NIM : G011211215
I. MATERI AL-QUR’AN
Al-Qur’an menurut bahasa diambil dari kata: ا قر- يقرا- قراة- وقراناyang berarti sesuatu
yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
Al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk mashdar dari القراةyang berarti menghimpun dan
mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Al-Qur’an menghimpun
beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh
karena itu Alquran harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-
sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan
apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Al-Qur’an baik secara teks, lisan
ataupun budaya.
Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan
yang tersusun rapih. Qur’an pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar dari kata
qara’a, qira’atan, qur’anan. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya kamilah
yang menurunkan Qur’an, dan pasti Kami pula yang memeliharanya.” (Al-Hijr/15:9).
Ada lima faktor penting yang menjadi faktor karakteristik Al-Qur’an, yaitu:
1. Alquran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan mMalaikat
Jibril (dia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad
SAW. (beliau hanya penerima wahyu Al-Qur’an dari Allah), dan bukan
perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban mengamalkannya.
2. Al-Qur’an hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak diberikan
kepada Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang diberikan kepada para nabi
sebelumnya bukan bernama Al-Qur’an tapi memiliki nama lain; Zabur adalah
nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat diberikan kepada Nabi
Musa, dan Injil adalah kitab yang diberikan kepada Nabi Isa AS.
3. Al-Qur’an adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah umat manusia
sejak awal turunnya sampai sekarang dan mendatang tidak seorangpun yang
mampu menandingi Al-Qur’an, baik secara individual maupun kolektif,
sekalipun mereka ahli sastra bahasa dan sependek-pendeknya surat atau ayat.
4. Diriwayatkan secara mutawatir artinya Al-Qur’an diterima dan diriwayatkan
oleh banyak orang yang secara logika mereka mustahil untuk berdusta,
periwayatan itu dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai
kepada kita.
5. Membaca Al-Qur’an dicatat sebagai amal ibadah. Di antara sekian banyak
bacaan, hanya membaca Alquran saja yang di anggap ibadah, sekalipun
membaca tidak tahu maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau
surat yang dibaca dan mampu mengamalkannya. Adapun bacaam-bacaan lain
tidak dinilai ibadah kecuali disertai niat yang baik seperti mencari Ilmu. Jadi,
pahala yang diperoleh pembaca selain Alquran adalah pahala mencari Ilmu,
bukan substansi bacaan sebagaimana dalam Alquran.
Adapun sifat-sifat Alquran dapat dirujuk dalam firman Allah SWT, antara lain:
1. Sifat al-Burhan (bukti kebenaran) dan nur mubin (cahaya yang terang)
sebagaimana firman Allah SWT: Yang artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya
telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan
mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang
(Al Quran)”. QS. An-Nisa [4] : (174)
2. Sifat asy-syifa (obat) dan ar-rahmah (kasih sayang) sebagaimana firman Allah
SWT: yang artinya “dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.QS. Al-Isra 82
3. Sifat huda (petunjuk) sebagaimana firman Allah SWT: yang artinya “dan Jikalau
Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah
mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut
Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah:
"Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan
orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al
Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu adalah (seperti) yang
dipanggil dari tempat yang jauh". QS. Fushilat [41]: (44)
Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki banyak manfaat bagi
umat manusia. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia melalui
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Rosul yang dipercaya
menerima mukjizat Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW menjadi penyampai,
pengamal, serta penafsir pertama dalam Al-Qur’an. Fungsi Al-Qur’an antara lain:
1. Al-Huda (petunjuk) Di dalam Al-Qur’an ada tiga posisi Al-Qur’an yang fungsinya
sebagai petunjuk. Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk
bagi orang-orang yang bertakwa, dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Jadi
Al-Qur’an tidak hanya menjadi petunjuk bagi umat Islam saja tapi bagi manusia
secara umum. Kandungan Al-Qur’an memang ada yang bersifat universal seperti
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan itu bisa menjadi petunjuk bagi semua
orang tidak hanya orang yang beriman Islam dan bertakwa saja.
Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut
kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa
Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya. Islam
menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah, kemudian
menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah SWT
yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan. Allah SWT sudah
menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan menundukkan alam
beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan mengelola serta
melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini. Dalam tulisan ini penulis ingin
mengkaji lebih dalam tentang bagaiman Islam memandang Manusia baik dari sisi dari
apa manusia diciptakan, bagaiman proses penciptaanya? bagaiman tugas manusia
diciptakan kemudian bagaimana kedudukan manusia di hadapan Allah SWT.
a. Pengertian Manusia
Pertama, karena Islam secara inheren "sejalan dengan kodrat manusiawi kita". Tidak
ada dalam agama ini yang bertentangan dengan "sifat manusia yang sehat" (tabi'ah
insaniyah). Sebagai contoh, sifat manusiawi kita cenderung untuk memperoleh dan
berhasil dalam kehidupan duniawi kita. Kita menginginkan rumah yang indah, mobil
mewah, tabungan banyak, dan banyak lagi. Islam datang untuk tidak menyangkal
kecenderungan itu. Alih-alih itu datang untuk memberikan panduan yang jelas
tentang bagaimana mengejar mereka. Sifat kita cenderung memiliki pasangan (istri-
suami) dalam kehidupan. Islam datang untuk mengakomodasi hal itu dengan
melembagakan pernikahan. Singkatnya, setiap aspek kecenderungan alami dalam
kehidupan ditampung dengan panduan dan peraturan yang jelas. Ini untuk membuat
hidup manusia layak dan terhormat.
Kedua, Islam menghubungkan hati dan pikiran kita. Dalam agama ini semakin taat
kita beragama, Insya Allah, semakin intelektual dan pintar kita. Iman adalah masalah
yang berhubungan dengan hati. Tetapi Islam tidak ingin kita memiliki keyakinan
buta. Karena itu Islam mewajibkan umat Islam untuk mencari ilmu, bahkan pada
masalah agama. Allah berfirman: "Dan ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Dia
dan mencari pertobatan atas dosa-dosamu". Ayat pertama yang turun ke Nabi
Muhammad adalah perintah untuk membaca. Dan membaca adalah awal dari
penyelidikan pengetahuan.
Ketiga, Islam memiliki ajaran yang jelas dan praktis. Dari konsep Tauheed (Keesaan
Tuhan), hingga ibadah ritual, hingga hal-hal yang berkaitan dengan urusan manusia
(mu'amalat), semuanya jelas dan praktis. Ambil contoh "makan". Islam memberikan
pengajaran yang jelas tentang apa dan bagaimana makan. Nabi berkata: makanlah
ketika kamu lapar dan berhentilah sebelum terlalu kenyang ”. Dia juga menyuruh kita
untuk seimbang dalam hal makanan, air, dan udara di perut kita. Dalam kitab suci Al-
Qur'an. Allah berfirman "makan segala yang ada di bumi yang halal dan thoyyib".
Ingatlah bahwa banyak Muslim hanya fokus pada masalah halal. Mereka lupa bahwa
halal disertai dengan peraturan lain, dan itu adalah "thoyyib" yang berarti "baik dan
sehat". Mungkin dengan kata lain, makanan yang kita makan harus bergizi dan tidak
berbahaya bagi tubuh kita. Dan karena itu Islam memberikan panduan yang sangat
jelas dan praktis untuk menjalani kehidupan kita dengan baik.
Keempat, ada rasa kemanusiaan yang mendalam. Islam adalah tentang belas kasihan,
cinta dan kasih sayang. Islam sangat mempertimbangkan rasa kemanusiaan kita
dalam hal apa pun. Semua yang telah dikatakan di luar sana tentang Islam, bahwa
Islam tidak toleran adalah salah. Padahal, jiwa agama ini adalah "rahmat". "Dan aku
tidak mengutus kamu (hai Muhammad) tetapi sebagai rahmat bagi seluruh umat
manusia" (Quran). Ini adalah deklarasi yang jelas tentang sifat agama ini. Setelah ia
dipaksa meninggalkan kota tercinta Makah, beberapa tahun kemudian ia diberi
kemampuan oleh Allah untuk kembali dengan pasukan yang kuat. Dia tidak
membalas dendam. Bahkan, dia menyatakan pada saat kedatangannya di Makah:
"Hari ini, kalian semua bebas!
Banyak orang lupa bahwa setelah mereka diusir dari kota Yerusalem oleh orang-
orang Kristen Roma, Umar bin Khatthab, Khalifah Muslim kedua, yang
memerintahkan agar orang-orang Yahudi memiliki hak dan dapat kembali untuk
menetap dan beribadah di Kota Tua itu. Juga ketika teman-teman Yahudi kita di
Eropa dibantai oleh Nazi, ada satu negara Muslim mayoritas di Eropa bernama
Albania yang datang untuk menyelamatkan mereka. Mereka menyembunyikan
mereka, mengubah nama mereka, dan melindungi mereka dari pasukan jahat Hitler.
