Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KHAT AL-QUR’AN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Al-Qur‟an

Dosen Pengampu : Ahmad Saifuddin M.Hum

Disusun oleh :
Maharani Arimbi (19.01.854)

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN & TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HUSAIN
SYUBBANUL WATHON
MAGELANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tulisan arab mulai tumbuh dan berkembang sejak Agama Islam muncul di tanah Arab
pada abad 6 M. mulailah penggunaan tulisan Arab untuk mencatat ayat-ayat wahyu tersebut pada
lembaran daun korma, tulang, batu, kulit domba dan sebagainya. Dalam penulisan Al-Quran
secara resmi barulah dimulai pada zaman Khalifah Utsman bin Affan. Di mana mushaf yang
dipergunakan adalah Mushaf Utsmani yakni tulisan tanpa membubuhkan tanda harakat.
Penulisan Al-Quran selanjutnya mempergunakan Khat Kufie, Khat Raihani, Khat Tsuluts dan
yang terakhir mempergunakan Khat Naskhi . Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Penulis lebih mendominasi pembahasan mengenai Khat Kufi.
Semoga dapat memberikan pemahaman dan menambah wawasan para pembaca mengenai Khat
Al-Quran.

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana sejarah Khat Al-Quran ?

2.Bagaimana sejarah Khat Kufi ?

3.Jelaskan peran Rasulullah dalam penyebaran Khat Al-Quran !

C.Tujuan

1.Mengetahui sejarah Khat Al-Quran

2.Mengetahui sejarah Khat Kufi

3.Mengetahui peran Rasulullah dalam penyebaran Khat Al-Quran


BAB II

PEMBAHASAN

A.Sejarah Khat Al-Quran

Di masa pemerintahan Utsman , mushaf baru dibukukan dalam bentuk buku sebagaimana
umumnya buku yang kita kenal sekarang. Secara rupa teks penulisannya, huruf-huruf yang
digunakan nyaris tidak sama dengan huruf Arab yang kita kenal saat ini. Corak khat nya lebih
dekat ke gaya Kufi, yang terkesan kotak-kotak. Sedangkan khat yang ada di mushaf modern kita
ini menggunakan khat Naskhi. Sedangkan kaligrafi Al-Quran yang sering kita temukan di
dinding masjid, biasanya paduan dari berbagai aliran khat. Yang dominan biasanya gaya tsuluts.1

Tulisan Arab atau khat mengalami perkembangan sepanjang sejarah. Pada kurun awal
Islam,Al-Quran ditulis “gundul”, tanpa tanda baca sedikit pun. Sistem vokalisasi baru
diperkenalkan kemudian. Meskipun demikian , rasm Uthmani sama sekali tidak menimbulkan
masalah, mengingat kaum muslimin saat itu belajar Al-Qur‟an langsung dari para sahabat,
dengan cara menghafal, dan bukan dari tulisan.Mereka tidak bergantung pada manuskrip atau
tulisan. 2

Khat Kufi, dinamakan kufi mengikuti kota Kufah, tempat berkembang dan
disempurnakannya kaidah-kaidah penulisan aksara tersebut. Bentuk tulisan ini paling mirip
dengan tulisan orang-orang Hijrah (Hiri) yang bersumber dari tulisan Suryani (Siriak). Khat Kufi
digunakan ketika itu, antara lain untuk menyalin Al-Quran. Bentuk tulisan kedua adalah khat
Naskhi, yang bersumber dari bentuk tulisan Nabthi (Nabatean). Khat ini biasanya digunakan
dalam surat-menyurat. Namun, teori tentang asal-usul kedua ragam tulisan ini tidak begitu
diterima sejarawan Arab, yang melihat bahwa tulisan Musnad bersumber dari tulisan Arami
(Aramaik) yang masuk ke Hijaz melalui Yaman merupakan bagian dari rangkaian tulisan Arab.

Dalam aksara Arab yang berkembang saat itu, lambang sejumlah konsonan tidak dapat
dibedakan antara satu dengan lainnya, sehingga pada perkembangan selanjutnya diciptakanlah
titik-titik diakritis yang mengikuti model tulisan Suryani.

