Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rachmat Novrianto

NPM : 1910631030125
Kelas : 6A Religious

Sumber Agama dan Ajaran Agama Islam


Pengertian Agama
Agama merupakan sistem yang mengatur kepercayaan (Keimanan) dan peribadatan
kepada tuhan yang mahakuasa serta dengan adanya tata kaidah yang berkaitan dengan budaya,
pandangan di dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Fungsi Agama
Fungsi agama secara umum memiliki peran yang banyak dalam mengatur kehidupan
manusia diantara lain :
1. Agama berfungsi sebagai pedoman hidup untuk manusia dalam menjalani
kehidupan didunia ini.
2. Agama sebagai sumber aturan tata cara yang mengatur hubungan antara manusia
dengan tuhan dan juga mengatur manusia dan sesamanya.
3. Agama sebagai cara manusia dalam mengungkapkan keindahan alam semesta dan
segala isinya di dunia ini.
Klasifikasi Agama
Agama berdasarkan sumber datangnya dibagi menjadi tiga antara lain :
1. Agama samawi
Agama samawi bersumber langsung dari Allah SWT, dimana wahyu dari Allah ini
disampaikan melalui para Rasul-Nya untuk yang selanjutnya diajarkan kepada para
umat manusia sebagai pedoman hidup
Agama samawi ini merupakan agama yang paling tua karena agama ini telah turun sejak
zaman Nabi Adam, yang merupakan manusia pertama dibumi dan diteruskan sampai
nabi-nabi selanjutnya hingga nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.

Ciri – cirinya antara lain :


• Disampaikan langsung kepada manusia yang dipilih oleh Allah SWT sebagai
utusan-Nya.
• Untuk kelahiran agama samawi ini dapat dengan pasti ditentukan.
• Agama samawi tidak tumbuh dan berkembang dari masyarakat/umat manusia
melainkan diturunkan kepada umat manusia.
• Agama samawi memiliki kitab suci yang sangat terjaga keasliannya dan diwariskan
secara turun – temurun kepada rasul – rasul-Nya.
• Agama samawi memiliki ajaran yang tetap, meskipun untuk tafsirnya dapat berubah
sesuai dengan pola pikir dan kepekaan manusia.
• Agama samawi memiliki ajaran yang bersifat universal dimana berlaku untuk
seluruh umat manusia dan setiap masa.
• Agama samawi memiliki konsep ketuhanan yang maha esa
2. Agama Ardhi
Agama ardhi atau bisa disebut juga dengan agama bumi merupakan agama yang
bersumber dari pola pikir manusia atau budaya manusia

Ciri – cirinya antara lain :


• Berbanding terbalik dengan agama samawi, untuk agama ardhi ini tidak
disampaikan oleh nabi/rasul sehingga untuk kelahiran agama tersebut tidak dapat
dipastikan.
• Agama ini diciptakan oleh manusia/tokoh agama yang bersumber dari pola pikir
dan kebudayaan.
• Untuk ajaran pada agama ardhi ini dapat berubah – ubah berdasarkan pola pikir dan
kebudayaan masyarakat yang menganut agama tersebut.
• Untuk ajarannya tidak bersifat universal
• Agama ardhi biasanya memiliki kitab yang diwariskan secara turun – temurun tetapi
kitab tersebut sering mengalami perubahan seiring berjalan waktu, jadi untuk
keasliannya tidak terjamin.
• Untuk konsep ketuhanan pada agama ardhi ini adalah panthaisme, dinamisme dan
animism

3. Akulturasi dan Asimilasi


Merupakan agama yang bersumber dari perpaduan antara dua aspek yaitu agama wahyu
dengan pola pikir manusia serta kebudayaan daerah yang kemudian mengalami
pembauran.
Ciri -cirinya antara lain :
• Untuk ajaran nya dapat berubah – ubah sesuai dengan kehidupan manusia seiring
berjalan waktu.
• Untuk ajarannya tidak bersifat universal.
• Konsep ketuhanan yang maha esa tetapi masih mengikuti budaya setempat.

