Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

NUZULUL QUR`AN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur`an
Dosen Pengampu H. Agus Mukmin. Lc. M.Hum.

Disusun Oleh :
1. Aris Marfenti
2. Duwi Rahayu
3. Fadillah

NAMA PERGURUAN
KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
NUZULUL QURAN. Salawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang
benderang semilir keimanan.
            Tujuan penulisan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk lebih mengkaji dan
memperdalam pengetahuan kita tentang kitab suci Al-Qur’an yang menjadi pedoman umat
manusia selama ini. Disini kami dari kelompok Satu akan membahas tentang Nuzulul Qur’an
yaitu peristiwa turunya Al-Qur’an.
            Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari
para pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya, jikalau di dalam
makalah ini terdapat kebenaran dan kegunaan, semua itu berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala
sebaliknya, kalau di dalamnya terdapat kekurangan dan ketidak smpurnaan semuanya itu karena
kekurangan dan keterbatasan kami sendiri.
            Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak H. Agus Mukmin. Lc. M.Hum
yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengkaji materi ini, semoga kesediaan
tersebut mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.

……., 22 Maret 2023

                                                                                                            Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Al-Qur’an adalah kitab suci kita umat islam dan menjadi sumber ajaran Islam yang
pertama dan utama yang harus kita imani dan aplikasikan dalam kehidupan kita agar kita
memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Didalam al-qur’an sendiri banyak sekali pelajaran
hidup yang dapat kita kaji. Tetapi sebelum kita mempelajari al-Qur’an lebih dalam lagi, alangkah
baiknya kita berkenalan dengan al-Qur’an dahulu yaitu dengan mengetahui tentang turunya al-
Qur’an, bagaimana proses & tahapan al-Qur’an bisa ada di bumi ini, dan apa saja hikmah yang
tekandung didalam turunya al-Qur’an yang bertahap-tahap.
Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana Al Qur`an itu bisa ada di muka bumi ini,
agar menambah keteguhan iman kita kepada kitab Allah SWT dan tetap pada ajaran Islam yang
benar. Apabila kita tidak mengetahui sejarah turunya al-qur’an, maka kecenderungan
mengulangi sejarah seperti masa lalu ketika terjadinya pemalsuan al-Qur’an pada masa-masa
awal Islam akan terjadi lagi. Apalagi mengingat sekarang ini bebas dan maraknya ajaran-ajaran
“sak penake dewe” yang bermunculan. banyak hal yang mesti kita ketahui tentang al-Qur’an.
Dari sinilah makalah ini kami susun dengan harapan agar kita semua semakin mengenali al-
Qur’an, semakin cinta kepada al-qur’an dan semakin memperkaya ilmu pengetahuan kita
khususnya tentang Nuzulul Qur’an.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari nuzulul qur’an?
2. Bagaimana tahap-tahap dan proses turunnya al-qur’an?
3. hikmah apa yang terkandung dalam penurunan al-Qur’an secara berangsur-angsur?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN NUZULUL QUR’AN


Secara etimologis Nuzulul Qur’an terdapat dua kata yaitu kata Nuzul dan Al-Qur’an. .
Pada dasarnya ”Nuzul” itu mempunyai arti turunnya suatu benda dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah. Sedangkan Al-Qur’an yaitu firman allah yang telah diturunkan melalui
malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.
Kata Nuzul memiliki beberapa pengertian. Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti hubuth
syay wa wuqu’uh, turun dan jatuhnya sesuatu1. Sedang menurut al-Raghib al-Isfahaniy, kata
Nuzul berarti ‫ ْف ٍل‬6‫س‬ ٍّ 6ُ‫وطُ ِمنْ ُعل‬6
َ ‫ق اِلَى‬ ْ ُ‫ ال ُهب‬, meluncur atau turun dari atas ke bawah2. Menurut al-
Zarqoni, kata Nuzul di ungkapkan dalam penuturanya yang lain untuk pengertian
perpindahannya sesuatu dari atas ke bawah.3 Nuzulul Qur’an terdiri dari kata nuzul dan Alqur’an
yang berbentuk idafah. Penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Qur’an (turunnya Al-
Quran) tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah berbentuk fisik atau materi.
Tetapi pengertian nuzulul Qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazi, yaitu penyampaian
informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW. dari alam gaib ke alam nyata melalui
perantara malakikat Jibril AS.4
Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqani mentakwilkan kata nuzul dengan kata i’lam
(seperti yang dikutip oleh Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan). alasannya; pertama,
mentakwilkan kata nuzul dengan i’lam berarti kembali pada apa yang telah diketahui dan
dipahami dari yang diacunya kedua, yang dimaksud dengan adanya Al- Quran di Lauh al-
mahfuzh, Baitul ’Izzah dan dalam hati Nabi SAW. juga berarti bahwa Al-Quran telah di-i’lam-
kan oleh Allah pada masing-masing tempat tersebut sebagai petunjuk bagi manusia untuk

