Daftar Isi………………………………………………………………………………………….1
I. TOPIK INTI...............................................................................................................................2
A. PENGANTAR ULUMUL QUR’AN.......................................................................................2
1. Pengertian dan Nama-Nama Al-Qur’an......................................................................................2
2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an...............................................................................................3
B. ONTOLOGI ULUMUL QUR’AN...........................................................................................4
1. Pengertian Ulumul Qur’an...........................................................................................................4
2. Ruang Lingkup Al-Qur’an...........................................................................................................4
3. Latar Belakang Lahirnya ‘Ulum Al-Qur’an................................................................................4
4. Pertumbuhan dan Perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an...................................................................5
II. EFISTIMOLOGI ‘ULUM AL-QUR’AN...............................................................................6
A. WURUD.....................................................................................................................................6
1. Nuzul Al-Qur’an..........................................................................................................................6
2. Asbab Nuzul Al-Qur’an...............................................................................................................7
3. Ayat Makkiyah dan Madaniyyah.................................................................................................8
4. Penulisan (Rasm) Al-Qur’an.......................................................................................................9
5. Nasikh dan Mansukh.................................................................................................................11
6. Munasabah dalam Al-Qur’an....................................................................................................12
B. DILALAH................................................................................................................................13
1. Karakter Lafazh Al-Qur’an........................................................................................................13
2. Uslub Al-Qur’an........................................................................................................................15
3. Tafsir Al-Qur’an........................................................................................................................18
4. Ijaz Al-Qur’an............................................................................................................................21
1
I. TOPIK INTI
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa“. (QS. Al-Baqarah: 2)
Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-
Nya (Muhamad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS. Al-
Furqan : 1)
Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula)
yang memelihranya“. (QS. Al-Hijr: 9)
2
Artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang benar dan yang bathil),…”(QS. Al-Baqarah: 185)
Artinya: “…Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak
memiliki cahaya sedikitpun.” (QS. An-Nur: 40)
6. Asy-Syifa’, artinya obat atau penyembuh. Nama ini diambil dari ayat berikut ini.
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
7. At-Tanzil, artinya yang diturunkan. Nama ini Allah gunakan dalam firmanNya berikut
ini.
Artinya: “Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam“. (QS. Asy Syu’ara’: 192)
3
f. Al-Quran sebagai obat untuk segala penyakit
g. Tuntunan dan hukum untuk umat manusia.
4
4. Pertumbuhan dan Perkembangan ‘Ulum Al-Qur’an
Ada dua fase tumbuh dan berkembangnya ulumul qur’an, yaitu fase sebelum kodifikasi
dan fase setelah kodifikasi.
- Pada fase sebelum kodifikasi, ‘ulum al-Qur’an kurang lebih sudah merupakan benih yang
kemunculannya sangat dirasakan semenjak nabi masih ada. Ditandai dengan kegairahan
para sahabat untuk mempelajari al-Qur’an dengan sungguh-sungguh. Hal ini kemudian
mendorong Ibn Taimiyyah untuk mengatakan bahwa nabi sudah menjelaskan apa-apa
yang menyangkut penjelasan Al-Qur’an kepada para sahabatnya.
- Pada fase setelah kodifikasi hanya al-Qur’an lah satu-satunya yang telah dikodifikasi.
Perkembangannya sebagai berikut:
a. perkembangan al-Qur’an pada abad II H, abad ini adalah abad dimana penyusunan
ilmu-ilmu agama.
b. perkembangan ‘ulum al-qur’an pada abad III H, pada abad ini para ulama menyusun
tafsir dan ilmu tafsir.
c. perkembangan ‘ulum al-qur’an pada abad IV H, pada abad ini mulai disusun Ilmu
Gharib Al-Qur’an.
d. perkembangan ‘ulum al-qur’an pada abad V H, pada abad ini disusun Ilmu I’rab Al-
Qur’an dalam satu kitab.
e. perkembangan ‘ulum al-qur’an abad VI H, para ulama menyusun Ilmu mubhamat al-
Qur’an.
f. perkembangan ‘ulum al-qur’an abad VIII H, pada abad ini munculah ulama yang
menyusun ilmu-ilmu baru sedang penulisan kitab al-Qur’an berjalan.
g. perkembangan ‘ulum al-qur’an abad IX dan X H, pada abad ini perkembangan ulumul
qur’an berada dipuncak kesempurnaannya.
i. perkembangan pada abad XIV H, penyusunan kitab-kitab yang membahas al-Qur’an
dari berbagai segi.
