Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Memahami Al Qur'an sebagai Sumber Ajaran Islam

NAMA : Audri Fitria Widowati

NIM :09020320021

NAMA : Aris Junaidi

NIM: 09040320051

NAMA : Auliyah Mutiara Zani

NIM : 09010320005

FAKULTAS SAINTEK

JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu
“Memahami Al Qur'an sebagai Sumber Ajaran Islam” itu sangat penting untuk bahan pengkajian
pembelajaran Pengantar Studi Islam. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini kenapa memahami al
qur'an sebagai sumber ajaran islam itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagian dari modul
pembelajaran.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang memahami al qur'an sebagai sumber ajaran
islam. Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi
lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………..

Daftar Isi ……………………………………………………………………

Bab I PENDAHULUAN ………………………………………………

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………

1.3 Tujuan Masalah ………………………………………………….

Bab II PEMBAHASAN …………………………………………………

2.1 Penjelasan Mengenai Hakekat Al Qur'an ……………………………………..

2.2 Penjelasan Mengenai Problematika Memahami Teks Al Qur'an ……………………..

2.3 Penjelasan Mengenai Metode Studi Al Qur'an…………………………

Bab III PENUTUP ……………………………………………………….

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………..

Daftar Pustaka ……………………………………………………………….


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara harfiyah, Al-Quran artinya “bacaan” (qoroa, yaqrou, quranan), sebagaimana firman Allah dalam
Q.S. 75:17-18:

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengum-pulkannya dan ‘membacanya’. Jika Kami telah
selesai membacakannya, maka ikutilah ‘bacaan’ itu”.

Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw,
berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat), dan budi pekerti (akhlak).

Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula dibandingkan mukjizat
para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada keraguan di dalamnya dari
Tuhan semesta alam” (Q.S. 10:37).

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar, membenarkan kitab-
kitab sebelumnya...” (Q.S. 35:31).

Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau pembukuan yang dilakukan para sahabat.
Pertama kali dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar, lalu pada masa
Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf Al-Quran yang diketuai Zaid.
Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang disebut pula Mushaf Utsmani.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di Maksud dengan Hakekat Al Qur'an ?
2. Apa yang di Maksud dengan Problematika Memahami Teks Al Qur'an ?
3. Apa yang di Maksud dengan Metode Studi Al Qur'an ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui makasud dari Hakekat Al Qur'an.
2. Untuk mengetahui makasud dari Problematika Memahami Teks Al Qur'an.
3. Untuk mengetahui makasud dari Metode Studi Al Qur'an.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Al Qur'an.


A. Pengertian alqur’an

Al Qur’an berasal dari bahasa Arab, yakni bentuk jamak dari kata benda atau masdar dari kata kerja
qara’a - yaqra’u - qur’anan yang artinya adalah “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.
Sedangkan menurut istilah merupakan kallamullah yang diturunkan Allah SWT secara berangsur-angsur
melalui malaikat Jibril, kemudian di sebarluaskan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat yang
diberikan Allah SWT dan apabila membacanya bernilai ibadah.

Pengertian Al Qur’an Menurut Para Ahli

a. Menurut Dr. Subhi as-Salih

Menurut Dr. Subhi as-Salih, Al Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan sebuah mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, di tulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir,
serta membacanya adalah termasuk ibadah.

b. Menurut Muhammad Ali ash-Shabumi

Menurut Muhammad Ali ash-Shabumi, Al Qur’an ialah firman Allah SWT yang tidak ada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup oara nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril
as, ditulis kepada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir.
Membaca dan mempelajari Al Qur’an adalah ibadah dan Al Qur’an dimulai dari surat Al Fatihah serta
ditutup dengan surat An Nas.

c. Menurut Syekh Muhammad Khudari Beik_

Menurut Syekh Muhammad Khudari Beik, Al Qur’an merupakan firman Allah SWT yang bernahasa
Arab, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita
dengan cara mutawatir, ditulis dalam mushaf yang dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri dengan
surat An Nas

