Anda di halaman 1dari 12

DEFINISI AL-QUR’AN DAN WAHYU

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“STUDI AL-QUR’AN DAN HADITS”

Dosen pengampu :

NUR AZIZ MUSLIM, M.H.I.

Disusun oleh kelompok 1 :


1. Kharisma Putri Aprilia (1860403221009)
2. Nur Maya Karin (1860403221037)
3. Muhammad Fahrizal Firdaus (1860403221030)
4. Selfea Dewi Astati (1860403221020)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2022
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..................................................................................................... i

Daftar isi ..................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................... 2

A. Definisi Al-Qur'an dan Wahyu ...................................................................... 2


B. Sejarah turunnya Al-Quran............................................................................. 3
C. Sebab-sebab turunnya Al-Quran ................................................................... 5
D. Hikmah turunnya Al-Quran ........................................................................... 7

BAB III : PENUTUPAN ....................................................................................... 9

Kesimpulan ......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Setiap ajaran tentunya terdapat hukum-hukum yang mengikat para
pemeluknya. Dalam agama Islam, terdapat beberapa sumber hukum yang
mengatur tindak-tanduk pemeluknya (muslim) dalam kegiatannya menjadi
seorang hamba dan khalifah di Bumi. Sumber hukum Islam merupakan dasar
utama untuk mengambil istinbat hukum. Oleh karenanya segala sesuatu yang
menjadi pokok permasalahan haruslah berdasarkan pada sumber hukum
tersebut. Sumber hukum pertama adalah Al-Qur'an yaitu wahyu atau
kalamullah yang sudah dijamin keontentikannya dan juga terhindar dari
intervensi tangan manusia. Sehingga dengan penyucian tersebut meneguhkan
posisi Al-Qur'an yang utama. Oleh karena itu, sebagai sumber utama
hendaklah ia memiliki sifat dinamis, benar, dan mutlak. Sudah selayaknya jika
Al-Qur'an , benar, dan mutlak. Dinamis dalam arti Al-Qur'an manapun, dan
kapanpun, serta kepada siapapun. Kebenaran Al-Qur'an dengan realita atau
fakta yang terjadi sebenarnya,tidak diragukan kebenarannya serta tidak akan
terbantahkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Al-Quran dan Wahyu?
2. Bagaimana sejarah tentang turunnya Al-Quran?
3. Apa saja sebab-sebab turunnya Al-Quran?
4. Apa saja hikmah turunnya Al-Quran?

C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi Al-Qur'an
2. Untuk memahami sejarah turunnya Al-Quran
3. Untuk memahami sebab-sebab turunnya Al-Quran

1
4. Untuk memahami hikmah turunnya Al-Quran
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI AL-QUR’AN DAN WAHYU

Al-Qur’an, terdapat perbedaan pendapat dari para pakar bahasa arab mengenai asal
usul kata Al-Qur’an dalam penulisan dan bacaannya. Dari pendapat tersebut dibagi atas 2
kelompok, kelompok pertama yaitu para ulama ahli bahasa mengatakan bahwa Al-Qur’an
adalah isin 'alam (kata nama) yang tidak diambil dari kata apapun. Mengingat nama tersebut
merupakan nama khusus yang diberikan oleh Allah untuk kitab-Nya yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Seperti halnya nama zabur taurat dan injil yang diturunkan
kepada Nabi Dawud, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Kelompok kedua, sebagian ulama menduga
bahwa kata Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, al qar’a, al qarya yang artinya menghimpun,
mengumpulkan, juga kampung (kumpulan rumah rumah). Dan sebagiannya lagi
menyatakan bahwa kata Al-Qur’an diambil dari kata qara’in (bentuk jamak dari kata
qorinah yang berarti indikator). 1

Dari perbedaan pendapat yang telah dikemukakan para ahli ilmu Al-Qur’an
berasumsi bahwa kata Al-Qur’an diambil dari kata qara’a-uaqra’u-qira’atan-a qur'anan yang
secara harfiah berarti bacaan. 2

Al-Qur’an adalah wahyu atau kalam allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan disampaikan melalui malaikat jibril dalam bentuk lafal dan bahasa arab. 3 Nabi
Muhammad menerima Al-Qur’an dari Allah dan diperintahkan untuk disampaikan kepada
umatnya sebagai pedoman hidup.

