Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-quran adalah sebuah kitab suci bagi orang Islam, baik ketika masih hidup
Rasullullah saw. Maupun sesudah beliau wafat sampai sekarang. Baik yang ada di
kawasan timur tengah sampai di belua Eropa, Al-quran yang dulu sampai sekarang
masih tetap sama. Para sejarawan dan kritikus sejarah, baik yang orientalis maupun dari
ilmuan Islam sendiri mencoba melakukan penelitan, menulis dan mengangkat tema
sentral yaitu Alquran dengan berbagai sudut padang. Ada yang melihat dari sudut
bahasa dan sasteranya, ada yang melihat dari sudut bentuk dan huruf yang
digunakannya, ada yang melihat dari sudut pandang apa yang dikandungnya dan ada
yang melihat dari sudut pandang krolologis turunya surah dan ayat. Kesemuanya itu
memberikan gambaran bahwa Alquran bagaikan lautan luas yang dalam dan pasti tidak
akan pernah selesai dalam memperbincangkannya. Al-Quran Al-Karim yang terdiri dari
114 surah dan susunannya ditentukan oleh Allah swt. dengan cara tawqifi yaitu cara
yang pengerjaannya tidak dibuat-buat atau asal jadi, atau memberikan tambahan
didalamnya sesuai dengan kehendak manusia. Penggunakan metode sebagaimana
metode penyusunan buku-buku ilmiah, seperti membahas satu masalah, selalu
menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan pasal-pasal, metode ini
tidak terdapat dalam Al-quran Al-Karim, yang di dalamnya banyak persoalan induk
silih-berganti diterangkan.1
Seperti yang kita tahu Al-Qur`anmerupakan kumpulan dari wahyu-wahyu Allah
kepada Nabi Muhammad yang disampaikan melalui perantara malaikat Jibril dengan
cara berangsur-angsur. Wahyu merupakan perintah Allah yang diturunkan kepada Nabi
pilihan-Nya. Dan pada makalah ini kami akan membahas pewahyuan Al-Qur`an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi yang terakhir, wahyu-wahyu tersebut
akan digunakan untuk memberi petunjuk dan pedoman pada umatnya kejalan yang

1
Kementeriaan Agama RI, Mushaf Jalalain (Jakarta: Pustaka Kibar, 2012) hlm. 34-35
1
benar. Dan Al-Qur`an sendiri merupakan kitab suci yang keberadaannya sangat diakui
dari dulu,sekarang, bahkan sampai nanti akhir zaman. Nabi muhammad adalah seorang
umi (buta huruf) tidak pandai membaca tidak pandai menulis. Buktinya, setelah wahyu
diturunkan kepadanya lalu nabi memerintahkan orang lain untuk menuliskan wahyu
tersebut. Al-Quran adalah firman Allah sebagai sumber utama untuk setiap keyakinan
dan ibadah orang Islam. Hal ini merupakan sebuah peraturan untuk semua subjek yang
berhubungan dengan manusia, kebijakan, ajaran, ibadah, jual-beli, hukum, dan lain-lain.
Akan tetapi yang Paling utama adalah hubungan antara Allah dan makhluk Nya. Pada
saat yang sama, Al-Quran juga memberikan pedoman dan ajaran secara mendetail
tentang kemasyarakatan, bergaul atau berperi laku dengan sesama manusia dan sistem
ekonomi secara adil. Mushaf Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam
bahasa Arab. Sehingga banyak terjemahan Al-Quran, baik yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris atau bahasa lain. Tidak ada Al-Quran lain atau versi lain Al-Quran selain
Al-Quran itu sendiri. Al-Quran tetap eksis hanya dalam bahasa Arab sejak diturunkan.
Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah, Jazirah Arab, tahun 570 M. Ayahnya
meninggal sebelum beliau lahir dan sebentar kemudian ibunya juga meninggal. Akhirnya
beliau diasuh pamannya, salah satu orang yang dihormati di suku Quraisy. Dia diasuh
dalam keadaan buta huruf tidak dapat membaca atau menulis dan tetap dengan keadaan
demikian sampai meninggal. Begitu beliau tumbuh dewasa, dia terkenal sebagai seorang
yang jujur, terpercaya, dermawan, dan tulus hati. Karena dia orang yang dapat dipercaya,
dia mendapat julukan Al-Amin. Nabi Muhammad SAW sangat tafakur dan dia sangat
dibenci oleh masyarakat yang menyembah berhala sepanjang dekade. 2 Pada waktu
berumur empat puluh tahun, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali dari
Allah SWT melalui malaikat Jibril. Wahyu itu berlangsung selama 23 tahun dan
terkumpul dalam sebuah mushaf yang terkenal dengan nama Al-Quran.

