Anda di halaman 1dari 11

Sejarah perkembangan

tafsir Al quran pada awal,


klasik dan modern
Here is where your presentation begins
KEL0MPOK 2
AIYSA CUT PADILLAH
AL ADAWIYAH
NADHIRA ULFA
NURUL APRILIA IMELDA
SALWA SALSABILA
SEJARAH TAFSIR PADA MASA NABI
MUHAMMAD DAN PARA SAHABAT
Nabi Muhamamd saw, sebagai penerima wahtu tentu saja memahami ayat al-Quran baik
secara global maupun terperinci. Karena itu, beliau memiliki kewajiban untuk
menjelaskan makna dari setiap ayat al-Quran kepada para sahabat. Meski demikian,
secara mudah para Sahabat sebenarnya tau arti dari setiap ayat karena diturunkan
menggunakan Bahasa Arab, namun terkadang para Sahabat kurang memahami bagaimana
detail dan maksud dari ayat tersebut. Ibnu Khaldun dalam karyanya Muqaddimah
menjelaskan bahwa al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab . Karena itu, paham bahasa
arab tidak serta merta membuat para Sahabat memahami makna terperinci al-Quran, tapi
juga harus didukung dengan pengetahuan bahasa yang melingkupinya. Maka, tidak heran
jika pemahaman satu sahabat dengan sahabat lain dalam memahami al-Quran berbeda-
beda sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki. Lalu, apa yang dipegang para
sahabat untuk memahami dan melakukan penafsiran terhadap Pada masa sahabat ini,
tidak ada satu kitab tafsir pun yang ditulis dan dibukukan, karena urgensi pada waktu itu
lebih kepada bagaimana menjaga al-Quran dan menuliskannya.
Sejarah TAFSIR PADA MASA TABI’IN DAN
TABI’IT TABI’IN

1. Tafsir Tabi’in
Mufassir Era Tabi’in, Ketika zaman sahabat telah
berlalu, tersebarlah dalam kalangan tabi’in ulama’-ulama’
yang menerima riwayat-riwayat dari sahabat itu.
Pada masa tabi’in aliran-aliran tafsir dapat dikategorikan
menjadi 3 kelompok :
1. Aliran Makkah
2. Aliran Madinah
3. Aliran Irak
Sumber tafsir tabi’in
Para mufassir dimasa ini (tabi’in)dalam menafsirkan al-Qur’an dengan sumber-sumber
sebagai berikut :

 Ayat al-Qur’an
 Hadis Nabi Muhammad
 Pendapat para sahabat
 Keterangan dari ahli kitab baik yahudi maupun Nasrani
 Ijtihad para tabi’in sendiri.
2. Tafsir Tabi’it tabi’in
Setelah periode shahabat beserta tabi’in, pergerakan dari pertumbuhan tafsir mengalami kemajuan
seiring dengan dimulainya pembukuan terhadap hadis Nabi Saw. Gerakan pembukuan ini merupakan
kebijakan dan jasa dari penguasa ( Khalifah ) yang berkuasa pada saat itu masa akhir dari dinasti
Umayyah dan awal dinasti Abbasiyah ). Kebijakan Dinasti Abbasiyah sangat mendukung terjadinya
pelebaran wilayah kajian tafsir pada periode ini. Di era tabi’i tabi’in, mereka hanya meneruskan ilmu
yang diterima dari para tabi’in dengan mengumpulkan semua pendapat dan penafsiran ulama terdahulu
kemudian diterangkan ke dalam kitab-kitab tafsir. dan era ini disebut era formatif. Sehingga pada masa
ini al-Qur’an relatif masih sangat terbuka untuk ditafsirkan dan belum banyak mainstream pemikiran
yang berbeda, kecuali beberapa kasus saja yang ada di masa tabi’in.
Sejarah Tafsir pada masa
mufassirklasik dan modern
MENGENAL MUFASSIR KLASIK
Kajian terhadap penafsiran Alquran terus berkembang dari masa
ke masa, sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. hal ini
dapat dipahami, sebab penafsiran Alquran bertujuan untuk
memahami Alquran sekaligus petunjuk bagaimana mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, perlu
mengenal para mufasir yang telah berjasa memberikan sumbangan
pemikirannya berkenaan dengan Alquran. Mufassir yang
dimaksud adalah mufassir klasik yang banyak dirujuk oleh para
pengkaji Alquran dan tafsir. Di antara mufassir tersebut adalah at-
Thabari, Ibn Kasir, Jalalain dan al-Qurtubi.
MENGENAL MUFASSIR MODERN
Abad ke-14 Hijriah merupakan era modern, yakni ketika perkembangan budaya
umat manusia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. pada era modern ini
perkembangan pemikiran tafsir mengalami kebangkitan kembali setelah
perkembangan pemikiran tafsir mengalami kemunduran pada era pertengahan
islam. Pada pertengahan abad ke-7 H/13 M terjadi penyerbuan besar-besaran
tentara mongol ke wilayah islam seperti Samarkand, Bukhara, hingga Baghdad
(1258 M). Ulama-ulama yang hidup setelah prahara tersebut kebanyakan hanya
meringkas, mengomentari dan mengulang dari warisan-warisan yang hampir
punah tersebut tidak terkecuali dalam bidang tafsir. Pergerakan tafsir selanjutnya
mulai berubah arah dan metode. Tafsir kemudian berlanjut kearah kejian-kajian
maudlu’I (tematik) dari segala sisi Al-quran dan ilmu-ilmunya. Perjalanan tafsir
masih akan lebih panjang lagi. Setiap masa perjelanan tafsir selalu dilingkupi
oleh situasi dan kondisi yang berada didekat mufassir lainnya. Tafsir akan terus
bergerak seiring kebudayaan manusia yng tidak jalan ditempat.
Sejarah Tafsir pada era kontemporer

Kontemporer bermakna sekarang atau modern yang berasal dari bahasa


inggris ( contemporary). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
artinya pada waktu yang sama. Sebagian pakar berpandangan bahwa
kontemporer identik dengan modern. Keduanya saling digunakan secara
bergantian. Dalam konteks peradaban islam keduanya dipakai saat terjadi
kontak intelektual pertama dunia isalam dengan barat. Maka dapat
disimpulkan bahwa tafsir kontemporer adalah tafsir atau penjelasan ayat
al qur'an yang disesuaikan dengan kondisi kekinian.
SYUKRON
ANY QUESTION!

Anda mungkin juga menyukai