Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Allah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sumber ajaran Islam dan
pedoman hidup. Pewahyuan Al-Qur'an adalah peristiwa penting karena merupakan satu-satunya
wahyu yang masih ada hingga saat ini. Sebagai verbum-dei (Kalam Allah), Al-Qur'an merangkum
spiritualitas dan doa-doa Muhammad. Itu datang ke jiwa Nabi Suci melalui kata-kata Allah dari
esensi kenabiannya. Isi risalah Tuhan yang disampaikan pada nabi pada awal abad ke-7 meletakkan
dasar bagi seluruh aspek kehidupan pribadi dan sosial umat Islam.

Nuzulul Qur'an adalah peristiwa pertama diturunkannya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad
dari "Lauf Mahfuz ke langit di Dunia", diturunkan secara bertahap atau tidak sekaligus (jumlah
Wahidah) diturunkan bertahap (munajjaman). Turunnya ayat pertama Al Quran, yaitu Surat al-Alaq,
ayat 1-5, diperantarai oleh malaikat Jibril, di Gua Hira di Jabalnur. Ada perbedaan pendapat tentang
kapan Al-Qur'an itu sendiri diturunkan. Penurunan Al-Qur'an secara bertahap merupakan tahapan
yang berperan penting dalam validitas dakwah Islam. Islam mudah diterima oleh orang-orang dan
diserap dalam wahyu tidak sekaligus. Dan Al-Qur'an diturunkan di dua kota, Mekkah dan Madinah,
dengan mempertimbangkan latar belakang sosial, budaya dan baku masyarakatnya.

Pada surat Al-Buruj dijelaskan bahwa al-qur’an sudah tersimpan di luful mahfudz. Catatan
tersebut ditulis ketika zaman Azali Izzah yang berada di langit dunia, kemudian malaikat Jibril
menurunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur. Bahkan ayat-ayat pada Al-Qur’an yang turun dapat
menjawab pertanyaan para sahabat.

Al-Qur’an menurut istilah yang disepakati para ulama, adalah “Karam Allah yang merupakan
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril yang
ditulis dalam mushaf. Alquran berisi kata-kata dari Allah, mukjizat abadi Nabi Muhammad,
diturunkan kepada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad, penutup dari Nabi dan Rasul. Dan Quran
mengandung petunjuk hidup dalam situasi dan kondisis dalam kehidupan yang berbeda. Al-Qur’an
juga berfungsi sebagai panduan untuk menghadapi masalah. Ayat-ayat Alquran diturunkan dalam
keadaan yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Dari Alquran, beberapa ayat yang diturunkan
memiliki alasan khusus Meskipun alasan di sini tidak mutlak secara teori, ada satu kejadian yang
secara empiris memiliki asbabun nuzul.

Mempelajari Al Quran adalah kewajiban seorang muslim. Al Quran adalah kitab suci umat
Islam dan sumber terpenting Islam. Kitab-kitab suci yang wajib kita yakini dan terapkan dalam
kehidupan kita agar tercapai kebaikan dunia dan akhirat. Upaya harus dilakukan adalah dengan
membaca dan mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an.

Metode penelitian

Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penlitian dengan literature review
terhadap terhadap teori-teori yang relevan dengan permasalahan tersebut. Riset kepenulisan
diperoleh dari jurnal-jurnal kepenelitian terpercaya yang sudah ada terhadap permasalahan
tersebut. Di sini penulis lebih mengembangkan lagi pengetahuannya terhadap riset penelitian yang
ditemukan. Karena dengan literature review penulis dapat dengan mudah mencari solusi terhadap
masalah yang sedang diteliti.

Kajian daftar pustaka penulisan ini memuat referensi terhadap sumber-sumber terpercaya
seperti google scholar, karena di dalam google scholar sudah memuat apa yang menjadi penelitian
penulis. Dengan menggunakan metode litereature review penulis melakukan empat hal dalam
penelitiannya. Yang pertama yaitu, mencari sumber-sumber terpercaya yang dapat dijadikan
referensi. Yang kedua yaitu, membacanya serta mencari poin-poin penting yang termuat
didalamnya. Yang ketiga yaitu, meringkasnya dan menyampaikan kembali dengan bahasa
pemahaman penulis. Dan yang terakhir yaitu, menarik kesimpulan terhadap teori yang telah
didapatkan.

