Anda di halaman 1dari 17

Sumber dan Karakteristik Islam

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Studi Islam

Oleh :

Muhammad Usamah

Nur Indah Sari

Nur Hayati

Rizka Rahmayani

Prodi : Pendidikan Agama Islam

Semester III

Dosen Pengampu : Mulkan Hasibuan, M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

AL – HIKMAH TEBING TINGGI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


Kata Pengantar

Puji syukur kita penjatkan kehadirat Allah, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sumber dan Karakteristik Islam.”

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Metode Studi
Islam. Dalam Penulisan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis.

Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah
memberikan ilmu yang lebih baik dan bermanfaat pada mereka yang telah memberikan
bantuan, semoga dibalas oleh Allah sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Tebing Tinggi, 16 September 2022

Tim Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................

Daftar Isi ......................................................................................................................

BAB I Pendahuluan .....................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................


B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................

BAB II Pembahasan ....................................................................................................

A. Sumber Ajaran Islam .......................................................................................


B. Sifat Dasar Ajaran Islam .................................................................................
C. Karakteristik Ajaran Islam ..............................................................................
D. Moralitas Ajaran Islam ....................................................................................

BAB III Penutup ..........................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Kritik Dan Saran ..............................................................................................

Daftar Pustaka .............................................................................................................

E.
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Islam merupakan agama yang benar-benar bersumber dari Allah, yang tidak ada
keraguan sedikitpun mengenai kebenaran-Nya. Islam lahir sebagai Agama yang
menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah banyak dikotori oleh campur tangan
pemeluknya sendiri. Islam mempunyai sumber ajaran utama yaitu al-Qur’an yang mutlak
benarnya karena bersumber langsung dari Allah, yang kedua yaitu Hadits sebagai sumber
kedua setelah al-Qur’an.
Di dalam Islam juga dikenal adanya Ra’yu atau akal pikiran (ijtihad) yang digunakan
sebagai sumber pendukung untuk mendapatkan hukum bila di dalam al-Qur’an dan Hadits
tidak ditemui. Islam juga mempunyai berbagai karakteristik yang sangat luwes dan toleran,
sehingga Islam menjadi sangat menarik bagi pemeluknya. Islam juga memiliki moralitas
yang tangguh dan kuat yang di dalamnya mencakup aspek-aspek dalam berbagai segi
kehidupan. Di dalam Islam juga dikenal pembaharuan atau modernisitas yang semuanya itu
adalah untuk mencapai kekuatan dan kemajuan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah Sumber Ajaran Islam ?
2. Bagaimana Sifat Dasar Ajaran Islam?
3. Bagaimana Karakteristik Islam?
4. Bagaimana Moralitas Islam?

C. Tujuan
1. Menganalisis Sumber Ajaran Islam
2. Mengetahui Sifat Dasar Ajaran Islam
3. Menganalisis Karakteristik Islam
4. Mengetahui Moralitas Islam
BAB II

Pembahasan

A. Sumber Ajaran Islam

Menurut Harun Nasution, Islam merupakan agama yang ajaran - ajarannya


diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad1.

Secara Istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang
datang dari Allah, bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad 2.
Kemudian kalangan ulama’ sepakat bahwa sumber ajaran Islam yang utama adalah Al-Qur’an
dan Al-Sunnah, sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami Al-
Qur’an dan Al-Sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu
yang berasal dari Allah.

1. Sumber Ajaran Islam Primer.


a. Al - Qur’an
Al - Qur’an adalah asas agama, sumber syari’at islam yang pertama dan menjadi
hujjah di setiap waktu dan tempat. Tidak ada kebathilan di dalam Al - Qur’an.
Menurut Abd. Al-Wahhab Al-Khallaf, Al-Qur’an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad, melalui jibril dengan
menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadikan
hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang
bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk
melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Ia
terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat An-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke
generasi baik secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan
penggantian.3

