Anda di halaman 1dari 49

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Agama Islam

1. Pengertian Agama

Kata Agama menurut istilah Al-Qur’an disebut adalah Ad-Din

sedangkan menurut bahasa adalah diambil dari bahasa sanskrit

(Sansekerta), sebagai pecahan dari kata “A”artinya “tidak” dan gama

artinya “kacau”. Jika diartikan secara menyeluruh agama berarti “tidak

kacau”.1

Dari pengertian diatas maka agama mengandung makna yaitu

sebagai pedoman hidup manusia untuk menjalani kehidupan dimuka

bumi ini agar tercipta tatanan kehidupan yang baik, teratur dan aman.

2. Pengertian Islam

Istilah Islam berasal dari bahasa Arab yaitu Assalmu, Assalamu,

Assalamatu yang berarti bersih dan selamat2.

Ahmad Abdullah Almasdoosi menjelaskan pengertian Islam adalah

kaedah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak adanya manusia

dimuka bumi ini yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul yang

disempurna dalam Al-Qur’an yang diwahyukan Allah Subhanahu wa

Ta’ala kepada Nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad Shalallahu

‘alaihi wa sallam 3
1
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:Erlangga,2011), h.2
2
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan., h. 3.
3
Ibid, h. 4.
Islam adalah berserah diri serta tunduk patuh kepada Allah

Subhanahu wa ta’ala dengan cara memurnikan ibadah hanya kepada

Allah Subhanahu wa ta’ala dengan penuh keikhlasan dan i’tiba

kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam serta patuh

terhadap perintahnya dan menjauhi segala larangannya dan berlepas

diri dari kesyirikan dan para pelakunya.4

1. Sumber Hukum Islam

Setiap agama yang Allah Subhanahu wa ta’ala turunkan

kemuka bumi pasti diiringi dengan sumber ajaran yang jelas agar

dapat digunakan menjadi petunjuk kepada setiap pemeluknya dan

menjadi hujjah bagi mereka yang mengingkari agama yang Allah

Subhanahu wa ta’ala turunkan ke pada mereka, tak terkecuali

dengan agama Islam yang Allah Subhanahu wa ta’ala turunkan

kemuka bumi ini sebagai agama yang terakhir, Allah Subhanahu

wa ta’ala turunkan bersamanya sumber ajaran agama islam

sebagai penyempurna agama sebelumnya, dan Allah Subhanahu

wa ta’ala memilih nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam

sebagai nabi penyampai risalah. Diantara sumber ajaran agama

Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.5

a. Al-Qur’an

1) Pengetian Al-Qur’an

4
Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin,Ulasan Tuntas Tentang Tiga Pringsip Pokok Siapa
Rabbmu?Apa Agamamu?Siapa Nabimu?, diterjemahkan oleh Zainal Abidin Syamsudun dari judul
asli Syarhu Tsalatsatul Ushul, (Jakarta:Darul Haq,2014), h. 121
5
Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih(Jakarta: Rinaka Cipta,2012 ), h. 14
Pengetian Al-Qur’an menurut bahasa adalah Al-

Qur'an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja

Qoro’a (‫ )قرأ‬yang bermakna Talaa (‫ )تال‬keduanya berarti:

membaca.6

Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah

adalah perkataan Allah Subhanahu wa ta’ala yang

diturunkan oleh malaikat jibril Alaihi Salam kepada nabi

Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafadz

bahasa arab, agar supaya menjadi hujjah bagi Rasullah

Shalallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa dia adalah utusan

Allah kepada manusia seluruhnya dan membacanya bernilai

ibadah di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala memilih.7

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwasannya kebenaran Al-Qur’an adalah kebenaran yang

mutlak tanpa ada keraguan lagi terhadapnya karena ia

merupakan kalam atau ucapan dari Allah Subhanahu wa

ta’ala yang kita sama-sama ketahui bahwasannya ucapan

Allah Subhanahu wa ta’ala memilih berbeda dengan

ucapan para mahluknya, Al-Qur’an sangat sempurna baik

dari susunan bahasanya, lafadz dan maknanya berbeda

6
Ibid.
7
Ibid.
denga ucapan para mahluknya dipenuhi dengan kecatatan

dan kesalahan.

2) Macam –Macam Hukum Dalam Al-Qur’an

Ada tiga macam hukum yang terdapat didalam Al-

Qur’an yaitu :

a) Hukum i’tiqodiah, yaitu hukum yana berkaitan

dengan apa-apa yang diwajibkan kepada para mukallaf

tentang i’tiqodiahnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,

para malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul, hari kiamat, dan

kepada qada’ dan qadar’. yang biasa disebut dengan rukun

iman dalam agama Islam yang mana kaum muslimah

dilarang bodoh terhadapnya.

b) Hukum khulqiah, yaitu yana bersangkutan dengan

apa yang diwajibkan kepada mukallaf yang berkenaan

dengan moral, budi pekerti adab dan sopan santun dan

menjauhi daridari sifat yang tercela.

c) Mukum amaliah, yaitu yang berkitan dengan apa

yang bersumber dari perkataan, perbuatan, perjanjian , dan

segala macam tindakan.hukum amalia ini dibagi menjadi

dua yaitu yang berkaitan dengan hukum ibadah seperti

sholat, zakat, puasa, berhajian yang kedua hukum yang

berkaitan dengan hubungna sesama manusia. 8

8
Ibid.,h 31
3) Fungsi Al- Qur’an

a) Petunjuk bagi Manusia Allah Subhanahu wa ta’ala

menurunkan Al-Qur’an sebagai petujuk umat

manusia,seperti yang Allah Subhanahu wa ta’ala

jelaskan dalam surat QS AL-Baqarah ayat 185:

     


    
     
       
       
    
    
    
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan

Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan

(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan

penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda

(antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa

di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan

itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan

barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),

Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang

ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah

menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan

bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas


petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu

bersyukur. QS AL-Baqarah ayat 185)9

b) Peringatan dan pelajaran bagi manusia.Dalam Al-Qur’an

banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat

terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan perintah

Allah Subhanahu wa ta’ala maupun yang mereka yang

menentang dan mengingkari ajaran Nya.Bagi kita,umat

yang akan datang kemudian tentu harus pandai

mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang

diterangkan dalam Al-Qur’an.

c) Sebagai mukjizat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa

sallam Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu

mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad Shalallahu

‘alaihi wa sallam. Al-Qur'an adalah wahyu Allah

Subhanahu wa ta’ala yang berfungsi sebagai mu'jizat

bagi Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam

sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan sebagai

korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah

Subhanahu wa ta’ala yang sebelumnya, dan bernilai

abadi.Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah

satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di

zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi

sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang,


9
dan ( insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.

Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan

dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-

firman Allah Subhanahu wa ta’ala, tidak mungkin

ciptaan manusia.Demikian juga ayat-ayat yang

berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di

Mesir, Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman,

Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat memberikan

keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu

Allah Subhanahu wa ta’ala bukan ciptaan manusia.

Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan

khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti

tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan

lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-

Qur'an adalah wahyu Allah Subhanahu wa ta’ala.

Bahasa Al-Qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang

masa, keindahan bahasa dan kerapihan susunan katanya

tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab

lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti

adalah merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur'an.

Karena gaya bahasa yang demikian itulah ‘Umar bin

Khattab masuk Islam setelah mendengar Al-Qur'an awal

surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fatimah. Bahkan


Abu Jahal musuh besar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa

sallam sampai tidak jadi membunuh Nabi karena

mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca Nabi.

a) As-Sunnah

I. Pengertian As-Sunnah

Pengertian As-Sunnah secara bahasa adalah

jalan atau kabar berita10

Sedangkan menurut istilah adalah segala sesuatu

yang datang dari Rasulullah Shalallahu baik itu

yang berupa perkataan ( Sunnah qauliah, yaitu

hadits-hadits yang diucapkan Nabi Muhammad

Rasulullah Shalallahu)

, perbuatan (sunah fi’liah yaitu perbuatan –

perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad

Rasulullah Shalallahu) dan ketetapan dari Rasullah

Rasulullah Shalallahu terhadap perbuatan para

sahabatnya baik itu yang datang berupa perkataan

dan perbuatan.11

II. Fungsi As-Sunnah

As-Sunnah dalam sumber hukum Islam

adalah yang kedua setelah Al-Qur’an karena Allah

Subhanahu wa ta’ala banyak menyebut As-Sunnah


10

11
dalam Al-Qur’an sebagaimana firman Allah

Subhanahu wa ta’ala dalam QS An-Nisa ayat 59 :

    

     

      

    

     

 

Hai orang-orang yang beriman, taatilah

Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di

antara kamu. kemudian jika kamu berlainan

Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia

kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),

jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

hari kemudian. yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya ( QS An-Nisa

ayat 59 ). 12

Ketika ada sebuah permasalahan atau

pertentangan Allah Allah Subhanahu wa ta’ala

12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung:CV Penerbit
Diponegoro, 20008),h. 246
memerintahkan kepada kaum muslimin untuk di

kembalikan kepada dan Allah Subhanahu wa ta’ala

dan Rasullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam , oleh

sebab itu apabila Allah Subhanahu wa ta’ala dan

Rasullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah

memutuskan suatu perkara maka sebagai umat

Islam harus tunduk dan patuh kepadanya.

 Menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat

dalam Al-Qur’an.

 Menguraikan dan merincikan yang global (mujmal),

mengkaitkan yang mutlak dan mentakhsiskan yang

umum(‘am), Tafsil, Takyid, dan Takhsis berfungsi

menjelaskan apa yang dikehendaki Al-Qur’an.

Rasulullah mempunyai tugas menjelaskan Al-

Qur’an sebagaimana firman Allah Subhanahu wa

ta’ala dalam QS. An-Nahl ayat 44:

   


    
    

keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.

dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu

menerangkan pada umat manusia apa yang telah


diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka

memikirkan,

 Menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak

disebutkan dalam Al-Qur’an. Hukum yang terjadi

adalah merupakan produk Hadits/Sunnah yang tidak

ditunjukan oleh Al-Qur’an. Contohnya seperti

larangan memadu perempuan dengan bibinya dari

pihak ibu, haram memakan burung yang berkuku

tajam, haram memakai cincin emas dan kain sutra

bagi laki-laki.13

1. Pengertian Jilbab Wanita Muslimah.

Pengertian jilbab secara etimologi, jilbab berasal dari bahasa

arab “jalaba” yang maknanya menutup sesuatu dengan sesuatu

sehingga tidak dapat dilihat auratnya14.

Secara istilah jilbab adalah busana atau pakaian wanita

muslimah yang menutupi seluruh bagian bagian tubuhnya dari kepala

hingga telapak kaki15

Imam Alusiy dala tafsirnya “Ruhul Ma’ani”mengemukakan

pengertian tentang jilbab. Ia berkata jilbab adalah kain yang menutup

13

14
Farid l. Ibrahim, perempuan dan jilbab (Jakarta :PT MAPAN,2009),H.3
15
Abdul Hamid Al- Bilali,Saudariku, Apa Yang Menghalingi Kamu Berhijab,Diterjemahkan
Oleh Ainul Haris Bin Umar Arifin,Dari Judul Asli Ila Ukhti Ghair Al-Mahajjabah Ma Al- Mani’ Min
Al- Hijab?,(Jakarta:Darul Haq,2014,) h.2.
dari atas sampai bawa yang dipakai sebagai penutup aurat para

wanita.16

Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya jilbab adalah kain

yang menutup semua anggota badan wanita muslimah.17

Ibnu Hazm menjelaskan bahwasaannya jilbab adalah pakaian yang

menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagian.18

Syaikh Bin Baz mengartikan jilbab adalah kain yang dipakai

wanita untuk menutupi kepala, dan seluruh badan sedangkann untuk

menutupi kepala disebut khimar.19

Ibnu mas’ud menjelaskan pengertian dari jilbab adalah kain

kerudung yang biasa dikenakan oleh wanita arab diatas pakaiannya

serta bagian-bagian bawah pakaiannya yang nampak,maka itu tidak

berdosa baginya, karena tidak mungkin disembunyikan.20

Sedangkan syaikh Albani mengatakan setiap jilbab adalah

hijab,tetepi tidak setiap hijab itu dikatakan jiljab.karena memang

terkadang kata hijab dimaksudkan untuk mana lain dari jilbab.adapun

hijab adalah sesuatu yang menutupi atau menghalangi dirinya, baik

berupa tembok sket atau yang lainnya21. Sebagaimana firman Allah

Subhanahu wa ta’ala QS Al-Ahzab ayat 59 :

16
Nur Silaturohmah, Ya Allah Aku Ingin Berjiljab, (Solo:Ziyad Visi Media,2011), h. 44.
17
Ibid.
18
Muhammad Nasruddin Al- bani,Jilbab Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an Dan
Sunnah, Oleh Hawin Murtadho,Abu Sayyid Sayyaf,Dari Judul Asli Jilbaab Al- Mar-atu Al-
Muslimah,(Solo:Team At-Tibyan,2014), h 49.
19
Ibid.
20
Ibid.
21
Ibid.
     
       
         
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak

perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka

mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian

itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka

tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang ( Q.S Al-Ahzab ayat 53).22

Dari pendapat-pendapat tentang pengertian jiljab yang

diungkapkan oleh para tokoh diatas, maka penulis menyimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah suatu kain yang

menutupi aurat para wanita kecuali wajah dan telapak tangannya.

