Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SUMBER-SUMBER AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu : Sujarwo, M.Pd

Disusun Oleh

Nama-Nama Kelompok :

Dian Novita Sari : (204230134)

Ria Cita Suci : (204230135)

Merisa : (204230136)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLA DASAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

TAHUN AJAR 2023-2024


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman
syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-
Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen
utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak)
dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh kemampuan akal
pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan
memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum
(fikih) Islam dari keduanya.

Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu dikaji
secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini
penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan mempengaruhi pola
pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan
untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.
B.Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber – sumber ajaran Agama Islam?

2. Apa ciri – ciri dan kelebihan dari Al – Qur’an?

3. Apa fungsi Al – Qur’an?

4. Apa saja isi kandungan yang terdalam Al – Qur’an?

5. Apa fungsi Al – Sunnah?

6. Apa saja bagian – bagian dari Al – Sunnah?

7. Apa hubungan Al – Qur’an dan Al – Sunnah?

8. Apa yang membedakan antara Al – Qur’an dengan Al – Sunnah?

9. Apa itu ijtihad


BAB II

PEMBAHASAN

1. SUMBER-SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

A.Pengertian Islam Menurut Al-Quran

Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul
terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

1. Al-Quran.

Pendapat para ahli mendifinisikan alquran:

a. Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut:

– “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk
ibadah”.

b. Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut:

– “Al-Qur’an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan
ditutup dengan surat An-Nas”

Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti
mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi
(syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala atau mu’jizat yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam,yang ditulis dalam mushaf
diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya ibadah,dan diawali dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran sumber agama (juga
ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan
yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit
demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Medinah.

Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun,13 tahun sebelum hijrah
hingga 10 tahun setelah hijrah ,dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi
Muhammad masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi
Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Ayat-ayat yang tutun ketika Nabi Muhammad masih
berdiam di Mekkah di sebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah Nabi
Muhammad pindah ke Medinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah.

Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengaggumkan
bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an pertama kali
diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang pertama kali turun
tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5.

2. Struktur dan pembagian Al-Qur’an

a. Surat, ayat dan ruku’

Al-Qur’an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat) dan 6666 ayat. Setiap
surat akan terdiri atas beberapa ayat, surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi
yang disebut ruku’ yang membahas tema atau topik tertentu.

b. Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah
(surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu
penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah
ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.

c. Juz dan manzil

Dalam skema pembagian lain, Al-Qur’an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama
yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin
menuntaskan bacaan Al-Qur’an dalam 30 hari (satu bulan).
d.Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an terbagi
menjadi empat bagian, yaitu:

 As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’,
Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus

 Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu’min dan sebagainya

 Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya

 Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan


sebagainya

Fungsi Al-Qur’an antara lain adalah:

• Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
• Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
• Sebagai pemberi kabar gembira
• Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
• Sebagai peringatan
• Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
• Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)
Ciri-cirinya adalah :

1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi al-
Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya
panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456 ayat.

2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai manusia) sedang ayat–
ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhallaziina aamanu (hai orang-orang yang
beriman).

Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah :


• Al-Kitab (Buku)
• Al-Furqan (Pembeda benar salah)
• Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
• Al-Mau’idhah (Pelajaran/nasihat)
• Al-Hukm (Peraturan/hukum)
• Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
• Asy-Syifa’ (Obat/penyembuh)
3. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni keyakinan pada Kemaha
Esaan Allah, hari Kiamat, akhlak dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu, sedang ayat-ayat
Madaniya memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan sebagainya.

4. Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain :

a. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia.

b. Petunjuk mengenai syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan dengan
Allah dan dengan sesama insan

c. Petunjuk tentang akhlak,

d. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau.

e. Berita tentang zaman yang akan datang.

Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:

1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah
SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam Rukun
Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.

2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan
Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan sekitar.
Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat. Adapun ilmu
yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam
kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam
konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.

Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:

1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, dan haji

2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:

• Hukum munakahat (pernikahan).


• Hukum faraid (waris).
• Hukum jinayat (pidana).
• Hukum hudud (hukuman).
• Hukum jual-beli dan perjanjian.
• Hukum tata Negara/kepemerintahan

a. Pengertian Hadist

Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti “adat-istiadat” atau “kebiasaan”
(traditions). Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta
kebiasaan Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Nabi Saw
terhadap perkataan dan perilaku sahabat.

Menurut Etimologi hadist adalah jalan / tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dapat juga berarti
undang-undang yang berlaku.sedangkan Terminologi hadist ialah berita / kabar, segala
perbuatan, perkataan dan takrir ( keizinan / pernyataan ) Nabi Muhammad saw.