1
Harun Nasution,Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1979),
hlm. 24.
2
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.,Metodologi Studi Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), hlm. 65.
3
Abd. Al-Wahab al-Khallaf,Ilmu Ushul al-Fiqh(Jakarta: Al-Majelis al-‘Ala al-Indonesia li
Al-Da’wah al-Islamiyah,1972), cet. IX, hlm. 23.
Al-Qur’an mengandung perintah Allah yang dengan jelas menyuruh agar kita
mengikutinya, mengamalkan hukum yang dikandungnya. Al-Qur’an diturunkan
oleh Allah agar seluruh manusia mengambil pelajaran darinya. Bahkan, Allah
mencela orang-orang yang enggan mentadabburi Al-Quran, dalam firman-Nya:

‫ب َأ ْقفَالُهَا‬
ٍ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ َأ ْم َعلَ ٰى قُلُو‬

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka


terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
Fungsi Al-Qur’an tersurat dalam nama-namanya adalah sebagaimana berikut;
1) Al-Huda (petunjuk)
Dalam al-qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi alqur’an sebagai
petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua,
Alqur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Ketiga,
petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman,
“Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alqur’an yang berfungsi
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu...” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185).
2) Al-Furqan (pemisah)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk membedakan
dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara
yang benar dan salah. Allah berfirman,
“Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an yang
berfungsi sebagai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
batil)...” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185).
3) Al-Syifa (obat)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi
penyakit-penyakit yang ada pada dada (mungkin disini yang dimaksud
adalah penyakit psikologis). Allah berfirman,
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam
dada...” (Q.S. Yunus [10]: 57).
4) Al-Mau’izah (nasihat)

Dalam alqur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat bagi orang-


orang yang bertaqwa. Allah berfirman, “Al-Qur’an ini adalah penerangan
bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang
bertaqwa.” (Q.S. Ali Imran [3]: 138).

b. Al-Hadits
Secara terminologis, hadits dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan yang
dilakukan Nabi Muhammad.
Sedangkan secara bahasa, hadits berarti perkataan, percakapan, berbicara.
Menurut ulama’ hadits, arti hadits adalah :
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan , taqrir maupun sifat.” (Mahmud al-Thahan, 1985:150).
Menurut jumhur ulama, kedudukan hadits menempati posisi kedua setelah Al-
Quran. Ditinjau dari segi wurud atau tsubutnya Al Quran bersifat qath'i (pasti)
sedangkan hadits bersifat zhanni al wurud (relatif) kecuali yang berstatus
mutawatir (berturut-turut).
Sunnah Rasulullah kedudukannya sangat agung dan mulia karena ia adalah
sumber kedua syari’at islam setelah Al-Qur’an. Bahkan, antara Al-Qur’an dan
As-Sunnah saling membutuhkan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Rasulullah
diberikan Al-qur’an dan As-Sunnah secara bersamaan. Allah berfirman:

‫ت هَّللا ِ َو ْال ِح ْك َم ِة ۚ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ لَ ِطيفًا خَ بِيرًا‬


ِ ‫َو ْاذ ُكرْ نَ َما يُ ْتلَ ٰى فِي بُيُوتِ ُك َّن ِم ْن آيَا‬

“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan
hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha
Mengetahui.” ( QS. Al-Ahzab: 34).

2. Sumber Ajaran Islam Sekunder


a. Pengertian Ijtihad
Secara bahasa, ijtihad berasal dari kata jahada, yang bererti berjuang,
bersungguh-sungguh. Kata ini beserta seluruh variasinya menunjukkan
pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa, sulit dilaksanakan atau yang tidak
disenangi.4
Menurut Abu Zahra, secara istilah, arti ijtihad ialah:5

‫ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻟﻴﺔ‬ ‫ﻟﺘﻬﺎ‬ ‫ﺍﺩ‬ ‫ﻤﻦ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻟﻴﺔ‬ ‫ﺍﻻﺤﻜﺎﻡ‬ ‫ﺍﺴﺘﻨﺑﺎﻂ‬ ‫ﻔﻰ‬ ‫ﻮﺴﻌﻪ‬ ‫ﺍﻟﻔﻗﻴﻪ‬ ‫ﺒﺬﻝ‬

“Upaya seorang ahli fiqh dengan kemampuannya dalam mewujudkan hukum-


hukum amaliyah yang diambil dari dalil-dalil yang rinci.”

b. Hukum Ijtihad
Pertama, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang
dimintai fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi dan ia khawatir
peristiwa itu akan hilang begitu saja tanpa kepastian hukumnya, atau ia sendiri
mengalami peristiwa yang tidak jelas hukumnya dalam nas, maka hukum
ijtihad menjadi wajib ’ain.

