Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM
KELOMPOK 4
NAMA:
YULIANA YUNUS
(2201114)
PERTIWI ADE PUTRI
(2201113)
DIRGA SAPUTRA RAMADHAN
(2201142)
ISI PEMBAHASAN
1. Al-Qur'an
2. Ciri khas dan karakteristik al-qur'an
3. Cara al-qur'an di wahyukan
4. Al-Sunnah
5. macam-macam sunnah/hadits
6. Fungsi sunnah/hadits
7. Kedudukan sunnah sebagai hujjah
8. Al-ijtihad
9. Fungsi ijtihad
10. Dasar hukum ijtihad
11. Syarat-syarat Mujtahid
1. AL-QUR’AN
Alquran adalah kitab suci dan bagian penting dalam
hidup umat Islam. Bagi kaum muslimin, Alquran adalah
hukum dan perintah, pedoman untuk berperilaku dan A. PENGERTIAN AL-QUR’AN
moral, serta berisi filosofi agama. Ini adalah kompilasi
wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad dari
Allah SWT melalui malaikat Jibril. B. KARAKTERISTIK AL-QUR'AN
Alquran adalah kalamullah, atau kalimat Allah SWT dan
berasal dari sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman,
C. FUNGSI AL-QUR’AN
ْ ‫ۤال ٰر ۗ ِك ٰتبٌ اُحْ ِك َم‬
ْ َ‫ت ٰا ٰيتُ ٗه ثُ َّم فُصِّ ل‬
‫ت ِم ْن لَّ ُد ْن َح ِكي ٍْم َخبِي ۙ ٍْر‬
Alif Lam Ra. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya disusun
dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci,
(yang diturunkan) dari sisi (Allah) Yang
Mahabijaksana, Mahateliti,
A. Pengertian Alquran
Pengertian Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
melalui perantara malaikat Jibril dan disampaikan kepada umat manusia untuk
dijadikan pedoman dalam kehidupan di dunia ini.
Pengertian Alquran secara bahasa diambil dari kata qara-a – yaqra’u – qur’anan yang memiliki arti sesuatu
yang dibaca. Pengertian Alquran ini mempunyai makna berupa anjuran kepada umat Islam untuk selalu
membaca Alquran.Menurut M. Quraish Shihab, pengertian Alquran secara harfiah berarti bacaan yang
sempurna. Ia merupakan nama pilihan Allah SWT yang tepat, karena tidak ada suatu bacaan manapun sejak
manusia mengenal baca tulis yang dapat menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.

B. Karakteristik Alquran
Terdapat lima faktor yang menjadi karakteristik dari Alquran, yaitu:
1. Alquran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan malaikat Jibril karena dia hanya sebagai
penyampai wahyu dari Allah. Bukan pula sabda Nabi Muhammad, karena beliau hanya penerima wahyu dari
Allah, dan bukan perkataan manusia biasa.
2. Alquran hanya diberikan kepada Nabi Muhammad. Kitab suci yang diberikan kepada para nabi sebelumnya
bukanlah Alquran, melainkan Zabur, kitab yang diberikan kepada Nabi Daud; Taurat
3. Alquran adalah mukjizat, dan sepanjang sejarah umat manusia, sejak awal turunnya sampai
sekarang hingga masa yang akan datang, tidak akan ada seorang pun yang mampu menandingi
Alquran, baik secara individu maupun kolektif.
4. Diriwayatkan secara mutawatir, artinya Alquran diterima dan diriwayatkan oleh banyak orang.
Periwayatan itu dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai kepada umat saat ini.
5. Membaca Alquran dicatat sebagai amal ibadah. Hanya membaca Alquran saja yang dianggap sebagai
ibadah, terlebih jika kita mengetahui makna dari apa yang dibaca. Bacaan lain dapat dianggap ibadah jika
disertai niat seperti mencari ilmu. Oleh karena itu, pahala yang diperoleh pembaca selain Alquran adalah
pahala mencari Ilmu, bukan substansi dari bacaan sebagaimana pada Alquran.
C. Fungsi Alquran
1. Al-Huda (Petunjuk)
Alquran berfungsi sebagai petunjuk yang terdiri dari 3 jenis, yaitu petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk
bagi orang yang bertaqwa, dan petunjuk bagi orang yang beriman.
2. Al-Firqon (Pembeda)
Alquran sebagai pembeda antara yang hak dan yang bathil, yang benar dan yang salah. Dengan membaca dan
Memahami Alquran, kita dapat mengetahui mana yang baik dan benar dalam kehidupan kita.
3. Al-Asyifa (Penyembuh)
Alquran bisa menjadi obat bagi penyakit mental. Dengan membaca Alquran dan mengamalkannya, kita dapat
terhindar dari berbagai penyakit hati atau mental. Membaca Alquran juga dapat memberikan pencerahan bagi
orang yang beriman
4. Al-Mau'izah (Nasihat)
Dalam Alquran terdapat banyak ilmu dan juga nasihat-nasihat dalam menjalani kehidupan bagii
orang-orang yang bertakwa. Nasihat yang ada di dalam Alquran biasanya juga digambarkan dengan
Sebuah peristiwa atau kejadian di masa lalu, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang di masa
sekarang atau masa setelahnya.
Cara Al-Qur’an diwahyukan
Al Quran diturunkan dalam dua cara, yaitu:
Al Quran diturunkan secara lengkap di malam Lailatulqadar
dari Lauh Mahfudz ke langit dunia
Usai diturunkan ke langit dunia, Al Quran diturunkan ke Nabi
Muhammad secara bertahap