Berdasarkan ketinggalan-ketinggalan historis berupa perkamen, uang logam dan inskripsi


bisa dipastikan bahwa titik-titik diakritis untuk konsonan-konsonan tertentu telah digunakan
pada abad pertama Islam. Sekalipun tidak seekstensif penggunaannya pada masa belakangan.
Dari temuan manuskrip Al-Quran beraksara Kufi yang awal, dapat dipastikan bahwa tanda-tanda
konsonan ini belum diaplikasikan dalam penyalinan mushaf.

Dilihat dari keindahan Al-Khat Arabi tentunya tidak lepas dari aspek perkembangan dan
pembaharuan dari awal munculnya kaligrafi ini, baik dari segi bentuk maupun jenisnya. Khat

1
Ahmad Sarwat Lc, MA.Sejarah Al-Quran, Rumah fiqh publishing,Jakarta Selatan,Hal 46
2
Dr.Syamsuddin Arif M,A. Al-Quran dan serangan orientalis. Jurnal Kajian Islam, Vol.1, No.1 . Januari 2005
kufi adalah salah satu khat yang termasuk dalam Al-Khuttut . Jika membicarakan tentang Khat
Kufi, maka tidak akan terlepas dari aspek sejarahnya. Karena khat ini merupakan khat tertua
dalam dunia Arab, dan menjadi salah satu saksi dalam sejarah kodifikasi penulisan Al-Qur‟an.3

B.Sejarah Khat Kufi

Khat Anbar sebagai sejarah awal Khat Kufi

Sejarah kodifikasi Al-Qur‟an dimulai sejak masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shidiq
atas usulan Umar bin Khattab melihat banyaknya para qurra yang meninggal pada perang
Yamamah. Jauh sebelum itu, pada awal datangnya Islam, Rasullullah telah memilih beberapa
shohabah untuk menjadi kuttabul wahyi yang bertugas untuk menuliskan wahyu sesuai dengan
apa yang diterima oleh Rasullullah. Perlu diketahui bahwa kuttabul wahyi merupakan tugas
mulia dan istimewa, mengingat banyaknya masyarakat yang tidak bisa menulis pada saat itu.
Untuk itu, makalah ini mencoba membahas sejarah tulisan (khat) dan perannya terhadap
penulisan Al-Qur‟an pada kodifikasi awal.

Jika merujuk pada zaman munculnya tulisan Arab, maka tidak ada satupun literatur yang
dapat menyebutkan secara pasti akan tanggal maupun tahunnya. Akan tetapi, beberapa literatur
mengatakan bahwa tulisan (khat) Arab pertama kali dibentuk oleh Basyar bin Abdil Malik
(saudara ipar Abu Sufyan) dengan model Khat Nabati. Dari Khat Nabati inilah muncul tiga
pencetus pertama tulisan Arab yang memodifikasi ulang dari Khat Nabati. Ketiga pencetus ini
lebih dikenal dengan sebutan “Al-Yad Al-Ulaa”, mereka adalah Maromiroh bin Marroh , Aslam
bin Sadroh dan „Amir bin Hadroh yang semuanya berasal dari Anbar. Sejak saat itulah kota
Anbar menjadi kota pertama munculnya tulisan Arab, dan tulisan Arab dikenal dengan Khat
Anbari dinisbatkan pada tempat munculnya khat ini.

Bertahun-tahun setelahnya, khat Anbari dipelajari oleh Utsman bin Affan dan Marwan
bin Hakam sebelum datangnya Islam dalam satu kelas yang sama. Khat yang sama juga
dipelajari oleh Mu‟awiyyah bin Abi Sufyan, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit. Merekalah
yang nantinya akan menjadi kuttabul wahyi pilihan Rasullullah.

Khat Kufi dan sejarah penulisan awal Al-Qur’an

Tradisi tulis-menulis pun dimulai sejak saat itu. Terlebih ketika Rasullullah memilih
beberapa sahabatnya untuk menjadi kuttabnya. Baik penulis wahyu maupun penulis surat untuk
diberikan kepada raja-raja sekitar. Kuttab, sebutan untuk penulis, seperti sekertaris pada masa
sekarang. Disebutkan dalam sejarah bahwa Rasullullah memiliki 42 orang Kuttab. Dan salah satu
kuttabul wahyi yang terkenal adalah Zaid bin Tsabit.

