Fera Faradiba
Nim : 105461142723
“Barang siapa yang mencontohkan jalan yang baik di dalam Islam, maka ia akan
mendapat pahala dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa mengurangi
pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang mencontohkan jalan yang jelek, maka
ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikit pun.”(HR. Muslim: 2398)
Hadits di atas bermuara dari datangnya suku Mudhar ke kota Madinah dalam
keadaan miskin. Kondisi mereka membuat hati Rasulullah terenyuh. Selepas itu,
Rasulullah pun berkhutbah. Mendengar khutbah tersebut, seorang sahabat serta merta
menyedekahkan hartanya, pakaiannya, gandum, dan kurma. Lantas akhirnya sahabat yang
lain berbondong-bondong turut menyedekahkan apa yang mereka punya, mengikuti
sahabat yang bersedekah kali pertama. Maka Rasulullah pun menyebutkan hadis di atas.
Dari penjelasan ini dapat kita tarik benang merah bahwa menurut bahasa sunnah
berarti metode atau jalan, yang mencakup makna konotasi positif maupun negatif. Makna
lain dari sunnah secara bahasa adalah kebiasaan, syariat, contoh terdahulu, dan adat.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa al Qur'an adalah
wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara
malaikat jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf
dan membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad saw selama kurang lebih 22 tahun.
B. Definisi Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah
Pada dasarnya, seluruh ilmu pengetahuan berasal dari Allah SWT. Untuk bisa
memahaminya, belajar ayat-ayat dalam Al-Quran merupakan jawabannya. Sebab, Al-Quran
adalah kitab yang Allah SWT ciptakan kepada Nabi Muhammad SAW dan penyempurnaan
kitab-kitab sebelumnya. Terdapat berbagai macam ayat dalam Al-Quran. Namun jika
dikerucutkan untuk mengenal ayat-ayat Allah, ayat dalam Al-Quran dibagi menjadi dua
macam, yakni ayat qauliyah dan kauniyah.
1. Ayat Qauliyah
Dikutip dari buku Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas IX oleh Harjan
Syuhada dan Fida' Abdilah (2021:50), pengertian dari ayat qauliyah berarti perkataan,
sabda, atau firman. Jadi, ayat qauliyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang
berupa firman-Nya, yaitu Al-Quran. Dengan demikian, setiap Muslim wajib mempelajari
ayat-ayat al-Qur'an yang menjadi pedoman hidupnya. Jika tidak mau mempelajari Al-
Quran, niscaya tidak akan dapat melaksanakan ajarannya dalam hidup sehari-hari.
Beberapa contoh ayat kauniyah dalam Al-Quran di antaranya:
a. Surat Ar-Rad Ayat 13
Artinya, “Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para
malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu
menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan
tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.”
Artinya, “Taa Haa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu (Muhammad)
agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut
(kepada Allah), diturunkan (dari) Allah yang menciptakan bumi dan langit yang
tinggi, (yaitu) yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy.”
2. Ayat Kauniyah
Sedangkan ayat kauniyah berarti keadaan (keadaan alam). Jadi, ayat kauniyah
berarti tanda-tanda kebesaran Allah Swt. yang berupa keadaan alam. Dengan demikian,
setiap Muslim juga wajib mempelajari keadaan alam, walaupun tidak secara resmi di
bangku sekolah. Tujuannya adalah untuk mengetahui ilmu-ilmu tersebut maka dapat
menambah keimanan setiap Muslim.
Apabila ilmu agama tidak diimbangi dengan ilmu-ilmu pengetahuan, ibarat orang
yang berjalan seperti orang pincang. Tempat yang dituju sudah jelas, namun kaki
menjadi kendala sehingga mengalami kesulitan. Sebaliknya, ilmu pengetahuan yang
tidak diimbangi ilmu agama ibarat orang yang tidak tahu arah tujuan hidup. Oleh sebab
itu, ilmu agama dan ilmu pengetahuan harus dimiliki secara bersamaan. Maka tak
mengherankan apabila setiap Muslim harus menyadari betapa pentingnya menguasai
ilmu-ilmu pengetahuan tersebut.