2. Syarat-Syarat jilbab Wanita Muslimah

a. Menutupi Seluruh Tubuh Selain Yang Dikecualikan

Hal ini dimasudkan agar dapat menutup seluruh aurat dan


perhiasan yang tidak boleh ditampakkan oleh seorang
wanita.kerena tujuan awal dari berpakai yang pertama menutup
aurat para wanita dan yang kedua adalah sebagai penutup
perhiasan para wanita. Syarat ini terdapat dalam firman Allah
Subhanahu wa ta’ala dalam QS. An-Nur ayat 3123

22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung:CV Penerbit
Diponegoro, 20008),h. 246

23
Ibid.
     
        
      
      
     
      
      
       
     
      
        
   

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari

padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung

kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali

kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,

atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau

saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki

mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau

wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau

pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan

(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang


aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah

kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman

supaya kamu beruntung.( Q.S An-Nur ayat 31).

Juga dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam ayat

yang lain Q.S Al-Ahzab ayat 5924

     


       
       

dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka

hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum

mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-

Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al-

Ahzab ayat 59).

Rabb kita yang mulia Allah Subhanahu wa ta’ala

menegaskan dalam kitabnya atas kewajiban kepada para wanita

untuk menutup aurat dan perhiasan kepada para laki-laki yang

bukan mahramnya kecuali yang biasa nampak dari mereka.

Adapun aurat para wanita yang dikecualikan adalah wajah dan

telapak tangan.dan keduanya ini juga yang biasa nampak didalam

24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung:CV Penerbit
Diponegoro, 20008),h. 246
ibadah sholat dan haji25 Maka dari itu leher para wanita, rambut

wanita, dadanya para wanita itu adalah aurat bagi wanita walaupun

hanya sedikit saja yang terlihat.Disamping itu juga terdapat

penjelasan dari hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa

sallam yang menjelaskan bahwasannya aurat wanita adalah

seluruh rubuh mereka kecuali wajah dan telapak tangan mereka .

“Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila

telah naid (mencapai usia baligh), maka tidak boleh baginya

menampakkan seluruh tubuhnya kecuali ini dan ini,” seraya

menunjuk wajah dan terlapak tangannya.(H.R Abu Daud)26.

Inilah dalil-dalil yang menunjukkan akan kewajiaban bagi

seorang wanita untuk menutup seluruh anggota tubuhnya yang

termasuk kedalam auratnya para wanita. Adapun dengan apa

seorang wanita muslimah didalam menutup aurat mereka, agama

Islam tidak mengatur dengan detail dan tidak menentukan bentuk

atau model jilbab wanita muslimah, Agama Islam membebaskan

secara mutlak tanpa menentukan,yang terpenting bisa menutup

aurat dan perhiasan mereka para wanita.Dan para sahabat Nabi

Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan para wanita

mencontohkan bagaimana mereka tunduk dan patuh terhadap

perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dan Nabi Muhammad

25
Nur Silaturohmah, Ya Allah., h.57.
26
Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengenai aturan untuk mengenakan

jilbab yang menutupi aurat para wanita sebagaimana dikisahkan

oleh istri Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yaitu

Aisyah Ketika diturunkannya ayat Al-Qur’an surat An-Nur ayat

31.

“sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memang


mempunyai kelebihan.Tapi demi Allah Subhanahu wa ta’ala ,aku
tidak melihat yang lebih utama dari pada para wanita Anshar, tidak
pula pembenaran terhadap kitab Allah Subhanahu wa ta’ala yaitu
Al- Qur’an dan lebih beriman terhadap ayat Al-Qur’an yang
diturunkan.sampai datang satu ayat yang berbunyi “dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka “maka suami-
suami mereka berbalik menemui mereka dan membacakan ayat
tersebut kepada para istri-istri mereka, anak-anak wanita
mereka,saudari-saudari mereka, dan kerabat-kerabat mereka maka
seketika itu juga para wanita tersebut mengambil pakaian-pakaian
wol mereka sambil mengerudungi kepala-kepala mereka seakan-
akan diatas kepala mereka ada burung gagak.27
b. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan
Wanita diciptakan oleh Alla Subhanahu wa ta’ala dengan

keindahan dan perhiasan. Keindahan ragawi dan perhiasan wanita

salah satunya terletak pada pakaian yang dikenakan, oleh sebab itu

yang dimaksudkan dengan perintah mengenakan jilbab adalah

menutupi perhiasan tersebut, maka dari itu tidaklah masuk akal

jika jilbab yang digunakan oleh wanita itu malah berfungsi sebagai

perhiasan seperti yang kita perhatikan disekitar kita.Al-Imam Adz-

Dzahabi dalam kitab Al- Kabair mengatakan diantara yang

menyebabkan wanita mendapatkan laknat Allah Subhanahu wa


27
Muhammad Ali Al-Hasyimy, Jati Diri Wanita Muslimah, diterjemahkan oleh Abdul
Ghoffar,darijudul asli Syakhsyiyyatul- Mar’ah AL-Muslimah Kama Yaghuhal-Islam Fil-Kitab Was-
Sunnah(Jakarta:Pustaka Al-kausar,2009), h .60-61
ta’ala adalah menampakkan perhiasan, emas, mutiara, yang berada

dibawah niqab (tutup kepala)berbagai wangi-wangian seperti Al-

misk,Al Anbar dan At-Tibb semuanya itu adalah bentuk tabarruj

yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

adapun yang dimaksud dengan tabarruj adalah

memperjelas penampakkan sesuatu ia adalah prilaku wanita yang

menampakkan perhiasan dan kecantikan serta segala sesuatu yang

mestinya harus ditutupi karena dapat menarik hati kaum laki-laki

yang bukan mahram baginya28.tabarruj adalah menampakkan

perhiasan dan keindahan-keindahan tubuhnya, seperti rambut,

tangan, dada, dan lainnya yang itu merupakan auratnya para

wanita.29

Al-Maududi berkata dalam menjelaskan tentang tabarruj,


kata tabarruj memiliki tiga tiga pengertian:
1) Menampakkan kecantikan wajah dan keindahan bentuk tubuh
pada laki laki yang bukan mahram
2) Menampakkan keindahan pakaian dan perhiasan pada laki-laki
bukan mahram
3) Menampakkan dirinya denagn gaya berjalan, lenggak-lenggok
tubuh, berjalan dengan sikap sombong, dan memakai
wewangian ketika bersama lelaki yang bukan mahram.30

28
Nur Silaturohmah, Ya Allah., h.57.
29
Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Bazz,Fatwa-Fatwa Kewanitaan,Diterjemahkan Oleh
Aisyul Muzakki, Dari Judul Asli Ar-Rosaail Wa Al-Fatawa An-Nisaiyyah,(Jakarta:Cv. Firdaus,1994).
h. 1
30
Hannan Attiyyah Al-Turi, Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja ,diterjemahkan
Oleh Aan Wahyudin (STP SABDA , Dari Judul Asli AL-Daur Al- Tarbawi Al-Walidain Fi Tansyiah Al-
Fatat Al-Muslimah Fi Marhalah Murahaqah,(Jakarta:Amzah,2007). h.263
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam QS

An-Nuur ayat 31 yang menjelaskan tentang larangan wanita

menampakkan perhiasan mereka.

