B. Rumusan Masalah :
a. Apa saja sumber – sumber ajaran islam ?
b. Bagaimana pengertian, kedudukan, serta fungsi dari Al-Qur’an ?
c. Bagaimana Hadist sebagai sumber hokum kedua ajaran Islam ?
d. Bagaimana Ijtihad sebagai sumber hokum Islam setelah Al-Qur’an dan
Hadist ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al-Qur’an
Dari segi bahasa, Al-Qur’an berasal dari kata qara’a –
yaqra’u – qira’atan – qur’anan yang berarti sesuatu yang dibaca atau
bacaan. Dari segi istilah , Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dalam Bahasa arab yang sampai kepada
kita secara mutawattir (berturut – turut antara satu dengan yang lain) ,
ditulis dalam mushaf , dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan Surah An-Nas , dengan membacanya berfungsi sebagai ibadah .
Dan juga sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW serta sebagai hidayah
atau petunjuk bagi umat manusia . Allah SWT berfirman :
َت أذنن لذهقللرم أذرجللررا إإنن ههذذذاَ اَرلققررآْذن يذرهإديِ لإلنإتيِ إهذيِ أذرقذوقم ذويقبذششقر اَرلقمرؤإمإنيِذن اَلنللإذيذن يذرعذملقللوذن اَل ن
صللاَلإذحاَ إ
َذكإبيِررا
Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber pokok bagi ajaran Islam yang
tentunya memiliki kedudukan sangat tinggi. Sebagai sumber pokok
ajaran Islam, Al-Qur’an berisi ajaran – ajaran yang lengkap dan
sempurna yang meliputi seluruh aspek terutama dalam kehidupan
manusia , khusunya umat Islam. Agar manusia dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya , maka hendaknya
manusia selalu berpegang teguh kepada pinsip dasar ajaran dan
kaidah – kaidah hukum yang bersumber dari Al-Qur’an sebagai
sumber utamanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an :
اذ ذوأذإطيِقعواَ اَلنرقسوذل ذوقأوإليِ اَرلذرمإر إمرنقكرم ۖ فذإ إرن تذذناَذزرعتقرم إفيِ ذشريِءء فذقريَدوهق إإذلىَ ن إ
الل ذياَ أذيَيذهاَ اَلنإذيذن آْذمقنواَ أذإطيِقعواَ ن
ك ذخريِرْر ذوأذرحذسقن تذأرإويرلذواَلنرقسوإل إإرن قكرنتقرم تقرؤإمقنوذن إباَنلإ ذواَرليِذروإم اَرلإخإر ۚ هذذلإ ذ
Artinya : " Wahai orang-orang yang berfirman! Ta'atilah Allah dan
ta'atilah Rasul-Nya (Muhammad) , dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di
antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah swt. (al-Qur'an) dan Rasul-Nya
(sunnah), jika kamu berima kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Q.S. an-
Nisa'/4:59)
2. Hadist
Secara bahasa hadist berarti perkataan atau ucapan. Menurut istilah,
hadist adalah segala perbuatan,perkataan,dan ketetapan (taqrir) yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hadist juga dinamakan sunnah.
Namun, para ulama hadist membedakan hadist dengan sunnah. Hadist
adalah ucapan atau perkataan Rasulullah SAW. Sedangkan sunnah
adalah segala yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. yang menjadi
sumber hukum Islam.
Hadist dalam arti perkataan Rasulullah SAW. terdiri atas beberapa
bagian yang saling terkait satu sama lain. Bagian – bagian hadist
tersebut antara lain sebagai berikut :
Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang
menyampaikan hadist dari Rasulullah SAW. sampai kepada kita
sekarang.
Matan, yaitu isi atau materi hadist yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW.