5
II. EFISTIMOLOGI ‘ULUM AL-QUR’AN
A. WURUD
1. Nuzul Al-Qur’an
(32). َو َقاَل اَّلِذ يَن َك َفُر وا َلْو اَل ُنِّز َل َع َلْيِه اْلُقْر آُن ُج ْم َلًة َو اِح َد ًةۚ َك َٰذ ِلَك ِلُنَثِّبَت ِبِه ُفَؤ اَدَكۖ َو َر َّتْلَناُه َتْر ِتياًل
)33(َو اَل َيْأُتوَنَك ِبَم َثٍل ِإاَّل ِج ْئَناَك ِباْلَح ِّق َو َأْح َس َن َتْفِس يًر ا
Artinya : berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?"; Demikianlah untuk memperteguhkan hatimu (Muhammad)
dengannya, dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang
6
kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan
kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.Q.S. (25): 32-33.
- Hikmah diturunkannya secara berangsur-angsur
a. untuk memantapkan hati nabi
b. menentang dan melemahkan para penentang al-Qur’an
c. memudahkan untuk dihapal dan dipahami
d. mengikuti setiap kejadian dan melakukan penahapan dalam penetapan syari’at.
e. membuktikan bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah SWT.
َع َّلَم اِأْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْم، اَّلِذ ي َع َّلَم ِباْلَقَلِم، اْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَأْلْك َر ُم، َخ َلَق اِأْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍق،اْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ي َخ َلَق
Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu paling mulia. Yang mengajar
manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya
(manusia tersebut).” (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5)
- اْلَيْو َم َأْك َم ْلُت َلُك ْم ِد يَنُك ْم َو َأْتَمْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتي َوَرِض يُت َلُك ُم اِإْل ْس الَم ِد يًنا
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian diin kalian, telah Kucukupkan
kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai diin kalian.” (QS. Al-
Maaidah [5]: 3)
Yang dimaksud turun dengan tujuh huruf adalah tujuh bahasa (dialek) dari bahasa-bahasa
Arab dalam satu makna. Seperti kata َعِّج ْل, َهُلَّم, َتَعال, َأْقِبْلdan َأْس ِر ْعyang lafazh-lafazh tersebut
sekalipun berbeda namun maknanya adalah sama (yaitu kemari).
7
2. Asbab Nuzul Al-Qur’an
- Menurut Az-Zarqani, asbab nuzul al-Qur’an adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta
ada hubungannya dengan turunnya ayat al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat
peristiwa itu terjadi.
- Menurut Ash-Shabuni, asbab nuzul al-Qur’an adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan
peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau
kejadian yang berkaitan denngan urusan agama.
- Shubhi shalih, menurutnya asbab nuzul al-Qur’an adalah sesuatu yang menjadi sebab
turunnya satu atau beberapa ayat al-Qur’an terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai
respon atasnya.
- Mana’ Alqathan, asbab nuzul al-Qur’an adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan
turunnya al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu
kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.
8
c. Dua riwayat sama-sama shahih dan tidak dapat dirajihkan salah satunya, tetapi dapat
dikompromikan dengan jalan bahwa dua riwayat itu sama-sama menjelaskan asbab al-
nuzul dan ayat tersebut diturunkan setelah dua peristiwa yang disebutkan terjadi
d. Dua riwayat sama-sama shahih, tetapi tidak ada perajihnya.