Kedua, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang dimintai
fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi, tetapi ia mengkhawatirkan
peristiwa itu lenyap dan selain dia masih ada mujtahid lainnya, maka hukum
ijtihad menjadi wajib kifayah.

Ketiga, hukum berijtihad menjadi sunat jika dilakukan atas persoalan-


persoalan yang tidak atau belum terjadi.

Keempat, hukum ijtihad menjadi haram dilakukan atas peristiwa-peristiwa


yang sudah jelas hukumnya secara qathi’, baik dalam al-Qur’an maupun al-
Sunnah; atau ijtihad atas peristiwa yang hukumnya telah ditetapkan secara
ijmak. (Wahbah al-Zuhaili, 1978: 498-9 dan Muhaimin, dkk., 1994: 189).

c. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama mujtahid di suatu masa dari ummat
Muhammad atas salah satu permasalahan agama.

4
Drs. Atang Abd Hakim, M. A dan Dr. Jaih Mubarok, Op. Cit,hlm. 95
5
Ibid, hlm. 97
Ijma’ adalah salah satu sumber utama dari agama islam. Ijma’ memberikan
penetapan hukum dan perubahan hukumnya sesuai waktu, adat, keadaan dan
tempat pada permasalahan yang tidak ada nashnya dalam al-qur’an dan as-
sunnah. Atau ada dalilnya tapi masih belum jelas.

d. Qiyas
Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya.
Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk
membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok
masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah pada surat Al-Isra
ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang tua
tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi
sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.

B. Sifat Dasar Ajaran Islam


Ali Anwar Yusuf menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam tersebut adalah
sebagai berikut:6
1. Komprehensif
Walaupun umat Islam itu berbeda-beda bangsa dan berlainan suku, dalam
menghadapi asas-asas yang umum, umat Islam bersatu padu untuk
mengamalkan asas-asas tersebut.
2. Moderat
Islam memenuhi jalan tengah, jalan yang imbang, tidak berat ke kanan untuk
mementingkan kejiwaan (rohani) dan tidak berat ke kiri untuk mementingkan
kebendaan (jasmani). Inilah yang diistilahkan dengan teori wasathaniyah,
menyelaraskan antara kenyataan dan fakta dengan ideal dan cita-cita.
3. Dinamis
Ajaran Islam mempunyai kemampuan bergerak dan berkembang, mempunyai
daya hidup, dapat membentuk diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan
ajaran Islam terpencar dari sumber yang luar dan dalam, yaitu Islam yang
memberikan sejumlah hukum positif yang dapat dipergunakan untuk segenap
masa dan tempat.
4. Universal
6
Rosihun Anwar, Pengantar Studi Islam, hal. 145.
Ajaran Islam tidak ditujukan kepada suatu kelompok atau suatu bangsa
tertentu, melainkan sebagai rahmatan lil ‘alamin, sesuai dengan misi yang
diemban oleh Rasulullah. Ajaran Islam diturunkan untuk dijadikan pedoman
hidup seluruh manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian, hukum Islam bersifat universal, untuk seluruh umat
manusia di muka bumi dan dapat diberlakukan di setiap bangsa dan negara.
5. Elastis dan Fleksibel
Ajaran Islam berisi disiplin-disiplin yang dibebankan kepada setiap individu.
Disiplin tersebut wajib ditunaikan dan orang yang melanggarnya akan
berdosa. Meskipun jalurnya sudah jelas membentang, dalam keadaan tertentu
terdapat kelonggaran (rukhsah). Kelonggaran-kelonggaran tersebut
menunjukkan bahwa ajaran Islam bersifat elastis, luwes, dan manusiawi.
Demikian pula, adanya qiyas, ijtihad, istihsan, dan mashlahih mursalah,
merupakan salah satu jalan keluar dari kesempitan.
6. Tidak Memberatkan
Ajaran Islam tidak pernah membebani seseorang sampai melampaui kadar
kemampuannya karena Islam mempunyai misi sebagai rahmat bagi manusia.
Islam datang untuk membebaskan manusia dari segala sesuatu yang
memberatkannya.
7. Graduasi (berangsur-angsur)
Ajaran-ajaran Islam yang diberikan kepada manusia secara psikologis sesuai
dengan fitrahnya sendiri. Apabila ajaran-ajaran tersebut diturunkan sekaligus,
sangat sulit bagi manusia untuk menjalankannya. Oleh karena itu, Allah
menurunkan ajaran Islam secara berangsur-angsur, agar manusia
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
8. Sesuai dengan fitrah manusia
Ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia, dalam arti sesuai dengan watak
hakiki dan asli yang dimiliki oleh manusia. Dengan demikian, ajaran Islam
yangs sesuai dengan fitrah manusia memberikan keterangan yang pasti tentang
kepercayaan asli dan hakiki yang ada dalam manusia. Artinya, kondisi awal
ciptaan manusia memiliki potensi untuk selalu mengetahui dan cenderung
pada kebenaran, yang dalam Al-Qur’an disebut dengan hanif.