Sunnah merupakan “penafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk pelaksanaan) Al-Quran. Sebagai


contoh, Al-Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku’ dan sujud.
Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh langsung bagaimana shalat itu
dijalankan, mulai takbiratul ihram (bacaan “Allahu Akbar” sebagai pembuka shalat), doa iftitah,
bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud, hingga bacaan tahiyat dan salam.
2. KEDUDUKAN AS-SUNNAH / HADITS

As-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.Apabila as-Sunnah /
Hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan mengalami kesulitan-
kesulitan seperti :

1. Melaksanakan Shalat, Ibadah Haji, mengeluarkan Zakat dan lain sebagainya, karena ayat al-
Qur’an dalam hal tersebut hanya berbicara secara global dan umum, sedangkan yang
menjelaskan secara rinci adalah as-Sunnah / Hadits.

2. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, untuk menghindari penafsiran yang subyektif dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan.

3. Mengikuti pola hidup Nabi adalah sunnah dalam perintah al-Qur’an.

4. Menghadapi masalah kehidupan yang bersifat teknis, karena adanya peraturan-peraturan yang
diterangkan oleh as-Sunnah / Hadits yang tidak ada dalam al-Qur’an seperti kebolehan memakan
bangkai ikan dan belalang, sedangkan dalam al-Qur’an menyatakan bahwa bangkai itu haram.

Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam, yakni
sebagai berikut :

1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-Quran
terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.

2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun
dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at
setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.

3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya
di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan
bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) :
23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau
putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.
3 ) HUBUNGAN AS-SUNNAH DENGAN AL-QUR’AN

1. Sebagai Bayan ( menerangkan ayat-ayat yang sangat umum).

2. Sebagai Taqrir ( memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur’an ).

3. Sebagai Bayan Tawdih ( menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ).

4 ) PERBEDAAN AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH / HADITS SEBAGAI SUMBER


HUKUM

Sekalipun al-Qur’an dan as-Sunnah sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun diantara
keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil, antara lain sebagai berikut :

1. Al-Qur’an bersifat Qath’i ( mutlak ) kebenarannya,sedangkan As-Sunnah bersifat Dzhanni


( relatif ), kecuali Hadits Mutawatir.

2. Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup,sedangkan Tidak seluruh
Hadits dapat dijadikan pedoman hidup karena disamping ada Hadits Shahih, ada pula Hadits
yang Dhaif .

3. Al-Qur’an sudah pasti autentik lafadz dan maknanya,sebaliknya As-Sunnah belum tentu
autentik lafadz dan maknanya.

4. Apabila al-Qur’an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka
setiap muslim wajib mengimaninya,sedangkan Apabila as-Sunnah berbicara tentang masalah-
masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim tidak diharuskan mengimaninya
seperti halnya mengimani al-Qur’an.

5. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka :

# Penerimaan seorang muslim terhadap al-Qur’an hendaknya didasarkan pada keyakinan yang
kuat, sedangkan;
# Penerimaan seorang muslim terhadap as-Sunnah harus didasarkan atas keragu-raguan
( dugaan-dugaan ) yang kuat. Hal ini bukan berarti ragu kepada Nabi, tetapi ragu apakah Hadits
itu benar-benar berasal dari Nabi atau tidak karena adanya proses sejarah kodifikasi hadits yang
tidak cukup memberikan jaminan keyakinan sebagaimana jaminan keyakinan ter Macam-macam
As-Sunnah:

5 ) Ditinjau dari bentuknya

1. Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah

2. Sunnah fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah

3. Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap pernyataan ataupun
perbuatan orang lain

4. Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi tidak sampai
dikerjakan

A .Ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya

1,Hadits Mutawatir

a. Pengertian Hadits Mutawatir

Secara etimologi, kata mutawatir berarti : Mutatabi’ (beriringan tanpa jarak). Dalam terminologi
ilmu hadits, ia merupakan haidts yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan berdasarkan logika
atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta. Periwayatan seperti itu terus
menerus berlangsung, semenjak thabaqat yang pertama sampai thabaqat yang terakhir.

Macam-macam hadis mutawatir Hadits mutawatir ada tiga macam, yaitu :

1) Hadits mutawatir Lafzhi, yaitu hadits yang diriwayatkan dengan lafaz dan makna yang sama,
serta kandungan hukum yang sama.
2) Hadits Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadits mutawatir yang berasal dari berbagai hadits yang
diriwayatkan dengan lafaz yang berbeda-beda, tetapi jika disimpulkan, mempunyai makna yang
sama tetapi lafaznya tidak

3) Hadits Mutawatir ‘Amali, yakni amalan agama (ibadah) yang dikerjakan oleh Nabi
Muhammad SAW, kemudian diikuti oleh para sahabat, kemudian diikuti lagi oleh Tabi’in, dan
seterusnya, diikuti oleh generasi sampai sekarang.

2. Hadits Ahad

a. Pengertian Hadits Ahad

Al Ahad jama’ dari ahad, menurut bahasa berarti al-wahid atau satu. Dengan demikian khabar
wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang. Sedangkan ahad secara istilah,
banyak didefinisikan para ulama, antara lain: “Khabar yang tiada sampai jumlah banyak
pemberitanya kepada jumlah khabar mutawatir, baik pengkhabar itu seorang, dua, tiga, empat,
lima dan seterusnya dari bilangan-bilangan yang tiada memberi pengertian bahwa khabar itu
dengan bilangan tersebut masuk ke dalam khabar mutawatir”.