9
4. Penulisan (Rasm) Al-Qur’an
10
- Badal, penggantian.
- Washl dan Fashl, penyambungan dan pemisahan.
- Kata yang dapat dibaca dua bunyi.
C. Qira’at Al-Qur’an
Qira’at menurut bahasa berasal dari kata qara’a yang artinya membaca. Ada tiga unsur
yang dapat dikatakan sebagai definisi qira’at tersebut, antara lain:
a. Qira’at berakitan dengan cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan salah seorang
imam dan berbeda dengan cara yang dilakukan imam-imam lainnya.
b. Cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an itu berdasarkan atas riwayat yang bersambung kepada
Nabi.
c. Ruang lingkup perbedaan qira’at itu menyangkut persoalan lughat, hadzat, I’rab, itsbat dan
washl.
11
b. Dasar-Dasar Penetapan Nasikh dan Mansukh
Ada tiga dasar penetapan nasikh dan mansukh, antara lain sbb:
a. Melalui pentransmisian yang jelas dari nabi atau para sahabatnya.
b. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan ayat itu mansukh
c. Melalui studi sejarah.
12
c. Menguji kualitas keimanan mukallaf dengan cara adanya perintah yang kemudian
dihapus.
d. Merupakan kebaikan dan kemudahan bagi umat.
a. Pengertian Munasabah
- Menurut Az-Zarkasyi, munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami.
- Menurut Manna’ Al-Qaththan, munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa
ungkapan didalam suatu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surat didalam
qur’an.
- Menurut Ibn Al’ Arab, munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat al-Qur’an sehingga
seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan
redaksi.
- Menurut Al-Baqa’I, munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mnegetahui alasan-
alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian al-Qur’an, baik ayat dengan ayat,
maupun surat dengan surat.
13
b. Ia memudahkan orang dalam memahami makna ayat atau surat, sebab penafsiran Al-
Qur’an dengan ragamnya (Bil Ma’tsur dan Bir- Ra’yi) jelas membutuhkan pemahaman
korelasi (munasabah) antara satu ayat dengan ayat yang lain. Akan fatal akibatnya bila
penafsiran ayat dipenggal-penggal sehingga menghilangkan keutuhan makna.
B. DILALAH
2. Nash, ialah lafadz yang menunjuk kepada suatu makna yang dikehendaki baik oleh lafadz itu
sendiri maupun oleh siyaqul kalam dan ia masih dapat dita’wilkan, ditafsirkan dan di naskah
dimasa Rasulullah SAW.
3. Mufassar ialah lafadz yang menunjuk kepada makna sebagaimana dikehendaki oleh shighat
lafadz itu sendiri dan siyaqul kalam, tetapi ia tidak dapat dita’wilkan dan ditafsirkan selain oleh
syari’.
4. Muhkam, ialah lafadz yang menunjuk kepada makna sebagaimana dikehendaki oleh sighat
lafadz itu dan siyaqul kalam. Akan tetapi ia tidak dapat dita’wilkan, ditafsirkan dan di naskah
pada saat Rasulullah SAW masih hidup.
Khafiyud Dalalah
1. Ta’rif, yang dimaksud dengan khafiyud dalalah ialah lafadz yang penunjukannya kepada
makna yang dikehendaki bukan oleh shighat itu sendiri, akan tetapi karena tergantung kepada
sesuatu dari luar lantaran adanya kekaburan pengertian pada lafadznya.
14
Ialah lafadz yang shighatnya sendiri tidak menunjukkan kepada makna yang dikehendaki.
Akan tetapi, harus ada qorinah dari luar agar menjadi jelas apa yang dikehendakinya.
c. Mujmal
Mujmal ialah lafadz yang shighatnya sendiri tidak menunjukkan makna yang dikehendaki
dan tidak pula didapati qarnah lafdziyah (tulisan) atau keadaan yang menjelaskannya.
d. Mutasyabih
Mutasyabih ialah lafadz yang shighatnya sendiri tidak menunjukkan kepada makna yang
dikehendakinya dan tidak didapati pula qarinah-qarinah dari luar yang menjelaskannya.