2
M. Rehaili, bukti kebenaran Al-Quraan, (Yogyakarta: PADMA, 2003), hlm.2.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pewahyuan nabi muhammad ?
2. Bagaimana sejarah pembukuan Al-Qura`an ?
3. Apa saja nilai-nilai pendidikan pada pembukuan Al-Quran ?
C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui Historis Pewahyuan Al-Qur`an
2. Mengetahui proses Pembukuan Al-Qur`an
3. Mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam pembukuan Al-Qur`an

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Wahyu
1. Sejarah Pewahyuan
Dari sejarah Islam kita akan melihat jejak risalah Nabi Muhammad, sifat dan
kaitannya dengan ajaran para nabi terdahulu. Allah swt. menciptakan umat manusia
dengan satu tujuan agar menghambakan diri kepada-Nya, meski la tidak memerlukan
seseorang agar menyembah karena tidak akan menambah arti kebesaran-Nya. Tata cara
penyembahan tidak diserahkan pada individu, namun secara eksplisit dijelaskan oleh
para nabi dan rasul-Nya. Melihat bahwa semua rasul menerima tugas dari Pencipta yang
sama, inti risalah tetap sama saja, hanya beberapa penjelasan praktis yang mengalami
perubahan. Nuh (Noah), Ibrahim (Abraham), Isma'il (Ishamel), Ya'cub (Jacob), Ishaq
(Isaac), Yusuf (Joseph), Dawud (David), Sulaiman (Solomon), `Isa (Jesus), dan banyak
lagi yang tak terhitung, Allah mengutus dengan risalah yang ditujukan kepada
masyarakat tertentu dan berlaku pada masa tertentu pula. Dalam perjalanan mungkin saja
terjadi penyimpangan yang membuat pengikutnya menyembah berhala, percaya pada
klenik dan khurafat, dan melakukan upaya pemalsuan. Kehadiran Nabi Muhammad,
dengan risalah yang tidak tersekat dalam batas kebangsaan dan waktu tertentu, suatu
kepercayaan yang tidak akan mungkin dihapus karena untuk kepentingan umat manusia
sepanjang zaman. Islam menganggap kaum Yahudi dan Nasrani sebagai "ahli kitab".
Ketiga agama ini memiliki kesamaan asal usul keluarga dan secara hipotesis menyembah
tuhan yang sama, seperti dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan kedua putranya, Isma'il dan
Ishaq. Berbicara masalah agama, tentu kita dihadapkan pada peristilahan yang umum
kendati kata-kata itu tampak mirip, bisa jadi memiliki implikasi yang berlainan.
Misalnya, Kitab suci Al-Qur`an menjelaskan secara rinci bahwa segala sesuatu di alam
ini diciptakan untuk satu tujuan agar menyembah Allah, tetapi dalam mitologi Yahudi
semua alam ini diciptakan untuk menghidupi anak cucu bani Israel saja. Selain itu, nabi-
nabi bani Israel dianggap terlibat dalam membuat gambaran tuhan-tuhan palsu (Aaron)

4
dan bahkan dalam skandal perzinaan (David), sedangkan Islam menegaskan bahwa
semua nabi-nabi memiliki sifat kesalehan. Sementara, konsep trinitas dalam agama
Kristen-dengan anggapan Jesus seperti terlihat dalam gambaran ajaran gereja sama
sekali bertentangan dengan keesaan Allah dalam ajaran Islam. Kita akan paparkan sifat
kenabian dalam ajaran Islam yang akan jadi dasar utama adanya perbedaan nyata antara
Islam dan kedua agama itu yang mengalami pencemaran dari konsep monoteisme dan
akan kita jelaskan bahwa Allah menentukan ajaran ideal untuk seluruh alam raya dalam
bentuk wahyu terakhir. 3

Allah memilih muhammad untuk menyampaikan risalah keraasulan. Didalam diri


muhammad terdapat sifat-sifat hasiyah (alat indera) dan sifat-sifat maknawi (bathin)
kedua sifat ini mendarah daging dan sudah menjadadi tabiaat bagi muhammad sejak
mula diberikan kepadanya jiwa yang kuat budi yang luhur hati yang suci dan perasaan
yang halus. Nabi diberikan kekuatan bashirah (melihat dengan kemampuan batin untuk
menembus segala rintangan. Lidahnya fasih berkata-kata dan pikirannya tajam.
Pemberian allah yang kedua ialah kebenaran lidah, kesucian hati, penglihatan yang jauh
dari dosa, kejujuran hati yang pengasih, perasaan halus dan bersifat rahim kesesama
manusia. Allah memilih seseorang yang buta huruf tidak pandai membaca dan tidak
pandai menulis. Sungguh demikian semua orang patuh dan tunduk kepadanya
mempercayai kerasulannya. Nabi sendiri yang menafsirkan ayat Al-Qur`an yang
berbunyi :

ِ ‫َاب ْال ُمب‬


48 ‫ْطلُون َ سوره العنكبوة‬ َ ‫ك ۖ إِ ًذا اَل رْ ت‬ ُّ ‫ب َواَل تَ ُخ‬
َ ِ‫طهُ بِيَ ِمين‬ ٍ ‫َو َما ُك ْنتَ تَ ْتلُو ِم ْن قَ ْبلِ ِه ِم ْن ِكتَا‬
Dan engkau tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur`an) sesuatu kitab dan engkau
tidak pernah menulis dengan tangan kananmu.( Al-Ankabut – 48).4

Wahyu pertama turun saat rasullulah saw sedang berkhalwat digua hiro pada malam senin
bertepatan dengan tanggal 17 ramadhan saat itu usia beliau genap 40 tahun. Peristiwa ini
terekam dalam surah Al-Baqarah ayat 185.