B. Fungsi Al-Qur’an
Artinya :  “Sungguh, al-Qur’ān ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala
yang besar.” (Q.S. alIsrā/17:9)

Al Qur’an merupakan murni wahyu yang disampaikan oleh Allah SWT, bukan berasal dari hawa
nafsu perkataan dari Rasulullah SAW. Di dalam Al Qur’an termuat aturan-aturan kehidupan manusia di
dunia dan Al Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Al Qur’an ialah
sebuah petunjuk yang bisa mengeluarkan manusia dari keadaan gelap menuju jalan yang terang
benerang. Al Qur’an juga mempunyai fungsi sebagai pedoman bagi setiap manusia untuk mencapai
kebahagiaannya, baik di dunia maupun di akhirat. Pembahasan pokok dalam Al Qur’an terbagi menjadi
tiga yakni pembahasan tentang akidah, pembahasan tentang ibadah dan pembahasan tentang prinsip-
prinsip syariat. Al Qur’an memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam yang paling utama, sumber
hukum kedua adalah perkataan nabi atau hadits. Hukum islam merupakan hukum ketuhanan, Allah SWT
telah mensyariatkan kepada seluruh hambaNya. Al Qur’an adalah dalil utama dan jalan untuk
mengetahui hukum-hukum tersebut. Setiap umat islam tentu sudah menyadari dan mengetahui
bahwasanya Al Qur’an ialah kitab suci yang merupakan petunjuk atau pedoman hidup dan dasar setiap
langkah hidup. Al Qur’an tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dan Allah SWT saja, akan
tetapi di dalamnya juga mengatur hubungan antara manusia dan manusia bahkan dengan lingkungan
sekitarnya. Itulah yang menjadi sebab, Al Qur’an menjadi sumber hukum pertama dan paling utama bagi
umat manusia, umat islam pada khususnya. Seseorang bisa dikatakan berpegang teguh pada Al Qur’an
jika mampu mengamalkan apa yang telah diajarkan dalam Al Qur’an.

C. Nama-Nama Lain Al-Qur’an

Al-Qur'an, kitab suci agama Islam memiliki banyak nama. Nama-nama ini berasal dari ayat-ayat tertentu
dalam Al-Qur'an itu sendiri yang memakai istilah tertentu untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri.

Berikut adalah nama-nama lain Al-Qur’an

a. Al-Kitab (buku)

Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-
Baqarah [2]:2)

b. Al-Furqan (pembeda benar salah)

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)

c. Adz-Dzikr (pemberi peringatan)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)

d. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS. Yunus [10]:57)

e. Asy-Syifa' (obat/penyembuh)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS. Yunus [10]:57)

f. Al-Hukm (peraturan/hukum)

Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa
Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka
sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)

g. Al-Hikmah (kebijaksanaan)

Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan
yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan
tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa' [17]:39)

h. Al-Huda (petunjuk)

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya.
Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut
pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)

i. At-Tanzil (yang diturunkan)

Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy Syu’araa’
[26]:192)

j. Ar-Rahmat (karunia)

Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (QS. An Naml [27]:77)

k. Ar-Ruh (ruh)

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu
tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)

l. Al-Bayan (penerang)
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang
yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)

m. Al-Kalam (ucapan/firman)

Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman
baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)

n. Al-Busyra (kabar gembira)

Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl [16]:102)

o. An-Nur (cahaya)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan
mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (Al-Qur'an). (QS. An
Nisaa' [4]:174)

p. Al-Basha'ir (pedoman)

Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al
Jaatsiyah [45]:20)

q. Al-Balagh (penyampaian/kabar)

(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar
orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)

r. Al-Qaul (perkataan/ucapan)

Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar
mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51

D. Kedudukan Al Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam

Karena Al – Qur’an dijadikan Sumber hukum islam, dan Al – Qur’an mempunyai kedudukan atau posisi
yang sangat tinggi atau mulia. Al-Qur’an adalah sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan
harus merujuk dan berpedoman kepada Al-Quran.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, dalam Al-Qur’an :


Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya (Muhammad), dan
Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Swt. (al-Qur’ān) dan Rasu-Nyal (sunnah), jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(Q.S. an-Nisā’/4:59)