Wahyu secara terminologis adalah pengetahuan yang diperoleh dan diyakini bahwa
pengetahuan itu datang dan berasal dari Allah, baik melalui perantara suara atau tanpa suara
maupun tanpa perantara.4

1
Ahmad Izzan. Tafakur. Ulumul Qur’an hlm. 27
2
Ibid, hlm 28
3
Ibid, hlm 29-30
4
Ibid, hlm 42
2
Wahyu yang dikaruniakan allah kepada manusia ada 3 macam :

1. Pewahyuan (menurunkan wahyu). Wahyu adalah kebenaran yang disampaikan ke dalam


kalbu atau jiwa seseorang tanpa terlebih dahulu timbul pikiran kebenaran menjadi sesuatu
yang terang benderang bagi yang bersangkutan. Wahyu tidaklah sama dengan ilham
ataupun hasil meditasi karena merupakan kebenaran yang tidak mengandung keraguan.
Wahyu jenis ini sangat terikat erat dengan para nabi, setelah menerima wahyu, para nabi
mempunyai kepercayaan yang sangat penuh bahwa yang diterimanya berasal dari Allah.
Contohnya adalah wahyu yang diterima oleh Nabi Ibrahim mengenai masalah
penyembelihan putranya (Nabi Ismail).
2. Mendengar suara dari belakang tirai, yakni kalam Allah yang disampaikan olehnya kepada
seorang nabi dari belakang hijab atau tabir, seperti ketika Allah memanggil Nabi Musa dari
belakang sebuah pohon dan Nabi Musa mendengar panggilan Allah itu. Atau wahyu yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau di isra mi’raj kan oleh Allah.
3. Perantara malaikat pembawa wahyu (Malaikat Jibril), yakni pekabaran dari Tuhan,
disampaikan Allah kepada seseorang melalui urusan atau malaikat yang mengemban
risalah yaitu Malaikat Jibril dengan kata-kata yang diucapkan ini merupakan bentuk wahyu
yang paling tinggi. Pemberian wahyu dengan cara ini hanya terbatas bagi para rasul yang
ditugaskan mengemban risalah Tuhan untuk disampaikan kepada manusia.5

B. SEJARAH TURUNNYA AL-QUR’AN

Nuzulul Qur’an, Tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan merupakan hari dimana umat
Islam memperingati hari turunnya Al-Qur’an. Namun, tidak ada nash Al-Qur’an yang
menunjukan dengan detail bahwa Al-Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan.6 Namun
masih dijumpai ayat-ayat yang mempunyai makna tersirat menjelaskan tentang turunnya Al-
Qur’an, seperti :

5
Ahmad Izzan. Tafakur. Ulumul Qur’an hlm 43
6
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Quran, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009, h : 9
3
1. Q.S. Al-Qadr:1

‫إناأنزلنه في ليلة القدر‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan”. (Q.S.


Al-Qadr : 1)

2. Q.S. Al-Baqarah : 185

.‫شهر رمضان الذي ُأنزل فيه القرأن هدى للتاس وبينت من الهدى و الفرقان‬

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai


petunjuk manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan batil)”. (Q.S. Al-Baqarah : 185)

Adapun pendapat Ulama’ mengenai masalah ini adalah pendapat yang


dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan sekelompok sahabat lainnya. Pendapat ini
menjelaskan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul
Izzah atau langit dunia pada malam lailatul qadar’ secara sekaligus. Dan diturunkan
kepada Nabi Muhammad secara bertahap 20 atau 23 atau 25 tahun, sesuai perbedaan
pendapat tentang masa tinggal Rasulullah di Mekkah setelah kenabian.7

Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan jika 17 Ramadhan merupakan saat


pertama kali ayat Al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad ketika masih berada di
Mekkah, tepat 17 Ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran nabi yang diturunkan secara
bertahap kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril.8

C. SEBAB-SEBAB TURUNNYA AL-QUR’AN

1. Sebab-sebab turunnya Al-Qur’an


7
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Quran, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009, h : 10
8
Ibid, h : 14
4
Untuk lebih memahami Al-Qur’an, perlu diketahui latar belakang atau asbabun
nuzulnya. Dengan mengetahui asbabun nuzul ayat-ayat Al-Qur’an kita akan lebih mudah
memahami arti dan makna ayat-ayat itu. Dengan demikian, sebab turunnya ayat itu
karena adanya suatu situasi dan kondisi yang menuntut diturunkannya Al-Qur’an.