3
Muhammad Mustafa Al-Azmi, Sejarah Teks Al-Qur'an, (Gema Insani, 2005), hlm.43.
4
Ibrahim Al-Abyadi, sejarah Al-Qur`an, (Jakarta: Renaka Cipta, 1992), hlm.33-34.

5
ِ‫َى َو ْالفُرْ قَان‬
ٰ ‫ت ِمنَ ْالهُد‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Turunnya wahyu tersebut sekaligus mempertegas kerasulan muhammad dan


menutup kenabian. Wahyu pertama yang turun adalah surah Al-alaq ayat 96.

„َ ‫ق َ ا ْق َر ْأ َو َرب‬
‫ُّك اأْل َ ْك َر ُم َ الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم َ َعلَّ َم اإْل ِ ْن َسانَ َما‬ ٍ َ‫ق اإْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ َ‫ك الَّ ِذي َخلَق َ َخل‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
‫طغ َٰى َ أَ ْن َرآهُ ا ْستَ ْغن َٰى‬ ْ َ‫َ لَ ْم يَ ْعلَ ْم َ َكاَّل إِ َّن اإْل ِ ْن َسانَ لَي‬

َ ‫إِ َّن إِلَ ٰى َربِّكَ الرُّ جْ َع ٰ„ى َ أَ َرأَيْتَ الَّ ِذي يَ ْنهَ ٰى َ َع ْبدًا إِ َذا‬
‫صلَّ ٰى َ سورة العلق‬

Bacalah (wahai nabi), apa yang diturunkan kepadamu, dengan mengawalinya


dengan menyebut nama tuhanmu yang esa dalam penciptaan. Yang menciptakan
manusia dari segumpal daging kental yang merah. Bacalah (wahai nabi) apa yang
diturunkan kepadamu, sesungguhnya kebaikan tuhanmu banyak,kemurahan NYA
melimpah, Yang mengajari makhluk Nya menulis dengan pena, Mengajari manusia
apa yang belum diketahuinya, dan memindahkannya dari kegelapan kebodohan
menuju cahaya ilmu.
Setelah peristiwa itu, secara berangsur –angsur Allah Swt menurunkan wahyu
kepada rasullulah saw. Wahyu yang diturunkan kepada beliau sudah mencakup segala
aturan dan jawaban atas persoalan kehidupan manusia, baik dalam hubungan dengan
tuhan (vertikal) maupun dengan lingkungan sosial (horisontal).
Al- Qur`an diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun: 13 tahun dimakkah
dan 10 tahun dimadinah. Ayat-ayat yang diturunkan di makah disebut ayat makkiyah
sedangkan ayat yang diturunkan di madinah disebut ayat madaniyah. Umumnya ayat-
ayat Al-Qur`an yang diturunkan di makkah memuat ajaran tauhid dan aqidah islamiyah,
seperti ke-Esaan Allah, iman kepada malaikat dan rasul Allah, serta hari akhir. Selain itu,
ayat-ayat makkiyah juga membuat bantahan terhadap orang-orang musyrik yang
6
menjelaskan tentang sebab aibat orang-orang yang syirik dan durhaka, mengajak kepada
kebebasan berfikir dan melepaskan diri dari keyakinan yang dianut oleh nenk moyang
mereka.
Penurunan Al-Qur`an secara berangsur-angsur merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk menancapkan keimanan dihati para hambanya. Sebab pada waktu itu
kondisi bangsa arab khususnya makkah hampir semua buta huruf dan budaya yang
berkembang adalah hafalan. Disamping itu jika ditinjau dari kacamata sikologi karakter
sifat manusia adalah mudah mengingat suatu peristiwa yang spesifik. Atas dasar itulah,
proses pewahyuan Al-Qur`an kepada rasullulah dilakukan secara berangsur-angsur.
Allah menghendaki nabi muhammad dan umat islam untuk bisa fokus terhadap suatu
perintah. Proses ini juga disesuaikan dengan kemampuan otak manusia yang terbatas.
Hikamah lain diturunkannya Al-qur`an secara berangsur-angsur adalah agar rasullulah
dapat dan sesering mungkin berkomunikasi dengan Allah, karena secara tidak langsung
frekuensi komunikasi yang terjadi akan menambah semangat rasullah untuk menyerukan
ajaran islam kepada umat manusia. Jika Al-qur`an diturunkan sekaligus niscaya
pertolongan yang bersifat spiritualpun tidak akan terjadi. Misalnya, disaat mendapat
tantangan atau cacian yang hebat dari orang-orang kafir al-qur`an turun menghibur dan
menenangkan hati rasullulah.5
B. Sejarah Pembukuan Al-quran
a. Penulisan Al-Quraan pada mas Nabi
Pada mas Rarasullah saw, proses pewahyuan dan pendokumentasian wahyu masih
sangat kontoversial. Hal ini disebabkan, terbatasnya sahabat yang mampu membaca dan
menulis. Sebab lainnya adalah bahwa rasul sendiri merupakan sosok ummy (tidak bisa
membaca dan tidak menulis). Karena itu setiap menerima wahyu dari Allah, rasullulah
saw, langsung menghafalkannya dan menyuruh para sahabat yang mampu menulis untuk
mencatatnya pada pelepah kurma, tulang, batu atau ulit domba. Diantara para sahabat
yang bertugas menulis wahyu pada masa ini adalah Ali bin Abi Thalib, Muawiyah, Ubay
bin Ka`ab, dan Zaid bin Tsabit.