Dari ketiga sumber agama tersebut berkaitan dengan keaslian ajaran agama yang
diyakini oleh setiap umat tersebut, jadi ketika kita tahu bahwa berasal darimana sumber agama
tersebut maka akan berdampak pada kualitas ajaran agamanya dan keyakinan seseorang pada
agama yang dianutnya.
Sumber Ajaran Islam
Secara garis besar sumber agama dan ajaran islam yang paling utama dibagi menjadi
tiga antara lain Al-Qur’an, sunnah Rasulullah SAW dan juga ijtihad. Untuk yang bersumber
dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW harus dipegang oleh umat manusia khususnya
bagi umat islam karena berdasarkan yang disampaikan oleh nabi yaitu jika umat manusia
memegang atau menjadikan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW maka umat manusia
tersebut dijamin tidak akan tersesat selama – lamanya
Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi agama islam, kitab ini diturunkan langsung oleh
Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW. Adapun untuk definisi serta pengertian Al-Qur’an
menurut etimologi adalah dari kata kerja qara-a – yaqra’u – qur’anan yang jika artikan adalah
sebagai bacaan yang berulang – ulang.
Sedangkan untuk definisi dan pengertian Al-Qur’an menurut istilah/terminologi adalah
sebagai kitab suci bagi umat islam yang isinya merupakan firman – firman dari Allah SWT
yang kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizatnya. Al-Qur’an
disampaikan secara berangsur – angsur selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari dari Allah SWT
melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Jadi turunnya Al-Qur’an ini tidak sekaligus melainkan berangsur – angsur dan
berbentuk suhuf – suhuf, ketika Nabi Muhammad SAW saat berada di Mekkah selama 13 tahun
surat – surat yang turun disebut surat makkiyah dan ketika Nabi Muhammad SAW di Madinah
selama 10 tahun surat – surat yang turun disebut dengan surat madaniyah
Ayat pertama yang turun adalah surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5, pada saat itu Nabi
Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira dan tiba – tiba datang malaikat Jibril memeluk
Nabi dari belakang dan berkata “Iqra” yang artinya “bacalah” sampai tiga kali, tetapi pada saat
itu Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa beliau tidak bisa baca, karena pada dasarnya
Nabi Muhammad itu adalah Ummy yang artinya tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis.
Kemudian Al-Qur’an dikumpulkan dalam mushaf yang sejak masa turunnya. Pada
zaman Nabi Muhammad SAW Al-Qur’an senantiasa dihafal oleh para sahabat nabi dan
kemudian diamalkan, lalu dari hafalan tersebut para sahabat nabi juga menuliskan ayat – ayat
Al-Qur’an. Dahulu ada sahabat nabi bernama Zaid Bin Tsabit, beliau bertugas untuk
menuliskan ayat – ayat Al-Qur’an pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Pada saat sebelum Al-Qur’an turun, hadist nabi belum ditulis karena khawatir akan
bercampurnya antara hadist nabi dengan firman Allah SWT. Proses pengumpulan Al-Qur’an
ini berangsur – angsur mulai dari zaman sahabat Utsman dan Umar sehingga sampai sekarang
Al-Qur’an masih terjaga keasliannya yang kita baca sehari – hari. Untuk surat pertama dalam
Al-Qur’an adalah surat Al-Fatihah dan surat terakhir nya yaitu surat An-Naas. Jadi, apabila di
dalam Al-Qur’an surat pertamanya adalah bukan surat Al-Fatihah dan surat terakhir nya bukan
surat An-Naas sudah dipastikan bahwa kitab tersebut merupakan palsu.
Al-Qur’an turun secara mutawatir yang artinya tidak hanya satu orang yang
meriwayatkan melainkan bebererapa orang dan sampai saat ini masih terjaga keaslian dan
orisinalitasnya sehingga tidak akan ada yang bisa menyaingi indahnya gaya Bahasa dari Al-
Qur’an. Bahkan pada zaman Rasulullah pernah ada seseorang bernama Musailamah al-Kazzab
yang mengaku sebagai nabi yang kemudian di tangkap oleh Rasul untuk membuat narasi atau
diksi yang serupa dengan Al-Qur’an. Allah SWT menegaskan bahwa tidak akan ada yang dapat
menyaingi Al-Qur’an meskipun itu hanya 1 ayat sekalipun.
Al-Qur’an ini menjadi bernilai ibadah apabila seseorang membacanya. Di dalam Al-
Qur’an juga terdapat isi aturan ajaran agama islam yang bertujuan sebagai pedoman hidup dan
petunjuk bagi umat manusia khususnya umat islam supaya dalam menjalani kehidupannya di
dunia, umat manusia tidak tersesat sesuai dengan hal – hal yang menurut Allah SWT itu baik
dan benar.
Untuk kaidah – kaidah yang terdapat di dalam Al-Qur’an ini tidak secara spesifik atau
detail melainkan berisikan secara umum tetapi Al-Qur’an ini memiliki makna yang mendalam.
Untuk penjelasan secara spesifik dan detailnya akan dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui
hadist atau sunnah.
Nama – Nama Al-Qur’an
Untuk Penyebutan nama – nama lain Al-Qur’an bukan tanpa alasan melainkan dari
nama – nama tersebut dapat menjelaskan sifat dan karakter dari Al-Qur’an itu sendiri.
Berikut adalah beberapa nama lain dari Al-Qur’an :
1. Al Kitab atau Kitabullah
Nama lain dari Al-Qur’an yaitu Al-Kitab atau Kitabullah yang biasanya digunakan saat
menyebut Al-Quran. Al-Kitab menurut bahasa arab artinya adalah buku. Nama lain dari Al-
Qur’an ini terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 2
‫ﺐ ۛ ِﻓﯿِﮫ ۛ ُھﺪًى ِﻟْﻠُﻤﺘ ﱠِﻘﯿَﻦ‬ ُ ‫ٰذَِﻟَﻚ اْﻟِﻜﺘ َﺎ‬
َ ‫ب َﻻ َرْﯾ‬
Artinya : Kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS.
Al-Baqarah : 2).