1
Abi al-Hussein Ahmad Ibn Faris ibn Zakariya, Maqoyis al-Lughoh (Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-Malayyin, t.t.), hlm.342.
(https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/).
2
Al-Raghib sal-Isfahaniy, al-Mufradat fi aAlfadz Alqur’an al-Karim (Beirut: Darul-Fikr, 1982), hlm.824
(https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/).
3
Muhammad ‘Abd al-‘Azrqoni, Mahahil Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid I (Beirut: Darul-Fikr, 1988), hlm. 41.
(https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/).
4
Lihat Abdul Aziz Dahlan dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I (Cet. I; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 134.
mencapai kebenaran, ketiga, mentakwilkan kata nuzul dengan i’lam hanyalah tertuju pada Al-
Quran semata dengan semua segi dan aspeknya.5
Di dalam hubungannya dengan pembahasan Nuzulul Qur’an ini, kata MF. Zenrif di
dalam bukunya yang berjudul sintesis paradigma studi al-Qur’an, ada juga pendapat yang
memberikan alternatif dari problem teologis dengan memberikan pengertian majaziy dari kata
nuzul. Dalam hal ini nuzul diartikan penampakan al-Qur’an ke pentas bumi pada waktu dan
tempat tertentu. Memang menurut pandangan ini al-Qur’an bersifat Qodim, dalam pengertian
sudah ada sebelum adanya tempat dan waktu, akan tetapi keberadaanya ketika itu belum
diketahui atau hadir di pentas bumi. Ketika al-Qur’an pertama kali diterima Nabi saw, ketika itu
pula al-Qur’an menampakan diri. Oleh karenanya, inna anzalnahu fi lailat al-qodr mempunyai
pengertian: “sesungguhnya kami memulai memperkenalkan kehadiran al-Qur’an pada malam
al-Qodr” 6

2.2 Tahap-tahap dan Proses turunnya al-Qur’an


Menyambung pengertian tentang nuzulul qur’an diatas dalam proses turunnya al-Qur’an
ini sebenarnya pendapat ulama berbeda-beda, tapi secara garis besar dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu:
1. Pendapat pertama menyatakan bahwa al-qur’an diturunkan sekeligus. Pandangan ini
berdasarkan dalil-dalil:
“sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam lailatul qadar”
(QS.Al-Qadar: 1).
“sesungguhnya kami telah menurunkan (al-Qur’an) pada suatu malam yang
diberjahi.” (QS.Al-Dukhan: 3).
2. Pendapat kedua melihat bahwa pendapat pertama ini bertentangan dengan kenyataan
historis yang menunjukan bahwa al-Qur’an diturunkan selama kurang lebih 23 tahun,
oleh karenanya mayoritas ulama berpendapat bahwa dua ayat tersebut menjelaskan
awal mula turunya al-Qur’an secara keseluruhan di bulan romadhon ke lauh mahfudz
kemudian jibril as menurunkan al-Qur’an kepada nabi saw sesuai kejadian dan
peristiwa selama kurang lebih 23 tahun.