9. Argumentatif filosofis
Ajaran Islam merupakan ajaran yang argumentatif; tidak cukup dalam
menetapkan persoalan-persoalan dengan mengandalkan doktrin lugas dan
intruksi keras. Demikian pula, tidak cukup sekedar berdialog dengan hati dan
perasaan serta mengandalkannya untuk menjadi dasar pedoman. Akan tetapi,
harus dapat mengikuti dan menguasai segala persoalan dengan disertai alasan
yang kuat dan argumentasi yang akurat.

C. Karakteristik Ajaran Islam


Istilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua kata: karakteristik dan ajaran Islam.
Karakteristik adalah sesuatu yang mempunyai karakter atau sifatnya yang khas.7
Islam adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad, yang berpedoman pada kitab
suci Al-Qur’an dan diturunkan di dunia ini melalui wahyu Allah.8
1. Pengertian Normativitas
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran,
acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan.9
Karakteristik Normatif, yaitu karakteristik yang memandang agama dari segi
ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya terdapat penalaran
manusia. Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui
konsepnya dalam berbagai bidang, seperti bidang agama, ibadah, muammalah,
yang didalamnya mencakup masalah pendidikan, ilmu pengetahuan,
kebudayaan, sosial, politik, ekonomi, lingkungan hidup,dan kesehatan.
Pada aspek normativitas, studi Islam agaknya masih banyak terbebeni oleh
misi keagamaan yang bersifat memihak sehingga kadar muatan analisis, kritis,
metodologis, historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah
keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam
lingkungan peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.

2. Pengertian Historisitas

7
 Badudu dan zain, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm.
617
8
Pusat Depennas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 444
9
W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta ; Balai Pustaka, 1991),
cet. XII hlm.887.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadaminta mengatakan
sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.10
Karekteristik Historis, yaitu Ilmu yang didalamnya membahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang,
dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Definisi tersebut terlihat menekankan kepada materi peristiwanya tanpa
mengaitka dengan aspek lainnya. Sedangkan dalam pengartian yang lebih
komprehensif suatu peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa yang melakukan
peristiwa tersebut, dimana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.
Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan sejarah Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi yang sluruhnya berkaitan dengan ajaran Islam diantara cakupannya itu
ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan
penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran
agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang di capai umat
Islam dalam berbagai bidang,seperti dalam bidang pengetauan agama dan
umum, kebudayaan, arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan,
ekonomi dan lain sebagainya.

Abuddin Nata dalam bukunya “Metodologi Studi Islam” menguraikan karakteristik


Islam dalam berbagai bidang, yaitu: dalam bidang agama, ibadah, akidah, ilmu dan
kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, Islam sebagai
disiplin ilmu.