Status atau kedudukan dalalah dalam Al-Qur’an yaitu sebagai penjelas antara dalil Qth’i
dan Dzanni. Dengan kita mempelajari tentang Dalalah, maka kita bisa mengerti makna dalam
Al-Qur’an secara detail. Karena kita membaca saja belum tentu bisa memahami maknanya, tapi
kita mempelajari tentang tingkatan dalalah ini maka kita bisa mengerti dari makna kandungan
nash tersebut.
1. Bagian yang tak ada jalan mengetahuinya, seperti waktu terjadi, keluar binatang dari bumi dan
yang sepertinya.
3. Bagian yang terakhir, bagian yang terletak antara dua urusan itu yang hanya diketahui oleh
sebagian ulama yang rasikh ilmunya, tidak diketahuinya oleh sebagian yang lain.
15
2. Uslub Al-Qur’an
a. Fawatih As-Suwar
Fawatih Suwar atau pembuka surat sering disebut huruf Al-muqothatha’ah atau huruf
yang terpotong-potong, menurut As-Suyuti, tergolong dalam ayat mutsyabih. Itulah sebabnya
banyak telaah tafsir untuk mengungkapkan rahasia yang terkandung didalamnya.
Adapun bentuk redaksi fawatih as-suwar didalam Al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Terdiri atas satu huruf, terdapat pada sepuluh tempat: surat shad (38): 1 yang diawali huruf
shad; surat Qaf (50):1 diawali huruf qaf; surat Al-Qalam (68);1 yang diawali huruf nun.
b. Terdiri atas dua huruf, terdapat pada sepuluh tempat: Surat Al-Mukmin (40):1; surat
Fushillat (41):1; surat Asy-Syuara (42):1; surat Zukhruf (43):1; surat Ad-Dukhan (44):1;
surat Al-Jatsiyyah (45):1; dan surat Al-Ahqaf (46):1 yang diawali huruf ha mim, surat thaha
(20):1 yang diawali huruf tha ha; surat An-Naml (27):1 yang diawali huruf tha sin; surat Yaa
Siin (36):1 yang diawali huruf ya sin.
c. Terdiri atas tiga huruf, terdapat pada tigabelas tempat: Surat Al-Baqarah (2):1; surat Ali
Imraan (3):1; surat Al-Ankabut (29):1; surat Ar-Rum (30):1; surat Luqman (31):1; surat As-
Sajdah (32):1 yang diawali huruf alim lam mim; surat Yunus (10):1; surat Hud (11);1 surat
Yusuf (12):1; surat Ibrahim (14):1; surat Al-Hijr (15):1 yang diawali huruf alim lam ra; surat
Asy-Syuara (26):1; surat Al-Qhashash (28):1 yang diawali huruf tha sin mim.
d. Terdiri atas empat huruf, terdapat pada dua tempat: surat Al-A’raf (7):1 yang diawali
huruf alim lam mim shad dan surat Ar-Rad (13):1 yang diawali huruf alif lam mim ra.
e. Terdiri dari lima huruf, terdapat pada satu tempat: Surat Maryam (19):1 yang diawali
huruf kaf ha ya ‘ain shad.
16
2. Muqsam Bih
3. Muqsam Alaih
Sumpah (qasam) dalam ucapan sehari-hari merupakan salah satu cara untuk menguatkan
pembicaraan yang diselingi dengan pembuktian untuk mendorong lawan bicara agar bisa
menerima atau mempercayai.
17
d. Ilmu Jadal Al-Qur’an
Secara etimologi, Jadal atau Jidal dalam bahasa Arab dapat dipahami sebagai
”perbantahan dalam suatu permusuhan yang sengit dan berusaha memenangkannya.”
Sedangkan secara terminologi, jadal adalah saling bertukar pikiran atau pendapat dengan
jalan masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran atau
pendapatnya dalam suatu perdebatan yang sengit (Hasbi, 2009:121).
