Anda di halaman 1dari 11

NUZULUL QURAN

Makalah:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Studi Al qur’an

Oleh:

Abu Rizal Achmad (NIM: E91215024)

Dosen Pengampu:
Dr. H. Mukhlisin Saad, M. Ag

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2018

BAB I

~1~
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Al-Qur’an adalah kitab suci kita umat islam dan menjadi sumber ajaran Islam
yang pertama dan utama yang harus kita imani dan aplikasikan dalam kehidupan kita
agar kita memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Didalam al-qur’an sendiri
banyak sekali pelajaran hidup yang dapat kita kaji.

Tetapi sebelum kita mempelajari al-Qur’an lebih dalam lagi, alangkah


baiknya kita berkenalan dengan al-Qur’an dahulu yaitu dengan mengetahui tentang
turunya al-Qur’an, bagaimana proses & tahapan al-Qur’an bisa ada di bumi ini, dan
apa saja hikmah yang tekandung didalam turunya al-Qur’an yang bertahap-tahap.

Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana Al Qur`an itu bisa ada di
muka bumi ini, agar menambah keteguhan iman kita kepada kitab Allah SWT dan
tetap pada ajaran Islam yang benar. Apabila kita tidak mengetahui sejarah turunya al-
qur’an, maka kecenderungan mengulangi sejarah seperti masa lalu ketika terjadinya
pemalsuan al-Qur’an pada masa-masa awal Islam akan terjadi lagi. Apalagi
mengingat sekarang ini bebas dan maraknya ajaran-ajaran sesukanya sendiri yang
bermunculan. banyak hal yang mesti kita ketahui tentang al-Qur’an.

Dari sinilah makalah ini kami susun dengan harapan agar kita semua semakin
mengenali al-Qur’an, semakin cinta kepada al-qur’an dan semakin memperkaya ilmu
pengetahuan kita khususnya tentang Nuzulul Qur’an.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari nuzulul quran?

2. Bagaimana tahap-tahap dan proses turunnya al-quran?

3. hikmah apa yang terkandung dalam penurunan al-Quran secara


berangsur-angsur?

~2~
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN NUZULUL QUR’AN

Secara etimologis Nuzulul Quran terdapat dua kata yaitu kata Nuzul dan Al-
Quran. Pada dasarnya Nuzul itu mempunyai arti turunnya suatu benda dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedangkan Al-Quran yaitu firman allah yang
telah diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW dan
membacanya adalah ibadah.

Kata Nuzul memiliki beberapa pengertian. Menurut Ibn Faris, kata Nuzul
berarti hubuth syay wa wuquuh, turun dan jatuhnya sesuatu.1 Sedang menurut al-
Raghib al-Isfahaniy, kata Nuzul berarti ٍّ ُ‫ الهُبُوْ طُ ِم ْن ُعل‬, meluncur atau turun
‫ق اِلَى َس ْف ٍل‬
dari atas ke bawah.2 Menurut al-Zarqoni, kata Nuzul di ungkapkan dalam
penuturanya yang lain untuk pengertian perpindahannya sesuatu dari atas ke bawah.3

Di dalam hubungannya dengan pembahasan Nuzulul Quran ini, kata MF.


Zenrif di dalam bukunya yang berjudul sintesis paradigma studi al-Quran, ada juga
pendapat yang memberikan alternatif dari problem teologis dengan memberikan
pengertian majaziy dari kata nuzul. Dalam hal ini nuzul diartikan penampakan al-
Quran ke pentas bumi pada waktu dan tempat tertentu. Memang menurut pandangan
ini al-Quran bersifat Qodim, dalam pengertian sudah ada sebelum adanya tempat dan
waktu, akan tetapi keberadaanya ketika itu belum diketahui atau hadir di pentas
bumi. Ketika al-Quran pertama kali diterima Nabi saw, ketika itu pula al-Quran
menampakan diri. Oleh karenanya, inna anzalnahu fi lailat al-qodr mempunyai

1
Abi al-Hussein Ahmad Ibn Faris ibn Zakariya, Maqoyis al-Lughoh (Beirut: Dar al-Ilm Li al-Malayyin, t.t.),
hlm.342.
2
Al-Raghib sal-Isfahaniy, al-Mufradat fi aAlfadz Alquran al-Karim (Beirut: Darul-Fikr, 1982), hlm.824
3
Muhammad Abd al-Azrqoni, Mahahil Irfan fi Ulum Al-Quran, jilid I (Beirut: Darul-Fikr, 1988), hlm. 41.