Rawi, adalah orang yang meriwayatkan hadist. Contoh :
ب ذعرن ذحرمللذزةذ ربللإن ذحندثذذناَ ذسإعيِقد ربقن قعفذريِءر ذقاَذل ذحندثذإنيِ اَللنريِ ق
ث ذقاَذل ذحندثذإنيِ قعقذريِرْل ذعرن اَربإن إشذهاَ ء
َاق ذعلذريِإه ذوذسلنذم قذللاَذل بذريِنذللاَ أذنذللا
صنلىَ ناإ ذ ت ذرقسوذل ن اإ ربإن قعذمذر أذنن اَربذن قعذمذر ذقاَذل ذسإمرع ق ذعربإد ن
تظفذللاَإريِ قثلنم أذرعطذريِل ق يِ يذرخللقرقج فإلليِ أذ رت ذحتنللىَ إإنشلليِ ذلذذرىَ اَللشر ن ح لذذبلءن فذذشللإررب ق
ت بإقذذد إذناَئإرْم أقإتيِ ق
َ رواَه اَلبخاَرى.. اإ ذقاَذل اَرلإعرلذم ب ذقاَقلواَ فذذماَ أذنورلتذهق ذياَ ذرقسوذل ن
طاَ إ ضإليِ قعذمذر ربذن اَرلذخ ن فذ ر
Terjemah: Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Ufair
berkata, Telah menceritakan kepadaku Al Laits berkata, Telah
menceritakan kepadaku ‘Uqail dari Ibnu Syihab dari Hamzah bin
Abdullah bin Umar bahwa Ibnu Umar berkata: aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku tidur, aku bermimpi diberi
segelas susu lalu aku meminumnya hingga aku melihat
pemandangan yang bagus keluar dari kuku-kukuku, kemudian aku
berikan sisanya kepada sahabat muliaku Umar bin Al Khathab”.
Orang-orang bertanya: “Apa ta’wilnya wahai Rasulullah Saw.?”
Beliau menjawab: “Ilmu”. (HR. Bukhari)
Yang disebut rawi/mukharrij adalah:
َرواَه اَلبخاَرى
c. Macam-macam Hadist
1.)Hadist Mutawattir
Hadis mutawattir adalah hadist yang diriwayatkan oleh banyak
peerawi baik dari kalangan para sahabat maupun generasi
sesudahnya dan dipastikan di antara mereka tidak bersepakat
dusta.
2.) Hadist Masyhur
Hadist masyhur adalah hadist yang diriwayatkan oleh dua orang
sahabat atau lebih yang tidak mencapai derajat mutawattir namun
setelah tersebar dan diriwayatkan oleh sekian sekian banyak
tabi’in sehingga tidak mungkin bersepakat dusta. Contoh hadist
jenis ini adalah hadist yang artinya, “Orang islam adalah orang-
orang yang tidak mengganggu orang lain dengan lidah dan
tangannya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).
3.) Hadist Ahad
Hadist ahad adalah hadist yang hanya diriwayatkan oleh satu atau
dua orang perawi sehingga tidak mencapai derajat mutawattir.
Dilihat dari segi kualitas perawi, hadist dibagi ke dalam empat
bagian berikut.
Hadist Shahih adalah hadist yang diriwayatkan oleh
perawi yang adil, kuat hafalannya, tajam penelitiannya,
sanadnya bersambung kepada Rasulullah SAW.,tidak
tercela, dan tidak bertentangan dengan riwayat orang
yang lebih terpercaya. Hadist ini dijadikan sebagai
sumber hukum dalam beribada (hujjah)
Hadist Hasan adalah hadist yang diriwayatkan oleh
perawi yang adil, tetapi kurang kua hafalannya, sanadnya
bersambung, tidak cacat, dan tidak bertentangan. Sama
seperti hadist shahih, hadist ini dijadikan sebagai
landasan mengerjakan amal ibadah.
Hadist Dha’if yaitu hadist yang tidak memenuhi
kualitas hadist shahih dan hadist hasan. Para ulama
mengatakan bahwa hadist ini tidak bisa dijadikan sebagai
hujjah, tetapi dapat dijadikan sebagai motivasi dalam
beribadah.
