ULUMUL QUR’AN
“NUZULUL QUR’AN”
DI SUSUN OLEH :
DHERIL ARIANGGA
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami kesehatan dan kelancaran
sehingga makalah ini selesai. Tak lupa sholawat serta salam teriring untuk Nabi
Besar kita yakni Habibana Wanabiana Muhammad SAW. Makalah ini kami susun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tahsin Al-quran yang bertema
“Tingkatan Bacaan Al-Qur’an Dan Lahn (Kesalahan)”.
Makalah ini sesungguhnya masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu kami
mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga Allah SWT mencatatnya
sebagai amal shalih dan memberi manfaat untuk kita semua. Amin
yarabbal’alamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu yang sangat dibanggakan oleh umat Islam dari dahulu hingga
sekarang adalah keontetikan Al Quran yang merupakan warisan islam terpenting
dan paling berharga yang tidak akan berubah dan akan selalu dijaga keasliannya.
Untuk mendapatkan jaminan keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup
di dunia maupun di akhirat adalah melalui Al Quran. Oleh karena itu, semua umat
Islam harus berusaha belajar mengenal, membaca, mempelajari, dan
mengamalkan isi kandungan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana
Firman Allah SWT dalam QS. Al Hijr ayat 9: Artinya: “Sesungguhnya kamilah
yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya”.
(QS. Al Hijr: 9) Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk mempelajari Al
Quran dan mempelajarinya kepada generasi muslim selanjutnya. Karena di dalam
Al Quran terdapat kebahagiaan bagi manusia di dunia dan di akhirat, belajar Al
1
Quran dan mengajarkannya. Kaum muslimin, semenjak zaman Rasulullah
SAW, telah mengetahui pentingnya anjuran (mempelajari dan mengajarkan Al
Quran) ini. Maka mereka bersungguh-sungguh dalam membaca, menghafal,
memahami Al Quran dan mempraktikkan hukum-hukum yang dikandungnya.
Kemudian mereka mengajarkannya kepada selain mereka, dari kalangan Arab
ataupun kalangan asing. Dari usia anak-anak hingga dewasa. Di era ini,
masyarakat muslim secara khusus, orang tua, ulama, guru dituntut untuk memiliki
sifat isfag (sikap peduli, khawatir, dan prihatin terhadap kondisi dan dunia anak-
anak) sebagai generasi penerus.
Hal ini bertujuan untuk mengarahkan mereka akan sebuah keyakinan 3 bahwa
Allah SWT adalah Rabb (Tuhan) mereka dan Al Quran adalah
firmanNya,sehingga ruh Al Quran dapat bersemayam pada jiwa mereka,
cahayanya bersinar dalam mereka, indra mereka dan agar mereka menerima
akidah Al Quran sejak kecil dan tumbuh pikiranya, intelektualitas menjadi dewasa
atas kecintaan terhadap Al Quran.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Secara etimologis Nuzulul Qur’an terdapat dua kata yaitu kata Nuzul dan Al-
Qur’an. Pada dasarnya ”Nuzul” itu mempunyai arti turunnya suatu benda dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedangkan Al-Qur’an yaitu firman
allah yang telah diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW
dan membacanya adalah ibadah.
Kata Nuzul memiliki beberapa pengertian. Menurut Ibn Faris, kata Nuzul
berarti hubuth syay wa wuqu’uh, turun dan jatuhnya sesuatu.1 Sedangkan
ٍّ ُ الهُبُوْ طُ ِم ْن ُعل, meluncur
menurut al-Raghib al-Isfahaniy, kata Nuzul berarti ق اِلَى َس ْف ٍل
atau turun dari atas ke bawah.2 Menurut al-Zarqoni, kata Nuzul di ungkapkan
dalam penuturanya yang lain untuk pengertian perpindahannya sesuatu dari atas
ke bawah.3
Di dalam hubungannya dengan pembahasan Nuzulul Qur’an ini, kata MF. Zenrif
di dalam bukunya yang berjudul sintesis paradigma studi al-Qur’an, ada juga
pendapat yang memberikan alternatif dari problem teologis dengan memberikan
pengertian majaziy dari kata nuzul. Dalam hal ini nuzul diartikan penampakan al-
Qur’an ke pentas bumi pada waktu dan tempat tertentu. Memang menurut
pandangan ini al-Qur’an bersifat Qodim, dalam pengertian sudah ada sebelum
adanya tempat dan waktu, akan tetapi keberadaanya ketika itu belum diketahui
atau hadir di pentas bumi. Ketika al-Qur’an pertama kali diterima Nabi saw,
ketika itu pula al-Qur’an menampakan diri. Oleh karenanya, inna anzalnahu fi
lailat al-qodr mempunyai pengertian: “sesungguhnya kami memulai
memperkenalkan kehadiran al-Qur’an pada malam al-Qodr”4
1
Abi al-Hussein Ahmad Ibn Faris ibn Zakariya, Maqoyis al-Lughoh (Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-
Malayyin, t.t.), hlm.342. (https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/).
Muhammad ‘Abd al-‘Azrqoni, Mahahil Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid I (Beirut: Darul-Fikr,
1988), hlm. 41. (https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/).
2
3
B. Sejarah Nuzulul Qur’an
malam Nuzulul Quran merupakan malam di mana pertama kali kitab suci Alquran
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sejarah Nuzulul Quran ini jatuh pada
malam 17 Ramadan. Di mana, malaikat jibril mengirimkan wahyu kitab suci
Alquran kepada Nabi Muhammad di Gua Hira, ayitu sekitar 5 km dari kota
Makkah. Dikatakan bahwa Nabi Muhammad menerima wahyu pertama tersebut
saat berusia 40 tahun. Ketika itu, tiba-tiba malaikat Jibril datang, memeluk dan
melepaskan Rasulullah SAW, sambil membawa wahyu yang dititipkan oleh
Allah. Pelukan tersebut dilakukan malaikat Jibril sebanyak tiga kali, sambil
berkata “Iqra!” yang artinya “Bacalah!”
Kemudian Rasulullah menjawab, “Aku tidak mengenal bacaan.”
Lalu malaikat Jibril melanjutkan dengan membaca surat Al Alaq ayat 1-5
yang berbunyi,
Dalam sejarah Nuzulul Quran, juga diceritakan bahwa sebelum menerima wahyu
berupa Alquran, Nabi Muhammad SAW telah mendapatkan beberapa tanda atau
petunjuk dari Allah. Di antara tanda tersebut adalah berupa mimpi. Rasulullah
4
bermimpi kemudian terjadi suatu peristiwa di kehidupan nyata yang sama persis
dengan mimpi yang dialami Rasulullah.
Sebagian ulama berpendapat bahwa surat Alquran yang pertama kali turun secara
lengkap adalah Surat Al Muddatstir. Sedangkan ayat yang pertama kali turun
secara lengkap adalah Surat Al Alaq ayat 1 – 5 seperti yang diucapkan malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Meski begitu, terdapat beberapa ulama yang berpendapat lain. Di mana sebagian
ulama meyakini wahyu yang pertama kali turun adalah Surat Al Fatihah yang
didukung dengan riwayat munqathi. Sementara sebagian ulama lainnya
berpendapat bahwa wahyu Allah yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, adalah bacaan basmalah (bismillahir rahmanir rahim) karena
basmalah merupakan awal setiap surat Alquran.
Dalam hal ini, adanya perbedaan pendapat ulama memang tak dapat dipungkiri.
Sebab, setiap orang dapat menafsirkan hal yang berbeda sesuai dengan hadist
riwayat dan sumber lain yang dipakai. Sehingga tidak dapat dikatakan, pendapat
mana yang lebih benar dan mana yang salah. Di balik perbedaan pendapat
tersebut, tersirat pesan kebaikan yang didapatkan oleh seluruh umat muslim.
Bahwa Allah telah memerintahkan hamba-Nya untuk membaca ayat-ayat dalam
kitab suci Alquran. Dalam kitab ini terdapat berbagai nilai-nilai kehidupan yang
5
bisa menjadi pedoman dan teladan untuk mendapatkan kehidupan dunia dan
akhirat yang baik.
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Cara_pewahyuan_Al-Qur’an.
6
Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi. Dalam hal ini,
Nabi tidak melihat sesuatu apapun, hanya merasa bahwa wahyu itu sudah
berada di dalam kalbunya. Mengenai hal ini, Nabi mengatakan: Ruhul
Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku (QS. asy-syura).
Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi menjadi seorang lelaki yang
mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga Nabi mengetahui dan dapat
menghafal kata-kata itu.
Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng. Cara ini
dirasakan paling berat bagi Nabi. Kadang pada keningnya berkeringat,
meskipun turunnya wahyu di musim dingin. Kadang unta Baginda Nabi
terpaksa berhenti dan duduk karena merasa berat bila wahyu turun ketika
Nabi sedang mengendarai unta.
Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-
laki, tetapi benar-benar sebagaimana rupa aslinya (QS. an-Najm:13-14).
7
http://hadisoecipto.blogspot.com/2013/07/ulumul-quran-nuzulul-quran.html
7
Buruj tersebut tidak menunjukkan arti berangsur-angsur. Kedua: karena
rahasia/hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur tidak
cocok untuk tanazul tahap pertama tersebut. Dengan demikian turunnnya
Al-Qur’an pada tahap awal, yaitu di Lauh Fahfudz dapat dikatakan secara
sekaligus dan tidak berangsur-angsur.
Hadis riwayat Hakim dari Sa`id Ibn Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi
Muhammad saw bersabda: Al-Qur’an itu dipisahkan dari pembuatannya
lalu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, kemudian mulailah
Malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw.
Hadis riwayat al-Nasa’i, Hakim dan Baihaki dari Ibnu Abbas ra. Beliau
berkata: Al-Qur’an itu diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada
malam Qadar, kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit selama
duapuluh tahun.
8
diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia, kemudian pada tahap ketiga Al-
Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad saw dengan
melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dalam hal ini antara lain tersebut
dalam QS Asy-Syu`ara’ : 193-194, Al-Furqan :32 sebagai berikut:
Artinya : Ia (Al-Qur’an) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan (Asy-Syu`ara’: 193-194).
9
4. Meneguhkan hati nabi Muhammad SAW dengan mencerikan kisah-
kisah nabi sebelumnya10.
Sedangkan manfaat bagi masyarakat arab ketika masa al-Qur’an
diturunkan adalah untuk :
10
Lihat QS. Hud: 120.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
11
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan.
Harapan kami dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita lebih
mengenali al-Qur’an, dan bisa menambah kecintaan kita terhadap al-
Qur’an, Kususnya pada pelajaran ulumul Qur’an nanti kita bisa lebih
menikmatinya dengan nyaman karna telah berkenalan dengan al-Qur’an.
Demi kesempurnaan makalah ini Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para
pembaaca. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
al-‘Azrqoni, Muhammad ‘Abd. 1988. Mahahil Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid I. Beirut:
Darul-Fikr.
ibn Zakariya, Abi al-Hussein Ahmad Ibn Faris. Maqoyis al-Lughoh. Beirut: Dar al-‘Ilm
Li al-Malayyin, t.t.
Zenrif, MF. 2008. Sintesis Paradigma Studi Al-Qur’an. Malang: UIN-Malang Press.
Sumber lain
https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/
http://id.wikipedia.org/wiki/Cara_pewahyuan_Al-Qur’an.
http://hadisoecipto.blogspot.com/2013/07/ulumul-quran-nuzulul-quran.html
12
13
14