5
Fahmi amrullah, Ilmu Al-Qur`an untuk pemula, (Jakarta: Artha Rivera, 2018), hlm.16-21.
7
Selain memerintahkan sahabat untuk menulis wahyu, rasullah saw juga memandu
untuk meletakan urutan ayat dan menentukan surah-surahnya. Sebab, tidak semua ayat
dalam satu surah diturunkan menurut urutan diturunkannya ayat sebagai contoh wahyu
pertama yang kali yang diturunkan kepada rasul adalah lima ayat pertama surat Al-alaq
disusul wahyu yang kedua yakni surah Al-mudatsir. Namun, dalam mushaf yang tersebar
saat ini, justru surat Al-fatihah yang dijadikan sebagi surah yang pertama dalam al-
qur`an.
Jadi proses pengumpulan pada masa rasullah saw bisa dikatakan masih dalam bentuk
hafalan, namun beberapa ayat sudah dicatat oleh sahabat secara acak pada bebatuan,
pelepah korma, dan lain sebagainya, pada masa ini pula pertama kali dilakukan
pencatatan wahyu yang kemudian dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.6
b. Al-Qura`an Pada Masa Abu Bakar R.a dan Umar R.a
Ketika abu bakar menjabat sebagai khilafah, diantara kaum muslimin yang lemah
imannya banyak yang murtad banyak pula yang menolak mengeluarkan zakat karena
pengaruh Musailamah Al-kadzab yang mengaku sebagai nabi dimana ia berhasil
mempengaruhi bani hanifah dari penduduk yamamah setelah abu bakar mengetahui
musailamah itu, beliau menyiapkan pasukan perang yang dipimpin oleh khalid bin walid
yang terkenal dengan nama perang yamamah.7
Dalam perang ini para sahabat penghafal Al-Qur`an yang gugur dimedan perang
mencapai 70 orang. Melihat penghafal al-qur`an yang gugur, hati umar terketuk dan
memikirkan cara yang ditempuh agar Al-qur`an tetap terjaga. Setelah berfikir panjang
umar bin khatab menemui abu bakar dan mengusulkan agar segera mengumpulkan dan
membukukan Al-qur`an karena dikhawatirkan akan musnah. Mendengar usulan umar
bin Khatab tersebut Abu bakar menolak dengan beralasan bahwa hal tersebut tidak
pernah dilakukan oleh rasullah. Namun setelah Umar bin Khatab menyampaikan seluruh
argumentasi tentang pentingnya Al-quran akhirnya abu bakarpun menerima alasan Umar
bin Khatab.
Setelah Abu Bakar wafat mushaf Al-quraan yang masih sederhana hasil tulisan zaid
bin tsabit itu disimpan oleh umar bin khatab yang tampil sebagai khilafah. Setelah umar
6
Fahmi amrullah ilmu Al-Qur`an untuk pemula, (Jakarta: Artha Rivera, 2008), hlm.44-47.
7
Siti Amanah Pengantar Ilmu Al-Qur`an dan Tafsi , (Semarang: As-Syifa, 1993),hlm. 109.
8
wafat, mushaf tersebut sampai kepada Usman bin Affan yang tampil menggantikan Abu
bakar.
c. Al-Qur`an Pada Masa Usman bin Affan
Penyebaran Islam bertambah dan para penghafal Al-quran pun tersebar diberbagai
wilayah dan penduduk disetiap wilayah itu mempelajari qira’at (bacaan) dari qari yang
dikirim kepada mereka. Cara-cara pembacaan (qiraat) Al-quran yang mereka bawakan
berbeda-beda sejalan dengan perbedaan ‘huruf‘ yang dengannya Al-quran diturunkan.
Apabila mereka berkumpul di suatu pertemuan atau disuatu medan peperangan, sebagian
mereka merasa heran dengan adanya perbedaan qira`at ini. Terkadang sebagian mereka
merasa puas, karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan itu semuanya disandarkan
kepada Rasulullah. Tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak akan menyusupkan
keraguan kepada generasi baru yang tidak melihat Rasulullah sehingga terjadi
pembicaraan bacaan mana yang baku dan mana yang lebih baku. Dan pada gilirannya
akan menimbulkan saling bertentangan bila terus tersiar, Bahkan akan menimbulkan
permusuhan dan perbuatan dosa. Fitnah yang demikian ini harus segera diselesaikan.
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Iraq, diantara orang
yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah Huzaifah bin Al-Yaman ra. Beliau banyak
melihat perbedaan dalam cara-cara membaca Al-quran. Sebagian bacaan itu bercampur
dengan kesalahan, tetapi masing-masing mempertahankan dan berpegang pada
bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan bahkan
mereka saling mengkafirkan.
Melihat kenyataan demikian Huzaifah segara menghadap Usman dan melaporkan
kepadanya apa yang telah dilihatnya Usman juga memberitahukan kepada Huzaifah ra.
bahwa sebagian perbedaan itu pun akan terjadi pada orang-orang yang mengajarkan
qiraat pada anak-anak. Anak-anak itu akan tumbuh, sedang diantara mereka terdapat
perbedaan dalam qiraat. Para sahabat amat memprihatinkan kenyataan ini karena takut
kalau-kalau perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka
bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran yang pertama yang ada pada Abu Bakar
dan menyatukan umat islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan tetap pada satu
huruf. Usman ra Kemudian mengirimkan utusan kepada Hafsah ra. Untuk meminjamkan

