Bagan Alir
A rtinya: ’ ’Sun gg uh, Al- Qur’ an ini Membe ri p etu nju k ke (Jala n) yamg pa ling lu rus da n memb eri ka bar ge mbi ra k epa da or an g mu kmin ya ng me ng erja ka n ke ba jik an ,bah wa mer ek a a ka n me nd apa t p aha la yan g b esar .’’( Q.S. al -isra /17 :9)
Arti nya :”Su ng guh ,k ami tel ah men uru nk an kita b (A l-Qur’ an ) ke pad amu (Muh ammad ) me mba wa ke ba nar an, aga r e ngk au me nga dili an tar a manu sia men ja di p en ent ang (or an g ya ng tid ak bersala h), ka rena (me mbe la ) or an g ya ng berk hi ana t . ”(Q. s An -nissa’ ./4 :10 5)
Dalam sebuah hadist yang bersumber dari imam Bukhari dan iman Muslim, Rasulullah SAW. Bersabda:
Artinya:”…Amma ba’dhu wahai sekalian manusia,bukan kah aku sebagaimana manusia biasa yang di angkat menjadi Rosul dan saya tinggalkan semua ada 2 perkara utama/besar,yang pertama adalah kitab Allah yang di dalam nya terdapat petunjuk dan cahaya/penerangan,maka ikutilah kitab Allah(Al-Qur’an) dan
berpegang teguh lah kepadanya…(H.R.muslim)
Berdasarkan dua ayat dan Hadis di atas,jelaslah bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.Al-Qur’an sumber dari segala sumber hukum baik dalam konteks kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.Namun demikian,hukum-hukum yang terdapat
dalam kitab suci Al-Qur’an ada yang bersifat rinci dan sangat jelas maksud nya, dan ada yang masih bersifat umum dan perlu pemahaman mendalam untuk memahaminya.
artinya:”barang siapa menaati rasul (Muhammad),maka sesungguhnya ia telah menaati Allah SWT.dan barang siapa
berpaling(darinya),maka(ketahuilah) kami tidak mengutusmu(Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.”(Q.S
An-nisa/4:80)
Artinya:”Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda:”Dilarang seseorang mengumpulkan (mengawini
secara bersama) seorang perempuan dengan saudara dari ayahnya serta seorang perempuan dengan saudara
perempuan dari ibunya.”(H.R. Bukhari)
4. Macam-macam hadis
a. Hadis Mutawattir
Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi baik di kalangan para sahabat
maupun generasi sesudahnya dan di pastikan di antara mereka tidak bersepakat dusta. Contohnya adalah hadis
yang berbunyi:
Artinya:”Dari Abu Hurairah ra. Bahwa rasulullah saw bersabda: Barang siapa berdusta atas namaku dengan
sengaja, maka tempatnya adalah neraka.” (H.R. Bukhari, muslim)
b. Hadis masyhur
Hadis masyhur adalah adalah hadis yang di riwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih yang tidak
mencapai derajat mutawattir,namun setelah itu diriwayat kan olen banyak tabi’n sehingga tidak mungkin
bersepakat dusta. Contohnya hadis ini adalah hadis yang artinya, “Orang islam adalah orang orang yang tidak
mengganggu orang lain dengan lidah dan tangannya.”(H.R. Bukhari muslim dan Tirmizi)
c. Hadis Ahad
Hadis Ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua orang perawi. Dilihat dari segi kualitas
orang yang meriwayatkan perawi. Di bagi menjadi 3:
1) Hadis sahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat hafalannya,tajam
penelitiannya,sanadnya bersambung kepada rasulullah saw. Hadis ini dijadikan sebagai sumber hukum dalam
beribadah (hujjah).
2)Hadis Hassan adalah hadi yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,tetapi kurang hafalannya, sanadnya
bersambung tidak cacat, dan tidak bertentangan. Hadis ini dijadikan sebagai landasan mengerjakan amal ibadah.
3).Hadis daif adalah hadis yang tidak memenuhi kualiatas hadis sahiih dan hadis hasan.Hadis ini dijadikan sebagai
Motivasi dalam ibadah.
4)Hadis maudu’,yaitu hadis yang bukan bersumber kepada rasulallah saw.atau hadis palsu.Hadis ini jelas tidak bisa
dijadikan landasan hukum.
Artinya:” Dari mu’az, bahwasanya nabi Muhammad saw. Ketika mengutusnya ke yaman, ia bersabda ,”Bagaimana engkau akan mengutuskan suatu perkara yang di bawa oleh kepadamu?”mu’az berkata,” saya akan mengutuskan menurut
kitabullah( al qur’an).” lalu nabi berkata “dan jika di dalam kitabullah engkau tidak menemukan suatu mengenai soal itu?” mu’az menjawab “jika begitu saya akan memutuskan menurut sunnah rasulullah saw.” kemudian,nabi bertanya lagi,
“dan jika engkau tidak menemukan sesuatu hal itu didalam sunnah?” mu’az menjawab,”saya akan
mempergunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (ijtihadu bi ra’yi) tanpa bimbang sedikit pun.” kemudian, nabi
bersabda” maha suci Allah swt. Yang memberikan bimbingan kepada utusan rasulnya dengan suatu sikap yang di
setujui rasulnya” (H.R. darami)
Rasulullah saw. Juga mengatakan bahwa seseorang yang berijtihad sesuai dengan kemampuan dan
ilmunya,kemudian ijtihadnya benar, maka ia mendapatkan dua pahala,jika kemudian ijtihadnya yaitu salah maka
ia mendapatkan satu pahala.
Hal tersebut di tegaskan melalui sebuah hadis:
Artinya:”dari Amr bin as,sesungguhnya rasullah saw.bersabda,”apabila seorang hakim berihtihad dalaam
memutuskan suatu pesoalan,ternyata ijtihad nya benar,maka ia mendapatkan dua pahala,dan apabila dia
betrijtihad,kenudian ijtihad nya salah,maka ia mendapatkan satu pahala.”(H.R.bukhari dan muslim)
4. Bentuk-bentuk ijtihad
Ijtihad sebagai sebuah metode atau acara dalam menghasilkan sebuah hukum terbagi ke beberapa
bagian,sebagai berikut:
a. ijma
ijma adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad dalam memutuskan suatu perkara hukum.
b. Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan/mengenalogikan masalah baru yang tidak terdapat dalam al-qur’an atau hadis
dengan yang sudah terdapat hukumnya dalam al-qur’an.Contohnya mengharamkan minum keras selain
khamr.Khamr dalam al-qur’an di haramkan ,sebagaimana firman Allah:
Artinya:”wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,berjudi,(berkorban untuk) berhala,dan
mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan.maka jauhilah
(perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.”(Q.S. al-maidah /5:90)
c. Maslahah mursalah
Maslahah mursalah artinya penetapan hukum yang menitik beratkan pada kemanfaatan suatu perbuatan dan
tujuan hakiki-universal terhadap syari’at islam.