Semua ini dimungkinkan karena Islam mengajarkan umat Islam untuk mencintai dan
berbelas kasih kepada yang lemah dan terpinggirkan di masyarakat. Kelima, Islam
sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal. Dari kebebasan dasar untuk
toleransi, keadilan, kesetaraan untuk martabat manusia, hak asasi manusia dasar
untuk mengejar kebahagiaan, semua ini pada dasarnya Islami. Ambil contoh hak asasi
manusia. Islam menjamin hak setiap individu, dari hak untuk hidup, hak ekonomi dan
politik, hingga hak fundamental untuk percaya dan menjalankan keyakinannya.
"Tidak ada paksaan dalam agama" dan "bagimu adalah agamamu dan bagiku adalah
agamaku " hanyalah dua dari banyak ayat dalam Alquran yang menegaskan dan
menegaskan bahwa Islam memberikan hak penuh semua orang untuk percaya pada
setiap iman yang mereka pilih. Ketika kita begitu disebut "nilai-nilai universal
modern", Islam, pada kenyataannya, tidak asing dengan nilai-nilai itu. Ini adalah
salah satu karakteristik dasar Islam, dan telah menarik banyak orang di Barat untuk
memeluknya. Islam itu sendiri sangat indah dan menarik. Kendati sebagian umat
Islam mungkin telah menjadi "hijab" (penghalang) bagi keindahan dalam beragama.
III. KETUHANAN
Dasar dari ilmu Agama Islam adalah ketuhanan atau mengenal tuhan. Keberadan
tuhan namun hakekatnya di dalam dirinya itu ada di dalam hatinyaapalagi ketika
sedang mengalami kondisi yaang berbahaya. Setiap mahluk hidup didunia akan
mempercayai dan meyakini keberadan tuhan.
Terkadang kita berjumpa dengan orang ates yang tidak meyakini keberadaan
tuhn namun pada hakekatnya di dalaam dirinya itu ada di dalam hatinya apalagi
ketika menghadapi masalah. Setiap mahluk hidup dimuka bumi ini merupakan
tanda dari keberadaan tuhan, dimana kita hadir sebagai bukti bahwa tuhan itu
ada. Itulah mengapa pembahasan mengenai tuhan tidak dijelaskanlengkap karena
eksistensi tuhan itu tidak boleh diragukan.
Tauhid merupakan konsep dasar ketuhanan islam. Setelah pembahasan tentang
eksistensi tuhan dan pembuktian eksistensinya tauhid berarti keyakinan atas
realitas tunggal tanpa ada sekutu baginya dalam zat. Sifat dan perubahannya
tidak ada yang mengaguminya..
IV. HUKUM DAN HAM
1. Pengertian Hukum tstam Hukum lslam adalah hukum yang ditetapkan oleh
Allah melalui wahyu-Nyayang "kini terdapat dalam al-Qur'an dan dijelaskan oleh
Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun
dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Dalam masyarakat lndonesia berkembang
berbagai macam istilah, dimana istilah satu dengan lainnya mempunyai persamaan
dan perbedaan. lstilah-istilah yang dimaksud adalah syari'at lslam, fikih lslam dan
hukum lslam. Di dalam kepustakaan hukum lslam berbahasa lnggris, syari'at lslam
diterjemahkan dengan lslamic Law, sedang fikih lslam diterjemahkan dengan
lslamic Jusrisprudence. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syari'at lslam sering
dipergunakan istilah hukum syari'at atau hukum syara', sedang untuk fikih lslam
dipergunakan istilah hukum fikih atau kadang-kadang hukum lslam. Dalam praktek
sering kali kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum lslam, tanpa menjelaskan
apa yang dimaksud. Hal ini dapat dipahami karena keduanya sangat erat
hubungannya, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Syari'at merupakan
landasan fikih, dan fikih merupakan pemahaman orang yang memenuhi syarat
tentang syari'at. Oleh karena itu seseorang yang akan memahami hukum lslam
dengan baik dan benar harus dapat membedakan antara syari'at lslam dengan fikih
lslam. Pada pokoknya perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikut:
a. Syari'at terdapat di dalam al-Qur'an dan kitab-kitab Hadits. Kalau kita berbicara
tentang syari'ah yang dimaksud adalah wahyu Ailah dan " sunnah Nabi Muhammad
sebagai rasul-Nya. Fikih terdapat dalam kitab-kitab fikih. Kalau kita berbicara
tentang fikih, yang dimaksud adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat
tentang syari'at dan hasil pemahaman itu.