     

        

      

      

     

      

      

       

      

       

      

   

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari

padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung


kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali

kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,

atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau

saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki

mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau

wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau

pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan

(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang

aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah

kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman

supaya kamu beruntung. (QS An-Nur ayat 31)31

dan Hadits Nabi hadits melalui jalan sahabat yang mulia

Fadhalan Bin Ubaid Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda:

“Ada tiga golongan yang tidak akan ditanya oleh Allah

Subhanahu wa ta’ala karena mereka sudah pasti termasuk orang-

orang yang binasa atau celaka, seorang laki-laki yang

meninggalakan jama’ah dan mendurhakai imamnya serta

meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau

laki-laki yang melarikan diri dari tuannya lalu ia mati, serta

31
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung:CV Penerbit
Diponegoro, 20008),h. 246
seorang wanita yang ditinggal oleh seorang suaminya, padahal

suaminya telah mencukupi kebutuhan hidupnya, namun setelah itu

ia bertabarruj ketiganya itutidak akan ditanya oleh Allah (H.R

Ahmad).32

Al-Qurthubi mengomentari ayat dan hadits diatas janganlan

seorang wanita menghentakan kakinya ketika ia berjalan

memperdengarkan suara gelang kakinya, sebab,

memperdengarkan suara perhiasan sama halnya dengan sama

halnya dengan memperlihatkan perhiasan,atau bahkan lebih

parah,dan bahkan akan mengurangi tujuan didalam menutup badan

dan perhiasannya.33

c. Kain Tidak Tipis Atau Tidak Tranparan

Ketika seorang wanita sudah mengenakan pakaian yang

menutupi uarat meraka dan pakaian yang tidak berfungsi sebagai

perhiasan bukan berarti pakaian mereka telah memenuhi syarat-

syarat yang telah ditentukan oleh syariat Agama Islam terkadang

pakaian yang digunakan dari bahan yang tipis sehingga tembus

pandang, sehinnga dapat menampakkkan warana kulit mereka dan

bentuk lekuk tubuh mereka. Agama Islam telah mensyaratkan agar

pakaian yang digunakan dapat menutupi kulit pemakainya

sehingga warna kulit mereka tidak terlihat, jika para wanita tidak

32

33
Hannan Attiyyah Al-Turi, Mendidik Anak., h.266
mengindahkan dan tidak menganggap, pada asalnya mereka belum

menutupi aurat mereka serta mereka masih daanggap

menampakkan aurat dan perhiasan mereka, yang dikwatirkan

hanya akan semakina memancing fitnah (godaan) terhadap laki-

laki. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“ Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang

berpakaian tapi telanjang. Diatas kepala mereka seperti terdapat

bongkol (punuk) unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka

itu adalah kaum wanita yang terkutuk,”( H.R Imam Muslim )34

Dan dari Hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa

sallam dari jalan sahabat yang mulia Abu Hurairah:

“Ada dua golongan dari penghuni neraka yang belum pernah

aku lihat ( yang ditemui pada masa beliau) Algojo-algojo yang

memiliki cambuk seperti ekor sapi yang dipakaiuntuk memukul

orang secara semena-mena dan perempuan yang berpakaian tapi

telanjang berjalan melenggak-lenggok dan menggoyangkan

kepalanya kekanan dan kekiri seperti punuk unta yang meliuk-liuk.

Perempuan –perempuan ini tidak akan masuk surga, bahkan tidak

akan mencium baunya surga, padahal baunya surga tercium sejarak

perjalanan sekian-sekian.( H.R Muslim )35.

34

35
Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini

yaitu:

Pertama: maksud kaum yang membawa cambuk seperti


ekor sapi ialah perempuan-perempuan yang suka mengenakan
rambut sambungan dengan maksud agar rambutnya tampak
banyak dan panjang pemandangan seperti ini telah banyak
disekitar kita.Tidak hanya dari kalangan selebritis akan tetapi
dari kalangan khalayak umum, sebagian wanita menginginkan
salah satu dari mahkota terindahnya dikagumi banyak orang
dengan cara yang praktis.
Kedua: yang dimaksud dengan rambutnya seperti
seperti punuk unta adalah sebutan bagi para wanita yang suka
meyanggul rambutnya dari yang berbentuk tradisioal sampai
kepada yang berbentuk modern dengan berbagai macam
bentuk, warna dan gaya,bahkan dahulu digunakan hanya paga
even-even khusus seperti pernikahan akan tetapi sekarang
hampir disegala even kita dapat menyaksikan wanita
bersanggul.36
d. Tidak Membentuk Dan Harus Longgar

Tujuan dari mengenakan pakaian bagi para wanita adalah

untuk menghilangkan fitnah yang ada pada diri para wanita yaitu

aurat dan perhiasan mereka,dan tujuan ini tidak mungkin terwujud

kecuali dengan dengan pakaian yang longgar dan luas. Jika

mereka para wanita menggunakan pakaian yang ketat mskipun

dapat menutup aurat, perhiasan, dan warna kulit. sehingga bisa

menggambarkan bentuk tubuh para wanita dan lekuk tubuhnya

atau sebagian dari tubuhnya,maka pada hakekatnya mereka belum

mengenakan pakaian yang sesuai dengan standar Agama

Islam.Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa

sallam dari jalan sahabat yang mulia Usamah Bin Zaid :


36
Nur Silaturohmah, Ya Allah Aku Ingin Berjiljab, (Solo:Ziyad Visi Media,2011), h.66
“Rasullulah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberiku baju

Qubthiyah yang tebal (biasanya baju Qubthiyah itu tipis) yang

merupakan baju dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau.

Baju itupun aku pakaikamn pada istriku.Nabi bertanya kepadaku

mengapa kamu tidak mengenakan baju Qubthiyah? Aku menjawab

aku pkaikan baju itu kepada istriku Nabi lalu bersabda

perintahkanlah ia agar menggunakan baju dalam dibalik Qubthiyah

itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan

bentuk tulangnya.”(H.R Ahmad).37

Dari Hadits diatas Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa

sallam memerintahkan agar wanita mengenakan baju Qubthiyah itu

juga mengenakan pakain yang tidak dapat menggambarkan bentuk

badannya. Selain itu juga pakain yang ketat bisa menyesakkan

pernafasan dan membuat keringat keluar dengan berlebihan serta

menyebabkan lembab dan bisa menbatasi aktivitas gerak tubuh.