Ada juga ayat lain Allah SWT. Menyatakan :

Artinya : “Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’ān) kepadamu (Muhammad) membawa
kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan
janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang
berkhianat.” (Q.S. an-Nisā’/4:105)

Dari ayat diatas kita bisa memahami bahwa Al-Qur’an merupakan kitab yang berisi sebagai petunjuk
dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber
hukum baik dalam konteks hukum yang terdapat dalam Kitab Suci Al-Qur’an Karena al-qur’an juga
bersifat rinci dan sangat jelas pengertiannya. Dan juga ada yang bersifat umum dan perlu pemahaman
yang mendalam untuk memahaminya.

Kandungan Hukum dalam Al-Quran

Al-Qur’an mempunyai tiga bagian yang sudah di kelompokkan oleh para Ulama, seperti berikut :

1. Akidah atau Keimanan

Akidah atau Keimanan merupakan keyakinan yang menempel kuat di dalam hati manusia. Akidah
mempunyai hubungan dengan keimanan terhadap hal-hal yang gain yang terangkum dalam rukun iman
yaitu :

a. Iman Kepada Allah SWT


b. Iman Kepada Malaikat
c. Iman Kepada Kitab Suci
d. Iman kepada Para Rasul
e. Iman kepada hari Kiamat
f. Iman kepada Qada atau Qadar
2. Syari’ah atau Ibadah

Dalam ibadah itu sudah ada aturannya atau tata cara ibadah yang baik untuk berhubungan langsung
kepada Allah SWT yang disebut ibadah mahdah. Ada juga ibadah yang berhubungan dengan sesama
makhluknya yang disebut ibadah gairu mahadah. Dan Ilmu yang mempelajari tata cara ibadah disebut
ilmu fikih.

3. Akhlak atau Budi Pekerti

Akhlak atau budi perkerti ini menuntun manusia agar bisa berakhlak atau berperilaku, baik berperilaku
kepada Allah SWT atau ke sesame ataupun makhluk lainnya. Pada intinya Akhlak ini berarti Hukum
dalam perbuatan manusia yang tampak, seperti gerakan mulut (ucapan), tangan, dan kaki

2.2 Problematika Memahami Teks Al Qur'an


Bahasa Arab adalah rumpun bahasa Semit, mereka bertempat tinggal di Semenanjung jazirah Arabiyah.
Dan bahasa Arab memiliki kaidah-kaidah tertentu yang berlaku bagi bahasa tersebut. Karena AlQur'an
diturunkan dalam bahasa Arab, maka untuk memahami arti dan kandungannya dengan baik maka kita
dituntut untuk memahami kaidah-kaidah bahasa Arab. Al-Qur'an sebagai wahyu Allah menggunakan
medium bahasa Arab, namun kitab suci yang mengandung wahyu itu tetap merupakan petunjuk dan obat
bagi mereka yang beriman, lepas dari bahasa yang digunakannya. Sebab makna atau nilai yang
dikandungnya adalah ajaran-ajaran yang sifatnya universal dan tidak terikat oleh masalah kebahasaan.
Para ulama berbeda pendapat mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang mufassir untuk
memahami kandungan AlQur'an. Ada yang menyebutkan secara rinci dan ada yang hanya menyebutkan
garis besarnya saja. Al- Alusy mengatakan tujuh cabang yang harus dimiliki oleh seorang mufassir,
sedang al- Suyuthi mengatakan ada limabelas ilmu yang harus dimiliki oleh seorang mufassir, dan yang
paling dominan adalah cabang bahasa Arab. Dengan demikian kaidah-kaidah bahasa Arab sangat erat
sekali hubungannya dengan ayat-ayat Al-Qur'an, nyaris dapat dipastikan bahwa tanpa kaidah bahasa
Arab sangat sulit untuk memahami ayatayat Al-Qur'an. Mushaf Usmani sendiri yang polos tanpa titik
dan syakal baru bisa terbaca dengan baik setelah diberi baris oleh Abu al-Aswad alDuali sebagai peletak
kaidah bahasa Arab (nahwu).