Seiring berjalannya waktu, Khat Anbar semakin berkembang. Dapat dilihat dari
bentuknya yang memiliki perkembangan di setiap waktunya. Khat inilah yang dipakai dalam
penulisan ayat Al-Qur‟an masa kodifikasi awal. Pada masa itulah, Rasullullah menyuruh para

3
Taufik Adnan Amal,Buku Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Alvabet 2013.hal 141.
penulis istimewa untuk menuliskannya di hadapan Rsaulullulah ketika ayat diturunkan, jika
terdapat kesalahan dalam penulisan, maka Rasulullah memberitahukannya. Dari Zaid bin Tsabit
ia berkata bahwa ia pernah menuliskan wahyu pada masa Rasulullah SAW. Ketika itu Rasulullah
mendiktekannya, dan ketika ia telah selesai menulis maka Rasulullah memerintahkan Zaid untuk
membacakannya, maka Zaid pun membacakan tulisannya dihadapan Rasulullah, jika terdapat
kesalahan, maka Rasulullah akan memberitahukannya. Ketika itu ayat-ayat Al-Qur‟an masih
ditulis dalam lembaran-lembaran kulit, daun, tulang pipih, serta pelepah kurma yang berbeda-
beda sesuai deng`an situasi turunnya ayat.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, dimulailah periode kedua kodifikasi
Al-Qur‟an atas usulan Umar bin Khattab melihat banyaknya qurra’ dan huffadz (penghafal Al-
Qur‟an) yang meninggal pada perang Yamamah. Pada masa inilah, Al-Qur‟an yang dituliskan
para kuttabul wahyi lalu dikumpulkan menjadi satu dan disimpan oleh Abu Bakar hingga ia
wafat. Beberapa lembaran ditulis menggunakan Khat Anbar, dan lembaran lainnya ditulis
menggunakan Khat Makki dan Khat Madani sesuai tempat ditulisnya tiap-tiap lembaran.

Dari Khat Anbar inilah yang menjadi asal muasal Khat Kufi dan menjadi asas tulisan
dalam penulisan Al-Qur‟an hingga akhir kekhilafahan Khulafa Rosyidin. Penamaan khat Kufi
dikenal sejak ditaklukkannya Iraq oleh Sa‟ad bin Abi Waqqosh pada masa kekhalifah Umar bin
Khattab pada tahun 18 H. Ketika itu, Umar mengirim sebagian umat muslim untuk menempati
kota Bashroh dan Kufah tepat setelah kota itu ditaklukkan. Pendapat lain mengatakan bahwa
para pendatang dari Madinah mengenalkan khat yang mereka kenal ke Kufah hingga terjadi
perkembangan bentuk dan keindahan di dalamnya hingga setelahnya disebut sebagai Khat Kufi.
Sejak saat itulah, khat Arabi muncul dan berkembang di Khufah mengikuti perkembangan
pemerintahan Islam yang berpusat di Kufah.

Seperti penamaan khat lainnya, disebut “Khat Kufi” karena letaknya di Kufah. Bahkan
kemudian Khat Kufi mampu mengungguli keindahan Khat Makki dan Khat Madani pada saat
itu. Maka, tidak dapat dipungkiri jika khat Kufi menduduki peringkat teratas, bahkan nama khat
„Arabi lebih dikenal dengan nama “Khat Kufi” karena tradisi menulis lebih banyak menyebar di
Kufah dan tersebar melalui Kufah di samping banyaknya para khattat dari Kufah yang sangat
memperhatikan keindahan, bentuk, gaya dan seni dari setiap hurufnya melebihi Khat Madani dan
Khat Makki.

Disebukan dalam buku „Tarikhul Khat wa Gharaib Rasmihi‟ bahwa mushaf pada abad
pertama hingga abad kelima hijriyah dituliskan dengan Khat Kufi, dengan pusat penulisan
mushaf yang berpusat di masjid Kufah. Salah satu contoh mushaf tertua yang ditulis
menggunakan khat Kufi dapat dilihat di museum seni Islam Kairo, ditulis di atas lembaran kulit
kijang dengan tinta hitam.

