Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
“Sumber Agama dan Ajaran Agama Islam”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih
pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya. Kami mohon maaf apabila ada
kekurangan maupun kesalahan pada penulisan makalah ini untuk itu kami berterimakasih
apabila pembaca memberi saran atau kritikan kepada kami.

Banda Aceh, 29 Oktober 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 2
Bab I : Pendahuluan……………………………………………………………… 3
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………. 3

Bab II : Pembahasan……………………………………………………………… 4
2.1. Sumber Agama dan Ajaran Agama Islam………………………………….. 4
2.2. Al-Qur’an: isi dan sistematiknya…………………………………………… 4
2.3. As-Sunnah (Al-Hadits): fungsi dan artinya………………………………… 7
2.4. Ra’yu yang dilaksankan dengan ijtihad……………………………………. 8

Bab III : Penutup………………………………………………………………….. 11


3.1. Kesimpulan………………………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 12

2
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam
mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi
kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai
waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-
feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan
bersikap positif lainnya.

3
BAB II
Pembahasan

2.1. Sumber Agama dan Ajaran Agama Islam

Agama Islam bersumber dari Al-Qur’an yang memuat Wahyu Allah dan al-hadist
yang memuat sunnah Rasulullah. Komponen agama Islam dan unsur utama ajaran Islam
( akidah, syariah , dan akhlak ) di kembangkan dengan Ra’yu atau akal pikiran manusia yang
memenuhi syarat untuk mengembangkannya. Yang dikembangkan adalah ajaran agama dan
yang terdapat dalam Al-Qur;an dan Al-hadist. Dengan kata lain, yang dikembangkan lebih
lanjut supaya dapat dipahami manusia adalah wahyu Allah dan sunnah Rasul yang
merupakan agama Islam.
Hukum artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu atau meniadakannya. Hukum Islam
disebut juga syariat atau hukum Allah SWT, yaitu hukum atau undang-undang yang
ditentukan Allah SWT sebagaimana terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadis
(sunah). Syariat Islam juga merupakan hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat manusia, baik muslim maupun bukan muslim.

2.2. Al-Qur’an: isi dan sistematiknya


Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara
oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut:

‫ِإَّناَنْح ُنَنَّز ْلَناالِّذ ْك َر َو ِإَّناَلُهَلَح اِفُظوَن‬


Artinya:
”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr:9)

‫َأَفاَل َيَتَدَّبُروَن اْلُقْر آَن ۚ َو َلْو َك اَن ِم ْن ِع ْنِد َغ ْيِر ِهَّللا َلَو َج ُدوا ِفيِه اْخ ِتاَل ًفا َك ِثيًر ا‬
Artinya:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An-
Nisa:82)

4
Al-Qur’an merupakan sumber agama juga ajaran Islam pertama dan utama. Pengertian
secara harafiah berarti sesuatu yang harus dibaca atau dipelajari. Sedangkan secara istilah,
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi
Muhammad SAW dan sebagai salah satu mukzijat Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari, mula-mula di Mekah
kemudian di Madinah. Tujuannya untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia
dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dan kebahagiaan di
akhirat kelak.
Al-Qur’an yang menjadi sumber nilai dan norma umat Islam itu terbagi kedalam 30 juz,
114 surah, 6666 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf (lebih tepat dikatakan 325.345 suku
kata jika dilihat dari sudut pandang bahasa Indonesia). Al-Qur’an tidak disusun secara
kronologis. Lima ayat pertama diturunkan di gua hira’ pada malam 17 Ramadhan tahun
pertama sebelum hijriah atau pada malam Nuzulul Qur’an ketika Nabi Muhammad berusia
40-41 tahun, sekarang terletak di surat al-Alaq (96) : 1-5. Ayat terakhir yang diturunkan di
padang Arafah, ketika Nabi Muhammad berusia 63 tahun pada tanggal 9 zulhijah tahun ke-10
Hijrah, kini terletak di suratAl-Madinah (50) : 3.
Ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih tinggal di Mekah disebut ayat-
ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun setelah Nabi Muhammad pindah ke Madinah
dinamakan ayat-ayat Madaniyah. Ciri-cirinya adalah :
1. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya pendek-pendek. Merupakan 19/30 dari seluruh isi Al-
Qur’an, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Ayat-ayat Madaniyah pada umumnya panjang-
panjang merupakan 11/30 dari seluruh isi Al-Qur’an, terdiri dari 28 surat, 1.456 ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata ya ayyuhannas (haimanusia). Sedangkan
ayat-ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata ya ayyuhallazina amanu (hai orang-orang
yang beriman).
3. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya mengenai tauhid yakni keyakinan pada kemahaEsaan
Allah, hari kiamat, akhlak, dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu, sedangkan ayat-ayat
Madaniyah memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan sebagainya.
4. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan selama 12 tahun 13 hari, sedangkan ayat-ayat Madaniyah
selama 10 tahun, 2 bulan 9 hari. Allah telah menjamin kemurnian dan kesucian Al-Qur’an,
dalam surat Al-Hijrayat 9 :
Kandungan Al-Qur’an, antara lain adalah:

5
1. Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-
rasul, kitab-kitab, hari akhir, qado-qodar, dan sebagainya.
2. Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah
jalan dan tetap dalam koridor yang benar bagaimana menjalin hubungan kepada Allah
(hablum minallah, ibadah) dan hubungan kepada manusia (hablum minannas,
mu’amalah).
3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi
yang berbuat dosa (nadzir).
4. Kisah-kisah sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik
yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.
5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu
hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya,
sosiologi, psikologi, dan sebagainya.

Keutamaan Al-Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:

1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang
suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat
dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).
4. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah
tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai
penolong bagi pembacanya (HR. Turmuzi).

Keutamaan membaca Al-Qur’an, yaitu membacanya adalah ibadah. Bagi orang yang
membaca Al-Qur’an akan mendapat pahala yang telah dijanjikan Allah SWT. Menurut Ali
Bin Abi Thalib, membaca Al-Qur’an adalah 50 kebajikan untuk tiap-tiap hurufnya apabila
dibaca waktu melaksanakan sholat, 25 kebajikan apabila di luar sholat (dalam keadaan
berwudhu), dan 10 kebajikan apabila tidak berwudhu. Bukan hanya membaca, mendengarkan

6
orang yang membaca Al-Qur’an pun akan mendapatkan pahala. Selain membaca dan
mendengar, belajar dan mengajarkan membaca Al-Qur’an pun adalah suatu kebaikan.

2.3. As-Sunnah (Al-Hadits): fungsi dan artinya

Al-Hadits menurut pengertian bahasa ialah berita atau sesuatu yang baru. Dalam ilmu hadist
istilah tersebut berarti segala perkataan, perbuatan dan sikap diam Nabi tanda setuju (taqrir).
Para ahli hadits, umumnya menyamakan istilah hadits dengan istilah sunnah. Namun, ada
sementara ahli hadits mengatakan bahwa istilah dipergunakan khusus untuk sunnah qauliyah
(perkataanNabi), sedangkan sunnahfi’liyah (perbuatanNabi) dan sunnahtaqririyah tidak
disebutkan dalam hadits. Al-Hadist adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam setelah Al-
Qur’an.

Peranan Al-Hadits
Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, Al-Hadits mempunyai peranan yang penting setelah
Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada
umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami
dan diamalkan. Sebagai utusan Allah Nabi Muhammad SAW mempunyai wewenang
menjelaskan dan merinci wahyu Allah yang bersifat umum.Sesuai firman Allah dalam surat
An-Nahl (16) ayat 44:
Artinya:
“keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran,
agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.”

Ada tiga peranan al-Hadits disamping al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islam.
Adapun peranan al-Hadits adalah :
1. Menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.
2. Menguraikan dan merincikan yang global (mujmal), mengkaitkan yang mutlak dan
mentakhsiskan yang umum (‘am), Tafsil, Takyid, danTakhsis berfungsi menjelaskan apa
yang dikehendaki Al-Qur’an. Rasulullah mempunyai tugas menjelaskan Al-Qur’an
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl ayat 44:

7
Artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”(QS. An-
Nahl : 44)
3. Menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Hukum yang
terjadi adalah merupakan produk Hadits/Sunnah yang tidak ditunjukan oleh Al-Qur’an.
Contohnya seperti larangan memadu perempuan dengan bibinya dari pihak ibu, haram
memakan burung yang berkuku tajam, haram memakai cincin emas dan kain sutra bagi laki-
laki.
Sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Alquran, Hadist memiliki fungsi yang pada
intinya sejalan dengan Al-Quran. Keberadaan Al-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya
sebagian ayat Al-Quran :

a. Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian;


b. Yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian;
c. Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan; dan ada pula
Isyarat Alquran yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang
menghendaki penetapan makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut; bahkan
terdapat sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai keterangannya di dalam Alquran
yang selanjutnya diserahkan kepada hadis nabi.

