
dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, saat itulah umat Islam memerlukan Ijma‟ sebagai sumber hukum yang ketiga setelah Al-
Qur‟an dan hadist. Salah satu contoh ijma adalah diperbolehkan vaksinasi dan imunisasi. Pada
masa Nabi Muhammad ilmu kedokteraan belum berkembang pesat seperti sekarang. Sehingga
hhukum tentang imunisasi pun belum ada. Karena para ulama melihat imunisasi dan vaksinasi
memiliki banyak manfaaat dan diangggap ssebagai ikhtiar untuk kesehatan, maka ulama
memperolehkan metode kesehatan ini.

Qiyas

Qiyas adalah hujjah. Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al Hasyr(59): 2 artinya: maka
ambillah kejadian itu untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai
wawasan.’’
Qiyas menurut bahasa adalah mengukur atau memperkirakan sesuatu atas sesuatu yang
lain untuk mengetahui persamaan diantara keduaanya, seperti mengukur pakaian dengan
lengan. Sedangkan menurut istilah, qiyas berarti mengembalikan hukum cabang (far’)
kepada hukum asal karena adanya ‘illat(alasan) yang mempertemukan keduanya dalam
hukum.

Macam macam qiyas, qiyas di bagi menjadi tiga:


1. Qiyas illat yaitu sesuatu yang illat di dalamnya menetapkan hukum. Seperti
mengqiyaskan memukul dengan ucapan yang tercela kepada orang tua dalam
keharamannya dengan alasan menyakitkan hati orang tua. Allah SWT. Berfirman
dalam Qs. Al isra’ (17):23. Artinya ‘.maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
‘’Ah.
2. Qiyas dilalah yaitu illat di dalamnya menunjukan pada hukum akan tetapi illat
tersebut tidak menetapkan pada hukum. Seperti mengqiyaskan harta anak kecil
dengan harta orang dewasa dalam kewajiban zakat dengan adanya titik temu bahwa
harta anak kecil termasuk harta yang sempurna.
3. Qiyas syibih yaitu mempersamakan hukum cabang(far’u) yang masih di ragukan
antara dua dengan mengambil keserupaan yang lebih banyak dari asal tersebut.
Contohnya dalam pembahasan budak yang di bunuh, apakah sipembunuh wajib di
kenai hukum qishas karena budak juga termasuk manusia, ataukah cukup hanya
dengan membayar ganti rugi dengan alasan adanya keserupaan budak dengan
binatang,bahwa budak adalah harta. ( di ambil dari buku mabadi alawiyyah kelas XII
keagamaan)
Contoh qiyas adalah menganalogikan narokitka,yang pada zaman nabi Muhammad
tidak ada, dengan khamr (minuman memabukkan). Karena sifat keduahal tersebut
yang membahayakan kesehatan dan menimbulkan ketergantungan, maka hokum
narkotika sama dengan khamr, yaitu haram. Pengertian AL-QURAN menurut para
ahli.
1. Abu faiz (2014)
2. Muhammad ali ash-shabumi
3. Syekh Muhammad khudari beik
4. Dr.subhi as-salih
5. Al-quran secara bahasa (etimologi)
6. AL-quran secara termologi
7. Muhammad A.summa (1997)
Sebab dalam suatu pristiwa bila tidak terdapat hukum yang berdasarkan nash,
peristiwa itu disamakan dengan peristiwa lain yang mempunyai kesamaan dan
telah ada ketatapan hukumnya dalam nash, mereka mendasarkan pendapatnya
kepada beberapa hal, Antara lain firman Allah SWT. dalam surah Al- Hasyt syst2
Dalam contoh qiyas merupakan bahwa setiap minuman yang memabukkan
hukumnya haram. Hal ini diqiyaskan dengan hukum khamar (arak) yaitu haram.
Persamaan kedua jenis minuman adalah persamaan adalah yang memabukkan .

Sebab-sebab dilakukan oleh qiyas

1. Karena adanya persoalan-soal yang harus dicarikan status hukum, sementara dalam nash
Al-quran sunnah tidak temukan hukumnya
2. Karena nash baik yang berupa Al-quran sunnah sudah tidak turun lagi atau sudah
berhennti.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Hukum islam adalah seperangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul
tentangtingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikuti untuk
semua yangberagama islam. Sumber-sumber hukum islam terdiri dari Alquran, Al-hadist,
Ijma dan Qiyas.Bagi setiap Muslim, segala apa yang dilakukan dalam kehidupannya
harus sesuai dengan kehendak Allah SWT sebagai realisasi dari keimanan kepada-Nya.
Kehendak Allah tersebutdapat ditemukan dalam kumpulan wahyu yang disampaikan
melalui Nabi-Nya, Muhammad saw yaitu Alquran dan penjelasan-penjelasan yang
diberikan oleh Nabi Muhammad saw mengenaiwahyu Allah tersebut, yaitu as-Sunnah.
Kehendak atau titah Allah yang berhubungan dengan perbuatan manusia,di kalangan ahli
ushul disebut “hukum syara”, sedangkan bagi kalangan ahlifiqh, “hukum syara” adalah
pengaruh titah Allah terhadap perbuatan manusia tersebut. Seluruh kehendak Allah
tentang perbuatan manusia itu pada dasarnya terdapat dalam alquran danpenjelassannya
dalam Sunnah Nabi.
Tidak ada yang luput satu pun dari alquran. Namun al quran itu bukanlah kitab hukum
dalam Jadi, hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama
Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan olehAllah.
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
bendadalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain
dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Abd. Rahman, Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah, 2010.

Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Pustaka Agung
Harapan,2006.

Effendi, Satria, M. Zein.. Ushul Fiqh, Cet. I; Jakarta: Kencana, 2005.

Mardani, Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 146.

Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, PengantarHukum Islam (Semarang: PT PustakaRizki


Putra,1997), 195.

Razin Musnad. Ushul Fiqh 1. Yogyakarta: STAIN Jurai Siwo Metro. 2014

Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Syihab, Umar. Hukum Islam dan Transformasi Pemikiran, Cet. I; Semarang: Dina
UtamaSemarang, 1996.

Jalaluddin A-Syuyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an, (Jakarta: Gema
Insani, 2008), 132.

Amir Syarifudin, Pengertian Dan Sumber Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
16.

Anda mungkin juga menyukai