Bahkan terkadang sampai meninbulkan rasa sakit saat memakainya

dan begitu juga saat melepaskannya.

e. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki

Salah satu tanda dari kekuasan Allah Subhanahu wa ta’ala

ialah menjadikan segala sesuatu dengan ciri khasnya masing-

masing. Begitupun laki-laki dan wanita mereka memiliki khas

yang tidak dimiliki oleh salah satunya. Oleh sebab itu masing-

masing harus menjaga kekhasan yang Allah Subhanahu wa ta’ala


37
berikan kepadanya. Jika laki-laki maupun wanita mengubah khas

yang Allah Subhanahu wa ta’ala telah tetapkan kepadanya niscaya

kerusankan akan terjadi kepada mereka. Hal ini sebagiaman yang

pernah terjadi dijamannya Nabi Luth Alaihi Salam pada fitrahnya

wanita tertarik dengan laki-laki begitupun sebaliknya akan tetapi

mereka malah mencintai dengan sesama jenisnya sehingga murka

Allah menimpa umat tersebut.Maka dari itu Nabi Muhammad

Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang kaum wanita untuk

menyerupai laki-laki sebagaimana sabda Beliau dari jalan sahabat

yang mulia

“Tidaklah termasuk golongan kami, para wanita yang menyerupai

laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita”

Terlebih didalam cara perpakaian seorang wanita dilarang

untuk menyerupai laki-laki baik dari model, jenis, dan yang

lainnya yang itu merupakan khususan bagi para laki-laki. Seperti

menggunakan celana dan baju yang berbentuk kaos.oleh sebab itu

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

“Rasullulah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria

yang menggunakan pakaian wanita dan wanita nenggunakan

pakaian laki-laki”(H.R Abu Dawud ).38

Akan tetapi pringsip itu tidak dikembalikan kepada semata-

mata apa yang dipilih, dan biasa dipakai kaum wanita dan laki-laki.

Karena bisa jadi didalam satu masyarakat ada laki-laki yang biasa
38
menggunakan khimar yang menutupi wajah serta pakiaan yang

yang diulurkan dari atas kepala sehingga hanya kedua matanya saja

yang nampak sedangkan sebaliknya ada satu masyarakat yang

wanita nya biasa menggunakan sorban dan baju pendek.jika

pakaian yang membedakan antara kaum laki-laki dengan

perempuan hanya sekedar diukur dengan apa yang biasa wanita

kenakan niscaya niscaya Allah Subhanahu wa ta’ala tidaklah

wajibkan para wanita untuk menguluurkan jilbab mereka keseluruh

tubuh dan tidak diwajibkan pula unutk menutupkan kain kerudung

sampai kedada dan tidak diharamkan juga untuk berhias dan

bertingkah laku seperti wanita dizaman jahiliyah,karena itu semua

merupakan adat istadat mereka .

f. Bukan Pakaian Untuk Mencari Popularitas

Ketika seorang muslimah memilih pakaian,hendaknya ia

memilih pakaian yang bukan untuk mencari ketenaran atau

popularitas, atau di dalam Fiqih dikenal dengan pakaian syuhrah.39

Sebagaimana Hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi

wa sallam Dari jalan sahabat yang mulia Abdullah Bin Umar:

“Barangsiapamengenakan pakaian syuhrah didunia,niscaya

Allah Subhanahu wa ta’ala akan mengenakan pakaian kehinaan

39
Nur Silaturohmah, Ya Allah Aku.,h. 75
padanya hari kiamat kemudian membakarnya dengan api neraka.

(H.R.Abu Dawud dan Ibnu Majah).40

Pakaian syuhrah adalah setiap pakaian dengan tujuan

meraih popularitas ditengah-tengah orang banyak, baik pakaian

tersebut mahal,mewah yang dipakain oleh seseorang untuk

berbangga dengan pakaian popularitasnya dan perhiasannya.

Asy-Syaukani berkata dalam Nailul Authar syuhrah adalah

pakaian yang terkenal dikalangan orang-orang mengangkat

pandangan mereka kepadanya.41

Ibnu Ruslan menjelaskan bahwasannya ketika seseorang

mengenakan pakaian kumuh dan kusam bisa juga ia termasuk

kedalam pakaian yang popularitas jika niatnya ingin dikatakan

sebagai orang yang zuhud.42

Jika pakaian ini ditunjukkan untuk meraih popularitas


dikalangan masyarakat,maka tidak ada perbedaan antara pakaian
mahal dan pakaian murah, antara yang sesuai dengan pakaian
orang lain dan yang berbeda. Karana pengharaman disini berkaitan
dengan popularitas, jadi yang dipakai ukuran adalah yujuan
memakainya, sekalipun tidak sesuai dengan kenyataan43
Terkadang manusia ingin mendapatkan perhatian dari orang

lain dan mendapat simpati dari orang lain maka dari itu ada

sebagian manusia terkhusus wanita muslimah mereka mengenakan


40

41
Muhammad Nasruddin Al- bani,Jilbab Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an Dan
Sunnah, Oleh Hawin Murtadho,Abu Sayyid Sayyaf,Dari Judul Asli Jilbaab Al- Mar-atu Al-
Muslimah,(Solo:Team At-Tibyan,2014), h. 208
42
Ibid.
43
Ibid., h 210
pakaian yang jauh berbeda dengan pakaian yang umum dikalangan

masyarakat sehingga membuat dirinya dan orang lain berbeda.

3. Urgensi Jilbab Bagi Seorang Muslimah

Wanita muslimah yang mengambil dari sumber islam yang

bening dan tumbuh dalam iklim yang sejuk, tidak boleh mengenakan

jiljab hanya karena ikut-ikutan dan berdasarkan tradisi, seperti yang

dilakukan ibu dan kakek-kakeknya , seperti yang dilakukan sebagian

wanita, tanpa dilandasi ilmu yang memadai atau hujjah secara rasional

atau petujuk dari suatu kitab yang dapat diandalakan. Dia harus

mengenakan jilbabnya dengan dorongan keimanan kepada Allah

Subhanahu wa ta’ala dan harus menyakininya bahwa itu adalah syariat

yang Allah Subhanahu wa ta’ala turunkan untuk melindungi kaum

wanita muslimah dari berbagai fitnah, serta menjadikan identitas pada

dirinya agar mudah di kenal, dan bisa menjauhka dirinya dari hal yang

dapat menggelincirkan kelembah kesesatan yaitu perbuatan zina

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam QS Al-Isra ayat

32

         

dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.(QS Al-Isra ayat

32)44

44
Berdasarkan ayat diatas penulis memandang bahwasannya

menggunakan jilbab yang sesuai dengan aturan islam yang

berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ijmanya para ulama bisa

menjadi sarana atau jalan yang ditempuh oleh para wanita muslimah

untuk menjauhi perbuatan zina.