C. Peran Rasullullah sebagai penggerak penyebaran Khat dalam Islam

Ketika Islam datang, Rasullullah sangat memperhatikan kemajuan umatnya dalam hal
tulis-menulis mengingat bahwa masyarakat Jahiliyyah sangat awam dengan tradisi menulis.
Tidak heran, karena peralatan tulis-menulis jarang ditemukan pada masa Jahiliyyah di samping
adat, budaya dan kebiasaan Jahiliyyah yang memang belum membutuhkan tulisan. Bukan hanya
itu, dalam pendapat lain mengatakan bahwa Rasulullah juga berperan dalam estetika Al-Khat Al-
Islamy. Dukungan Rasullullah dalam gerakan khat dapat dilihat sejak Rasullullah hijrah ke
Madinah. Hal pertama yang dilakukan Rasul adalah membangun masjid dan mengadakan
halaqoh “tulis menulis”, untuk itu secara khusus Rasullulah memilih sendiri guru yang akan
mengajarkan halaqoh ini, salah satunya adalah „Abdullah bin Sa‟id bin „As dan „Ubadah bin
Shomit. Bukan hanya itu, tetapi Rasullullah juga menjadikan tebusan bagi tawanan perang yang
dapat menulis dan membaca untuk mengajarkannya kepada umat muslim di Madinah. Proses
pembelajaran tulis-menulis ternyata tidak hanya terfokus pada laki-laki saja, tetapi Rasullullah
juga mendukung dan menyemangati para wanita muslim untuk belajar dan mengajarkan khat.
Seperti Asy-Syifa binti „Abdillah, Hafshoh ummul mu‟minin, Ummu Kultsum binti Uqbah dan
„Aisyah binti Sa‟ad bin „Ibadah.Untuk itulah Rasullullah memerintahkan Hafshoh ra. untuk
belajar menulis (khat) kepada Asy-Syifa binti „Abdillah, agar ia dapat mengajarkan para wanita
muslim akan tulis-menulis. Maka disebutkan dalam sejarah bahwa Hafshoh merupakan salah
satu wanita pertama yang mempelajari khat. Al-khatthatah al-ulaa fil Islam.

Berbeda dengan bentuk tulisan sebelum datangnya Islam, karena ketika Islam datang
dengan semangatnya terhahap tulisan (khat) maka banyak umat muslim yang mulai
memperindah bentuk dan huruf dalam khat. Hal tersebut dimulai sejak Rasullullah memilih
sendiri para kuttab –sebutan untuk penulis- untuk menuliskan wahyu dan surat-surat penting
yang akan disampaikan para raja-raja sekitar. Sejak saat itu, para kuttab berlomba-lomba untuk
memperindah khat masing-masing, karena Rasullullah hanya memilih Ajwad Kuttab, penulis
terbaik dengan tulisan yang terindah.4

4
Nindhya Ayomi, Khat Kufi dan Perannya Dalam Sejarah Penulisan Al-Quran, Februari 2020
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

 Tulisan Arab atau khat mengalami perkembangan sepanjang sejarah. Pada kurun awal
Islam,Al-Quran ditulis “gundul”, tanpa tanda baca sedikit pun. Sistem vokalisasi baru
diperkenalkan kemudian. Meskipun demikian , rasm Uthmani sama sekali tidak
menimbulkan masalah, mengingat kaum muslimin saat itu belajar Al-Qur‟an langsung dari
para sahabat, dengan cara menghafal, dan bukan dari tulisan.Mereka tidak bergantung pada
manuskrip atau tulisan
 Jika membicarakan tentang Khat Kufi, maka tidak akan terlepas dari aspek sejarahnya.
Karena khat ini merupakan khat tertua dalam dunia Arab, dan menjadi salah satu saksi
dalam sejarah kodifikasi penulisan Al-Qur‟an.
 Dukungan Rasullullah dalam gerakan khat dapat dilihat sejak Rasullullah hijrah ke Madinah.
Hal pertama yang dilakukan Rasul adalah membangun masjid dan mengadakan halaqoh
“tulis menulis”.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwat,Ahmad . Sejarah Al-Quran, Rumah fiqh publishing,Jakarta Selatan,Hal 46

Arif,Syamsuddin . Al-Quran dan serangan orientalis. Jurnal Kajian Islam, Vol.1, No.1 . Januari
2005
Amal,Taufik Buku Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Alvabet 2013.

http://hamidionline.net/khat-kufi-dan-perannya-dalam-sejarah-penulisan-al-quran/

Anda mungkin juga menyukai