5
Lihat Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir (Cet. II; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992), h. 65-67.
6
MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Studi Al-Qur’an, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Hlm 2
Untuk memperjelas pendapat yang terakhir tadi kami juga bersependapat bahwa al-
Qur’an itu diturunkan secara berangsur-angsur yang terdiri dari 30 juz 6666 ayat dan 114 suroh,
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat jibril selama 22 tahun 2 bulan
22 hari.
Dalam proses pewahyuannya terdapat beberapa cara untuk menyampaikan wahyu yang
dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, diantaranya7 :
 Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi. Dalam hal ini, Nabi tidak
melihat sesuatu apapun, hanya merasa bahwa wahyu itu sudah berada di dalam kalbunya.
Mengenai hal ini, Nabi mengatakan: Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku (QS.
asy-syura).
 Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi menjadi seorang lelaki yang mengucapkan
kata-kata kepadanya sehingga Nabi mengetahui dan dapat menghafal kata-kata itu.
 Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng. Cara ini dirasakan paling
berat bagi Nabi. Kadang pada keningnya berkeringat, meskipun turunnya wahyu di
musim dingin. Kadang unta Baginda Nabi terpaksa berhenti dan duduk karena merasa
berat bila wahyu turun ketika Nabi sedang mengendarai unta.
 Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki, tetapi benar-
benar sebagaimana rupa aslinya (QS. an-Najm:13-14).
Adapun tahap tahap turunya al-qur’an ada 3 tahap, yaitu :8

1. Tahap pertama, Al-Qur’an diturunkan atau ditempatkan di Lauh Mahfudh, yakni


suatu tempat di mana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Hal ini
sebagaimana diisyaratkan dalam QS Al-Buruj : 21-22.
Artinya : Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Penjelasan mengenai sejak kapan Al-Qur’an ditempatkan di Lauh Mahfudh, dan
bagaimana caranya adalah merupakan hal-hal gaib yang menjadi bagian keimanan dan
tidak ada yang mampu mengetahuinya selain dari Allah swt. Dalam konteks ini Al-

7
http://id.wikipedia.org/wiki/Cara_pewahyuan_Al-Qur’an.
8
http://hadisoecipto.blogspot.com/2013/07/ulumul-quran-nuzulul-quran.html
Qur’an diturunkan secara sekaligus maupun secara keseluruhan. Hal ini di dasarkan pada
dua argumentasi. Pertama: Karena lahirnya nash pada ayat 21-22 surah al-Buruj
tersebut tidak menunjukkan arti berangsur-angsur. Kedua: karena rahasia/hikmah
diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur tidak cocok untuk tanazul tahap
pertama tersebut. Dengan demikian turunnnya Al-Qur’an pada tahap awal, yaitu di Lauh
Fahfudz dapat dikatakan secara sekaligus dan tidak berangsur-angsur.
2. Tahap kedua, Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul `Izzah di Sama’ al-
Dunya (langit dunia), yakni setelah Al-Qur’an berada di Lauh Mahfudh, kitab Al-Qur’an
itu turun ke Baitul `Izzah di langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini. Banyak
isyarat maupun penjelasannya dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW. antara
lain sebagai berikut dalam Surat Ad-Dukhan ayat 1-6 :
Artinya: Ha-Mim. Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu)
urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,
sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui (QS Ad-Dukhan 1-6).
Hadis riwayat Hakim dari Sa`id Ibn Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad saw
bersabda: Al-Qur’an itu dipisahkan dari pembuatannya lalu diletakkan di Baitul Izzah
dari langit dunia, kemudian mulailah Malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi
Muhammad saw.
Hadis riwayat al-Nasa’i, Hakim dan Baihaki dari Ibnu Abbas ra. Beliau berkata: Al-
Qur’an itu diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian
setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit selama duapuluh tahun.
3. Tahap ketiga, Al-Qur’an turun dari Baitul-Izzah di langit dunia langsung kepada
Nabi Muhammad SAW., yakni setelah wahyu Kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya di
tempatkan di Lauh Mahfudh, lalu keduanya diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia,
kemudian pada tahap ketiga Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad
saw dengan melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dalam hal ini antara lain tersebut dalam
QS Asy-Syu`ara’ : 193-194, Al-Furqan :32 sebagai berikut:
Artinya : Ia (Al-Qur’an) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan (Asy-Syu`ara’: 193-194).
Artinya : Berkatalah orang-orang kafir, mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja. Demikianlah supaya Kami perbuat hatimu dengannya dan
Kami (menurunkan) dan membacakannya kelompok demi kelompok (Al-Furqan ayat 32).