Salah satu yang harus menjadi keyakinan pada diri seorang wanita

muslimah bahwasannya ketika Allah Subhanahu wa ta’ala tidak pernah

membebani manusia diluar batas kemampuannya, karena setiap

perintah dan larangan yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kepada

hambanya mengandung kebaikan yang banyak baik dari unsur dunia

lebih lebih akhirat akan tetapi, sebaliknya ketika ia ia meninggalkan

apa yang Allah Subhanahu wa ta’ala perintahkan dan mengerjakan apa

yang Allah Subhanahu wa ta’ala larang maka kerusakan untuk dirinya

baik urusan dunianya terlebih lagi urusan akhiratnya. 45 Sebagaimana

firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

         


        
        
        
         
      
 

45
Su’ad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita,diterjemahkan oleh Nadirsah Hawari ( Dari
Judul Asli Ahkam Ibadat Al-Mar’ah Fi Asy Syariah Al-Islamiyyah, (Jakarta:Amzah 2011),h 12
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau

hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami,

janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat

sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya

Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak

sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan

rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami

terhadap kaum yang kafir.(QS. Al-Baqarah: 286)46

Diantara hikmah diwajibkannya wanita muslimah untuk

mengenakan jilbab selain dari bentuk ketundukan dan kepatuhan

terhadap perintah Alla Subhanahu wa ta’ala penggunaaan jiljab

muslimah memiliki beberapa hikmah diantaranya :

a. Menjadi suri tauladan bagi wanita lainnya

b. Selalu terjaga dalam rasa malu bila berbuat maksiat

c. Sebagai identitas sebagia seorang wanita muslimah. 47

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis jelaskan hikmah yang terdapat

didalam syariat diwajibkannya jilbab untuk wanita muslimah sebagai

berikut :

46
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung:CV Penerbit
Diponegoro, 20008),h. 246
47
Anna Mariana, ketika Allah SWT menyayangi wanita,(Bandung:Penerbit Ruang Kata
Imprit Kawan Pustaka, 2011),h. 17-31
 Menjadi suri tauladan bagi wanita yang lain. Keanggunan dan

kesopanan akan tercermin dalam diri seorang wanita muslimah

dengan jiljab yang ia kenakan akan menghasilakan pandangan

positif setiap orang yang melihatnya dan akan lebih dihargai oleh

orang lain hal inilah yang akan mendorong wanita muslimah

lainnya untuk berlomba- lomba dalam kebaikkan yaitu

menggunakan jiljab wanita muslimah yang sesuai dengan Al-

Qur’an dan Al-Hadits serta kesepakatan para ulama.

 Selalu terjaga dalam rasa malu bila berbuat maksiat.malu

merupakan bagian dari keimaman, ketika wanita muslimah

menggunkan jiljab wanita muslimah yang sesuai dengan Al-

Qur’an dan Al-Hadits serta kesepakatan para ulama adalah salah

satu cara untuk menghadirkan rasa malu tersebut dengan demikian

akan secara otomatis akan memperbesar keimanan seorang wanita

muslimah.

 Sebagai identitas sebagia seorang wanita muslimah.sesuatu akan

mudah dikenal dengan ciri khas yang nampak padanya, begitupun

dengan seorang wanita muslimah ia akan mudah dikenal dengan

ciri yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikannya kepadanya yaitu

jilbab wanita muslimah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-

Hadits serta kesepakatan para ulama.

4. Wanita Muslimah

a. Pengertian wanita muslimah


Wanita muslimah adalah mereka yang menyatakan

keimanan kepada Allah dari kalangan manusia lebih khusus dari

kalangan umat nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Mereka beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan

keyakinan, ucapan, dan amalan serta menyakini bahwasannya

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi yang

terakhir diutus dan penutup para nabi sebelumnya. Tidaklah

mereka beribadah dengan syariat yang dibawa oleh nabi

Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.48

b. Ciri-Ciri Wanita Muslimah

1) Memiliki rasa malu

Memiliki rasa malu kepada Allah

Subhanahu wa ta’ala untuk melakukan kemaksiatan

merupakan perangkat kejiwaan yang amat mulia

sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala

dalam QS Al-Araf ayat 26 :

    

    

      

    

48
Muhmmad Albani, Muslimah Jadilah Sholihah, (Solo:Kiswah Media, 2015), h 21
Hai anak Adam Sesungguhnya Kami telah

menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup

auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan

pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang

demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda

kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu

ingat.( QS Al-Araf ayat 26 ).49

Ma’bad Al-Juhanni mengatakan yang

dimaksud dengan “pakaian takwa” dalam QS Al-

Araf ayat 26 adalah rasa malu serta Sufyan bin

Uyainah mengatakan malu adalah ketaqwa yang

paling ringan.Ummul mukminin pernah berkata

setelah Rasullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan

ayahnya Abu Bakar dikuburkan aku masuk kedalam

rumah tempat keduanya dikubur dengan melepakan

kain jilbabnya kukatakan ini adalh suamiku dan

ayahku, namun setelah umar dikuburkan demi Allah

Subhanahu wa ta’ala aku tidak pernah

meninggalkan pakaian lengkap karena malu kepada

Umar 50

49
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung:CV Penerbit
Diponegoro, 20008),h. 246
50
Muhmmad Albani, Muslimah Jadilah., h 22
Ketika seorang wanita muslimah kehilangan

sesuatu yang berharga untuk dirinya yaitu rasa malu,

maka kerusakan akan ia dapatkan karena malu

sangat berkaian dengan keimanan, keduanya

berjalan dalam satu simpul yang erat jika salah satu

telah rusak apalagi hilang maka kehancuran akan

didapat olen pemiliknya.

2) Selalu Menjaga kesucian diri

Kesucian diri adalah harta yang berharga

bagi setiap wanita. Muslimah sejati adalah wanita

yang pandai dalm menjaga kesucian dirinya.

Menjaga kesucian diri tidak hanya menjauhkan diri

dari perbuatan zina, tapi menjauhkan diri dari

pacaran, berbicara dengan lawan jenis yang tidak

bermanfaat juga termasuk dari bagian menjaga

kesucian diri seorang wanita. Seorang muslimah

sejati tahu dimana dia berada dan tahu  bagaimana

dai beradab di tempat umum.51

3) Selalu Menutupi Aurat

Muslimah Sejati adalah wanita yang akan

selalu menjaga kehormatannya dengan cara

menutupi auratnya. Demikian juga Berpakaian

51
Ibid.
sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Agama

Islam, tidak memperlihatkan bentuk atau lekuk

tubuhnya atau tidak memakai atau berpakaian yang

dapat memikat si lawan jenisnya.  Wanita muslimah

adalah sosok wanita yang dengan iklas dan senang

hati memakai hijabnya tanpa keterpaksaan.

Sehingga pun saat dirinya ingin keluar rumah, maka

dia selalu akan berjilbab yang sesuai dengan syariat,

rapih dan  selalu mencari perlindungan dari Allah

SWT dan akan selalu bersyukur kepada Allah

Subhahu Wa Ta'ala. dan atas kehormatan yang telah

diberikan dan dengan adanya hukum berjilbab ini

dalam agama islam. sebagaimana Allah Subhaanahu

wata’ala menginginkan kita agar menjaga

kesuciaNdiri kita dengan hijab tersebut52.