2. Al-Furqan
Nama lain dari Al-Qur’an selanjutnya yaitu Al-Furqan yang memiliki arti
pembeda/pemisah. Maksud pembeda dan pemisah disini adalah membedakan antara yang
benar dan salah, Nama lain dari Al-Qur’an terdapat dalam QS Al-Furqan ayat 1
‫ﻋْﺒِﺪِه ِﻟﯿَُﻜﻮَن ِﻟْﻠﻌَﺎﻟَِﻤﯿَﻦ ﻧَِﺬﯾًﺮا‬ َ ‫ﺗ َﺒَﺎَرَك اﻟﱠِﺬي ﻧَﱠﺰَل اْﻟﻔُْﺮﻗَﺎَن‬
َ ‫ﻋﻠَٰﻰ‬
Artinya : Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hanba-Nya agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan : 1).

3. Adz-Dzikra
Nama lain Al-Qur’an disebut juga dengan Adz-Dzikra yang mengandung arti pemberi
peringatan. Nama lain dari Al-Qur’an terdapat dalam QS. Al-Hijr ayat 9
ُ ‫ِإﻧﱠﺎ ﻧَْﺤُﻦ ﻧَﱠﺰْﻟﻨَﺎ اﻟ ِﺬّْﻛَﺮ َوِإﻧﱠﺎ ﻟَﮫُ ﻟََﺤﺎِﻓ‬
‫ﻈﻮَن‬
Artinya : Sesungguhnya Kami-Lah yang menurunkan Adz-Dzikra dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.(QS. Al-Hijr : 9)

4. Al Mau’idhoh
Nama lain Al-Quran selanjutnya adalah Al-Mau’idhoh yang artinya adalah pelajaran
atau nasihat. Nama lain dari Al-Qur’an terdapat dalam QS. Yunus ayat 57
‫ﺼﺪُوِر َوُھﺪًى َوَرْﺣَﻤﺔٌ ِﻟْﻠُﻤْﺆِﻣِﻨﯿَﻦ‬
‫ﻈﺔٌ ِﻣْﻦ َرﺑُِّﻜْﻢ َوِﺷﻔَﺎٌء ِﻟَﻤﺎ ِﻓﻲ اﻟ ﱡ‬ ُ ‫ﯾَﺎ أ َﯾﱡَﮭﺎ اﻟﻨﱠﺎ‬
َ ‫س ﻗَْﺪ َﺟﺎَءﺗُْﻜْﻢ َﻣْﻮِﻋ‬
Artinya : Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman. (QS. Yunus : 57)
5. Asy-Syifa’
Nama lain dari Al Quran yaitu, Asy-Syifa yang mengandung arti penyembuh. Nama
lain dari Al-Qur’an terdapat dalam QS. Al-Isra ayat 82
‫َوﻧُﻨَِّﺰُل ِﻣَﻦ اْﻟﻘُْﺮآِن َﻣﺎ ُھَﻮ ِﺷﻔَﺎٌء َوَرْﺣَﻤﺔٌ ِﻟْﻠُﻤْﺆِﻣِﻨﯿَﻦ ۙ َوَﻻ ﯾَِﺰﯾﺪُ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﻈﺎِﻟِﻤﯿَﻦ ِإﱠﻻ َﺧ‬
‫ﺴﺎًرا‬
Artinya : Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra : 82)