Berikut ini sebab diturunkannya Al-Qur’an:

a) Bila dulu terjadi suatu peristiwa yang baru atau belum ada peristiwa yang muncul
sebelumya, maka turunlah Al-Qur’an yang mengenai peristiwa tersebut.
b) Bila rosulullah ditanya tentang sesuatu hal maka turunlah ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan atau menerangkan hukumnya.
c) Sebab Teologis. Pada masa pra-islam, masyarakat arab masih menyembah berhala
atau politeisme. Maka dari itu Al-Qur’an diturunkan untuk mengembalikan
masyarakat pada kepercayaan ajaran tauhidnya, meng-Esakan allah. Pada kasus ini
bias dicermati didalam surah Al-Ikhlas, bahwa allah sebagai tuhan tidak beranak dan
tidak diperanakkan.
d) Sistem sosial yang kacau. Masyarakat arab saat itu tidak mengenal system kesetaraan,
apalagi keadilan. Bagi merekan siapa yang kuat bias menjadi pemimpin atau siapa
yang kaya bias berkuasa. Kebanyakan masyarakat badui yang hidupnya berada
diposisi menengah kebawah, karena profesinya bergantung dengan alam. Sedangkan
masyarakat urban (kota) berada pada posisi menengah ke atas, karena mayoritas
profesi masyarakat kota ini sebagai pedagang yang cenderung tidak terlalu
terpengaruh oleh perubhan kondisi alam. Akibatnya, banyak masyarakat arab saat itu
yang tidak diuntungkan secara system sosial. Turunnya Al-Qur’an juga sebagai upaya
untuk membenahi system sosial ini agar tidak timpang.

2. Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul

Suatu hal yang perlu kita ingat mengenai asbabun nuzul adalah, bahwa walaupun suatu
ayat telah diturunkan karena sebab atau peristiwa tertentu yang berkenaan dengan

5
seseorang tertentu pula, namun hukum yang terkandung didalamnya itu tetap berlaku
secara umum untuk semua orang asal ayat tersebut bersifat umum.

Berikut ini faedah-faedah memahami asbabun nuzul:

a) Membantu seseorang dalam memahami kandungan ayat dan menghindarkan kesulitan


yang ada didalam ayat.
b) Memberikan pemahaman yang tepat bahwa hukum yang dibawa oleh ayat itu adalah
khusus untuk memberi penyelesaian peristiwa atau pernyataan yang menjadi sebab
turunnya ayat tersebut.
c) Membantu memudahkan penghafalan dan pemahaman serta melekatkan ayat-ayat
yang bersangkutan dalam hati orang-orang yang mendengarnya, bila ayat-ayat itu
dibacakan.
d) Dapat mengetahui hikmah (ilmu) allah dengan yakin mengenai segala hal yang
disyariatkan melalui ayat-ayat yang diturunkan.

6
D. HIKMAH DITURUNKANNYA AL-QUR’AN

Kitab suci Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW secara
berangsur-angsur dalam dua periode (Makkah dan Madinah). Periode Makkah (610-622M)
di mulai pada malam 17 Ramadhan tahun 41 dari Milad Nabi sampai dengan 1 Rabi’ al-
Awwal tahun 54 dari Milad Nabi (12 tahun 5 bulan 13 hari).
Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu kemudian di sebut ayat-ayat Makkiyah
yang berjumlah 4.726 ayat dan terdiri atas 89 surat. Sedangkan periode Madinah (622-632
M) dimulai tanggal 1 Rabi’ al-Awwal tahun 54 sampai dengan 9 Dzulhijjah tahun 63 dari
Milad Nabi atau bertepatan dengan tahun ke-10 Hijriah (9 tahun 9 bulan 9 hari). Jadi total
lama kedua periode tersebut adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Ayat-ayat yang turun
dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25
surat.9