~3~
pengertian: sesungguhnya kami memulai memperkenalkan kehadiran al-Quran pada
malam al-Qodr”4

2.2 Tahap-tahap dan Proses turunya al-Qur’an

Menyambung pengertian tentang nuzulul quran diatas dalam proses turunnya


al-Quran ini sebenarnya pendapat ulama berbeda-beda, tapi secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu:

1. Pendapat pertama menyatakan bahwa al-quran diturunkan sekeligus.


Pandangan ini berdasarkan dalil-dalil:

sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam lailatul


qadar (QS.Al-Qadar: 1).

sesungguhnya kami telah menurunkan (al-Quran) pada suatu malam yang


diberjahi. (QS.Al-Dukhan: 3).

2. Pendapat kedua melihat bahwa pendapat pertama ini bertentangan dengan


kenyataan historis yang menunjukan bahwa al-Quran diturunkan selama
kurang lebih 23 tahun, oleh karenanya mayoritas ulama berpendapat
bahwa dua ayat tersebut menjelaskan awal mula turunya al-Qur’an secara
keseluruhan di bulan romadhon ke lauh mahfudz, kemudian jibril as
menurunkan al-Quran kepada nabi saw sesuai kejadian dan peristiwa
selama kurang lebih 23 tahun.

Untuk memperjelas pendapat yang terakhir tadi kami juga bersependapat


bahwa al-Quran itu diturunkan secara berangsur-angsur yang terdiri dari 30 juz 6666
ayat dan 114 suroh, diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan
malaikat jibril selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.

4
MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Studi Al-Qur’an, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Hlm 2.

~4~
Dalam proses pewahyuannya terdapat beberapa cara untuk menyampaikan
wahyu yang dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, diantaranya5 :

 Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi. Dalam hal ini, Nabi
tidak melihat sesuatu apapun, hanya merasa bahwa wahyu itu sudah berada di
dalam kalbunya. Mengenai hal ini, Nabi mengatakan: Ruhul Qudus
mewahyukan ke dalam kalbuku (QS. asy-syura).

 Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi menjadi seorang lelaki yang


mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga Nabi mengetahui dan dapat
menghafal kata-kata itu.

 Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng. Cara ini


dirasakan paling berat bagi Nabi. Kadang pada keningnya berkeringat,
meskipun turunnya wahyu di musim dingin. Kadang unta Baginda Nabi
terpaksa berhenti dan duduk karena merasa berat bila wahyu turun ketika
Nabi sedang mengendarai unta.

 Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki,


tetapi benar-benar sebagaimana rupa aslinya (QS. an-Najm:13-14).

Adapun tahap tahap turunya al-quran ada 3 tahap, yaitu6 :

1. Tahap pertama, Al-Quran diturunkan atau ditempatkan di Lauh Mahfudh,


yakni suatu tempat di mana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti.
Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam QS Al-Buruj : 21-22.

Artinya : Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia,
yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.

Penjelasan mengenai sejak kapan Al-Qur’an ditempatkan di Lauh Mahfudh,


dan bagaimana caranya adalah merupakan hal-hal gaib yang menjadi bagian

5
http://id.wikipedia.org/wiki/Cara_pewahyuan_Al-Qur’an.
6
http://hadisoecipto.blogspot.com/2013/07/ulumul-quran-nuzulul-quran.html

~5~
keimanan dan tidak ada yang mampu mengetahuinya selain dari Allah swt.
Dalam konteks ini Al-Quran diturunkan secara sekaligus maupun secara
keseluruhan. Hal ini di dasarkan pada dua argumentasi. Pertama: Karena
lahirnya nash pada ayat 21-22 surah al-Buruj tersebut tidak menunjukkan arti
berangsur-angsur. Kedua: karena rahasia/hikmah diturunkannya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur tidak cocok untuk tanazul tahap pertama tersebut.
Dengan demikian turunnnya Al-Qur’an pada tahap awal, yaitu di Lauh
Fahfudz dapat dikatakan secara sekaligus dan tidak berangsur-angsur.

2. Tahap kedua, Al-Quran turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul `Izzah di


Sama’ al-Dunya (langit dunia), yakni setelah Al-Qur’an berada di Lauh
Mahfudh, kitab Al-Qur’an itu turun ke Baitul `Izzah di langit dunia atau
langit terdekat dengan bumi ini. Banyak isyarat maupun penjelasannya dari
ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW. antara lain sebagai berikut
dalam Surat Ad-Dukhan ayat 1-6 :

Artinya: Ha-Mim. Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya


Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan
yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya
Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS
Ad-Dukhan 1-6).

Hadis riwayat Hakim dari Sa`id Ibn Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi
Muhammad saw bersabda: Al-Qur’an itu dipisahkan dari pembuatannya lalu
diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, kemudian mulailah Malaikat
Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw.

Hadis riwayat al-Nasai, Hakim dan Baihaki dari Ibnu Abbas ra. Beliau
berkata: Al-Quran itu diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada

~6~
malam Qadar, kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit selama
duapuluh tahun.