Fungsi dan Peran Al-Qur’an


Al-Qur’an memiliki fungsi dan peran diantara lain :
1. Sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia
Al-Qur’an memberikan petunjuk supaya umat manusia khususnya umat islam berada pada
jalan yang lurus, yang artinya manusia dengan mempelajari isi kandungan dari Al-Qur’an dapat
membuat hidup menjadi baik dan benar. Isi yang terkandung dalam Al-Qur’an telah dijelaskan
bahwa terdapat pembeda antara yang baik dan buruk serta adanya peringatan larangan sehingga
kita sebagai umat islam harus mematuhinya dan selalu berperilaku amar makruf dan nahi
munkar.
2. Memberikan penjelasan terhadap sesuatu
Al-Qur’an berfungsi sebagai Al-Bayan yang artinya memberikan penjelasan atau
keterangan terhadap sesuatu. Contohnya adalah ketika awal penciptaan manusia, dimana
didalam Al-Qur’an sudah dijelaskan sejak lama jauh sebelum ilmu pengetahuan tentang biologi
ditemukan. Banyak sekali ayat – ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang teori umum yang
berkaitan dengan teori – teori ilmiah yang nantinya dibahas oleh para ilmuwan.
3. Al-Qur’an sebagai obat penawar jiwa
Ketika umat islam membaca ataupun mendengar lantunan ayat – ayat Al-Qur’an maka
hatinya akan merasa tenang dan damai. Orang yang memiliki iman yang bagus maka akan
bergetar hatinya ketika membaca dan mendengar Al-Qur’an karena akan timbul rasa takut dan
rasa berharap kepada Allah SWT.
4. Al-Qur’an sebagai penyempurna untuk kitab – kitab yang sebelumnya
Sebelum turunnya Al-Qur’an ada beberapa kitab – kitab Allah SWT yang juga diturunkan
kepada para Nabi sebelumnya misalnya kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, kitab
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa dan kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi
Daud. Dari kitab – kitab tersebut hanya digunakan untuk umat manusia pada zaman saat kitab
itu turun saja, lain hal nya dengan kitab Al-Qur’an yang digunakan sampai saat ini bahkan
hingga akhir zaman.
5. Menjelaskan kisah masa lalu pada umat sebelumnya.
Di dalam Al-Qur’an terdapat kisah – kisah dari masa lalu pada umat sebelumnya, dimana
atas dasar dari kisah umat terdahulu kita dapat mengambil pelajaran atau hikmahnya supaya
kita akan tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang pernah mereka lakukan
sebelumnya.
Sunnah/Hadist
Sunnah jika diartikan secara Bahasa merupakan sikap, perilaku, ucapan dan cara
rasulullah dalam menjalani kehidupannya atau garis – garis perjuangan yang dilaksanakan oleh
rasulullah. Sedangkan menurut istilah sunnah merupakan perkataan, perbuatan dan
keterangannya (taqrir), yaitu sesuatu yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat dan ditetapkan
oleh nabi.
Perkataan / ucapan dari Nabi Muhammad SAW biasanya terdapat dalam hadist dengan
tambahan kata “Qola Rasulullah” yang artinya Rasulullah bersabda. Kemudian adanya
perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah biasanya terdapat pada hadist dengan tambahan kata
“Kana Rasulullah” yang artinya keadaan Rasulullah. Terdapat juga sunnah yang ditetapkan
karena cita – cita nabi yang tidak kesampaian, contohnya adalah puasa asyuro 10 muharam.
Kesepakatan dari para umat Islam dalam menerima dan mengamalkan segala ketentuan
yang terapat di dalam hadist ternyata sejak zaman Rasullullah masih hidup. Saat zaman
Rasulullah, masa khulafaul rasyidin dan juga pada masa – masa selanjutnya tidak ada yang
mengingkarinya. Banyak umat islam yang tidak hanya mengerti dan mengamalkan isi didalam
hadist, melainkan banyak juga yang sampai menghafal dan menyebarluaskan kepada
masyarakat islam.
Hadist Qudsi
Hadist qudsi ini merupakan hadist atau firman Allah SWT yang tidak terdapat di dalam
Al-Qur’an. Hadist qudsi makna nya langsung dari Allah SWT yang kemudian Nabi sampaikan.

