1. Tafsir Tabi’in
Mufassir Era Tabi’in, Ketika zaman sahabat telah
berlalu, tersebarlah dalam kalangan tabi’in ulama’-ulama’
yang menerima riwayat-riwayat dari sahabat itu.
Pada masa tabi’in aliran-aliran tafsir dapat dikategorikan
menjadi 3 kelompok :
1. Aliran Makkah
2. Aliran Madinah
3. Aliran Irak
Sumber tafsir tabi’in
Para mufassir dimasa ini (tabi’in)dalam menafsirkan al-Qur’an dengan sumber-sumber
sebagai berikut :
Ayat al-Qur’an
Hadis Nabi Muhammad
Pendapat para sahabat
Keterangan dari ahli kitab baik yahudi maupun Nasrani
Ijtihad para tabi’in sendiri.
2. Tafsir Tabi’it tabi’in
Setelah periode shahabat beserta tabi’in, pergerakan dari pertumbuhan tafsir mengalami kemajuan
seiring dengan dimulainya pembukuan terhadap hadis Nabi Saw. Gerakan pembukuan ini merupakan
kebijakan dan jasa dari penguasa ( Khalifah ) yang berkuasa pada saat itu masa akhir dari dinasti
Umayyah dan awal dinasti Abbasiyah ). Kebijakan Dinasti Abbasiyah sangat mendukung terjadinya
pelebaran wilayah kajian tafsir pada periode ini. Di era tabi’i tabi’in, mereka hanya meneruskan ilmu
yang diterima dari para tabi’in dengan mengumpulkan semua pendapat dan penafsiran ulama terdahulu
kemudian diterangkan ke dalam kitab-kitab tafsir. dan era ini disebut era formatif. Sehingga pada masa
ini al-Qur’an relatif masih sangat terbuka untuk ditafsirkan dan belum banyak mainstream pemikiran
yang berbeda, kecuali beberapa kasus saja yang ada di masa tabi’in.
Sejarah Tafsir pada masa
mufassirklasik dan modern
MENGENAL MUFASSIR KLASIK
Kajian terhadap penafsiran Alquran terus berkembang dari masa
ke masa, sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. hal ini
dapat dipahami, sebab penafsiran Alquran bertujuan untuk
memahami Alquran sekaligus petunjuk bagaimana mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, perlu
mengenal para mufasir yang telah berjasa memberikan sumbangan
pemikirannya berkenaan dengan Alquran. Mufassir yang
dimaksud adalah mufassir klasik yang banyak dirujuk oleh para
pengkaji Alquran dan tafsir. Di antara mufassir tersebut adalah at-
Thabari, Ibn Kasir, Jalalain dan al-Qurtubi.
MENGENAL MUFASSIR MODERN
Abad ke-14 Hijriah merupakan era modern, yakni ketika perkembangan budaya
umat manusia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. pada era modern ini
perkembangan pemikiran tafsir mengalami kebangkitan kembali setelah
perkembangan pemikiran tafsir mengalami kemunduran pada era pertengahan
islam. Pada pertengahan abad ke-7 H/13 M terjadi penyerbuan besar-besaran
tentara mongol ke wilayah islam seperti Samarkand, Bukhara, hingga Baghdad
(1258 M). Ulama-ulama yang hidup setelah prahara tersebut kebanyakan hanya
meringkas, mengomentari dan mengulang dari warisan-warisan yang hampir
punah tersebut tidak terkecuali dalam bidang tafsir. Pergerakan tafsir selanjutnya
mulai berubah arah dan metode. Tafsir kemudian berlanjut kearah kejian-kajian
maudlu’I (tematik) dari segala sisi Al-quran dan ilmu-ilmunya. Perjalanan tafsir
masih akan lebih panjang lagi. Setiap masa perjelanan tafsir selalu dilingkupi
oleh situasi dan kondisi yang berada didekat mufassir lainnya. Tafsir akan terus
bergerak seiring kebudayaan manusia yng tidak jalan ditempat.
Sejarah Tafsir pada era kontemporer