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah dalam rangka penetapan dan
pembenaran aqidah dan qaidah syari’ah dari persoalan-persoalan yang dibawa dan dihadapi
para Rasul, Nabi dan orang-orang shaleh.
2. Sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang dapat mematahkan dakwaan dan pertanyaan-
pertanyaan yang muncul di kalangan umat manusia, sehingga menjadi jelas jalan dan
petunjuk ke arah yang benar.
3. Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin tahu, ingin
mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional, atau melalui ibarat maupun melalui
do’a.
4. Untuk menangkis dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir yang sering
mengajukan pertanyaan atau permasalahan dengan jalan menyembunyikan kebenaran.
pelajaran berharga dari kisah tersebut dan membuktikan kebenara Al-Qur’an. Selain itu juga ada
18
c. Menerangkan bahwa semua agama itu dasarnya satu dan semuanya dari Tuhan Yang Maha
Esa
d. Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan
e. Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad saw
dengan agama nabi Ibrahim a.s secara khusus. Dengan agama-agama bangsa Israil pada
umumnya dan menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada hubungan umum antara
semua aga
3. Tafsir Al-Qur’an
a. Pengertian Tafsir
Tafsir Al-Qur'an adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang
bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan),
menjelaskan tentang arti dan kandungan Al Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak
di pahami dan samar artinya, dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan bukan
hanya pengetahuan bahasa Arab saja tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang
menyangkut Al-Qur'an dan isinya.
19
Berdasarkan pengertian etimologi ra’yi berarti keyakinan (I’tikad), analogi
(qiyas), dan ijtihad. Dan ra’yi dalam terminologi tafsir adalah ijtihad.
- Tafsir Bil Isari
Kata al-isyarah adalah sinonim muradif dengan kata al-dalil yang berarti tanda,
petunjuk, isyarat, signal, perintah, panggilan, nasehat dan saran. Sedangkan yang
dimaksud dengan tafsir bil isyari adalah mentakwilkan Al-Qur’an dengan
mengesampingkan makna lahirnya karena ada isyarat tersembunyi yang bisa disimak
oleh orang-orang yang memiliki ilmu tasawwuf.
20
atau topik atu sektor, sehingga tafsir maudhu’i berarti penjelasan ayat-ayat Alquran yang
mengenai satu judul/topik/sektor pembicaraan tertentu.
d. Kaidah-Kaidah Penafsiran
Kaidah Tafsir adalah sebagai pedoman dasar yang digunakan secara umum guna
mendapatkan pemahaman atas petunjuk-petunjuk Al-Qur’an. Oleh karena itu penafsiran
merupakan suatu aktivitas yang senantiasa berkembang. Kaidah-kaidah penafsiran akan lebih
tepat jika dilihat sebagai prosedur kerja.
Kaidah-kaidah umum penafsiran Al-Qur’an, sebagai berikut :
1. Tafsir bi al ma’tsur yang di sebut juga tafsir riwayah atau tafsir manqul. Yaitu tafsir yang
ulama
2. Tafsir bi al-ra’yi disebut juga tafsir dirayah yaitu tafsir yang menjelaskan ayat-ayat alquran
21
4. Ijaz Al-Qur’an
1) Susunan suara kata-kata yang digunakan Al-Qur’an terasa lembut dan indah diucapkan.
2) Bahasa Al-qur’an dapat diterima oleh semua lapisan manusia baik orang awam maupun kaum
cendekiawan.
3) Sejalan dengan akal sehat dan dapat menyentuh perasaan, artinya Al-Qur’an mampu memberikan
doktrin kkepada akal dan hati saubari.
22
4) Secara utuh keindahan sajian Al-Qur’an serta susunan keindahan bahasanya tak ubahnya suatu
bingkai yang dapat memukau akal dan mumusatkan tanggapan serta perhatiannya tentu bagi
orang yang memperhatikannya.
23