Hadist Maudu’ yaitu hadist yang bukan bersumber
kepada Rasulullah SAW. atau hadist palsu. Dikatakan
hadist padahal sama sekali bukan hadist. Hadist ini jelas
tidak dapat dijadikan landasan hukum, hadis ini tertolak.
b. Kedudukan ijtihad
Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah Al-
Qur’an dan Hadist. Ijtihad dilakukan jika suatu persoalan tidak
ditemukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan Hadist. Namun
demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihad tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur’an maupun Hadist. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW. :
Yang artinya :
“Dari Mu’az , bahwasannya Nabi Muhammad SAW. ketika
mengutusnya ke Yaman, ia bersabda, “Bagaimana engkau akan
memutuskan suatu perkara yang dibawa orang kepadamu?” Mu’az
berkata, “Saya akan memutuskan menurut Kitabullah (Al-Qur’an).”
Lalu Nabi berkata, “Dan jika di dalam kitabullah engkau tidak
menemukan sesuatu mengenai soal itu?” Mu’az menjawab, “Jika
begitu saya akan memutuskan menurut Sunnah Rasulullah SAW.”
Kemudian, Nabi bertanya lagi, “Dan jika engkau tidak menemukan
sesuatu hal itu di dalam Sunnah?” Mu’az menjawab, “Saya akan
menggunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (ijtihadu bi ra’yi)
tanpa bimbang sedikitpun.” Kemudian, Nabi bersabda, “Maha suci
Allah Swt. yang memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-nya
dengan suatu sikap yang disetujui Rasul-nya.” (H.R.Darami)
Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,
Rasulullah SAW bersabda SAW bersabda sebagai berikut.
C. Bentuk-bentuk ijtihad
Ijtihad sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah
hukum terbagi ke dalam beberapa bagian, seperti berikut.
a. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad dalam
memutuskan suatu perkara atau hukum. Contoh ijma’ di masa
sahabat adalah kesepakatan untuk mnghimpun wahyu ilahi yang
berbentuk lembaran-lembaran terpisah menjadi sebuah mushaf
Al-Qur’an
b. Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan/menganalogikan masalah baru
yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an atau hadist dengan yang
sudah terdapat hukumnya dalam Al-Qur’an dan Hadist karena
kesamaan sifat atau karakternya.
c. Maslahah mursalah
Maslahah mursalah artinya penetapan hukum yang
menitikberatkan pada kemanfaatan suatu perbuatan atau tujuan
hakiki-universal terhadap syari’at islam. Misalkan seseorang wajib
mengganti atau membayar kerugian atas kerugian kepada pemilik
barang karena kerusakan di luar kesepakatan yang telah di
tetapkan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
sumber ajaran Islam ada tiga macam , diantaranya yaitu Al-
Qur’an , Hadist , dan Ijtihad. Al-Qur’an merupakan sumber
hukum Islam pertama yang didalamnya terkandung tentang
kehidupan yang ada di alam , perintah , akidah dan
kepercayaan , akhlak yang murni , dan sebegai petunjuk umat
Islam. Hadist merupakan sumber hukum Islam yang kedua
setelah Al-Qur’an , karena dalam Dalil Al-Qur’an megajarkan
kita untuk mempercayai dan menerima apa yang telah
disampaikan oleh Rasul untuk dijadikan sebagai pedoman
hidup. Selain itu , dalam Hadist juga terdapat pernyataan
bahwa berpedoman pada Hadist itu wajib ,bahkan juga
terdapat dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan
menjadikan Hadist sebagai pedoman hidup setelah Al-Qur’an
sebagai sumber yang pertama. Ijtihad sebagai sumber ajaran
Islam , karena melalui konsep Ijtihad, setiap peristiwa baru
akan didapatkan ketentuan hukumnya. Dari pemaparan
makalah kami tersebut , kita tahu bahwa sumber ajaran Islam
sangat penting sebagai pedoman hidup. Untuk itu , hendaknya
apabila kita melanggar salah satu sumber ajaran agama
tersebut , maka akan menjadikan dampak yang fatal bagi
kehidupan kita.
B. Penutupan
Demikian makalah ini kami buat , apabila ada kekurangan kami
mohon maaf. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
dibutuhkan kelompok kami.