b. Syari'at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari
fikih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam lslam. Sedangkan fikih
bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur
perbuatan manusia, yang biasanya disebut sebagai perbuatan hukum.
c. Syari'at adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, karena itu berlaku
abadi; fikih adalah karya manusia yang tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa
ke masa.
d. Syari'at hanya satu, sedang fikih mungkin lebih dari satu, seperti misalnya terlihat
pada aliran-aliran hukum yang disebut dengan istilah mazahib atau mazhab-mazhab.
e. Syariat menunjukkan kesatuan dalam lslam, sedangkan fikih menunjukkan
keragamannya (H.M. Rasjidi, 1958: 403; Asaf A.A. Fyzee, 1955:17). Hukum lslam
baik dalam pengertian syariat maupun fikih dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu
ibadah dan muamalah.
lbadah adalah tata cara dan upacara yang wajib dilakukan seorang muslim dalam
berhubungan dengan Allah. Ketentuannya telah diatur dengan pasti oleh Allah dan
dijelaskan oleh rasul-Nya. Dengan demikian tidak mungkin ada proses yang
membawa perombakan dan perubahan secara asasi mengenai hukum, susunan dan
tata cara ibadah itu sendiri.
Adapun yang termasuk dalam hukum publik lslam adalah : 1. Jinayat, memuat
aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik
dalam jarimah hudud (perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas
hukumannya dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad) maupun jarimah ta'sir
(perbuatan pidana yang bentuk dan batas hukumannya ditentukan oleh penguasa
sebagai pelajaran bagi PelakunYa). 2. al-ahkam as-sulthaniyah, yakni hukum yang
mengatur soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan, baik
pemerintah pusat maupun daerah, tentara, pajak dan sebagainya. 3. Siyar, yakni
hukum yang mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk
agama dan negara lain 4. Mukhassamat, mengatur peradilan, kehakiman dan hukum
acara. (Mohammad Daud Ati/1 999:51 -52) Dari hal-hal yang sudah dikemukakan
jelas bahwa hukum lslam itu luas, bahkan luasnya hukum lslam tersebut masih
dapat tlikembangkan lagi sesuai dengan aspek-aspek yang berkembang dalam
masyarakat yang belum dirumuskan oleh para fukaha (para yuris lslam) di masa
lampau seperti hukum bedah mayat, hukum bayi tabung, keruarga berencana,
hukum bunga bank, euthanasia dan lain sebagainya serta berbagai aspek kehidupan
lainnya dapat merupakan hukum lslam apabila sudah dirumuskan oleh para ahli
hukum lslam melalui sumber hukum lslam yang ketiga yaitu ar-ra,yu dengan
menggunakan ijtihad. B. Sumber Hukum lslam Menurut Al-Qur'an surat
An-Nisa'/4:59, setiap muslim wajib menaati kemauan atau kehendak Allah, rasul
dan ulil amri (penguasa). Kehendak Allah yang berupa ketetapan tersebut kini
tertulis dalam Al-Qur'an, kehendak Rasulullah terhimpun dalam kitab-kitab hadits,
kehendak penguasa termaktub dalam kitab-kitab fikih. Yang dimaksud penguasa
dalam hal ini adalah orangorang yang memenuhi syarat untuk ber'rjtihad karena
kekuasaan berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan ajaran hukum lslam dari
dua sumber utamanya yaitu Al-Qur'an dan kitab-kitab hadits. Yang ditetapkan Allah
dalam Al-Qur'an tersebut kemudian dirumuskan dengan jelas dalam percakapan.