B. Perspektif Islam Tentang Jilbab Wanita Muslimah

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad

Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah Subhanahu wa

ta’ala menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan

agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah

Subhanahu wa ta’ala menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah


52
Ibid,h 23
Subhanahu wa ta’ala hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus

mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima

selain Islam. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam QS .

Al Ahzab : 40

         

        

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara

kamu tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah

Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS Al Ahzab : 40 )53

Dan firma Allah Subhanahu wa ta’ala dalam QS Al-Maidah ayat 3

      

     

      

      

        

       

      

53
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung:CV Penerbit Diponegoro,
20008),h
        

      

diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi, (daging

hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang

terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali

yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang

disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan

anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.

pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)

agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah

kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan

telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu

Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa

sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.( QS Al-Maidah : 3)54

Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan

yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau

bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena

Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat

dan di masyarakat manapun. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman kepada

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam QS Al-Maidah ayat 48

54
Ibid.,h
      

       

         

        

       

       

      



dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa

kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang

diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu;

Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan

kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara

kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah

hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka

berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali

kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu

perselisihkan itu ( QS Al-Maidah ayat 48)55

55
Ibid., h
Agama Islam dapat diterapkan di setiap masa, tempat dan

masyarakat tanpa memandang suku, ras dan bangsa syari’at Islam

berlaku untuksemua manusia baik itu pemimpin ataupun menjadi

rakyar.berpegang teguh dengannya tidak akan pernah bertentangan

dengan kebaikan umat tersebut di masa kapan pun dan di tempat

manapun. Bahkan dengan Islamlah keadaan umat itu akan menjadi

baik.

Salah satu yang harus menjadi keyakinan pada diri seorang wanita

muslimah bahwasannya ketika Allah Subhanahu wa ta’ala tidak pernah

membebani manusia diluar batas kemampuannya, karena setiap

perintah dan larangan yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kepada

hambanya mengandung kebaikan yang banyak baik dari unsur dunia

lebih lebih akhirat akan tetapi, sebaliknya ketika ia ia meninggalkan

apa yang Allah Subhanahu wa ta’ala perintahkan dan mengerjakan apa

yang Allah Subhanahu wa ta’ala larang maka kerusakan untuk dirinya

baik urusan dunianya terlebih lagi urusan akhiratnya.56 Sebagaimana

firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

         

        

        

        

56
Su’ad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita,diterjemahkan oleh Nadirsah Hawari ( Dari
Judul Asli Ahkam Ibadat Al-Mar’ah Fi Asy Syariah Al-Islamiyyah, (Jakarta:Amzah 2011),h 12
         

      

 

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau

hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami,

janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat

sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya

Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak

sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami, ampunilah kami, dan

rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami

terhadap kaum yang kafir.(QS.Al-Baqarah:286) 57shalallahu ‘alaihi wa

sallam berupa hukum-hukum (syariat pen.). Allah Subhanahu wa

Ta’ala

Islam adalah agama satu-satunya yang memuliakan wanita didalam

agama islam, wanita diibaratkan sepert mutiara yang tak ternilai

harganya, yang harus dijga dan diperlakukan dengan lembut karena

dijamah oleh tangan-tangan kotor yang tidak bertanggung jawab.

Diantar perintah Allah Subhanahu wa ta’ala kepada para wanita

57
Ibid., h
muslimah yaitu untuk menggunakan jilbab yang sesuai dengan perinta

dari Allah yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Bentuk

dan model jilbab bukanlah satu ketetapan di dalam agama, tetapi

disyaratkan harus memenuhi kriteria sebagai busana muslimah.

Bagaimanapun model dan bentuk jilbab (busana muslimah) yang

berlaku di kalangan masyarakat yang berbeda kebudayaan dan

peradaban tetap diakui oleh Islam, selama tidak bertentangan dengan

hukum dan ajaran Islam yang sebenarnya.58

dalam ajaran Islam, pelajaran pertama mengenai peradaban dimulai

dengan mengajari manusia tentang pakaian. Salah satu isu yang

kontroversial dalam diskursus tentang perempuan adalah mengenai

penggunaan jilbab bagi perempuan. Jilbab merupakan salah satu dari

sekian banyak isu yang menimbulkan pro dan kontra. Kontroversi

mengenai jilbab disebabkan sebagian orang muslim menganggapnya

sebagai perintah Allah Subhanahu wa ta’ala yang diberikan lewat al-

Qur’an. Sebagian lainnya, baik muslim maupun non-muslim

menganggapnya sebagai praktek yang tidak beradab. Pada zaman

modern, banyak mode pakaian sudah diciptakan orang, mulai dari

yang sempit sampai yang sangat longgar, mulai dari bahan yang

sangat sederhana sampai yang sangat mahal, baik untuk kaum adam

maupun kaum hawa. Terutama untuk kaum hawa, ini dianggap hal

yang sangat penting di zaman sekarang mulai dari mode yang terbuka
58
Sufyan Bin Fuad Baswedan, Samudra Hihmah Dibalik Jilbab Muslimah,(Jakarta: Pustaka
Al-Inabah,2015),h.1
menampakkan perhiasannya,. Islam sebagai agama yang sempurna,

sejak 15 abad yang lalu sudah mengatur masalah busana ini

Sebelum kita melihat seperti apa pandangsn Islam terhadap jilbab

wanita muslimah yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah kita

menoleh terlebih dahulu bagaimana keadaan jilbab wanita dimasa lalu

terutama dikalangan bangsa Arab, karena bagaimanapun dari sinilah

cahaya sinar Islam terbit. Kebiasan perempuan bangsa Arab dijaman

jahilliyyah ketika melaksanakan thawaf adalah dengan keadaan tidak

menggunakan jilbab atau pakaiannya mereka menanggal. Dalam hal

ini, apa yang dikenakan oleh bangsa yang dikatakan beradab tidak

berbeda dengan bangsa Arab pada periode sebelum Islam (zaman

jahiliah). Bangsa Arab pada waktu itu dapat dengan bebasnya saling

membuka pakaian, bahkan ketika mereka mandi bersama, mereka

tidak merasa terganggu, dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang

bersifat alami. Sebegitu jauh mereka menampilkan upacara ritual

mengelilingi Ka’bah dalam keadaan telanjang dan mereka

menganggap sebagai sesuatu bagian yang sangat penting dalam acara

penyembahan berhala. Lebih dari itu, kaum wanita harus tampil pada

upacara ini dengan telanjang bulat. Pakaian yang mereka kenakan

tidak menutupi bagian dadanya, tangan, punggung dan kaki bagian

bawah. Kondisi yang hampir sama dapat kita jumpai di Eropa,

Amerika dan Jepang dewasa ini.59

59
Ibid., h 2
1. Konsep jilbab wanita dalam Al-Qur’an

a. Surat Al-Ahzab ayat 59

     