Hikmah diturunkannya Al-Qur’an :


1. Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW dalam menerima dan menyampaikan
kalam Allah kepada umat manusia. Dalam melaksanakan tugasnya, Rasulullah sering
menghadapi hambatan dan tantangan. Di samping itu dapat juga menghibur hati beliau
pada saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orang-orang kafir.
2. Mukjizat bagi Nabi untuk menjawab dan mematahkan tantangan orang-orang kafir.
Sering kali mereka (orang kafir) mengajukkan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud
melemahkan dan menantang juga menguji kenabiaan Rasulullah. Mereka pernah
menyakan tentang kiamat kapan datangnya.
3. Memudahkan Nabi dalam menghafal lafadz Al-Qur’an, mengingat Al-Qur’an bukan
sya’ir atau prosa tetapi Kalam Allah yang sangat berbobot isi maknanya sehingga
memerlukan hapalan dan kajian secara khusus. Dan untuk membacanya kepada umat
serta menjelaskan dan memberikan contoh-contoh pelaksaannya. Jika Al-Qur’an
diturunkan sekaligus tentu akan memberatkan Nabi jika harus membacakan dan
menjelaskannya.,

9
Mohammad Gufrondan Rahmawati, Ulumul Qur’an: Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Teras,
2013)
7
4. Memudahkan umat pada masa itu untuk menghafal, mencatat dan memahami Al-
Qur’an. Turunnya Al-Qur’an secara berangsur memudahkan nabi untuk menghafal dan
memahaminya, terutama Nabi sangat takut apabila Al-Qur’an tidak menetap di hatinya.
Hal ini berdampak positif bagi umatnya, karena pada masa nabi menulis dan membaca
sangat langka.
5. Untuk memberi kesempatan sebaik-baiknya kepada umat Islam untuk meninggalkan
sikap mental atau tradisi-tradisi jahiliyah yang negatif secara berangsur-angsur.
6. Menjawab problematika masyarakat. Hal ini menerangkan apa-apa yang di butuhkan
masyarakat sesuai dengan kondisi dan problem yang mereka hadapi.
7. Mengetahui Nasikh dan Mansukh dalam ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum.
8. Memberikan pengaruh yang besar dalam proses dakwah Islam dan pembentukan umat.
Pada periode Mekkah diturunkan lebih dahulu ayat-ayat yang berhubungan dengan
Tauhid dan keadilan sosial. Barulah pada periode Madinah di turunkan ayat-ayat
tentang hukum dalam berbagai aspek kehidupan, baik hukum keluarga, harta benda,
pidana dan pemerintahan. Ayat-ayat hukum pun di turunkan secara bertahap sesuai
dengan kondisi masyarakat pada waktu itu.10

10
Supiana & Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002)
8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur'an merupakan sumber ilmu yang berisi kalam atau wahyu allah yang khusus
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pedoman bagi manusia yang apabila
membacanya termasuk ke dalam ibadah. Sebagian besar Al-Qur'an adalah tentang Tuhan,
sifat-sifat-Nya dan hubungan manusia dengan-Nya, serta pembawa kabar baik bagi orang-
orang beriman dan peringatan bagi orang-orang kafir. Wahyu tersebut berisi pengetahuan
yang langsung berasal dari allah sehingga hukum dan isinya bisa dipastikan benar.
Sedangkan Hadits merupakan sumber hukum kedua bagi umat Islam setelah Al-Qur'an
sebagai sumber utama, hadits juga sebagai pedoman hukum serta ajaran-ajaran yang
terdapat dalam Al-Qur’an.Haditsadalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum
Muslimin) yang kedua setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-
Qur’an sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits
juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai
sumber hukum Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2009. Pengantar Ulumul Quran. Bandung : CV Pustaka Setia.

Izzan, Ahmad. Tafakur. Ulumul Qur’an.

Rahmawati, Mohammad Gufrondan. 2013. Ulumul Qur’an : Praktis dan Mudah. Yogyakarta :
Teras.

Supiana & Karman. 2002. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Hidayah.

Anda mungkin juga menyukai