9
mushaf Abu Bakar ra. yang ada padanya dan Hafsah ra.Pun mengirimkan lembaran-
lembaran itu kepadanya. Kemudian Usman ra. memanggil Zaid bin Tsabit ra,
Abdullah bin Az-Zubair ra, Said bin‘Asra dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam ra.
Ketiga orang terakhir ini adalah orang quraisy, lalu memerintahkan mereka agar
menyalin dan memperbanyak mushaf, serta memerintahkan pula agar apa yang
diperselisihkan Zaid ra. dengan ketiga orang quraisy itu ditulis dalam bahasa Quraisy,
karena Qur’an turun dengan logat mereka. Dari Anas ra,”Huzaifah bin al-Yaman ra.
datang kepada Usman ra, ia pernah ikut berperang melawan penduduk Syam bagian
Armenia dan Azarbaijan bersama dengan penduduk Iraq. Huzaifah amat terkejut dengan
perbedaan mereka dalam bacaan, lalu ia berkata kepada Utsman ra ”Selamatkanlah umat
ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan (dalam masalah kitab) sebagaimana
perselisihan orang-orang Yahudi dan Nasrani.”
Utsman ra. kemudian mengirim surat kepada Hafsah ra. yang isinya,”Sudilah kiranya
anda kirimkan lembaran-lembaran yang berisi Alquran itu, kami akan menyalinnya
menjadi beberapa mushaf, setelah itu kami akan mengembalikannya. ”Hafsah ra.
mengirimkannya kepada Usman ra. dan Usman ra. memerintahkan Zaid bin Sabit ra,
Abdullah bin Zubair ra, Sa’ad bin ‘As ra. dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam ra.
untuk menyalinnya. Mereka pun menyalinnya menjadi beberapa mushaf. Usman ra.
berkata kepada ketiga orang quraisy itu,”Bila kamu berselisih pendapat dengan Zaid
bin Sabit ra. tentang sesuatu dari Alquran, maka tulislah dengan logat quraisy karena Al-
quran diturunkan dengan bahasa quraisy.”
Mereka melakukan perintah itu. Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi
beberapa mushaf, Usman ra. mengembalikan lembaran-lembaran asli itu kepada Hafsah
ra. Kemudian Usman ra. mengirimkan salinan ke setiap wilayah dan memerintahkan
agar semua Alquran atau mushaf lainnya dibakar. Dan ditahannya satu mushaf untuk di
Madinah, yaitu mushafnya sendiri yang dikenal dengan nama “mushaf Imam.”
Penamaan mushaf itu sesuai dengan apa yang terdapat dalam riwayat-riwayat dimana ia
mengatakan, ”Bersatulah wahai umat-umat Muhammad, dan tulislah untuk semua orang
satu imam (mushaf Qur’an pedoman).” Ibn Jarir mengatakan berkenaan dengan apa
yang telah dilakukan oleh Usman:‘Ia menyatukan umat Islam dengan satu mushaf