Selain itu, sejarah turunnya Al Quran dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah (sebelum
hijrahnya Nabi) dan Madinah (setelah hijrah). Al Quran pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah
utara Mekkah, pada 17 Ramadan 610 M. Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan
berisi tentang akidah (paham terkait keimanan) dan tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini,
terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan.
Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalat
(hubungan manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam),
dan hukum Islam. Pada periode setelah hijrahnya Nabi Muhammad ini, terdapat 28
surat yang diturunkan selama sembilan tahun sembilan bulan. Ayat Al Quran yang
terakhir diturunkan adalah surat Al-Maidah ayat 5.
2. AL-SUNNAH
Secara istilah sunnah adalah jalan yang ditempuh oleh rasulullah dan para sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan,
perbuatan, maupun penetapan. Sunnah adalah sumber hukum islam utama setelah Al-Qur’an. Sunnah tertuang dan di
dokumentasikan dalam kumpulan hadis Rasulullah.
MACAM-MACAM SUNNAH/HADITS
Macam-macam sunnah/hadits dibagi menjadi tiga yaitu:
A. Sunnah Qauliyyah
Sunnah Qauliyyah adalah ucapan Rasulullah yang di dengar atau disampaikan oleh seseorang atau sahabat. Sunnah ini
juga bisa berupa penjelasan tentang makna-makna yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an. Contoh sunnah qauliyyah
dapat dengan mudah ditemukan dalam hadis Rasulullah. Berikut beberapa contoh sunnah qauliyyah:
HADIS TENTANG PENENTUAN PUASA RAMADHAN
“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya
pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi,
berpuasa dan berbukalah kalian.” (HR. Bukhori dan Muslim)
HADIS TENTANG MEMBACA ALFATIHAH SAAT SHOLAT
"Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca surat al Fatihah." (HR. Bukhari-Muslim)
HADIS TENTANG MAKAN DAN MINUM
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia
lupa membacanya sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi)
B. Sunnah Fiiliyyah
Sunnah fiiliyyah adalah sunnah yang berasal dari perbuatan Nabi Muhammad SAW. Perbuatan ini dilihat, diketahui,
dan disampaikan para sahabat kepada orang lain. Sunnah ini bersumber dari segala bentuk perbuatan Nabi.Tindakan
yang dimaksud dalam sunnah ini, termasuk tindakan agama dan duniawi. Sunnah fiiliyyah biasanya terkait dengan
penjelasan soal ibadah, dan penyelenggaraan hukum Islam. Contoh sunnah fiiliyyah seperti tata cara salat, puasa,
haji, sedekah, dan semacamnya. Berikut beberapa contoh sunnah fiiliyyah:

HADIS MENCUCI TANGAN SEBELUM MAKAN


Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:
“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau
ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum.” (HR.
Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i)

HADIS TENTANG KEISTIMEWAAN KUCING


“Ketika Nabi Muhammad akan berwudhu dihampiri oleh seekor kucing dan kucing tersebut minum di bejana
tempat beliau wudhu. Nabi berhenti hingga kucing tersebut selesai minum lalu berwudhu”. (HR Muslim)