Pembahasan

Pengertian Nuzulul Qur’an

Alquran adalah Kitab Allah yang berisi kata-kata Suci, mukjizat abadi Nabi Muhammad, dan
diturunkan kepada Nabi terakhir yaitu Nabi Muahammad SAW yang merupakan akhir dari Nabi dan
Rasul. Dan Al-Qur'an berfungsi sebagai pedoman manusia dalam menghadapi berbagai situasi dan
kondisi masalah kehidupan. Ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan pada waktu yang berbeda dalam
keadaan yang berbeda. Adapun Al-Qur'an beberapa ayat yang diturunkan didahului dengan alasan-
alasan tertentu, secara teoritis alasan-alasan disini tidak mutlak, tetapi secara empiris adanya
peristiwa nuzulul qur’an.

Al-Qur'an N'zrul diungkapkan dalam istilah-istilah berikut: Nazzala-yunazzilu-tanzilan berarti


"penurunan bertahap" dan anzala-yunzilu-inzalan berarti "menurunkan". Jika kita menerapkan
makna-makna An-nuzul ke dalam bahasa al-Qur'an, kita menemukan bahwa makna-makna tersebut
tidak layak dicantumkan dalam al-Qur'an kecuali dalam bentuk linguistik kiasan. Al-Qur'an sebagai
al-kalam an-nafsi terkandung dalam hakikat Allah dan tidak selayaknya memahami an-nuzul dengan
bahasa. Karena makna ini hanya cocok untuk al-hawadist (baru), esensi Allah adalah suci. Jika Al-
Qur'an diartikan sebagai Lapaz yang terbaca, juga tidak tepat untuk mengartikannya sebagai kata
An-nuzul dalam bahasa itu. Ini karena Lapaz adalah "aradh" yang keberadaannya hanya diketahui
saat diucapkan. Jalan pemahaman linguistik an-nuzul demikian diungkapkan dalam bentuk metafora
yang berarti “menginformasikan, memutuskan, bergerak dari atas ke bawah”.

Beberapa ulama mengartikan kata nuzul berbeda-beda, antara lain:

Pertama, Imam Ar-Raghib Al-Asfihfani mengartikan Al-Inhidar min uluwwin ila safalin yang berarti
meluncur dari atas ke bawah (turun). Hal ini sesuai dengan Al-Baqarah ayat 22:

“Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit.” (Q.S. Al Baqarah: 2/22)

Kedua, Imam Al-fairuz Zabadi mengartikan kata nuzul yaitu bertempat di suatu tempat. Hal ini
terdapat pada Al-Mu’minun ayat 29:

“Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah
sebaik-baiknya yang memberi tempat.” (Q.S. Al Mu’minuun: 23/29)

Ketiga, menurut Jahamiayah dan Ibn Taimiyah mengartikan kata nuzul dengan arti turun dari tempat
tinggi. Hal ini terdapat pada Al-A’raf ayat 26:

“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu
ingat.”(Q.S. Al A’raf: 7: 26)

Dengan demikian, makna pakaian yang terbuat dari bulu hewan yang dekat dengan mereka
sudah digunakan dalam ungkapan "menurunkan", jadi tidak salah jika kata "diturunkan" juga
digunakan dalam Al-Qur'an, yang mirip dengan itu. Sesuai dengan pengertian nuzrul yang telah
dijelaskan di atas, maka pengertian nuzrul quran berarti turunnya al-qur'an. Turunnya wahyu
pertama al-qur'an merupakan tonggak sejarah tauhid, yaitu munculnya syariat baru dalam Islam
sebagai pelengkap dari tauhid sebelumnya. Selain itu, ayat-ayat Alquran tidak diturunkan sekaligus,
melainkan bertahap sesuai kaidah yang ada. Oleh karena itu, ayat Alquran dan surat-surat yang
diturunkan tidak sama jumlah dan panjangnya. Oleh karena itu, makna linguistik Nuzulul Qur'an
adalah "turunnya Al Qur'an". Adapun Nuzulul Qur'an adalah pengumuman Al Qur'an dari Allah
kepada seluruh penghuni langit dan bumi.