3. Tahap ketiga, Al-Quran turun dari Baitul-Izzah di langit dunia langsung


kepada Nabi Muhammad SAW., yakni setelah wahyu Kitab Al-Quran itu
pertama kalinya di tempatkan di Lauh Mahfudh, lalu keduanya diturunkan ke
Baitul Izzah di langit dunia, kemudian pada tahap ketiga Al-Quran
disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad saw dengan melalui
perantaraan Malaikat Jibril. Dalam hal ini antara lain tersebut dalam QS Asy-
Syu`ara: 193-194, Al-Furqan :32 sebagai berikut:

Artinya : Ia (Al-Quran) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke


dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan (Asy-Syu`ara: 193-194).

Artinya : Berkatalah orang-orang kafir, mengapa Al-Quran itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja. Demikianlah supaya Kami perbuat
hatimu dengannya dan Kami (menurunkan) dan membacakannya kelompok
demi kelompok (Al-Furqan ayat 32).

2.3 Hikmah yang tekandung dalam penurunan al-Quran secara berangsur-


angsur.

Hikmah diturunkanya Al-Quran secara berangsur-angsur itu sangat banyak


manfaatnya, baik bagi pribadi nabi Muhammad SAW, masyarakat arab ketika masa
Al-quran diturunkan maupun bagi umat setelah masa sahabat7.

Adapun hikmah turunya Al-Quran secara berangsur-angsur bagi pribadi nabi


Muhammad SAW adalah :

1. Menepis keraguan hati nabi Muhammad SAW akan kebenaran wahyu


yang diterimanya (QS.Yunus : 20).
7
MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Studi Al-Qur’an, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Hlm 8-9.

~7~
2. Menghilangkan kegelisahan yang sering dihadapi nabi Muhammad SAW
ketika lama tidak menerima wahyu.

3. Memberikan kekuatan kepada nabi Muhammad SAW dalam menghadapi


tekanan dan intimidasi orang-orang Quraisy8.

4. Meneguhkan hati nabi Muhammad SAW dengan mencerikan kisah-kisah


nabi sebelumnya9.

Sedangkan manfaat bagi masyarakat arab ketika masa al-Quran diturunkan


adalah untuk :

1. Mempermudah sahabat dalam menghafalkan, memamahami, dan


mengamalkan al-Quran.

2. Merubah tradisi secara bertahap sehingga tidak terjadi kejutan dan


loncatan tradisi yang dapat mengakibatkan masyarakat antipati terhadap
ajaran al-Quran.

Sementara manfaat turunya alquran berangsur-angsur bagi umat setelah masa


sahabat adalah untuk :

1. Memermudah memahami tahapan-tahapan penetapan hukum.

2. Memepermudah mengetahui turunnya ayat al-quran sehingga dapat


diketahui mana ayat yang tergolong dalam makiyah dan yang madaniyah.

3. Mempermudah mengetahui nasikh dan mansyukh.

BAB III

PENUTUP

3.2 KESIMPULAN
8
Perhatikan QS. Yasin: 76 .
9
Lihat QS. Hud: 120.

~8~
Nuzulul Quran adalah proses turunnya firman dari Allah SWT melalui
malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, pedoman dan
petunjuk kepada hambanya. Yang terdiri dari 30 juz 6666 ayat dan 114 suroh, yang
diturunkan secara berangsur-angsur dan bertahap selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Adapun tahapannya yaitu : 1.) Al-Quran diturunkan atau ditempatkan di Lauh
Mahfudh, 2.) Al-Quran turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul `Izzah di Sama al-
Dunya (langit dunia), 3.) Al-Quran turun dari Baitul-Izzah di langit dunia
langsung kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam penurunan al-Quran yang dilakukan secara berangsur-angsur memiliki


banyak manfaat baik bagi pribadi nabi Muhammad SAW, bagi sahabat dan
masyarakat saat masa al-Quran maupun bagi masyarakat setelah al-Quran.

DAFTAR PUSTAKA

~9~
Al-Quran al-karim

al-Isfahaniy, Al-Raghib. 1982. al-Mufradat fi aAlfadz Alquran al-Karim. Beirut: Darul-Fikr.

al-Azrqoni, Muhammad Abd. 1988. Mahahil Irfan fi Ulum Al-Quran, jilid I. Beirut: Darul-
Fikr.

ibn Zakariya, Abi al-Hussein Ahmad Ibn Faris. Maqoyis al-Lughoh. Beirut: Dar al Ilm Li al-
Malayyin, t.t.

Zenrif, MF. 2008. Sintesis Paradigma Studi Al-Quran. Malang: UIN-Malang Press.

~ 10 ~
~ 11 ~

Anda mungkin juga menyukai