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'”
Pokok-pokok Al-quran adalah hal terpenting yang harus diketahui oleh setiap umat. Agar
kita tahu apa-apa saja hal-hal yang sebenarnya dibahas didalam Al-quran. Dengan demikian
kita dapat mengetahui apa yang terjadi dikemudian hari dan dapat megnatisipasi hal-hal yang
terjadi.Al-Qur‟an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia
melalui Nabi Muhammad saw untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Petunjuk-petunjuk
yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai kitab bidayah sepanjang
zaman, al-Qur‟an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik
informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan sebagainya.
Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan keluwesan isi kandungan al-
Qur‟an tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-dasarnya saja, dan manusia
lah yang akan menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks al-Qur‟an menjadi
lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-persoalan kemanusiaan dan
kehidupan modern. Al-Quran juga merupakan kitab suci agama islam untuk seluruh umat
muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di
dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar. Di dalam surat-surat dan
ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi
beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi dari masing-masing
kandungan inti sarinya.
1. Al gahazali
Menurut Al Ghazali ada lima fokus pembahasan yang sering dan paling penting yang
terdapat dalam Al Quran.
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi
kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran. (16: 90)
Dan karena penulisan ke hati mereka itu yang merupakan ikrar primordial ini
mereka tidak dapat berdalih bahwa mereka telah berbuat demikian karena “ingatan
yang bersifat turun menurun” sesuai dengan apa-apa yang telah dilakukan oleh “bapa-
bapa kami”. Tugas pokok para nabi adalah untuk menjagakan hati nurani manusia
sehingga ia dapat membaca apa-apa yang telah dituliskan Allah kedalam hatinya itu
dengan lebih jelas dan lebih meyakinkan. Jadi dengan kelogisan yang sempurna Al-
qur‟an berkata bahwa Allah telah membuat para nabi terebut mengucapkan ikrar yang
teguh: “dan ketika Allah menerima ikrar dari nabi-nabi, dari engkau (Muhammad),
Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Sesungguhnya kami menerima ikrar yang teguh dari
mereka”.
Al-qur‟an menyatakan bahwa kelemahan manusia yang paling dasar dan yang
menyebabkan semua dosa-dosa besarnya adalah kepicikan (dha‟f) dan kesempitan
pikiran (qathr). Al-qur‟an secara tak henti-hentinya menyabutkan kelemahan ini di
dalam bentuk-bentuk dan konteks-konteks yang berbeda. Baik kesombongan manusia
karena memandang dirinya sebagai hukum tertinggi maupun keputusannya adalah
akibat dari kepicikan. Sifat manusia yang mementingkan dirinya sendiri namun yang
akhirnya merugikan dirinya sendiri, ketamakan yang senentiasa dimilikinya. Tingkah
lakunya yang ceroboh serta panik, kurangnya kepercayaan kepada dirinya sendiri, dan
kekuatiran-kekuatiran yang terus menerus menghantuinya pada dasarnya adalah akibat
dari kesempitan pikiran.
3. Manusia anggota masyarakat
Tidak dapat diragukan lagi bahwa tujuan utama al-qur‟an adalah menegakkan
sebuah tata masyarakat yang adil, berdasarkan etika, dan dapat bertahan dimuka bumi
ini apakah individu yang lebih penting sedang masyarakat adalah instrument yang
diperlukan didalam penciptaannya atau sebaliknya, itu hanya merupakan sebuah
masalah akademis, karena tampaknya individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada individu yang hidup tanpa masyarakat.
4. Alam semesta
Al-qur‟an sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam (kosmogoni). Mengenai
metafisika penciptaan, al-qur‟an hanya mengatakan bahwa alam semesta beserta segala
sesuatu yang hendak diciptakan Allah di dalamnya tercipta sekedar dengan firman-
Nya: “jadilah!”. Oleh karena itu Allah adalah pemilik yang mutlak dari alam semesta
dan penguasa alam semesta yang tak dapat disangkal disamping pemeliharaannya yang
maha pengasih. Karena kekuasaannya yang mutlak maka jika Allah hendak
menciptakan langit dan bumi, maka dia berkata kepada keduanya: “ jadilah kalian,
baik dengan suka maupun dengan terpaksa!”.