Al-Qur'an sebagai kitab Allah merupakan sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan
berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk mempelajarinya dengan baik dan benar. Karena
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, maka untuk mengkajinya dengan baik, kita dituntut untuk
memahami bahasa Arab. Menafsirkan Al-Qur'an merupakan tugas suci yang sangat berat, karena materi
yang ditafsirkan adalah kalam Allah. Oleh karena itu wajar bila terdapat sebahagian ulama menghindari
untuk menafsirkan Al-Qur'an.7 Goldziher dalam bukunya Mazahib al-Tafsir al-Islam, sebagaimana
dijelaskan al-Syirbasyi, hingga permulaan abad kedua Hijriyah kita menemukan kenyataan bahwa
pekerjaan menafsirkan Al-Qur'an dipandang sebagai hal yang luar biasa dan menakutkan.8
Kekhawatiran mereka itu sebenarnya merupakan sikap kehatihatian dan suatu rasa tanggung jawab
terhadap kitab sucinya dari penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan. Terlepas pada hal-hal
yang memang mereka tidak tahu betul mengenai tafsirnya, atau pada riwayat penafsiran yang mereka
sendiri belum pernah menerimanya, maka Ibn Katsir membenarkan keadaan semacam itu. “Berbagai
riwayat yang benar dari ulama salaf berisi muatan bahwa mereka keberatan berbicara tentang tafsir
dalam masalah yang mereka tidak tahu. Tetapi dalam hal masalah yang mereka betul-betul tahu baik
bahasa atau agama maka mereka tidak keberatan. Berbagai riwayat juga menyatakan bahwa ada karya
mereka dalam tafsir, dan tidak ada yang menentang, karena yang berbicara tentang tafsir itu betul-betul
orang yang tahu masalah.

Agar tulisan ini tidak hanya berbicara diseputar teori, penulis turunkan contoh penafsiran ayat yang amat
berkait erat dengan pemahaman bahasa Arab. Di antara ayat tersebut Allah berfirman dalam QS; al-
Baqarah (2): 234. َ‫ف‬ َ ‫ا يَتَ َ َو‬ee‫فُ َ ِأ َربَّ ْص َن ب ْزَوا اج‬ee‫و ِْذي َن يُتَ َّ َوال ْش ُ ٍه َرو َع ْش ارا َ ِس ِه َّن أ ْن‬
َّ ‫ي َز ُرْ و َن أ ْو َن ِ ْمن ُ ْكم‬
“Dan orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para
isteri itu) menangguhkan dirinya (ber- iddah) empat bulan sepuluh hari.” Ayat di atas menjelaskan
-secara lahiriah- bahwa masa iddah isteri (antara) yang ditinggal wafat oleh suaminya adalah empat
bulan sepuluh malam. Kata bilangan yang digunakan adalah muzakkar (wa‘asyra) sehingga mumayyiz-
nya harus muannats (laya’lin). Menurut tata bahasa Arab ‘adad (bilangan) dalam kaitan muzakkar-
muannats selalu digunakan berlawanan dengan ma’dud (yang dihitung), mulai dari hitungan tiga sampai
sepuluh. Para ulama fikih berpendapat bahwa masa iddah isteri yang ditinggal wafat