Menurut Syekh Abd Al-Wahhab Abd Al Majid Ghazlan, Nuzul artinya turun dari tinggi ke
rendah, dan itu tidak lain adalah Al Quran. Kemudian Syeikh Ghazran mengatakan bahwa yang turun
itu tidak berwujud fisik, jadi arti nuzul disini bisa jadi memiliki arti kiasan, dan jika turun yang
dimaksud lafadz, maka nuzul artinya Al-Ishal (Penyampaian) dan (Informasi).

Secara etimologis, arti dari Nuzulul Qur'an adalah bacaan. Sebagaimana disebutkan dalam
kitab Al Quran, sebelum Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, terlebih dahulu
diturunkan Allah SWT kepada luful mahfudz kemudian diturunkan dari lauful mahfudz ke Baitul Izzah
di Surga dunia. Dari Baitul izzah kemudian Alquran diturunkan secara bertahap kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat jibril. Banyak makna yang diberikan kepada al-
Qur'an, Ali Ash Shobani mengatakan bahwa al-Qur'an adalah bahasa Mu’jiz yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang ditulis di Mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, dan
orang yang membacanya dihitung ibadah, dan dimulai dengan surat Al-Fatihah

Proses Turunnya Al-Qur’an

Salah satu bukti keagungan Al-Qur’an yaitu Al-Qur’an turun melalui tiga tahap yang berbeda
dengan kitab-kitab sebelumnya. Tahapan pewahyuan Al-Qur'an menandakan urutan tahapan yang
diturunkan dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat ini berbeda dengan ayat-ayat
sebelumnya. Ini karena Kitab Suci ini telah diturunkan selangkah demi selangkah untuk benar-benar
menunjukkan keagungannya. Selain itu, penyampaiannya juga luar biasa. Al-Qur'an, yang pertama
kali diturunkan pada malam Lailatul Qadar, merupakan pemberitahuan kepada alam yang lebih
tinggi yang terdiri dari para malaikat tentang mulianya umat Muhammad. Mengenai turunnya Al-
Qur'an secara bertahap sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman Surat al-Isra ayat 106:

Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S.. Al Isra:
17/106)

Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur mendapat hinaan dari orang-orang kafir. Allah
berfirman dalam surat Al-Fur’qan ayat 32:

“Berkatalah orang-orang yang kafir; “Mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepadanya sekalih
turun saja? demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara
tartil (teratur dan benar).” (Q.S.. Al Furqan: 25/32)

Menurut orang kafir dan penyembah berhala, tulisan yang berasal dari Tuhan biasanya
dikirim secara masal. Mereka meragukan Al Quran karena itu terungkap dengan cara yang berbeda
dari kitab suci lainnya. Salah satu ibrah Al-Qur'an diturunkan langkah demi langkah dan salah
satunya adalah untuk memperkuat hati para nabi untuk menerima firman Allah dan
menyampaikannya kepada umat manusia. Sikap terhadap nilai-nilai dan keyakinan masyarakat Arab
menjadi salah satu alasan mengapa wahyu Al-Qur'an disampaikan secara bertahap dan tidak
sekaligus. Pada periode ini, risalah al-Qur'an yang terdiri dari ajaran akidah, norma syariah, dan
tuntunan akhlak disampaikan secara bertahap. Mengetahui hubungan antara wahyu teks Alquran
dan realitas sosial, kita juga dapat melihat bahwa Alquran memiliki hubungan historis yang kuat
dengan keadaan masyarakat tanpa menyangkal atau mengurangi nilai wahyu ilahi. Secara
kronologis, proses turunnya Al-Khalim Alqurannya diturunkan kepada Nabi Muhammad oleh Allah
SWT dalam tiga tahap adalah sebagai berikut:

Tahap pertama

Tahap pertama, pengiriman Alquran dari Allah ke lauful mahfudz. Artinya, sebelum Alquran
diberikan kepada Nabi Muhammad sebagai utusan Allah Alquran terlebih dahulu disampaikan ke
lauful mahfudz, tempat di mana Alquran semula disimpan tertulis di daun. Beberapa tafsir lauful
mahfudz diidentikkan dengan Kitabin Maknun yang berarti 'kitab yang dijaga'. Namun secara umum,
lauful mahfudz diartikan sebagai tempat menyimpan segala sesuatu yang berhubungan dengan
qadha dan qodar Allah. Tidak ada yang tahu bagaimana menyampaikan Alquran dari Allah ke lauful
mahfudz. Dan manusia tidak wajib mengetahuinya, tetapi wajib meyakininya, sebagaimana dalam
firman Allah SWT:

“Tetapi ia (yang didustakan mereka) itu ialah Alquran yang mulia yang (tersimpan) dalam Lauh al-
Mahfuzh.” (Q.S.. Al-Buruj: 85/ 21-22)

Menurut Ibnu Katsir, Al-Qur'an terletak di lauful mahfudz, yang berarti ditinggikan dan
dilindungi dari penambahan, penghapusan, kerusakan dan pengubahan. Kapan dan bagaimana Al
Quran diturunkan merupakan hal yang tidak terlihat dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Tidak ada yang tahu persis seperti apa bentuknya. Pasalnya, lauful mahfudz merupakan kawasan
yang tidak bisa dijangkau manusia. Beberapa ulama’ percaya bahwa bentuk Al-Qur'an yang ada di
lauful mahfudz adalah hafalan malaikat. Pendapat ini pun masih diperdebatkan itu bentuk makna
atau lafadz. Namun pendapat yang kuat adalah lafadz dalam bahasa Arab. Menurut Sayyid Quthub,
yang jelas Al-Qur'an tetap eksis dan selalu menjadi rujukan akhir, mencakup semua mata pelajaran
dan mengembalikan semua perkataan.

Menurut al-Zarqani, Al-Qur'an diturunkan ke lauful mahfudz sekaligus, tidak secara bertahap
seperti ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Argumen Az-Zarqani: Pertama, teks ayat itu
sendiri menunjukkan hal itu. Kedua, tidak ada alasan mengapa Al-Qur'an harus diturunkan secara
bertahap pada tahap ini, karena hikmah turunnya Al-Qur'an secara bertahap tidak disadari dan tidak
perlu.

Adapun hikmah pewahyuan al-Qur'an tahap pertama, hikmah keberadaan lauful mahfudz
sendiri sebagai prasasti yang diawetkan yang diciptakan Allah untuk mencatat dan
mendokumentasikan segala yang ada di akhirat nanti. adalah. Selain itu, hikmah wahyu tahap
pertama Al-Qur'an adalah bahwa semua ini adalah manifestasi dari kehendaknya, yang paling
bijaksana, kehendaknya yang paling pasti, kekuatannya yang tertinggi, dan kekuatannya yang tiada
tara. Memperkuat keyakinan kita pada takdir dan qadha.

Tahap kedua

Tahap kedua, Alquran turun ke langit pertama dalam satu tahapan. Di langit pertama ini Al-
Qur'an disimpan di Bayt al-'izzah-nya. Menurut Baitul Iza yang otentik, letaknya di langit paling
bawah, atau langit dunia. Hal ini didasarkan pada kisah Ibnu Abbas berdasarkan firman Allah dalam
surat Ad-Dukhan ayat 3, yaitu:

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi [1369] dan Sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Adh Dukhan: 44/3) (Yusuf, 2012; 16-17)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan.” (Q.S. Al Qadar:
97/1)

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Alquran.” (Q.S. Al Baqarah: 2/185)

Tiga ayat di atas menjelaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada malam yang diberkahi,
malam yang mulia (Lailatul Qadar), dan malam itu merupakan salah satu malam pada bulan
Ramadhan. Menurut az-Zarqani, pewahyuan Alquran pada 3 ayat di atas tidak berarti bahwa
turunnya kepada Nabi Muhammad secara bertahap selama 22 tahun, melainkan hanya untuk satu
malam. Beberapa riwayat otentik Ibnu Abbas menjelaskan apa yang dimaksud Alquran dari Lauhul
Mahfudz ke Bait al’izzah di langit.