10
dan satu huruf, sedang mushaf yang lain disobek. Ia memerintahkan dengan tegas agar
setiap orang yang mempunyai mushaf ‘berlainan’ dengan mushaf yang disepakati itu
membakar mushaf tersebut, umat pun mendukungnya dengan taat dan mereka melihat
bahwa dengan begitu Usman telah bertindak sesuai dengan petunjuk dan sangat
bijaksana. Maka umat meninggalkan qiraat dengan enam huruf lainnya sesuai dengan
permintaan pemimpinnya yang adil itu, sebagai bukti ketaatan umat kepadanya dan
karena pertimbangan demi kebaikan mereka dan generasi sesudahnya.
Dengan demikian segala qiraat yang lain sudah dimusnahkan dan bekas-bekasnya
juga sudah tidak ada. Sekarang sudah tidak ada jalan bagi orang yang ingin membaca
dengan ketujuh huruf itu dan kaum muslimin juga telah menolak qiraat dengan huruf-
huruf yang lain tanpa mengingkari kebenarannya atau sebagian dari padanya. Tetapi hal
itu bagi kebaikan kaum muslimin itu sendiri. Apabila sebagian orang lemah pengetahuan
bertanya bagaimana mereka boleh meninggalkan qiraat yang telah dibacakan oleh
Rasulullah dan diperintahkan pula membaca dengan cara itu? Maka jawab ialah bahwa
perintah Rasulullah kepada mereka untuk membacanya itu bukanlah perintah yang
menunjukkan wajib dan fardu, tetapi menunjukkan kebolehan dan keringanan (rukshah).
Sebab andaikata qiraat dengan tujuh huruf itu diwajibkan kepada mereka, tentulah
pengetahuan tentang setiap huruf dari ketujuh huruf itu wajib pula bagi orang yang
mempunyai hujjah untuk menyampaikannya dan keraguan harus dihilangkan dari para
qari.8

C. Pemberian Harakat (Nuqath al-i’rab).


Sebagaimana telah diketahui, bahwa naskah mushaf ‘Utsmani generasi pertama
adalah naskah yang ditulis tanpa alat bantu baca yang berupa titik pada huruf (nuqath al-
i’jam) dan harakat (nuqath al-i’rab) yang lazim kita temukan hari ini dalam berbagai
edisi mushaf Al-quran. Langkah ini sengaja ditempuh oleh Khalifah Utsman r.a. dengan
tujuan agar rasm (tulisan) tersebut dapat mengakomodir ragam qira’at yang diterima
lalu diajarkan oleh Rasulullah saw. Dan ketika naskah-naskah itu dikirim ke berbagai
wilayah, semuanya pun menerima langkah tersebut, lalu kaum muslimin pun melakukan

8
Nasruddin, Sejarah Penulisan Alquran,hlm.60-1

11
langkah duplikasi terhadap mushaf-mushaf tersebut; terutama untuk keperluan pribadi
mereka masing-masing. Dan duplikasi itu tetap dilakukan tanpa adanya penambahan
titik ataupun harakat terhadap kata-kata dalam mushaf tersebut. Hal ini berlangsung
selama kurang lebih 40 tahun lamanya. Dalam masa itu, terjadilah berbagai perluasan
dan pembukaan wilayah-wilayah baru. Konsekwensi dari perluasan wilayah ini adalah
banyaknya orang-orang non Arab yang kemudian masuk ke dalam Islam, disamping
tentu saja meningkatnya interaksi muslimin Arab dengan orang-orang non Arab Muslim
ataupun non Muslim. Akibatnya, al-‘ujmah (kekeliruan dalam menentukan jenis huruf)
dan al-lahn (kesalahan dalam membaca harakat huruf) menjadi sebuah fenomena yang
tak terhindarkan. Tidak hanya di kalangan kaum muslimin non-Arab, namun juga di
kalangan muslimin Arab sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa, dalam ilmu antropologi
budaya, perbendaan manusia dari segi budaya tetap ada, oleh karena itu, bahasa, dialek
memungkinkan adanya perbedaan antara satu bangsa dengan lainnya. Hal ini kemudian
menjadi sumber kekhawatiran tersendiri di kalangan penguasa muslim. Terutama karena
mengingat mushaf Alquran yang umum tersebar saat itu tidak didukung dengan alat
bantu baca berupa titik dan harakat. Dalam beberapa referensi disebutkan bahwa yang
pertama kali mendapatkan ide pemberian tanda bacaan terhadap mushaf Alquran adalah
Ziyad bin Abihi, salah seorang gubernur yang diangkat oleh Mu’awiyah bin Abi
Sufyan r.a. untuk wilayah Bashrah (45-53 H). Kisah munculnya ide itu diawali ketika
Mu’awiyah menulis surat kepadanya agar mengutus putranya, ‘Ubaidullah, untuk
menghadap Mu’awiyah. Saat ‘Ubaidullah datang menghadapnya, Mu’awiyah terkejut
melihat bahwa anak muda itu telah melakukan banyak al-lahn dalam pembicaraannya.
Mu’awiyah pun mengirimkan surat teguran kepada Ziyad atas kejadian itu. Tanpa buang
waktu, Ziyad pun menulis surat kepada Abu al-Aswad al-Du’aly.“Sesungguhnya orang-
orang non-Arab itu telah semakin banyak dan telah merusak bahasa orang-orang Arab. 9