suaminya adalah empat bulan sepuluh hari dan bukan sepuluh malam. Demikian juga pemahaman
bahasa Arab begitu tampak sangat penting dalam menafsirkan ayat dalam QS; al- Isra’(17): 71. ِ َ‫ما ِ ِمهْم ِإ نَا‬
َ َ ‫ وا ُك َّل أ‬eee‫(“ ٍس ب ُ نَ ْد ُ ْع‬Ingatlah) suatu hari (yang hari itu) Kami panggil tiap umat dengan
‫ي ْوم‬
pemimpinnya.” Al-Zamakhsyari12 menegaskan adalah termasuk bid’ah orang yang menafsirkan kata
imam dalam ayat tersebut bentuk jama’ dari ummun (ibu) sehingga mereka menyimpulkan bahwa
manusia pada hari kiamat nanti akan dipanggil bersama ibunya dan tidak dengan bapaknya. Ini suatu
kesalahan besar sebab kata imam sama sekali bukan bentuk jama’ dari ummun. Yang benar dan apa yang
dimaksud dengan imam (pemimpin) dalam ayat tersebut adalah buku catatan amal, nabi, kitab yang
diturunkan atas mereka atau seseorang yang ia ikuti ketika di dunia baik nabi atau lainnya, di antara
contoh lain sebagaimana firman Allah dalam QS; al- Baqarah (2): 228. ‫َرب ْص‬ ُ ‫ًُ ْ ُرْ و ٍء َوا‬e‚ ُ‫ل‬
َ ‫ق ِس ِه َّن ثَالَثَةَ ْنفُ َ ِأ‬
‫ا ُ ِ يَتَ َّ َطل‬eeَ‫“ َ َن ب ق‬Dan wanita- wanita yang di-thalaq wajib ber-iddah selama tiga quru' َ‫رب ْص َن‬ َ ayat
Maksud ‫ل ْ وا‬ee‫ًُ َط‬e‚ ُ‫ا ُ ِ يَتَ َّ ل‬eeَ‫َ ق‬adalah wanita-wanita hendaklah menunggu selama tiga quru’, dan dihitung
mulai waktu dijatuhkannya thalaq atau dengan kata lain para wanita yang dicerai hendaklah masa iddah
mereka itu selama tiga quru’; 13 sedang katakata “tiga” adalah qath’i tidak punya alternatif lain, selain
dari bilangan angka di atas sebagai jama’ dari qar’un mengandung alternatif; dua arti: Abu ‘Amr Ibn
A’la mengatakan “orang Arab menggunakan “quru’” untuk haid (menstruasi) dan menggunakannya
untuk suci. Atas dasar itulah, maka ulama Kufah mengartikan dengan haid sejalan dengan pendapat
Umar, Ali, Ibn Mas’ud, Abu Musa, Mujahid, Qatadah, Dahhaq, dan Ikrimah, sedangkan ulama Hijaz
mengartikannya dengan suci sesuai pendapat Aisyah, Ibn Umar, Zaid, Ibn Tsabit, Azzuhri, dan Imam
Syafi'i.

2.3 Metode Studi Al Qur'an

1.      PENGERTIAN STUDI AL-QUR’AN


Studi al-Qur’an terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu Studi dan al-Qur’an. Studi adalah penelitian , kajian
atau menelaah. Secara etimologi al-Quran berasal dari kata “qaraa’a , yaqra’u , qira’atan , atau
qur’anan” yang berarti mengumpulkan (al-Jam’u) dan menghimpun (al-dhammu) huruf-huruf serta
kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara teratur. Dikatakan al-Qur’an karena ia berisikan inti sari
semua kitabullah dan inti sari dari ilmu pengetahuan. 1 Sedangkan al-Qur’an secara terminologi adalah
Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Dengan
bahasa Arab , isinya dijamin kebenarannya, sebagai Hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh
manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun
dalam mushaf yang dimulai dari surat al-Fatiah dan diakhiri dengan surat an-Nas, yang diriwayatkan
kepada kita dengan jalan mutawattir.

Jadi, Studi  al-Qur’an adalah penelitian , kajian , tentang al-Qur’an, dengan segala aspeknya.
Sedangkan Metode Studi al-Qur’an adalah Ilmu dan uraian tentang berbagai metode atau cara meneliti ,
mengkaji serta menelaah al-Qur’an dengan segala aspeknya.
Al-Qur’an itu sendiri mempunyai banyak nama, yaitu al-Furqan (Pembeda), al-Kitab al-
Dzikir (Pengingat), al-Tanzil(yang diturunkan). Sedangkan sifat-sifatnya adalah an-
Nur (Cahaya), Hudan(Petunjuk), Syifa’(Obat), Rahmah(Penyayang), Maw’idhah(Pemberi
Mauidhah) Mubarak(diberkahi), Mubin(penjelas), ‘aziz(agung), Basyiratan(pemberi berita
gembira), Wanadiran(pemberi peringatan).

  2.      URGENSI STUDI AL-QUR’AN

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.Untuk disampaikan kepada umat manusia,
sudah barang tentu memiliki sekian banyak fungsi, baik Nabi Muhammad itu sediri maupun bagi
kehidupan manusia secara keseluruhan. Di antara urgensi al-Qur’an adalah sebagai:
Bukti kerasulan Muhammad dan kebenaran ajarannya,
Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia, yang tersimpul dalam keimanan
akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan,
Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila
yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan kolektif,
Petunjuk syari’at dan hokum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hokum yang harus diikuti dalam
hubungannya dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia, atau dengan kata lain, al-Qur’an adalah
petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Fungsi al-Qur’an adalah sebagai Hujjah umat manusia yang merupakan sumber nilai objektif,
universal, dan abadi, karena ia diturunkan dari Dzat Yang Maha Tinggi. Kehujjahan al-Qur’an dapat
dibenarkan, karena ia merupakan sumber dari segala macam aturan tentang hokum, sosial ekonomi,
kebudayaan, pendidikan, moral, dan sebagainya, yang harus dijadikan pandangan hidup bagi seluruh
umat Islam dalam memecahkan setiap persoalan ( baca Qs. Al-A’raf: 158, an-Nahl: 59, al-Ahzab: 36).
Demikian juga al-Quran berfungsi sebagai hakim yang memberikan keputusan terakhir mengenai
perselisihan di kalangan para pemimpin dan lain-lain.
3.      PENGEMBANGAN METODOLOGI DAN APLIKASINYA DALAM MEMAHAMI Al-
QUR’AN

            Metode yang berkembang dalam penafsiran al-Qur’an terdapat 4 (empat) macam, yaitu
Tahlili yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an
dalam berbagai aspek, serta menjelaskan maksud yang terkandung didalamnya sehingga kegiatan
mufasir hanya menjelaskan per ayat, surat per surat, makna lafal tertentu, susunan kalimat , persesuaian
kalimat satu dengan kalimat lain, Asbabun Nuzul yang berkenaan dengan ayat-ayat yang ditafsirkan. 5
Metode ini disebut juga metode Tajzi’I yang banyak dilakukan oleh mufasir salaf dan metode ini oleh
sebagian pengamat dinyatakan sebagai metode yang gagal mengingat cara penafsirannya yang persial
juga tidak dapat menemukan substansi al-Qur’an secara integral, dan ada kecenderungan masuknya
pendapat mufasir sendiri mengingatkan pemaknaan ayat tidak dikaitan dengan ayat lain yang membahas
topic yang sama.
Ijmal  yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara menjelaskan maksud al-Qur’an
sebagai global yang terperinci tafsir Tahlili, hanya saja penjelasannya disebutkan secara global (Ijmal).
Metode ini diterapkan agar orang awam mudah menerima maksud kandungan al-Qur’an tanpa berbelit-
belit, sehingga sedikit penjelasannya seseorang dapat mengerti penjelsan metode ini.
Muqarin yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara perbandingan(komparatif)
dengan menemukan dan mengkaji perbedaan-perbadaan antara unsur-unsur yang diperbandingkan baik
dengan menemukan unsur yang benar diantara  yang kurang benar , atau  untuk tujuan memperoleh
gambaran yang lebih lengkap mengenai masalah yang dibahas dengan jalan penggabungan (sintesis),
unsure-unsur yang berbeda itu.

Macam-macam variasi ayat yang dilakukan dengan metode Muqarin:Muqarin dilakukan dengan


membanding-bandingkan ayat satu dengan yang lain, yaitu dengan ayat-ayat yang mempunyai kemiripan
dalam redaksi dalam dua masalah atau kasus yang berbeda atau lebih, atau yang memiliki redaksi yang
berbeda untuk kasus yang sama atau diduga sama, atau membandingkan Ayat dengan Hadits yang
bertentangan, serta membandingkan pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran al-Qur’an.
  Variasi letak kata dalam kalimat,
  Variasi jumlah huruf
  Variasi keterdahuluan
 Variasi makrifat dan nakirah
  Variasi pemilihan huruf
 Variasi pemilihan kata
  Variasi idgom