Para ulama berbeda pendapat tentang kapan dan bagaimana proses itu terjadi. Pendapat
pertama yang dipegang oleh kebanyakan ulama adalah bahwa Al-Qur’an diturunkan secara
bersamaan pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Alasan di balik pendapat ini adalah
temuan berbagai hadits yang mendukung pernyataan ini.

Riwayat Hakim “Dari Sa’id ibn Jabir, dari Ibn Abbas, dia berkata “Alquran itu dipisahkan dari az-
Dzikr, lalu diletakan di Bait al-Izzah di Langit Dunia; Maka Jibril As mulai menurunkannya kepada
Nabi Muhammad SAW dan membacakannya secara tartil”

Riwayat Nasa’I Hakim dan Baihaqi “Dari Daud ibn Abi Hind, dari Ikrimah, dari Ibn abbas, dia berkata:
Alquran diturunkan sekaligus ke Langit Dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan sesudah itu
dalam 20 tahun. Kemudian dia membaca firman allah SWT dan Alquran itu telah kami turunkan
dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dari kami
menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al Isra:106)

Riwayat Hakim, Baihaqi, dll. “Dari Mansur ibn al-Mutamir, dari Sayyid ibn Jabir, dari ibn Abbas-Ra
tentang firman Allah” “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan.”
(QS al- Qadar:1)

97/1) Dia berkata:

Al-Qur'an turun sekaligus ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar dan turun secara bertahap.
Kemudian Allah menurunkannya kepada Rasulullah sedikit demi sedikit. Allah SWT berfirman:

: (“Berkatalah orang-orang yang kafir; Mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?” demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil (teratur dan benar)). (Q.S.. Al-Furqan: 25/32)

Dari ketiga hadits di atas, pendapat yang paling benar adalah yang ketiga, karena menurut
Imam Syuyuti bahwa seluruh hadist ini sahih walaupun maukuf pada diri ibnu Abbas tapi ia memiliki
identitas marfu’ karena menurut ulama hadist apabila perkataan sahabat yang tidak diintervansi
oleh logika dan Israiliat maka identitas hadist itu marfu’ kepada Nabi Muhammad SAW. Dan ketiga
riwayat Hakim, Nasa’I dan Baihaqi di atas yang menyatakan bahwa al-Qur’an diturunkan sekaligus ke
Baitul’Izzah fi as-Sama’ Ad-Dunya pada malam Qadar.

Tahap ketiga

Tahap ketiga, Al-Qur'an, diturunkan di langit dunia dariBait al-Izzah dan pertama kali
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada malam Qadar, namun tidaksekaligus melainkan
sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan, pada waktu dan tempat Nuzulul Qur'an. Proses atau tahapan
ketiga adalah melalui malaikat Jibril disebut juga dengan Ruhul Amin dari Baitul Izzah kepada Nabi
Muhammad SAW di gua Hira (Mekkah). Ayat yang menjelaskan hal ini adalah firman Allah dalam
Surat al-Isra:106, yaitu:

“Dan Alquran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacanya perlahan
kepada manusia. Dan kami menurunkannya bagian demi bagian”(Q.S. AlIsra: 17/106)

Ayat tersebut mengunakan kata turun yang merupakan Masdar dari kata menurunkan secara
berangsur-angsur (Qathon, 1993; 57).

Menurut ulama al-Sya’bi yang dikutip al-Qaththan, beliau bertentangan dengan pendapat
Ibnu ‘Abbas di atas, bahwa tiga ayat (Q.S. Adh Dukhan:44/3; Al-Qadar:97/1 dan Al Baqarah:2/185)
tidak menunjukkan turunnya Al-Qur'an dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia, tetapi
memang menunjukkan bahwa awal turunnya Al-Qur'an terjadi di bulan Ramadhan. Setelah itu,
secara bertahap diturunkan. Adapun keistimewaan bulan Ramadhan dan Lailatul Qadar adalah
malam yang diberkahi yang tidak dilihat oleh siapapun kecuali Nabi Muhammad SAW.

Ayat yang pertama kali di turunkan kepada Rasulullah SAW-menurut pendapat yang paling
popular dan kuat berdasarkan hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah Ummul Mu’minin-
adalah lima ayat pertama pada Surat Al-Alaq.

Sesuai dengan kebutuhan, ada kalanya satu ayat, dua ayat, dan bahkan kadang-kadang satu surah.
Dalilnya Surah Asy-Syu’ara’ ayat 193-195:

“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang di antara orangorang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
(Q.S. Asy-Syu’ara’: 26/ 193-195)

Al Quran diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW tidak sekaligus,
melainkan sesuai kebutuhan. Bahkan, wahyu sering diturunkan kepada Nabi untuk menjawab
pertanyaan para Sahabat atau untuk membenarkan tindakannya. Selain itu, banyak juga puisi dan
tokoh yang diungkapkan tanpa melalui konteks pertanyaan atau peristiwa tertentu (Anwar, 2012;
35-36).

HIKMAH PENURUNAN AL-QUR’AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR

Al-Qur'an diturunkan secara berturut-turut dalam dua periode (Mekah dan Madinah) oleh
Allah SWT kepada Raslulah SAW. Periode Mekkah (610-622 M) dimulai pada tahun ke-41 Nabi lahir
pada malam ke-17 Ramadhan sampai pada tahun ke-54 (12 tahun 5 bulan 13 hari) Nabi lahir sampai
harinya di Rabi'al-Awwal. ). Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu kemudian di sebut ayat-ayat
Makkiyah yang berjumlah 4.726 ayat dan terdiri atas 89 surat. Periode Madinah (622-632 M) dimulai
pada 1 Rabi al-Awal tahun 54 M sampai 9 Dzulhijjah tahun 63 M sampai pada tahun ke-10 (9 tahun 9
bulan 9 hari) Nabi lahir atau Hijrah. Jadi, total panjang kedua periode tersebut adalah 22 tahun, 2
bulan, dan 22 hari. Ayat-ayat yang diturunkan selama periode ini disebut ayat Madaniyah dan terdiri
dari 1.510 ayat dan 25 surat.

Hikmah penurunan bertahap Al-Qur'an merupakan metode yang berguna untuk


menerapkan dua proses yang harus dilalui. Karena wahyu Al-Qur'an memungkinkan umat Islam
secara bertahap dan bersifat alami dalam meningkatkan kualitas pendidikannya untuk memperbaiki
jiwa manusia, memperbaiki perilakunya, membentuk karakternya, dan menyempurnakan
eksistensinya sendiri.
Seperti yang kita ketahui, kehendak Allah adalah bijaksana dan terarah. Begitu pula proses
pewahyuan Al-Qur'an setahap demi setahap. Pelajaran yang dipelajari dan tujuannya meliputi:
Pertama, menguatkan hati Nabi Muhammad untuk menerima firman Allah dan menyampaikannya
kepada umat manusia. Nabi sering menghadapi hambatan dan tantangan dalam menjalankan
tugasnya. Dia juga dapat menghibur hatinya ketika dia menghadapi kesulitan, kesedihan, atau
tentangan dari orang-orang yang tidak beriman.

Kedua, merupakan mukjizat bahwa Nabi menjawab dan mengalahkan tantangan orang-orang kafir.
Seringkali mereka (kafir) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan untuk
melemahkan, menantang, dan menguji sifat kenabian Rasulullah. Mereka pernah menanyakan
kapan kiamat akan datang.

Ketiga, membantu Nabi untuk menghafalkan bacaan Al-Qur'an dengan mengingat bahwa Al-Qur'an
bukanlah puisi atau prosa, melainkan firman Allah yang memiliki makna yang sangat tinggi. Saya
perlu belajar. Dan kemudian membaca dan menjelaskannya kepada orang-orang dan memberikan
contoh penerapannya. Jika Al-Qur'an diturunkan sekaligus, tentu menjadi beban bagi Nabi untuk
membaca dan menjelaskannya.