Antara Nabi Muhammad dengan salah seorang sahabatnya yang akan ditugaskan
untuk menjadi gubernur di yaman. sebelum Mu'az bin Jabal berangkat ke Yaman,
Nabi Muhammad memuji dengan menanyakan sumber hukum yang akan dia
pergunakan untuk menyelesaikan masalah atau sengketa yang dia hadapi di daerah
yang baru itu. Pertanyaan itu dijawab oleh Mu'az bahwa dia akan menggunakan
Al-Qur'an. Jawaban itu kemudian disusul oleh nabi Muhammad dengan pertanyaan
berikutnya: "Jika tidak terdapat petunjuk khusus (mengenai suatu masalah) dalam
Al-Qur'an bagaimana?" Mu'az menjawab: Saya akan mencarinya dalam sunnah nabi
Muhammad." Kemudian nabi bertanya: "Kalau engkau tidak menemukan petunjuk
pemecahannya dalam sunnah nabi Muhammad, bagaimana?" Kemudian Mu'az
menjawab: "Jika demikian, saya akan berusaha sendiri mencari sumber
pemecahannya dengan mempergunakan akal saya dan akan mengikuti pendapat
saya itu." Nabi sangat senang atas jawaban Mu'az itu dan berkata: "Aku bersyur,:r
kepada Allah yang telah menuntun utusan Rasul-Nya.' (H.M. Rasyidi/1 980:456)
Dari hadits yang dikemukakan, para ulama menyimpulkan bahwa hukum lslam ada
tiga, yaitu Al-Qur'an, As-Sunnah dan akal pikiran orang yang memenuhi syarat
untuk berijtihad. Akal pikiran ini dalam keputusan hukum lslam diistilahkan dengan
al-ra'yu yakni pendapat seseorang yang memenuhi syarat untuk menentukan nilai
dan norma pengukur tingkah laku manusia dalam segala kehidupan. Ketiga sumber
itu merupakan rangkaian kesatuan dengan urutan seperti yang sudah disebutkan. Al-
Qur'an dan As-sunnah merupakan sumber utama ajaran lslam, sedangkan al-ra'yu
merupakan sumber ketiga atau sumber pengembangan.
Al-Qur'an sumber ajaran lslam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad s.a.w. Wahyu Allah itu diturunkan dalam bahasa Arab dan secara
autentik terhimpun dalam mushap Al-Qur'an. Kata Al-qur'an menurut bahasa berarti
bacaan atau yang dibaca. Dalam ini terkandung makna bahwa wahyu Allah yang
diturunkan secara lisan ini
Al-Qur'an sebagai sumber aqidah, norma dan nilai, mengandung pokokpokok ajaran
sebagai berikut:
Ijtihad adalah aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat relative. Realitas ijtihad
ini menjadikannya sumber nilai yang bersifat dinamis. Pintu ijtihad selalu terbuka,
termasuk membuka kembali fiqh-fiqh prosuk ljtihad lama. Yusuf Qardawi
menyatakan bahwa terdapat dua agenda besar 'tjtihad yang dituntut oleh peradaban
modern ini, yakni ijtihad di bidang hubungan keuangan dan ekonom i, serta bidang
ilmu pengetahuan dan kedokteran. ljma' ulama (consensus), mengatakan bahwa
ijtihad tidak boleh memasuki dimensi ibadah mahdhah seperti shalat. Dasar ljtihad
adalah Al-Qur'an, dimana manusia diperintahkan menggunakan akal, pikiran dan
pancaindera. Sebagian ulama menunjuk pada Q.S. Al-Maidah/5:48 : "Untuk tiap
orang dari kaum, Kami telah ciptakan suatu syari'at dan satu jalan terbuka." Jalan
terbuka (minhajan) dipahami sebagai jalan terbuka bagi intelektual muslim.
Metode ijtihad yang dinilaivalid antara lain : Qiyas (reasoning by analogi), yaitu
menerapkan hukum perbuatan lainyang memiliki kesamaan. Misarnya Al-eur'an
melarang jual beli ketika Jum'at (o.s. Al-Jumu'ah/62:9) dan hukum perbuatan selain
dagang juga terlarang, karena sama-sama mengganggu shalat Jum,at. Masalihul
Mursalah, yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan sesuai dengan
tujuan syari'at. perbedaannya dengan istihsan adalah jika istihsan menggunakan
konsiderasi hukum-hukum universal dari Al-Qur'an dan As-sunnah atau
menggunakan dalil-dalil umum dari kedua sumber tersebut, sedangkan masalihul
mursalan menitik beratkan kepada pemanfaatan perbuatan dan kaitannya dengan
tujuan universal syari'at lslam.
(a) fungsi iabadah. Fungsi paling utama hukum lslam adalah untuk beribadah kepada
Allah swr;
(d) fungsitanzim wa islah al-ummah. Fungsi hukum lslam selanjutnya adalah sebagai
sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial,
sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera (lbrahim
Hosen, 1gg6: g0).
Kontribusi umat tslam dalam perumusan dan penegakan Hukum Kontribusi umat
lslam dalam perumusan dan penegakan hukum pieda akhir-akhir ini semakin nampak
jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan hukum lslam, misalnya 3 Undang-undang Republik lndonesia No. 1
Tahun jgr4 tentang perkawinan; 3 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang
perwakafan tanah milik; 3 UU Republik lndonesia No. 7 Tahun 1g89 tentang
peradilan agama