D. Nilai Pendidikan Penurunan Qur`an Secara Berangsur-angsur


Dalam pendidikan dan pengajaran ada sebuah proses yang harus dilalui, yaitu;
1) Perhatian terhadap tingkat pemikiran pendidikan.
2) perhatian terhadap pengembangan potensi akal, jiwa dan jasmani

9
Ibid
12
dengan potensi yang dapat membawanya kearah perbaikan dan kebenaran.
Hikmah turunnya Qur`an secara bertahap itu merupakan suatu metode yang
berfaidah bagi kita untuk mengaplikasikan kedua proses tersebut yang harus dilalui.
Sebab turunnya Qur`an secara bertahap dan bersifat alami itu dapat meningkatkan mutu
pendidikan bagi kita umat Islam untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan
prilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sendiri. Oleh
karena itu jiwa akan tumbuh dengan baik, dan tegak diatas pilar yang kokoh dan
mendatangkan buah dan hasil yang baik bagi kepentingan dan kemaslahatan umat
manusia seluruhnya dengan izin Allah.
Pentahapan turunnya Qur`an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa
manusia dalam upaya untuk menghafal Qur`an, memahami, mempelajari, memikirkan
makna-maknanya dan mengamalkan apa yang ada dalam isi kandungan Qur`an. Diantara
celah-celah turunnya Qur`an yang pertama kali didapatkan perintah untuk membaca dan
belajar dengan alat tulis. ”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan
kalam”. (QS. Al-Qalam, 96 : 1-5)
Demikian juga dalam turunnya ayat-ayat tentang riba dan warisan dalam sistem harta
kekayaan, serta turunnya ayat tentang peperangan untuk membedakan secara tegas
antara Islam dengan kemusyrikan. Itu semua terdapat tahapan-tahapan pendidikan yang
mempunyai berbagai cara dan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat Islam
yang sedang dan senantiasa berkembang, dari posisi yang lemah menjadi kuat dan
tangguh.
Sistem belajar mengajar yang tidak memperhatikan tingkat pemikiran siswa dalam
tahap-tahap pengajaran, bentuk bagian –bagian ilmu diatas yang bersifat menyeluruh,
dan tidak memperhatikan pertumbuhan aspek-aspek kerpibadian yang bersifat
intelektual, rohani dan jasmani, maka ia adalah sistem pendidikan yang gagal dan tidak
akan memberi hasil terhadap ilmu pengetahuan kepada umat manusia, selain hanya akan
menambah kebodohan, kemunduran dan keterbelakangan wawasan terhadap siswa, anak
didik atau murid.

13
Seorang pendidik atau guru yang tidak memberikan kepada para siswa dan muridnya
porsi materi pengetahuan yang sesuai, maka akan hanya menambah beban kepada
mereka diluar kemampuan dan kesanggupannya untuk menghafal dan memahami. Dan
berbicara kepada mereka dengan sesuatu yang tidak dapat mereka jangkau, atau tidak
memperhatikan keadaan mereka dalam menghadapi perubahan yang aneh dan ganjil atau
kebiasaan buruk mereka, sehingga ia berlaku kasar, brutal, dan keras serta menangani
urusan tersebut dengan tergesa-gesa, tidak bertahap dan bijaksana, maka guru yang
berlaku demikian ini adalah guru atau pendidik yang telah gagal.
Dengan demikian, petunjuk dari Allah tentang hikmah turunnya Al-Qur`an secara
bertahap adalah merupakan contoh yang baik untuk menyusun kurikulum dan silabi
pengajaran yang tepat, memilih metode yang cocok dan baik serta menyusun buku
pelajaran yang tepat sasaran
Pentahapan turunnya Al-Qur`an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa
manusia dalam upaya untuk menghafal Al-Qur`an, memahami, mempelajari, Agama
Islam yang kita ikuti dan dianut oleh ratusan juta kaum muslimin diseluruh dunia,
merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan
diakhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial, berfungsi memberikan
petunjuk kejalan yang benar dan selamat. Al-Qur`an memberikan petunjuk dalam
persoalan akidah, syariah, dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip
mengenai persoalan tersebut, dan Allah SWT menugaskan Rasulullah SAW untuk
memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu.
Maksud disini adalah bahwa Allah menurunkan Al-Qur`an kepada Nabi Muhammad
SAW untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Al-Qur`an merupakan
peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan
penghuni bumi. Turunnya Al-Qur`an yang pertama kali pada malam lailatul qadar
merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari para malaikat
akan kemuliaan umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah
baru agar menjadi umat yang paling baik bagi manusia. Sedangkan turunnya Qur`an
yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya.
Rasulullah tidak menerima risalah yang besar ini sekaligus, dan kaumnya pun tidak puas