Keempat, untuk memudahkan masyarakat pada masa itu dalam menghafal, mencatat, dan
memahami Al-Qur'an. Turunnya Al-Qur'an lambat laun memudahkan Nabi untuk menghafal dan
memahaminya. Ini berdampak positif bagi umatnya, karena membaca dan menulis sangat jarang di
zaman Nabi. Mereka mengandalkan kekuatan nalar untuk mengingat.

Kelima, memberikan kesempatan terbaik kepada umat Islam untuk secara bertahap meninggalkan
sikap negatif dan tradisi kebodohan mereka.

Keenam, menjawab problematika umat. Itu menggambarkan apa yang dibutuhkan masyarakat,
tergantung pada situasi atau masalah yang dihadapinya.

Ketujuh, pengetahuan Nasif dan Mansukh dalam ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan hukum.

Kedelapan: Memiliki pengaruh besar dalam proses pembentukan dakwah Islam dan umat. Selama
periode Mekkah, ayat-ayat yang berkaitan dengan tauhid dan keadilan sosial diturunkan terlebih
dahulu. Baru pada masa Madinah muncul syair tentang hukum dalam berbagai aspek kehidupan,
baik hukum keluarga dan harta benda, kejahatan dan pemerintahan.

Keuntungan eksternal lainnya adalah memudahkan para pengikut Nabi menghafalkannya,


yang sebagian hampir tidak bisa menulis. Pendekatan Kiamat yang bertahap sangat didasarkan pada
gagasan bahwa tatanan yang ingin ditegakkan oleh Al-Qur'an bukanlah paket yang mutlak sekali jadi,
tergantung pada suatu proses, tanpa melalui proses yang terputus dari sosio-politik yang ada. Al-
Qur'an adalah sumber hukum, tetapi sebenarnya Al-Qur'an bukanlah dokumen hukum yang dapat
diadopsi secara langsung.

Dalam mempelajari Nuzulul Qur'an, sangat penting untuk membuktikan bahwa Al-Qur'an
benar-benar berasal dari Allah SWT dan bukan karya Nabi Muhammad SAW. Kajian ini merupakan
bagian dari pembuktian otentisitas dan validitas Al-Qur’an. Percaya pada keaslian dan validitas Al-
Qur'an sangat penting dan mendesak bagi umat Islam karena melibatkan percaya pada sumber
utama ajaran Islam.

KESIMPULAN
Mempelajari wahyu historis Alquran adalah bagian penting untuk memahami sepenuhnya
pesan yang dikandungnya secara keseluruhan. Sejarah sebagai sumber pengetahuan
mengungkapkan peristiwa masa lalu. Sejarah pewahyuan Al-Qur'an menyajikan penalaran kritis dan
pemeriksaan yang cermat tentang penyebab dan asal usul pewahyuan ayat-ayat Al-Qur'an yang
dipercayakan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, mempelajari sejarah al-Qur'an berarti
melakukan periodisasi dan rekonstruksi asal-usul perubahan dan perkembangan sejak
diturunkannya al-Qur'an.

Pengertian Verbal Nuzulul Qur’an adalah turunnya wahyu Allah SWT (Al-Qur'an) secara
bertahap kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril AS. Al-Qur'an Ia
turunkan melalui tiga tahapan. Tahap pertama, Al-Qur'an, diturunkan/diletakkan setelah Lauhul
Mahfudz. Kedua, Al-Qur’an turun dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia). Ketiga, Alquran
diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad SAW dari Baitul Izah di langit dunia. Ayat-ayat
Alquran tidak diturunkan sekaligus, melainkan bertahap. Surat-surat yang dikirimnya tidak panjang
dan pendek, kadang dikirim lengkap dan kadang sebagian.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pewahyuan Al-Qur'an secara bertahap. Artinya,
untuk mengatur pikiran Rasulullah, untuk melemahkan musuh, untuk dipahami dan diingat, dan
untuk diatur sesuai dengan jalannya peristiwa. atau terjadi. Hikmah Wahyu Bertahap Dalam Al
Quran, Yaitu :Untuk memperkuat hati Nabi Muhammad. Buatlah agar mudah diingat dan mudah
dipahami. Semoga orang-orang beriman dengan penuh semangat menerima Al-Qur'an dan
istiqomah dalam mengamalkannya.

Anda mungkin juga menyukai