     

        

  

Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak

perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah

mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang

demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena

itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.60 

b. Penjelasan Surat Al-Ahzab Ayat 59

Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan suatu

ketentuan bagi para Muslimah. Ketentuan yang dibebankan

kepada para wanita Mukmin itu adalah: yudnîna 'alayhinna min

jalâbîbihinna (hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke

seluruh tubuh mereka). Kata jalâbîb merupakan bentuk jamak

dari kata jilbâb. Kata yudnîna merupakan bentuk mudhâri' dari

kata adnâ. Kata adnâ berasal dari kata danâ yang berarti bawah,

60
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung:CV Penerbit Diponegoro,
20008),h
rendah, atau dekat. Dengan demikian, kata yudnîna bisa

diartikan yurkhîna (mengulurkan ke bawah). Meskipun kalimat

ini berbentuk khabar (berita), ia mengandung makna perintah,

bisa pula sebagai jawaban atas perintah sebelumnya.Berkaitan

dengan gambaran yudnîna 'alayhinna, terdapat perbedaan

pendapat di antara para mufassir. Menurut sebagian mufassir,

idnâ' al-jilbâb (mengulurkan jilbab) adalah dengan menutupkan

jilbab pada kepala dan wajahnya sehingga tidak tampak darinya

kecuali hanya satu mata. Di antara yang berpendapat demikian

adalah Ibnu Abbas, Ibnu Sirrin, Abidah as-Salmani, dan as-

Sudi. Demikian juga dengan al-Jazairi, an-Nasafi, dan al-

Baidhawi. Sebagian lainnya yang menyatakan, jilbab itu

diikatkan di atas dahi kemudian ditutupkan pada hidung.

Sekalipun kedua matanya terlihat, jilbab itu menutupi dada dan

sebagian besar wajahnya. Demikian pendapat Ibnu Abbas

dalam riwayat lain dan Qatadah. Adapun menurut al-Hasan,

jilbab itu menutupi separuh wajahnya. 


Ada pula yang berpendapat, wajah tidak termasuk bagian yang ditutup dengan
Ada pula yang

berpendapat, wajah tidak termasuk bagian yang ditutup dengan

jilbab. Ayat ini ditutup dengan ungkapan yang amat

menenteramkan hati: Wa kâna Allâh Ghafûra Rahîma (Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Karena itu, tidak ada

alasan bagi manusia untuk tidak bertobat kepada-Nya jika telah


Ada pula yang berpendapat, wajah tidak termasuk bagian yang ditutup dengan
terlanjur melakukan perbuatan dosa dan tidak menaati aturan-

Nya. Selama ini banyak kalangan yang rancu didalam

memahami hakekat jilbab yang sesungguhnya, mereka

menganggap bahwasannya ketika menggunakan sehela

kerudung yang diikatkan dikepala dengan kombinasi kaos yang

ketat plus celana panjang yang ketat dianggap telah

menggunakan jilbab yang sesuai ajaran Islam 61

c. Surat An-Nuur Ayat 30


    
      
     
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah

mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;

yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka

perbuat"(QS. An-Nuur ayat 30).62

d. Penjelasan Ayat QS. An-Nuur ayat 30

Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada para wanita

dan laki-laki agar bisa menahan pandangannya, memelihara

kemaluannya dn bertaubat kepada Allah. Selain dari itu Allah

juga memerintahkan secara khusus kepada para wanita agar

61
Muhammad Bin Syakir Asy Syarif, 40 Hadits Wanita, diterjemahkan oleh Sarwedi
Hasibuan dari Judul Asli Lin Nisa’i Ahkamun Wa Adabun, Syarhul ArbainnanNisa’iyyah,
(Solo:Aqwam,2016),h.296-402

62
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan.,h
menutup dirinya dan tidak memperlihatkan perhiasannya

kecuali kepada suami dan orang-orang yang Allah Subhanahu

wa ta’ala kecualikan sebagaimana firman Allah dalam QS. An-

Nuur ayat 31

    


      
     
      
     
    
     
     
     
      
     
      
     
  
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah

mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)

nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain

kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya

kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah


suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera

suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau

putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara

perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-

budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang

tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak

yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah

mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang

mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada

Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(

dalam QS. An-Nuur ayat 31)63

Bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala melarang para wanita


untuk melakukan suatu prilaku yang mengakibatkan
diketahuinya perhiasan yang tersembunyi yang ia miliki,
misalnya dengan memperdengarkan suara perhiasannya dengan
menghentakkan kakinya sebagaimana firman Allah diatas
dalam QS An-Nuur ayat 31.
C. Konsep As-Sunnah Tentang Jilbab Wnita Muslimah
a. Hadist pertama

Syariat Islam memperkenankan para wanita untuk

mengenakan dan berdandan dihadapan para suami mereka

dan syariat Islam juga membolehkan para wanita untuk

mengenakan perhiasan yang dilarang untuk para laki-laki

seperti emas dan kain sutra. Akan tetapi jika dihadapan

63
Ibid,
laki-laki yang bukan mahram seorang wanita, Rasullah

memberi peringatan kepada para wanita agar tidak

berpenamilan yang menarik dengan berhias.

b. Hadits kedua

Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan laki-laki dan

wanita dengan tabiatnya masing masing salah satu

hikmahnyaadlah agar salah satunya dapat merealisasikan

tugas dan fungsinya masing-masing yng diemban dalan

menjalani kehidupan. Oleh karena upaya untuk laki-laki

menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai laki-

laki berupaya menghilangkan hihmah yang sangat berharga

Berdasarkan penjelasan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah

penulis menyimpulkan bahwasannya agama Islam atau

syari’ai Islam memerintahkan para wanita muslimah agar

menggunakan jilbab yang telah distandarkan olrh syari’at

agama Islam dan Islam tidak mengatur bagaimana model

pakaian tersebut atau kebiasan masyarakat tersebut hanya

saja Islam telah memiliki standar, diantara standar tersebut

adalah

g. Menutupi Seluruh Tubuh Selain Yang Dikecualikan

h. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

i. Kain Tidak Tipis Atau Tidak Tranparan

j. Tidak Membentuk Dan Harus Longgar


k. Tidak Membentuk Dan Harus Longgar

l. Bukan Pakaian Untuk Mencari Popularitas

Jika sudah memenuhi standar diatas maka sudah

dikatakan sebagai jilbab wanita muslimah yang sesuai

dengan syariat agama Islam aakan tetapi bila tidak

memnuhi satndar tersebut maka belum dikatalkan dengan

jilbab yang sesuai dengan ajaran agama Islam apapun

alasan yang dilontarkan.

Anda mungkin juga menyukai