Melihat dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits ahad adalah
sebagai berikut:

1) Hadits yang diriwayatkan oleh beberapa rawi, akan tetapi tidak mencapai derajat mutawatir

2) Perawi-perawi tersebut dalam jumlah mengalami variasi dalam setiap thabaqah (tingkatan)

3) Perawi-perawi dalam hadits ahad tidak berdasarkan jumlah, akan tetapi lebih tertuju pada
kredibilitas perawi.

3) Hadits Masyhur

Masyhur menurut bahasa ialah al-intisyar wa az-zuyu’ (sesuatu yang sudah tersebar dan
populer). Atau Masyhur ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi belum
mencapai derajat mutawatir. Menurut ulama ushul: “Hadis yang diriwayatkan dari sahabat, tetapi
bilangannya tidak sampai ukuran bilang mutawatir, kemudian baru mutawatir setelah sahabat
dan demikian pula setelah mereka”.

4 ) Hadits Shahih

Hadist shahih Yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

a. Sanadnya bersambung

b. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil

c. memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya

d. dan kuat ingatannya

e. Haditsnya musnad, maksudnya hadits tersebut disandarkan kepada Nabi Muhammad


SAW,Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab
tersembunyi atau tidak.

5 ) Hadits Hasan

Bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak
sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.

6 ) Hadits Dhaif (Lemah)

Hadist dhaif Ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung dan diriwayatkan oleh orang yang
tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.

7 ) Hadits Maudu’
Bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam sanadnya dijumpai penutur yang memiliki
kemungkinan berdusta.Hadits Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak, yang tidak diterima.
Sedangkan menurut urf Muhaditsin, Hadits Mardud ialah hadits yang tidak menunjuki
keterangan yang kuat akan adanya,tetapi adanya dengan ketidakadaannya bersamaan. Maka,
Jumhur Ulama mewajibkan untuk menerima hadits – hadits maqbul, dan sebaliknya setiap hadits
yang mardud tidak boleh diterima dan tidak boleh diamalkan (harus ditolak).

3. Ijtihad

A. Pengertian ijtihad

Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau bekerja
semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala kemampuan berfikir
untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist.

Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat
dilakukan apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun
hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu
pada Alquran dan hadist.orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.

Syarat –syarat orang yang ijtihad sebagai berikut:

• Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam,

• Memiliki pemahaman mendalam tentang bahas Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan tarikh (sejarah),

• Mengenal cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas,

• Memiliki akhlaqul qarimah.

B. Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu


1. ijma

Ijma menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut istilah adalah
kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu
masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah fatwa,
yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

Contoh Ijma’:

Menjadikan sunnah sebagai salah satu sumber hukum Islam.

Pengumpulan dan pembukuan Al-qur’an sejak pemerintahan Abu Bakar tetapi idenya berasal
dari Umar bin Khatab

Penetapan awal ramadhan dan syawal berdasarkan ru’yatul hilal.

2. Qiyas

Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata lain
Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan
perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.

Contoh Qiyas :

Setiap minuman yang memabukan contohnya mensen, sabu-sabu dan lain-lain disamakan
dengan khamar, ilatnya sama-sama memabukan.

Harta anak wajib dikeluarkan zakat disamakan dengan harta dewasa. Menurut syafei karena
sama-sama dapat tumbuh dan berkembang, dan dapat menolong fakir miskin.

Mengatakan pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada
orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi sampai
memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua
3. Istihsan

Istihsan yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih kuat
atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan atau
dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan.

Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum
ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan
atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan sistem pembayaran di awal, sedangkan
barangnya dikirim kemudian.

4. Mushalat Murshalah

Mushalat murshalah menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah adalah
perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran
maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran.
Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.

5. Sududz Dzariah

Sududz dzariah menurut bahasa menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan
memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.

Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal
minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai orang
tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.

6. Istishab

Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa lalu
hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.
Contohnya: seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti ini,
ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu
kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.

7. Urf

Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan maupun
perbuatan.

Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas
barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi
bersama antara penjual dan pembeli.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran
agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran
agama islam sekunder adalah ijtihad.

Kemudian, mengenai sumber-sumber hukum Islam dapat kita simpulkan bahwa segala sesuatu
yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu berlandaskan Al-qur’an yang
merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara mutawatir dan
diturunkan melalui malaikat Jibril dan membacanya di nilai sebagai Ibadah, dan Al-Sunnah
sebagai sumber hukum yang kedua yang mempunyai fungsi untuk memperjelas isi kandungan
Al-qur’an dan lain sebagainya.
B. Saran

Marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-qur’an dan Al-sunnah sebagai pedoman dalam
kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari hukum agama Islam dan sekaligus dapat
membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun diakhirat nanti.agar hidup yang kita jalani lebih
sempurna dan mempunyai tujuan hidup.

Anda mungkin juga menyukai