14
dengan risalah tersebut karena kesombongan dan permusuhan mereka. Oleh karena itu
wahyu juga turun secara berangsur-angsur untuk menguatkan hati Rasulullah dan
menghiburnya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah
menyempurnakan agama ini dengan nikmat-Nya.10

10
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur`an,(Jakarta: AS, Litera Antar Nusa),hlm. 177.
15
BAB III
KESIMPULAN
Pada masa rasullah Al-Qur`an hanya berupa hafalan-hafalan yang berada
dalam dada para sahabat dn tulisan hanya ada pada pelepah kurma, batu dan
kepingan tulang, pada masa itu Al-Qur`an masih berserakan belum ada
pembukuan Al-Qur`an dalam satu mushaf. Atas usulan umar pada mas
khalifah Abu Bakar mulailah terbentuk pembukuan Al-Qur`an yang dipicu
oleh banyak Qori dan hufadz yang gugur dalam perang yamamah. Pada masa
umar bin khatab tidak terjadi permasalahan dengan Al-Qur`an, karena pada
masa pemerintahan umar lebih berorientasi terhadap perluassan wilayah.
Massa usman mulai terjadi perubahan mushaf Al-Qur`an karena adanya
perbedaan antar suku, atas usulan hufaidazh ustman menyeragamkan pebacaan
Al-Qur`an dengan Qurays, yang kemudian mushaf tersebut disebut Al-Imam
Mushaf Ustmani.
Perkembangan selanjutnya sesudah Khulafaurrasyidin adalah pemberikan
tanda baca, yang merupakan hasil kreatifitas dan ijtihad agar terhindar dari
kekeliruan dalam pembacaan Alquran sehingga bisa terpelihara sampai
sekarang.
Dari beberapa pembahasan yang telah kita sampaikan diatas tentang sejarah
singkat Quran akan membuka cakrawala baru kita semuanya untuk selalu
membaca, mengkaji dan memahaminya isi kandungan al-Qur`an dalam setiap
kesempatan waktu yang ada. Disini dapat kita garis bawahi bahwa Qur`an
merupakan wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril dari lauhul mahfud. Disamping itu juga, Qur`an
merupakan sumber dari beberapa ilmu pengetahuan yang harus selalu digali
dengan cermat dan mendalam, karena akan dapat memunculkan ilmu-ilmu
baru setelah diadakan penelitian dan kajian secara mendalam.
Al-Qur`an Diturunkan secara bertahap selama 23 tahun memberikan
inspirasi pembelajaran bagi umat Islam untuk mudah dihafal dengan baik dan
akan selalu mengikuti pada setiap kasus dilapangan yang dihadapi segera
dapat ditemukan jawabannya dengan pasti dan benar. Kemudian sisi lain dari
Al-Qur`an juga merupakan pedoman bagi seorang pendidik dalam
menyampaikan suatu ilmu pengetahuan kepada siswa, peserta didik, atau
murid yang dilakukan secara bertahap dan benar sesuai dengan tingkat usia
anak didiknya.
Demikian gambaran singkat sejarah Quran yang dapat kami sampaikan
kepada para pembaca dan pencinta ilmu pengetahuan. Kemudian penulis
berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik, saran dan masukan
pada isi makalah ini. Dan akhirnya nanti akan menjadi buah karya ilmiah yang
berkualitas setelah anda memberikan masukan terhadap isi artikel ini.
DAFTAR PUTAKA

Fahmi Amrullah. Ilmu Al-Qur`an Untuk Pemula. Jakarta: CV Artha

Rivera. 2008.

Halimudin. Sejarah Al-Qur`an. Jakarta. PT Rineka Cipta. 1992.

Hasby Ash-Shidqy. Ilmu Al-Qur`an. Cet. I. Jakarta: PT Bulan Bintang.

1972.

St Amanah. Pengantar Ilmu Al-Qur`an dn Tafsir. Semarang: CV Asyifa.

1993.

Hasby Ash-Shidqy. Sejarah pengantar Ilmu Al-Qur`an. Cet. I. Jakarta: PT

Bulan Bintang. 1972.

Mm. al-A`zami, Sejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai kompilasi

Kajian Perbandingan dengan Perjanjian lama dan Perjanjian Baru, Gema

Insani, Jakarta, 2005.

Abdullah M. Al-Rehaili. Bukti Kebenaran Al-Qur`an. Yogyakarta: P A D M

A. 2 013.

Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur`an, Terj. Mudzakir AS,


Litera Antar Nusa, Jakarta, 1996.
Kementeriaan Agama RI, Mushaf Jalalain Jakarta: Pustaka Kibar, 2012.

Anda mungkin juga menyukai