HADIS TENTANG SALAT SUNNAH


"Nabi SAW melakukan sholat sejumlah sebelas rakaat. Itu lah sholat
beliau." dan "Beliau melaksanakan sholat malam sebanyak tiga belas
rakaat."(Hadis riwayat Bukhari)
C. Sunnah Taqriyyah
Pengertian Sunnah Taqriyyah adalah sunnah yang berasal dari respons Rasulullah terhadap segala perbuatan sahabat
yang diketahuinya. Sunnah ini berupa perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan di hadapan atau sepengetahuan
Nabi Muhammad SAW. Tetapi Nabi hanya diam dan tidak mencegahnya. Sikap diam dan tidak mencegah dari Nabi Saw
menunjukkan persetujuan (taqriri) Nabi SAW terhadap perbuatan sahabat tersebut.
Sunnah Taqriyyah meliputi persetujuan Nabi Muhammad SAW tentang tindakan para sahabat yang terjadi dalam dua cara
yang berbeda. Pertama, ketika Rasulullah mendiamkan suatu tindakan dan tidak menentangnya. Kedua, ketika Rasulullah
menunjukkan kesenangannya dan tersenyum atas tindakan seorang sahabat. Berikut beberapa contoh sunnah taqriyyah

HADIS TENTANG TAYAMUM


Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu ia berkata: "Pernah ada dua orang bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan
waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak membawa air, lalu mereka berdua bertayamum dengan debu yang bersih
dan melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya
mengulangi shalatnya dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka beliau berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: 'Kamu
sesuai dengan sunnah dan shalatmu sudah cukup'. Dan beliau juga berkata kepada yang berwudhu dan mengulangi
shalatnya: 'Bagimu pahala dua kali'
HADIS TENTANG DAGING DHBB
Hadis ini menceritakan ketika Rasulullah dijamu daging dhabb (sejenis biawak), namun rasul tidak memakannya.
Kemudian ada sahabat yang menanyakan apakah daging tersebut halal atau tidak.
”Apakah makanan ini haram ya Rasulullah? Lalu rasul menjawab,” Tidak, hanya saja makanan ini tidak terdapat pada
kaumku dan aku tidak menyukainya.”
FUNGSI SUNNAH/HADITS
Fungsi dari Sunnah antara lain:
a. Menetapkan atau mengukuhkan hukum yang telah ada di dalam Al-Qur’an.Contoh firman Allah Swt dalam
surat Hud : 102.
َ ِ‫اربِّ َكَأ ْخ ُذ َو َك َذل‬
‫ك‬ َ ‫َش ِديدَألِي ٌم ْخ َذهُِإنَّظَالِ َمةٌ َو ِهيَ ْالقُ َرىَأ َخ َذِإ َذ‬
Artinya: “Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim.
Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.”
Ayat ini diperkuat dengan hadits riwayat Abu Musa yang maknanya hampir sama. Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya Allah Ta’ala akan menangguhkan siksaannya bagi orang yang berbuat zhalim, apabila Allah telah
menghukumnya maka dia tidak akan pernah melepaskannya. Kemudian Rasulullah Saw membaca ayat surat
Huud : 102 (H.R Muslim)
b. Memberikan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an. Seperti firman Allah dalam surah Al-maidah: 3.
‫ت‬ْ ‫ال ِخ ْن ِزي ِْر َولَحْ ُم َوال َّد ُمال َم ْيتَةُ َعلَ ْي ُك ُم ُح ِّر َم‬
Artinya: “diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah dan daging babi...” Qs.al-maidah:3)
Dalam ayat ini tidak ada kecuali, semua bangkai dan darah diharamkan untuk dimakan. Sunnah Rasulullah SAW
mentakhshish atau mengecualikan darah dan bangkai tertentu. Sabda Rasululah saw:

‫ط َحا ُل‬ ِ ‫ُوت َوال َج َرا ُد َوَأ َّما ال َد َم‬


ِّ ‫ان فَال َكبِ ُد َوال‬ ِ َ‫ان فََأ َّما ال َم ْيتَـَت‬
ُ ‫ان الح‬ ْ َّ‫ُأ ِحل‬.
ِ َ‫ت لَنَا َم ْيتَت‬
ِ ‫ان َو َد َم‬