1. Dalam Bidang Agama


Islam itu agama yang Kitab Sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain,
kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik. Kemudian pengakuan akan
hak agama-agama lain dengan sendirinya merupakan dasar paham
kemajemukan sosial budaya dan agama, sebagai ketetapan Tuhan yang tidak
berubah-ubah.11
Hal ini diperkuat pada Qs. Al-Maidah ayat 46.
10
Harun Nasution, Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1979),
hlm 56-75.
11
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 5, hlm.
80
‫ص ِّدقًا• لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ التَّوْ ٰرى ِة ۖ َو ٰاتَي ْٰنهُ ااْل ِ ْن ِجي َْل فِ ْي ِه‬ ٰ ٰٓ
َ ‫ار ِه ْم بِ ِع ْي َسى ا ْب ِن َمرْ يَ َم ُم‬ ِ َ‫َوقَفَّ ْينَا عَلى اث‬
َ ‫هُدًى َّونُوْ ۙ• ٌر َّو ُم‬
ۗ َ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ التَّوْ ٰرى ِة َوهُدًى َّو َموْ ِعظَةً لِّ ْل ُمتَّقِ ْين‬

“Dan kami teruskan jejak mereka dengan mengutus ‘Isa putra Maryam,
membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan kami menurunkan
Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan
membenarkan kitb yang sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”
Dari ayat di atas, kaum muslim diperintahkan berpegang teguh kepada ajaran
kontinuitas dengan beriman kepada semua Nabi dan Rasul tanpa kecuali dan
tanpa membeda-bedakan antara mereka.
2. Dalam Bidang Ibadah
Ibadah dapat diartikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan
mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala yang dilarang-Nya, dan
mengamalkan segala yang diizinkan-Nya. Ibadah ada yang bersifat khusus dan
umum. Ibadah khusus dapat diartikan sebagai apa yang telah ditetapkan Allah
akan perinci-perinciannya, tingkat dan cara-caranya tertentu.
Misalnya bilangan salat lima waktu serta tata cara mengerjakannya, ketentuan
ibadah haji dan tata cara mengerjakannya. Dalam yurisprudensi Islam telah
ditetapkan bahwa dalam urusan ibadah khusus tidak boleh ada “kreativitas”,
sebab yang mengcreate atau yang membentuk suatu ibadah dalam Islam
dinilai sebagai bid’ah yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan.12
Dalam kitab karangan Dr. Yusuf. Al-Qardhawi juga dijelaskan mengenai
karakteristik Islam dalam bidang ibadah, namun pokok bahasannya tertuju
pada Rabbaniyah. Yang dimaksud dengan Rabbaniyah di sini adalah yang
meliputi dua kriteria.: yaitu Rabbaniyah ghoyah (tujuan) dan wijhah (sudut
pandang), Rabbaniyah mashdar (sumber hukum) dan manhaj (sistem).
Adapun yang dimaksud Rabbaniyah tujuan dan sudut pandang bahwa Islam
itu menjadikan tujuan akhir dan sasarannya yang jauh ke depan, yaitu dengan
menjaga hubungan dengan Allah secara baik dan mencapai ridha-Nya.13
3. Bidang Ilmu Dan Kebudayaan
12
Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 82
Dalam bidang ilmu, kebudayaan, dan teknologi, Islam mengajarkan kepada
pemeluknya untuk bersikap terbuka dan tidak tertutup, terbuka untuk
menerima berbagai masukan dari luar, tetapi juga harus selektif, maksudnya
adalah tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan teknologi, melainkan
ilmu dan teknologi yang sesuai tidak menyimpang dari ajaran Islam.
4. Bidang Pendidikan
Karakteristik Islam dalam bidang pendidikan yaitu Islam memandang
pendidikan sebagai hak bagi setiap orang (education for all), laki-laki atau
peempuan, dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Islam pu
memiliki rumusan yang jelas terhadap dunia pendidikan dalam bidang tujuan,
kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya.
5. Bidang Sosial
Dalam bidang sosial, ciri khas yang diajarkan Islam yaitu ajaran yang
bertujuan untuk mensejahterakan manusia. Berbagai ajaran yang diajarkan
Islam untuk mensejahterakan manusia antara lain sikap toleransi meskipun
dengan umat yang berbeda agama, sikap tolong mnolong, kesamaan derajat,
kesetiakawanan, tenggang rasa, kegotong royongan atau kebersamaan, dan
lain sebagainya
6. Bidang Kehidupan Ekonomi
Islam merupakan agama yang memiliki ajaran dalam segala bidang, dalam
urusan kehidupan duniapun dalam hal ini bidang ekonomi, Islam
mengajarkannya untuk kesejahteraan manusia, karena Islam memandang
bahwa manusia itu harus hidup seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan
dunia dan akhirat. Adapun ciri khas ekonomi Islam yaitu:14
a. Ekonomi Islam merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam
b. Ekonomi Islam merealisasikan keseimbangan individu dengan
kepentingan masyarakat.