Hubungan Antara Al-Qur’an dan Sunnah


Hubungan Antara Al-Qur’an dan Sunnah adalah saling menguatkan, tetapi sumber
utama yang jelas adalah Al-Qur’an karena sudah dipastikan isi dan orisinalitasnya masih
terjaga sampai saat ini. Sedangkan untuk sunnah biasanya menegaskan atau menjelaskan secara
detail hal – hal yang umum terdapat dalam Al-Qur’an
Contoh hubungan antara Al-Qur’an dan sunnah saling berkaitan dan menguatkan
adalah ketika adanya kewajiban untuk melaksanakan sholat pada umat islam, untuk
pelaksanaan kewajiban itu lebih rincinya dijelaskan di dalam hadist, Al-Qur’an hanya sampai
menegaskan “Akimisholah” yang artinya dirikanlah sholat. Didalam hadist menjelaskan
bagaimana tata cara dan waktu sholat dijelaskan oleh Rasulullah di dalam hadistnya
Tetapi dalam hadist ini kita juga harus selektif yang artinya tidak langsung dipraktekan,
alasannya karena terdapat juga hadist yang sifatnya lemah dan bahkan ada yang palsu.

Ijtihad
Ijtihad menurut etimologi atau secara bahasa dapat diartikan mengerahkan segala upaya
dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Sedangkan ijtihad menurut terminologi atau istilah adalah
mengerahkan kekuatan maksimal untuk sampai pada kesimpulan suatu hukum syar’i yang
aplikatif dari dalilnya yang rinci dengan cara menggali hukum dari sumbernya.
Ijtihad bisa dilakukan ketika terdapat suatu permasalahan yang hukumnya tidak
terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadist. Jadi ijtihad dapat digunakan dengan memanfaatkan
akal pikiran manusia, tetapi meskipun menggunakan akal pikiran tetap harus memiliki dasar
dari Al-Qur’an dan juga hadist.
Ijtihad adalah sumber dari hukum Islam setelah Al-Quran dan juga hadist. Jadi saat
melakukan ijtihad kita tidak boleh bertolakbelakang atapun bertentangan dengan sumber
hukum utama dalam islam yaitu Al-Qur’an dan hadist.

Bentuk – bentuk ijtihad antara lain :


1. Ijma
Ijma adalah kesepakatan dan ketetapan hati dalam memutuskan suatu perkara masalah
ataupun hukum. Ijma dilakukan dalam merumuskan suatu hukum yang tidak disebutkan secara
spesifik atau detail di dalam Al-Qur’an dan juga hadist. Contohnya adalah ketika adanya
kesepakatan para ulama pada saat setelah Rasulullah wafat untuk mengumpulkan.
2. Qiyas
Qiyas merupakan menganalogikan masalah yang timbul tetapi tidak terdapat di dalam Al-
Qur’an dan juga hadist karena adanya kesamaan sifat ataupun karakternya. Contoh
sederhananya adalah ketika para ulama mengharamkan hukum ketika kita meminum minuman
keras dan sejenisnya yang memiliki karakter serta sifat yang memabukkan. Contoh mengenai
minuman keras ini telah dibahas pada QS. Al-Maidah ayat 90
3. Maslahah Mursalah
Maslahah mursalah merupakan cara dalam penetapan hukum, dimana penetapan hukumnya
di dasarkan atas kemanfaatan dari suatu perbuatan dan juga dari tujuan hakiki universal
terhadap syariat islam. Contohnya adalah ketika ada seseorang yang menikah, maka diharuskan
melakukan pencatatan perkawinan dalam surat resmi, tujuannya agar menjadi maslahat untuk
sah nya gugatan dalam perkawinan, pembagian harta, nafkah dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka

Sodikin, R. Abuy. 2003. “MEMAHAMI SUMBER AJARAN ISLAM”. Diakses pada 20 Mei
2022, dari http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alqalam/article/download/633/515
Rozak, Abd. 2018. “AL-QUR’AN, HADIS, DAN IJTIHAD SEBAGAI SUMBER AJARAN
PENDIDIKAN ISLAM”. Journal of Islamic Education: 1-16
Haris, Abdul. 2013. “HADITH NABI SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM: Dari Makna
Lokal – Temporal Menuju Makna Universal”. Jurnal Hukum Islam: 1-15
Fitra Jaya, Septi Aji. 2019. “AL-QUR’AN DAN HADIS SEBAGAI SUMBER HUKUM
ISLAM”. Jurnal INDO – ISLAMIKA: 1-13

Anda mungkin juga menyukai