2.3 Hikmah yang tekandung dalam penurunan al-Qur’an secara berangsur-angsur.


Terdapat dua bentuk keperluan yang dibutuhkan oleh Rasulullah SAW. akan turunnya
Al-Quran secara berngsur-angsur, yaitu; Pertama, untuk memantapkan dan memperteguh hati
beliau, karena setiap peristiwa yang beliau alami selalu disusul dengan turunnya Al-Quran.

Kedua, agar Al-Quran mudah dihafal9. Menurut Muhammad Baqir Hakim, terdapat beberapa
tanda bukti kebesaran Al-Quran yang dapat kita ketahui melalui proses turunnya secara bertahap,
yaitu: Pertama, Selama perjalanan dakwah Rasulullah SAW. selama dua puluh tahun lebih
lamanya telah terjadi perubahan-perubahan yang mendasar melalui proses yang cukup berat dan
cobaan yang sangat dahsyat. Bagi manusia biasa akan sangat kewalahan dan tidak akan mampu
menjalaninya. Akan tetapi Al-Quran dapat mengiringi perjalanan dakwah beliau SAW. Baik
dalam keadaan lemah maupun kuat, sulit maupun dalam keadaan lapang, dan dalam masa-masa
memperoleh kekalahan maupun kemenangan.10
Kedua, Al-Quran diturunkan secara bertahap kepada Rasulullah SA W . memberikan
semangat dan membantu Rasulullah SAW . secara batiniah bagi keberlanjutan proses dakwah

Rasulullah SAW. 11Allah berfirman:

‫ادَك َو َر َّت ْل ٰن ُه َترْ ِت ْياًل‬ َ ‫ َك ٰذلِك ۛ لِ ُن َثب‬  ۛ .‫َو َقا َل الَّ ِذي َْن َك َفر ُْوا لَ ْواَل ُن ِّز َل َعلَ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ ُج ْملَ ًة وَّ ا ِح َد ًة‬
َ ‫ِّت ِبهٖ فَُؤ‬
Terjemahnya:

9
Lihat Shubhi Shaleh, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 62.
10
Lihat Ayatullah Muhammad Baqir Hakim, ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh
Nashirul Haq dkk. dengan judul, Ulumul Quran (Cet. I; Jakarta: AL-HUDA, 2006), h. 23.
11
Lihat Ayatullah Muhammad Baqir Hakim, ‘Ulum al-Qur’an, h. 24.
“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara
tartil (teratur dan benar).” (QS. Al-Furqan: 32)12
Ketiga, Risalah Islam mengalami berbagai keraguan, tuduhan-tuduhan, kondisi politik
yang tidak menentu dan cobaan lainnya yang berasal dari kaum musyrik. Untuk menghadapi
semua itu, Rasulullah SAW. memerluakan bantuan dari Al-Quran. Dan bantuan tidak akan
maksimal bila Al-Quran tidak diturunkan secara berangsur-angsur, karena pada waktu itu kondisi
memerlukan proses yang harus melewati tahapan- tahapan tertentu secara terus-menerus dan
berkelanjutan.
Manna’ al-Qaththan dalam kitab Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an-nya juga memberikan
beberapa kesimpulan tentang hikmah turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur, yaitu:
1.) Untuk meneguhkan hati Rasulullah SAW. dalam menghadapi kaum yang memiliki
watak dan sikap yang begitu keras.
2.) Tantangan dan mukjizat. Kaum musyrikin sering mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang untuk menguji kenabian
Rasulullah SAW., mengajukan hal-hal batil dan tidak masuk akal, seperti masalah hari
kiamat. Maka turunlah Al-Quran untuk menjealaskan kepada mereka suatu kebenaran
dan jawaban yang amat tegas atas pertanyaan mereka itu.
3.)  Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman, sebab Al-Quran turun di tengah-
tengah ummat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis. Dan yang menjadi
catatan mereka adalah hafalan dan daya ingatnya.
4.)  Relevan dengan peristiwa, pentahapan dan penetapan hukum. Manusia tidak akan
mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang baru ini, jika Al-Quran tidak
memberikan strategi yang jitu dalam merekonstruksi kerusakan dan kerendahan martabat
mereka.
5.)  Karena proses turunnya yang berangsur-angsur, maka orang pun mengkajinya sedikit
demi sedikit. Ketika itu, mereka mendapati rangkaiannya yang tersusun cermat sekali
dengan makna yang saling bertaut, dengan redaksi yang begitu teliti, ayat demi ayat, surat

12
Quranic Word
demi surat yang terjalin saling bertautan bagaikan rangkaian mutiara yang indah dan
belum pernah ada bandingannya.
6.)  Mempunyai faedah dalam pendidikan dan pengajaran. Proses turunnya yang secara
berangsur-angsur dan bertahap merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia
dalam upaya menghafal Al-Quran, memahami, mempelajari, memikirkan makna-

maknanya dan mengamalkan kandungannya. 13


Pernyataan yang diungkap oleh beberapa ulama di atas menyangkut hikmah
penurunan Al-Quran secara bertahap mencerminkan suatu pengakuan hubungan yang nyata
bahwa teks Al-Quran ternyata tidak hanya merespon kondisi penerima wahyu pertama semata,
yaitu Rasul SAW. tetapi lebih dari itu realitas kultural pun masuk dalam cakupan perhatiannya.
Dan antara Al-Quran dengan penerima pertama dan masyarakat sebagai objek sasarannya yang
memiliki kondisi tersendiri haruslah menjadi perhatian dan tidak bisa dilepaskan dan dipisahkan
begitu saja. Artinya, bahwa yang ideal adalah teks dan realitas harus berjalan seiringan. Karena
alasan ini pula pemahaman tentang ilmu asbabun nuzul menjadi penting untuk dimiliki.
Hikmah diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu sangat banyak manfaatnya,
baik bagi pribadi nabi Muhammad SAW, masyarakat arab ketika masa Al-qur’an diturunkan
maupun bagi umat setelah masa sahabat.14
Adapun hikmah turunya Al-Qur’an secara berangsur-angsur bagi pribadi nabi
Muhammad SAW adalah :
1. Menepis keraguan hati nabi Muhammad SAW akan kebenaran wahyu yang
diterimanya (QS.Yunus : 20).
2. Menghilangkan kegelisahan yang sering dihadapi nabi Muhammad SAW ketika lama
tidak menerima wahyu.
3. Memberikan kekuatan kepada nabi Muhammad SAW dalam menghadapi tekanan dan
intimidasi orang-orang Quraisy.
4. Meneguhkan hati nabi Muhammad SAW dengan mencerikan kisah-kisah nabi
sebelumnya.
Sedangkan manfaat bagi masyarakat arab ketika masa al-Qur’an diturunkan adalah untuk:

13
Lihat Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 134-149
14
MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Studi Al-Qur’an, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Hlm 8-9.
1. Mempermudah sahabat dalam menghafalkan, memamahami, dan mengamalkan al-
Qur’an.
2. Merubah tradisi secara bertahap sehingga tidak terjadi kejutan dan loncatan tradisi
yang dapat mengakibatkan masyarakat antipati terhadap ajaran al-Qur’an.
Sementara manfaat turunya alqur’an berangsur-angsur bagi umat setelah masa sahabat
adalah untuk :
1. Memermudah memahami tahapan-tahapan penetapan hukum.
2. Memepermudah mengetahui turunnya ayat al-qur’an sehingga dapat diketahui mana
ayat yang tergolong dalam makiyah dan yang madaniyah.
3. Mempermudah mengetahui nasikh dan mansyukh.
BAB III
PENUTUP
3.2 KESIMPULAN
Nuzulul Qur’an adalah proses turunnya firman dari Allah SWT melalui malaikat jibril
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, pedoman dan petunjuk kepada hambanya.
Yang terdiri dari 30 juz 6666 ayat dan 114 suroh, yang diturunkan secara berangsur-angsur dan
bertahap selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Adapun tahapannya yaitu 1) Istilah nuzulul Qur’an
(turunnya Al-Quran) tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan
sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah berbentuk fisik
atau materi. Tetapi pengertian nuzulul Qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazi, yaitu
penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW. dari alam gaib ke alam nyata
melalui perantara malakikat Jibril AS. 2) Al-Quran dipandang dari aspek proses penurunannya
yang berangsur-angsur sangat jauh berbeda dengan kitab-kitab wahyu lainnya. 3)Pernyataan para
ulama di atas menyangkut hikmah penurunan Al-Quran secara bertahap mencerminkan suatu
pengakuan hubungan yang nyata (meskipun ia bukan hubungan sebab-akibat) bahwa teks Al-
Quran ternyata tidak hanya merespon kondisi penerima wahyu pertama semata, yaitu Rasul
SAW. tetapi lebih dari itu realitas kultural pun masuk dalam cakupan perhatiannya.
Dalam penurunan al-Qur’an yang dilakukan secara berangsur-angsur memiliki banyak
manfaat baik bagi pribadi nabi Muhammad SAW, bagi sahabat dan masyarakat saat masa al-
Qur’an maupun bagi masyarakat setelah al-Qur’an.
3.3 SARAN
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami dengan
adanya tulisan ini bisa menjadikan kita lebih mengenali al-Qur’an, dan bisa menambah kecintaan
kita terhadap al-Qur’an, Kususnya pada pelajaran ulumul Qur’an nanti kita bisa lebih
menikmatinya dengan nyaman karna telah berkenalan dengan al-Qur’an.
Demi kesempurnaan makalah ini Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaaca.
Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Abi al-Hussein Ahmad Ibn Faris ibn Zakariya, Maqoyis al-Lughoh (Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-
Malayyin, t.t.), hlm.342. (https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/).
[2]
Al-Raghib sal-Isfahaniy, al-Mufradat fi aAlfadz Alqur’an al-Karim (Beirut: Darul-Fikr, 1982),
hlm.824 (https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/).
[3]
Muhammad ‘Abd al-‘Azrqoni, Mahahil Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid I (Beirut: Darul-Fikr,
1988), hlm. 41. (https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/).
[4]
Lihat Abdul Aziz Dahlan dkk. (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam I (Cet. I; Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1996), h. 134.
[5]
Lihat Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir (Cet. II; Jakarta: PT
Bulan Bintang, 1992), h. 65-67.
 MF. Zenrif,  Sintesis Paradigma Studi Al-Qur’an, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Hlm 2
[6]

[7]
 http://id.wikipedia.org/wiki/Cara_pewahyuan_Al-Qur’an.
[8]
http://hadisoecipto.blogspot.com/2013/07/ulumul-quran-nuzulul-quran.html
[9]
Lihat Shubhi Shaleh, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, h. 62.
[10]
Lihat Ayatullah Muhammad Baqir Hakim, ‘Ulum al-Qur’an. Diterjemahkan oleh
Nashirul Haq dkk. dengan judul, Ulumul Quran (Cet. I; Jakarta: AL-HUDA, 2006), h. 23.
[11]
Lihat Ayatullah Muhammad Baqir Hakim, ‘Ulum al-Qur’an, h. 24.
[12]
Quranic Word

Sumber Lainnya

https://samsulabidin.wordpress.com/2009/08/15/nuzulul-qur’an/

http://id.wikipedia.org/wiki/Cara_pewahyuan_Al-Qur’an.

http://hadisoecipto.blogspot.com/2013/07/ulumul-quran-nuzulul-quran.html

Anda mungkin juga menyukai