2.4. Ra’yu yang dilaksankan dengan ijtihad

Sumber ajaran Islam yang ketiga adalah ar-ra’yu atau sering disebut dengan kata ijtihad.
Ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu yang memenuhi syarat
untuk mencari, menemukan, dan menetapkan nilai dan norma yang tidak jelas atau tidak
terdapat patokannya di dalam al-Quran dan al-Hadits. Orang yang menetapkan hukum
dengan jalan ini disebut mujtahid

Walaupun Islam adalah agama yang berdasarkan wahyu dari Allah SWT, Islam sangat
menghargai akal. Hal ini terbukti dengan banyaknya ayat Al Quran yang memerintahkan
manusia untuk menggunakan akal pikirannya, seperti pada surat An Nahl ayat 67
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi

8
orang yang memikirkannya”. Oleh karena itu, apabila ada suatu masalah yang hukumnya
tidak terdapat di Al Quran maupun Hadist, maka diperintahkan untuk berijtihad dengan
menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu kepada Al Quran dan Hadist.
Ijtihad hanya diperbolehkan bagi orang-orang yang memenuhi syarat sebagai mujtahid.
Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits yang
tertulis dalam bahasa Arab.
2. Mengetahui isi dan sistem hukum al-Qur’an serta ilmu-ilmu untuk memahami al-Qur’an.
3. Mengetahui hadits-hadits hukum dan ilmu-ilmu hadits yang berkenaan dengan
pembentukan hukum.
4. Menguasai sumber-sumber hukum islam dan cara-cara (metode) menarik garis-garis
hukum dari sumber-sumber hukum islam.
5. Menguasai dan mengetahui kaidah-kaidah fiqih.
6. Mengetahui rahasia dan tujuan-tujuan hukum islam.
7. Jujur dan ikhlas.
8. Menguasai ilmu-ilmu sosial (Antropologi, Sosiologi).
9. Dilakukan secara kolektif (jama’i) bersama para ahli disiplin ilmu lain.

Adapun macam-macam bentuk ijtihad yang dikenal dalam syariat Islam, yaitu:
1. Ijma’, menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut istilah
adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat
pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’
adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk
diikuti seluruh umat.
2. Qiyas yang berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata
lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara
dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’
kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi
sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3. Istihsan yang berarti suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang
lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut
logika dapat dibenarkan. Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual

9
beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak
memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan
system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.
4. Mushalat Murshalah, menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah
adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam
Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-
ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
5. Sududz Dzariah, menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah
tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan
umat. Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk,
padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan
sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
6. Istishab yang berarti melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di
masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut. Contohnya, seseorang
yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang
atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena
shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
7. Urf. berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai
pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga
telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
Ijtihad mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam dan merupakan
sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al Quran dan Hadist. Dengan ijtihad itu umat Islam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang hukumnya tidak ada dalam Al Quran maupun
Hadist. Setelah Rasulullah wafat, tidak ada lagi sosok yang dapat ditanya secara langsung
tentang masalah-masalah Islam. Oleh karena itu, ijtihad dijadikan jalan keluar untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan tetap mengacu pada Al Quran dan Hadist.

10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang utama. Al-
Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepadaRasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-
Qur’an dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari,
mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah. Tujuannya, untuk menjadi pedoman atau
petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan didunia
ini dan kebahagiaan diakhirat kelak. Sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Alquran,
Al-Hadist mempunyai fungsi menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-
Qur’an, menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam al-Qur’an, sebagai Musyar’I (pembuat syariat). Dan Ijtihad sebagai
sumber ajaran Islam yang ketiga yang memuat tambahan atau sumber pengembangan.

11
DAFTAR PUSTAKA
http://fialuddin.blogspot.com/2010/11/makalah-sumber-agama-dan-ajaran-agama.html
http://manshurzikri.wordpress.com/2010/03/22/sumber-ajaran-agama-islam-al-qur
%E2%80%99an-dan-sunnah/
http://kumpulancontohmakalah.blogspot.com/2009/10/makalah-tentang-pengetahuan-dan-
sumber.html
http://pendidikan-agama-islam-buku-teks-mata-kuliah-pendidikan-agama-islam-pada-
universitas-gunadarma.html
http://bacindul.blogspot.com/2011/10/makalah-sumber-sumber-ajaran-islam.html

12

Anda mungkin juga menyukai