Bila Allah menciptakan sesuatu maka kepadanya dia memberikan kekuatan atau
hukum tingkah laku yang didalam al-quran dikatakan petunjuk, perintah, atau ukuran,
dan dengan hukum tingkah lakunya ciptaannya itu dapat selaras dengan ciptaan-
ciptaannya yang lain didalam alam semesta. Jika sesuatu ciptaan melanggar hukumnya
dan melampaui ukurannya, maka alam semesta menjadi kacau . al-quran sering
mengemukakan tata alam sempurna yang ini tidak hanya sebagai bukti mengenai
adanya Allah tetapi juga sebagai bukti mengenai keesaan-Nya.
Alam semesta beserta keluasan dan keteraturanya yang tak terjangkau akal ini harus
dipandang manusia sebagai pertanda Allah, karena hanya yang tak terhingga serta unik
sajalah yang dapat menciptakannya. Pertanda ini dapat dikatakan sebagai pertanda
yang alamiah. Tetapi jika sebagian atau hampir semua manusia tidak dapat terbujuk
untuk beriman kepada Allah dengan menyaksikan proses-proses alam yang biasa,
maka untuk sementara waktu Allah dapat menyimpangkan, menekan, atau meniadakan
kehebatan/efisasi sebab-sebab alamiah tersebut. Petanda-petanda seperti banjir, angin
toapn, gempa bumi, hujan lebat, di derah-daerah gersang, merupakan tanda-tanda yang
jelas dan biasanya terjadi jika suatu kaum telah melakukan kesesatan-kesesatan secara
keterlaluan dan tidak dapat dikembalikan kepada jalan yang benar.
Sejak awal sejarah islam kaum muslimin berpandangan bahwa runtutan Rasul-rasul
Allah berakhir dengan nabi Muhammad : “Muhammad bukan bapak dari salah
seorang diantara kalian, dia adalah Rasull Allah yang terakhir” (Al-ahzab : 40).
Penafsiran ini memang benar, tetapi bagi orang luar terasa agak bersifat dogmatis dan
kurang rasional. Untuk memperoleh penfsiran ini para pemikir, theolog, filosof, dan
sejarahwan Muslim dizaman pertengahan telah mengemukakan beberapa argumentasi.
Argumentasi-argumentasi ini mempunyai dua buah landasan yang berbeda, namun
saling berhubungan.
Proposisi bahwa nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir didukung oleh
kenyataan bahwa sebelum islam tidak ada gerakan relegius yang bersifat global. Tapi
keyakinan bahwa muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir ini jelas sekali ,
merupakan sebuah tanggung jawab yang berat terhadap orang-orang yang mengaku
sebagai muslim. Utusan-utusan Allah kepada umat manusia oleh al-quran dinamakan
nabi dan rasul .
Nabi adalah utusan Allah yang tidak membawakan hukum (syari‟ah) dan mungkin
pula kitab Allah kepada manusia. Sedangkan rasul adalah utusan Allah yang
membawakan hukum dan kitab Allah. Meskipun demikian, perbedaan yang tegas ini
masih dapat diragukan kebenarannya karena al-Qur‟an menyebut tokoh-tokoh religius
tertentu sebagai nabi dan rasul (lih. ayat-ayat 7:158; 19:51,54). Namun perbedaan ini
telah ada dalam kenyataan bahwa perkataan “nabi” semakin sering dipergunakan
dalam al-Qur‟an sejak periode Mekkah yang terakhir dan periode Madinah. Rasul itu
menyebut peranan yang lebih penting daripada nabi. Sedangkan seorang nabi berperan
sekedar sebagai pembantu rasul, misalnya: Harun yang beperanan sebagai pembantu
Musa.
6. Estakologi
Eskatologi adalah gambaran kenikmatan surga dan neraka. Surga dan neraka adalah
tempat dimana perbuatan manusia akan mendapat imbalah/balasan. Tetapi ide pokok
yang mendasari ajaran-ajaran Al-quran mengenai akhirat adalah bahwa akan tiba saat
(al‟sa‟ah) ketika setiap manusia akan memperoleh kesadaran unik yang tak pernah
dialaminya dimasa sebelumnya mengenai amal perbuatannya.