Prosedur penerapan tafsit Muqarani dapat dilakukan dengan menginfentarisasi ayat yang memiliki


kemiripan redaksi, baik kasus yang sama atau tidak, misalnya kasus yang sama seperti dalam( Qs.  al-
An’am: 151 dan al-Isra’: 31) mengenai pembunuhan anak dengan takut miskin, atau berbeda kasus
seperti dalam Qs. Ali Imran : 126 mengenai perang Uhud sedang Qs. Al-Anfal : 10 mengenai Perang
Badar. Juga membandingkan ayat atau Hadits yang dianggap sahih misalnya Qs. An-Nahl: 32 yang
menerangkan seseorang masuk surga karena amalnya, dengan membandingkan Hasits Nabi “ tak sekali-
kali orang masuk surga karena amal-amalnya” dan juga membandingkan tafsiran ulama dahulu,
misalnya Ibnu Arabi (Shufi) Ibnu Katsir (Syafi’i dan Salafi), Wahidi(Lughawi), al-Qurthubi(Maliki), al-
Zamakhsyari (Mu’tazili), al-Razi(Sunni), Saiyid Quthub( Ijtima’I atau modren), dan sebagainya. 

Maudhu’I yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara memilih topic tertentu yang
hendak dicarikan penjelasannya dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan topik ini, lalu dicarilah
kaitan antara berbagai ayat ini agar satu sama lain bersifat menjelaskan, kemudian ditarik kesimpulan
akhir berdasarkan pemahaman mengenai ayat- ayat yang saling terkait itu. Keunggulannya, seperti:
Dapat memperoleh pemahaman al-Qur’an lebih utuh dan autentik mengenai satu topik tertentu, sehingga
sulit memasukkan ide mufasir
Relevan dengan kebutuhan orang muslim yang perlu penyelesaian  kasus berdasarkan pendekatan
tematik ayat al-Qur’an
Proses penggunaan metode Maudhu’i:

  Mencari topik (Maudhu’i) yang hendak dibahas


  Menginventarisirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan topic,
  Memberikan urutan ayat menurut hierarkinya,
  Menjelaskan persesuaian atau relevansi antara ayat satu dengan ayat lainnya,
  Menyempurnakan bahasan dengan jalan membagi masalah menurut klasifikasi
  Melengkapi penjelasan dengan hadits, riwayat sahabat,
  Mempelajari ayat-ayat yang satu topic secara tematik. 7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Al Qur’an berasal dari bahasa Arab, yakni bentuk jamak dari kata benda atau masdar dari
kata kerja qara’a - yaqra’u - qur’anan yang artinya adalah “bacaan” atau “sesuatu yang
dibaca berulang-ulang”. Sedangkan menurut istilah merupakan kumpulan wahyu-wahyu
Allah yang diturunkan secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril, kemudian di
sebarluaskan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat yang diberikan Allah SWT dan
apabila membacanya bernilai ibadah.

2. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam memilik nama-nama yang diambil dari ayat-ayat
Al-Qur’an itu sendiri diantaranya; Al-Kitab (buku), Al-Furqan (pembeda benar salah), Adz-
Dzikr (pemberi peringatan), Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat), Asy-Syifa'
(obat/penyembuh), Al-Hukm (peraturan/hukum), Al-Hikmah (kebijaksanaan), Al-Huda
(petunjuk), At-Tanzil (yang diturunkan), Ar-Rahmat (karunia), Ar-Ruh (ruh), Al-Bayan
(penerang), Al-Kalam (ucapan/firman), Al-Busyra (kabar gembira), An-Nur (cahaya), Al-
Basha'ir (pedoman), Al-Balagh (penyampaian/kabar), Al-Qaul (perkataan/ucapan).

3. Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan harus merujuk
dan berpedoman kepada Al-Quran. Karena itu kedudukan atau posisi yang sangat mulia. Di
dalam Al Qur’an termuat aturan-aturan yang mengatur hubungan antara manusia dan Allah
SWT, mengatur hubungan antara manusia dan manusia dan manusia dengan lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu Al- Qur’an sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang
yang beriman.
4. Problematika memahami Al-Qur’an salah satu caranya dengan memahami bahasa arab,
bahasa Arab adalah rumpun bahasa Semit yang memiliki kaidah-kaidah tertentu, karena
AlQur'an diturunkan dalam bahasa Arab dan untuk memahami arti kandungannya dengan
baik maka kita dituntut untuk memahami kaidah-kaidah bahasa Arab, menafsirkan Al-
Qur'an merupakan tugas suci yang sangat berat, karena materi yang ditafsirkan adalah kalam
Allah. Beberapa ulama menghindari untuk menafsirkan Al-Qur'an, kekhawatiran mereka itu
sebenarnya merupakan sikap kehatihatian dan suatu rasa tanggung jawab terhadap kitab
sucinya dari penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan sehingga dalam
menyampaikannya juga perlu pengkajian berulang-ulang.

5. Studi  al-Qur’an adalah penelitian , kajian , tentang al-Qur’an, dengan segala aspeknya.
Sedangkan Metode Studi al-Qur’an adalah Ilmu dan uraian tentang berbagai metode atau
cara meneliti , mengkaji serta menelaah al-Qur’an dengan segala aspeknya, dalam
penyampaian dan penafsiran terdapat metode-metode yang digunakan para ulama, metode
tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan yang berbeda, sehingga tidak dapat menjadi
patokan dalam penafsiran Al-Qur’an, metode tersebut terdapat 4 (empat) macam, yaitu,
Tahlili, Ijmal, Muqarin, dan Maudhu’I

6. Penjelasan metode-metode penafsiran Al-Qur’an , Tahlili yaitu metode penafsiran al-Qur’an


yang dilakukan dengan cara menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dalam berbagai aspek, serta
menjelaskan maksud yang terkandung didalamnya,kegiatan mufasir hanya menjelaskan per
ayat, surat per surat, makna lafal tertentu, susunan kalimat , persesuaian kalimat satu dengan
kalimat lain, Asbabun Nuzul yang berkenaan dengan ayat-ayat yang ditafsirkan. Ijmal  yaitu
metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara menjelaskan maksud al-Qur’an
sebagai global yang terperinci tafsir Tahlili, hanya saja penjelasannya disebutkan secara
global (Ijmal). Muqarin yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
perbandingan(komparatif) dengan menemukan dan mengkaji perbedaan-perbadaan antara
unsur-unsur yang diperbandingkan baik dengan menemukan unsur yang benar diantara 
yang kurang benar , atau  untuk tujuan memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai
masalah yang dibahas dengan jalan penggabungan (sintesis), unsure-unsur yang berbeda,
Maudhu’I yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara memilih topic
tertentu yang hendak dicarikan penjelasannya dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan
topik ini, lalu dicarilah kaitan antara berbagai ayat ini agar satu sama lain bersifat
menjelaskan, kemudian ditarik kesimpulan akhir berdasarkan pemahaman mengenai ayat-
ayat yang saling terkait
Daftar Pusaka

 https://core.ac.uk/download/pdf/234751036.pdf
 https://www.rumahfiqih.com/z.php?id=144
 https://www.facebook.com/KlatenMenghafal/posts/inilah-pengertian-al-quran-menurut-bahasa-
istilah-islam-dan-para-ahlipengertian-/1702543033116779/
 https://ex-school.com/artikel/pengertian-al-quran-dan-kandungan-al-quran
 https://id.wikipedia.org/wiki/Nama_lain_Al-Qur%27an
 https://umma.id/article/share/id/1002/326467
 http://ahmadnasirblog3.blogspot.com/2016/03/makalah-metodologi-studi-al-
quran.html#:~:text=Kesimpulan-,Studi%20al%2DQur'an%20adalah%20penelitian%20%2C
%20kajian%20%2C%20tentang,Qur'an%20dengan%20segala%20aspeknya.

Anda mungkin juga menyukai