D. Moralitas Islam

13
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Karakteristik Islam Kajian Analitik , (Surabaya: Risalah Gusti,
1994), hlm. 1
14
Drs. M. Yatimin Abdullah, M. A, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Hamzah, 2006), Cet.
1, hlm. 23
Dasar-dasar dalam moralitas Islam meliputi dasar-dasar agama, dimana etika Islam
berakar pada kehidupan dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad, yang prinsip-prinsip moralitas
dan perilaku utamanya sangat komprehensif.
Moral, diambil dari bahasa Latin mos (jamak, mores) yang berarti kebiasaan, adat.
Kata ’bermoral’ mengacu pada bagaimana suatu masyarakat yang berbudaya berperilaku.
Dan kata moralitas juga merupakan sifat latin moralis, mempunyai arti sama dengan moral
hanya ada nada lebih abstrak.
Kata moral dan moralitas memiliki arti yang sama, maka dalam pengertiannya lebih
ditekankan pada penggunaan moralitas, karena sifatnya yang abstrak. Moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.15
Moralitas islam ditinjau dari berbagai bidang :
1. Dalam Bidang Ibadah
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah, karena didorong
dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. . Ibadah ada yang umum ada yang
khusus. Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah,
sedangkan yang khusus adalah yang telah ditetapkan oleh Allah akan
perincian-perinciannya, tingkat, dan cara-caranya yang tertentu.
2. Dalam Bidang Pendidikan
Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Islam juga
memiliki ajaran yang khas dalam pendidikan. Islam memandang bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki maupun perempuan, dan
berlangsung sepanjang hayat. Seperti yang terkutip di hadist Rasul. "Menuntut
ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim.”
3. Dalam Bidang Sosial
Ajaran Islam dalam bidang social adalah yang paling menonnjol karena
seluruh bidang ajaran Islam adalah untuk kesejahteraan manusia. Islam
menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan
kesabaran, kesetiakawanan, kerukunan antar tetangga, tenggang rasa dan
kebersamaan.

15
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, cet.1, (Rajawali Press, Jakarta, 1992), hlm. 8.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan

Sumber ajaran Islam yang utama berasal dari Al-Quran dan Al-Hadits. Sumber ajaran
Islam primer berupa Al-Quran dan hadist. Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan
kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, melalui jibril dengan menggunakan bahasa
Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadikan hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar
Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan
menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya. Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam sekunder.

Ali Anwar Yusuf menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam meliputi :


komprehensif, moderat, dinamis, universal, elastis dan fleksibel, tidak memberatkan,
graduasi (berangsur-angsur), sesuai dengan fitrah manusia, dan argumentatif filosofis.

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan
baik dan buruk. Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai nabi
dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

B. Kritik Dan Saran


Demikian makalah ini kami sampaikan, namun kami sadar makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan inovatif
sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta
menambah khasanah keilmuan kita semua. Amin.
Daftar Pustaka

Al-Qardhawi. Yusuf, Karakteristik Islam Kajian Analitik , Surabaya: Risalah Gusti (1994).
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ( 1998).
Syukur, Amin. Pengantar Studi Islam. Semarang : CV. Bima Sejati (2006)
Hakim, Abdul Atang dan Mubarak, Jaih. Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya (2000).
Hameed, Hakim Abdul. Aspek-aspek Pokok Agama Islam, Jakarta: Pustaka Jaya (1983).
Ahmad, Hasan. Pintu Ijtihad Sebelum Tutup, Bandung: Pustaka Bandung (1984).
Abdullah, Yatimin. Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Hamzah (2006).
Ali, Mohammad Daud. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia.
Jakarta : PT. Raja Grafindo persada (2004).

Anda mungkin juga menyukai