Sudah tentu kebahagiaan dan penderitaan manusia di akhirat itu tidak hanya bersifat
spiritual. Berbeda dengan pendapat filosof-filosof muslim, al-quran tidak mengakui
suatu akhirat yang dihuni oleh jiwa-jiwa tanpa raga. Kitab ini tidak mengakui adanya
dualisme diantara jiwa dengn raga karena manusia adalah sebuah organisme hidup
yang merupakan sebuah unit dan berfungsi penuh.
Jadi, Al-quran tidak membenarkan surga dan neraka yang sama sekali bersifat
spritual. Dengan demikian yang menjadi subyek kebahagiaan dan siksaan adalah
manusia sebagai pribadi. Sementara hukuman dan kebahagian fisik bersifat literal dan
tidak merupakan kiasan, Al-quran menjelaskan bahwa aspek spritual dari hukuman dan
kebahagiaan itulah yang terpenting.
Tujuan terpenting manusia, menurut Al-Quran adalah memperkembangkan
“pandangan yang tajam” didalam kehidupan ini yang merupakan kesempatan untuk
beraksi dan meperoleh kemajuan, karena pada saat pengadilan nanti, manusia tidak
dapat memperbaiki dirinya lagi. Disaat itu manusia akan memanen, bukan menabur
benih dan memelihara apa-apa yang telah ditanamnya. Jadi kita dapat mengatakan
hanya ada keberhasilan atau kegagalan disaat yang terakhir nanti atau hanya ada surga
dan neraka yang kekal.
7. Syaitan dan kejahatan
Syaitan adalah musuh bagi manusia (12:5 : 17:53), syaitan juga lah yang
menyeabkan adam dan hawa menjadi turun kebumi. Iya membujuk adam dan hawa
dengan segala caranya. Ide terpenting dari Al-Quran adalah bahwa aktifitas saytan
memasuki stiap bidang kehidupan manusia dan bahwa manusia harus selalu berjaga-
jaga. Kepada nabi Muhammad diakatakan “ jika syaitan menggoda berlindunglah
kepada Allah, sesungguhnya Allah mendengar dan mengetahui orang-orang yang
waspada menghadapi tipu daya syaitan, mereka segera ingat dan melihat kembali”
(7:200-201).
Al-Qur‟an menegaskan bahwa walaupun secara prinsip tidak ada manusia yang
kebal terhadap godaan syeitan, namun syeitan itu sesungguhnya tidak dapat
memperdayakan orang-orang yang senantiasa menjaga integritas moral mereka dari
serangannya. Sebenarnya pula, cengkeraman syeitan itu tidak kuat; melainkan hanya
kelemahan, tidak adanya keberanian moral dan tidak adanya kewaspadaan di dalam
diri manusialah yang membuat syetan itu terlihat sedemikian kuat. Meskipun syeitan
itu tidak kuat, tetapi ia itu licik dan licin. Ia lebih banyak mempergunakan tipu daya
dan siasat daripada menantang dengan terang-terangan. Aktivitasnya tidak
menggempur melainkan membujuk, berkianat, dan menghadang.
Ketika ajaran-ajaran nabi bahwa Allah itu Esa, bahwa orang-orang yang miskin
harus diberi kesempatan untuk maju, dan disaat terakhir nanti ada hari pengadilan,
mulai mendapat tantangan, banyak kisah-kish mendetail mengenai para nabi dizaman
dahulu yang diulangi didalam Al-Quran. Karena kesamaan spritual dengan nabi-nabi
zaman dahulu melalui penerimaan wahyu itu, Muhammad benar-benar yakin mengenai
keidentikan setiap risalat yang dismpaikan olehh nabi-nabi. Setiap kitab suci
bersumber dari dan merupakan sebagian dari sumber tunggal atau pola dasar yang
disebut ibu semua kitab dan kitab yang tersembunyi.
Jika Alah itu Esa dan risalatnya juga Esa serta pada dasarnya tidak dapat dipecah-
pecah, maka umat manusia harus menjadi 1 kaum. Karena diantara para penganut
agama-agama yang terdahulu itu ada yang membenarkan misinya maka muhammad
ingin mempersatukan agama-agama tersebut kedalam sebuah masyarakat, menurut
ajaran-ajaran dan persyaratn-persyaratannya, tetapi begitu bertambah luas
pengetahuannya mengenai perbedaan diantara agama-agama dan sekte-sekte tersebut,
lambat laun iya pun segera menyadari bahwa persatuan itu tidak mungkin digalang.