Artinya: “Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Yang dimaksud dua macam
bangkai adalah bangkai ikan dan bangkai belalang. sedangkan yang dimaksud dua macam darah adalah ati dan
limpa.” (Hadits Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan al-Bayhaqi.)
Kedudukan Sunnah sebagai Hujjah
Kehujjaan As Sunnah dalam mengistimbatkan hukum menempatkan pada
posisi kedua sebelum Al-Quran. Sunnah sebagai hujjah dalam
mengistimbatkan hukum terbagi atas tiga yaitu sunnah Qauliyah (perkataan
nabi) yaitu hadis Rasul yang beliau sampaikan dalam berbagai tujuan yang
membuat berbagai tujuan syariah baik yang berkaitan dengan Aqidah
Akhlak maupun yang. Lainnya. Kedua sunnah Fi'liyah (perbuatan nabi)
segala pekerjaan pekerjaan yang dilakukan dan dilakukan nabi untuk diikuti
umatnya sampai kepada umat akhir zaman. Dan yang adalah sunnah
Tagririyah yaitu sunnah seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau
mengemukakan suatu ucapan kepada nabi dan nabi mengetahui apa yang
dilakukan orang itu dan mampu menyanngga namun nabi diam dan tidak
menyangga nya maka hal ini merupakan pengakuan nabi.
3 .AL-IJTIHAD
Ijtihad adalah proses penetapan hukum syariat dengan menggunakan semua pikiran dan tenaga secara bersungguh-
sungguh. Proses ijtihad bertujuan menciptakan solusi dalam pertanyaan hukum yang belum dijelaskan di dalam Al-
Quran dan hadis. Karenanya, hanya para ulama yang dapat berijtihad terkait hukum Islam. Dari sisi etimologi, ijtihad
berasal dari bahasa Arab yaitu kata jahada-yajhadu-jahd yang berarti kemampuan, potensi, kapasitas. Berdasarkan
pengertian tersebut, kita dapat mengartikan bahwa ijtihad adalah pengerahan segala kemampuan kita dengan bekerja
keras untuk mencapai sesuatu.
FUNGSI IJTIHAD
1. Ijtihad al-ruju' (kembali) yaitu mengembalikan ajaran-ajaran Islam dari segala jenis interpretasi yang kurang jelas
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
2. Fungsi ijtihad al-ihya (kehidupan) yaitu menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai agar semangat dan mampu
menjawab tantangan zaman menurut Islam.
3. Fungsi ijtihad al-inabah (pembenahan) yaitu memenuhi ajaran-ajaran Islam yang sebelumnya diijtihadi oleh ulama
terdahulu yang kemungkinan ada kesalahan menurut kondisi dan konteks zaman sekarang.
DASAR HUKUM IJTIHAD
Dasar dari ijtihad adalah Al Quran dan Sunnah. Jadi para ulama tidak sembarang menentukan hukum dari suatu
permasalahan.
Allah SWT berfirman dalam ayatnya yang artinya
“Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara
manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah) karena (membela) orang-orang yang khianat”. (QS. An-Nisa’: 105).
SYARAT-SYARAT MUJTAHID
Mujtahid adalah orang yang melakukan ijtihad. Selain harus Islam, baligh, berakal dan adil, ada lagi beberapa syarat
terkait penguasaan ilmu yang harus dimiliki oleh seorang Mujtahid. Jadi tidak sembarang orang yang bisa melakukan
proses ijtihad. Berikut syarat-syarat utama yang harus dipenuhi;
Menguasai pengetahuan tentang al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam mashadirus syariah tentu
saja memegang peranan penting sebagai sumber hukum Islam. Maka, seorang Mujtahid, ketika hendak menggali hukum
dari ayat-ayat al-Qur’an harus menguasai ilmu-ilmu terkait dengan al-Qur’an itu sendiri. Yakni ilmu seputar makna teks al-
Qur’an, illat dan tujuan yang terdapat di dalamya, asbabun nuzul, nasikh-mansukh dan mampu mengidentifikasi ayat-ayat
hukum.
Menguasai pengetahuan tentang Sunnah Kenabian. Hadis dan sunnah kenabian merupakan sumber kedua setelah al-
Qur’an. Maka, ketika hendak menggali hukum Islam dari teks-teks hadis, seorang Mujtahid harus menguasai seluruh ilmu
terkait dengan hadis. Mulai dari menguasai mustalahul hadis, kritik sanad dan matan hadis, ilmu jarh wat ta’dil, dan
berbagai macam ilmu dalam diskursus pemahaman hadis.
Menguasai Ilmu Bahasa Arab. Al-Qur’an dan Hadis sampai kepada kita dengan media Bahasa Arab. Seorang Mujtahid
tidak akan mampu memahami teks tersebut ketika dia tidak menguasai Bahasa Arab. Nahwu, Shorrof, Balaghah, Manthiq
dan ilmu kebahasaan lainnya mutlak harus dikuasai.
Menguasai Ushul al-Fikih. Ushul Fikih adalah tiang ijtihad. Di dalamnya ada sekumpulan teori dan konsep, berikut kaidah
kaidah untuk menggali hukum Islam. Maka sudah sepatutnya seorang Mujtahid mesti menguasai ilmu ini. Tidak boleh
tidak!
Mengetahui hal-hal terkait Ijma’. Setelah al-Qur’an dan Hadis, Ijma’ adalah sumber syariat ketiga dalam Islam. Ijma’
berkaitan dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh para ulama terkait suatu hukum tertentu. Ijma’ ulama termasuk
dalil qath’I (yang pasti), yang harus dirujuk oleh Mujtahid ketika hendak menentukan sebuah hukum.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai