Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

AKUNTANSI IJARAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah

Dosen Pengajar : Ibu Isro’iyatul Mubarokah, S.E., M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Rachmat Novrianto (1910631030125)

Ratna Komala (1910631030129)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa karena
dengan rahmat serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Akuntansi Ijarah” dengan baik meskipun dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah. Dalam
penyusunan makalah ini kami banyak menemukan kesulitan tetapi dengan ketekunan dan
bantuan dari beberapa pihak sehingga makalah ini dapat tersusun, untuk itu kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Untuk itu masukan berupa kritikan dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Karawang, 08 November 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Akuntansi Ijarah ........................................................................................2
2.2 Akuntansi Pemilik Objek Ijarah (Mu’jir)..................................................2
2.3 Akuntansi Penyewa (Musta’jir) ..............................................................30
2.4 Akuntansi Jual dan Ijarah ........................................................................39
2.5 Akuntansi Ijarah Lanjut ..........................................................................41
BAB III PENUTUP..............................................................................................45
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................45
3.2 Saran ........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................46

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fiqih muamalah merupakan aturan yang membahas tentang hubungan manusia
dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat. Didalamnya termasuk kegiatan
perekonomian masyarakat. Salah satu jenis transaksi ekonomi yang dibahas dalam
fiqih muamalah ialah ijarah.

Ijarah merupakan salah satu bentuk transaksi muamalah yang banyak dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Didalam pelaksanaan ijarah ini, yang
menjadi objek transaksi adalah manfaat yang terdapat pada sebuah zat. Ijarah sering
disebut dengan upah atau imbalan. Ijarah yang sering kita kenal dengan persewaan,
sangat sering membantu kehidupan karena dengan adanya ijarah ini seseorang yang
terkadang belum bisa membeli benda untuk kebutuhan hidupnya, maka bisa
diperbolehkan dengan cara menyewa. Sebagaimana transaksi umum, maka ijarah
memiliki aturan-aturan tertentu. Kebanyakan para pelaku ijarah saat ini melakukan
transaksi ini hanya berdasarkan kebiasaan saja, tanpa ada dasar hukum dan aturan-
aturan yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan akuntansi ijarah?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi pemilik objek ijarah (Mu’jir)?
3. Bagaimana perlakuan akuntansi penyewa (Musta’jir)?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi jual dan ijarah?
5. Bagaimana perlakuan akuntansi ijarah lanjut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akuntansi ijarah.
2. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi pemilik objek ijarah (Mu’jir).
3. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi penyewa (Musta’jir).
4. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi jual dan ijarah.
5. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi ijarah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Ijarah


Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek sewa) dan musta’jir
(penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya.
Ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) adalah akad sewa-menyewa antara pemilik
obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang
disewakannya dengan “opsi perpindahan hak milik” obyek sewa pada saat tertentu sesuai
dengan akad sewa.

2.2 Akuntansi Pemilik Obyek Ijarah (Mu’jir)


Salah satu perbedaan akuntansi Ijarah dengan akuntansi sewa beli (leasing) adalah
pencatatan obyek ijarah yang dilakukan oleh Lessor. Disamping itu ada beberapa akun
yang dipergunakan dalam akuntansi Ijarah pada pemilik obyek Ijarah. Selain itu akan
dibahas pengadaan obyek ijarah, perhitungan harga sewa, pemeliharaan dan perbaikan
obyek ijarah, pengalihan kepemilikan khusus untuk Ijarah Muntahiah Bittamlik.

2.2.1 Akun-Akun Dalam Transaksi Ijarah


Akun-akun berikut dan penjelasannya yang dipergunakan untuk mencatat transaksi
Ijarah, baik yang berhubungan dengan pembuatan Laporan Posisi Keuangan (neraca) dan
Laporan Laba Rugi pada Akuntansi Pemilik Obyek Ijarah.

A. Akun-akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


Beberapa akun yang dipergunakan dalam pencatatan transaksi Ijarah yang diperlukan
dalam Laporan Posisi Keuangan (neraca) antara lain:
1. Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat obyek Ijarah, baik atas aset berwujud maupun
aset tidak berwujud. Akun ini didebet pada saat dilakukan transaksi Ijarah sebesar
harga perolehan obyek Ijarah dan dikredit pada saat dilakukan penyusutan atas aset
berwujud atau amortisasi atas aset tidak berwujud.
2. Akumulasi Penyusutan
Aset Ijarah Akun ini dipergunakan untuk mencatat penyusutan Obyek Ijarah Aset

2
berwujud dengan mempergunakan metode penyusutan sesuai ketentuan PSAK yang
terkait. Akun ini dikredit pada saat dibentuk penyusutan Obyek Ijarah sebesar beban
penyusutan yang dilakukan dan didebet pada saat aset tersebut dipindahkan
kepemilikannya kepada pihak lain. Akun ini disajikan sebagai pengurang (offsetting
account) dari Aset Ijarah.
3. Sewa Multijasa Tangguhan/Sewa Lanjut Tangguhan
Akun ini dipergunakan untuk mencatat biaya perolehan obyek ijarah aset tidak
berwujud (misalnya untuk produk multijasa yang mempergunakan akad Ijarah).
Akun ini didebet pada saat dilakukan pembayaran biaya perolehan obyek ijarah aset
tidak berwujud sebesar biaya perolehan yang dikeluarkan dan dikredit pada saat
dilakukan amortisasi obyek ijarah aset tidak berwujud sebesar beban amortisasi yang
dilakukan.
4. Cadangan Biaya Pemeliharaan/Perbaikan
Akun ini dipergunakan dalam hal pembentukan cadangan biaya pemeliharaan obyek
ijarah. Akun ini dikredit saat pembentukan cadangan sebesar cadangan yang
dibentuk dan didebet pada saat timbul biaya pemeliharaan sebesar pengeluaran beban
pemeliharaan yang dibayar.

B. Akun-akun Laporan Laba Rugi


Beberapa akun yang dipergunakan dalam pencatatan transaksi Ijarah untuk
kepentingan pembuatan Laporan Posisi Keuangan antara lain:
1. Biaya Penyusutan
Aset Ijarah Akun ini dipergunakan untuk mencatat biaya penyusutan yang dilakukan
atas obyek ijarah atas aset berwujud, baik iajrah maupun IMBT. Akun ini disajkan
sebagai pengurang (offsetting account) dari Akun Pendapatan Ijarah (tidak
diperkenankan disajikan sebagai beban operasional) Akun ini didebet pada saat
pembentukan penyusutan obyek ijarah aset berwujud sebesar beban penyusutan yang
dibentuk sesuai metode penyusutan yang diperkenankan. Akun ini dikredit pada saat
akhir tahun bersama sama dengan pendapatan ijarah dipindahkan ke Pendapatan
Operasi Utama.
2. Biaya Pemeliharaan Aset Ijarah
Akun ini dipergunakanuntuk mencatat biaya pemeliharaan obyek ijarah yang
menjadi tanggung jawab pemilik obyek ijarah (lessor) atas aset berwujud. Akun ini

3
disajkan sebagai pengurang (offsetting account) dari Akun Pendapatan Ijarah (tidak
diperkenankan disajikan sebagai beban operasional). Akun ini didebet pada saat
dilakukan pemeliharaan obyek ijarah sebesar beban yang dikeluarkan dan dikredit
pada saat akhir tahun bersama sama dengan pendapatan ijarah dipindahkan ke
Pendapatan Operasi Utama.
3. Biaya Amortisasi Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat beban amortisasi yang telah dilakukan atas
obyek ijarah aset tidak berwujud. Akun ini disajkan sebagai pengurang (offsetting
account) dari Akun Pendapatan Ijarah (tidak diperkenankan disajikan sebagai beban
operasional). Akun ini didebet pada saat dilakukan pembentukan amortisasi sebesar
beban amortisasi sesuai metode penyusutan yang diperkenankan dan dikredit pada
saat akhir tahun bersama sama dengan pendapatan ijarah dipindahkan ke Pendapatan
Operasi Utama.
4. Keuntungan Pelepasan
Aset Ijarah Akun ini dipergunakan untuk mencatat keuntungan pelepasan Aset
Ijarah, baik Asaet Ijarah maupun IMBT atas aset berwujud dimana nilai tercatat lebih
rendah dari nilai jualnya. Akun ini disajikan sebagai penambahan pendapatan Ijarah
(tidak disajikan sebagai pendapatan operasional). Akun ini di kredit pada saat
pelepasan Aset Ijarah sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai jual aset ijarah. Akun
ini akan didebet bersama sama dengan pendapatan Ijarah sebagai pendapatan operasi
utama.
5. Kerugian Pelepasan Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat kerugian pelepasan Aset Ijarah, baik Aset
Ijarah maupun IMBT atas aset berwujud dimana nilai tercatat lebih tinggi dari nilai
jualnya. Akun ini disajikan sebagai pengurang pendapatan Ijarah (tidak disajikan
sebagai beban operasional). Akun ini di debet pada saat pelepasan Aset Ijarah sebesar
selisih nilai tercatat dengan nilai jual aset ijarah. Akun ini akan dikredit bersama sama
dengan pendapatan Ijarah sebagai pendapatan operasi utama.
6. Pendapatan Sewa
Akun ini dipergunakan untuk mencatat harga sewa yang harus dibayar oleh penyewa
(lessee). Akun ini dikredit pada saat diterima harga sewa sebesar harga sewa yang
disepakati dan didebet pada akhir tahun dipindahkan atau diperhitungan sebagai

4
Pendapatan Usaha Utama.

Untuk memberikan gambaran yang lengkap dan rinci akuntansi Ijarah dan Ijarah
Muntahia Bittamlik dapat diberikan ilustrasi contoh sebagai berikut:

Contoh: 2 – 1 (Ilustrasi Umum)

LKS Mitra Mandiri memiliki dua buah Kijang Inova dengan harga perolehan masing-
masing sebesar Rp120.000.000,00 LKS Mitra Mandiri menetapkan kebijakan masa
penyusutan Kijang Inova selama 5 tahun.
Atas permintaan nasabah, LKS Mitra Mandiri mensepakati penyewaan mobil Kijang
Inova dengan data sebagai berikut :
A. Kijang Inova pertama disewakan tanpa opsi pemindahan kepemilikan (akad ijarah)
selama setahun dengan return setara dengan 25%/pa kepada Hasan.
B. Kijang Inova kedua disewakan dengan opsi pemindahan kepemilikan (akad Ijarah
Muntahia Bittamlik) selama 2 tahun dengan return setara dengan 20%/pa, kepada
Amir. Pembayaran harga sewa oleh penyewa dilakukan setiap tanggal 15.

Atas ilustrasi di atas akan dibahas akuntansi yang berkaitan dengan transaksi Ijarah
dan Ijarah Muntahia Bittamlik dimana obyek ijarahnya merupakan penggunaan manfaat
aset berwujud, yang dilakukan oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek ijarah
yaitu:
a. Obyek Ijarah, yang akan dibahas mulai dari pengadaan obyek ijarah yaitu pembelian
aset sampai aset tersebut dapat disewakan.
b. Harga sewa, yang akan dibahas penentuan perhitungan harga sewa Ijarah yang harus
dibayar oleh penyewa, pembayaran harga sewa.
c. Pengalihan kepemilikan yang akan dibahas khusus yang berkaitan dengan Ijarah
dengan opsi pemindahan kepemilikan (Ijarah Muntahia Bittamlik).

2.2.2 Obyek Ijarah


Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan aset berwujud atau tidak berwujud.
Obyek Ijarah atas penggunaan aset berwujud ini yang diterapkan untuk Ijarah atau Ijarah
Muntahia Bittamlik, khususnya IMBT karena ada opsi pemindahan kepemilikan. Oleh
karena itu pemilik obyek Ijarah (lesssor) harus memilik aset yang akan disewakan.

A. Pengadaan Aset Ijarah


Pengadaan Obyek Ijarah merupakan tanggung jawab lessor atau pemilik obyek Ijarah

5
(dalam hal ini tanggung jawab LKS Mitra Mandiri). Salah satu cara untuk memperoleh
obyek Ijarah adalah dengan melakukan pembelian Aset Ijarah (obyek ijarah).

Contoh: 2 - 2 (Pembelian Obyek Sewa)

Pada tanggal 1 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri membeli dua buah mobil Kijang Inova,
dengan harga masing-masing mobil sebesar Rp118.000.000,00.

Atas pembelian mobil Inova tersebut oleh LKS Mitra Mandiri dilakukan jurnal sebagai
berikut:

Dr. Persediaan Rp236.000.000,00


Cr. Kas/Rekening pemilik Asset Rp236.000.000,00

Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan akun-akun dan Laporan
Posisi Keuangan/neraca LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:

PERSEDIAAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 118.000.000
01/03 Kijang Inova 118.000.000
Saldo
236.000.000 236.000.000

NERACA
Per 1 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 236.000.000

B. Pengeluaran Biaya Lain Aset Ijarah


Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah seluruh kas dan setara kas yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset sampai aset tersebut dalam kondisi siap untuk
dipergunakan atau dijual. Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan
harga perolehan barang adalah harga barang dikurangi diskon dari pemasok sebelum akad
dilaksanakan ditambah dengan biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan barang yang
menjadi tanggung jawab pembeli, misalnya biaya angkut, biaya surat-surat barang dsb
(sesuai syarat penyerahan barang) sampai aset tersebut dapat dipergunakan atau dijual.

6
Contoh: 2 – 3 (Biaya-Biaya Lainnya)

Tanggal 5 Maret LKS Mitra Mandiri membayar biaya balik nama, BPKB dan surat-surat
lainya masing-masing mobil sebesar Rp2.000.000,00.

Atas pengeluaran biaya-biaya tersebut. LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek
Ijarah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Persediaan (biaya surat) Rp4.000.000


Cr. Kas Rp4.000.000

Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan akun-akun dan Laporan
Posisi Keuangan (neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai pada pemilik obyek ijarah sebagai
berikut:
PERSEDIAAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 118.000.000
01/03 Kijang Inova 118.000.000
05/03 Biaya Surat-surat 4.000.000
Saldo
240.000.000 240.000.000

NERACA
Per 1 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 240.000.000

2.2.3 Harga Sewa


A. Perhitungan Harga Sewa
Harga sewa Ijarah dipengaruhi oleh biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan obyek
ijarah, sehingga LKS Mitra Mandiri melakukan perhitungan harga sewa Ijarah dan IMBT
dalam contoh di atas sebagai berikut:
1. Perhitungan Harga Sewa untuk Ijarah:
Harga perolehan obyek Ijarah Rp120.000.000,00

7
Umur ekonomis 5 th (sesuai kebijakan LKS)
Keuntungan yang diharapkan 20%
Biaya penyusutan obyek ijarah: 120.000.000/5 = Rp24.000.000,00 per tahun

Perhitungan harga sewa Ijarah adalah sebagai berikut:


Harga Perolehan Obyek Ijarah per tahun Rp24.000.000,00
Keuntungan: 20% x Rp24.000.000,00 Rp 4.800.000,00
Harga sewa per tahun Rp28.800.000,00

Atau pembayaran harga sewa per bulan sebesar Rp2.400.000,00

2. Perhitungan Harga Sewa untuk Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)


Harga perolehan obyek Ijarah Rp120.000.000,00
Umur ekonomis 2 th (sesuai masa sewa)
Keuntungan yang diharapkan 20%
Biaya penyusutan obyek ijarah : 120.000.000/2 = Rp60.000.000,00 per tahun

Perhitungan harga sewa IMBT adalah sebagai berikut:


Harga perolehan obyek IMBT Rp60.000.000,00
Keuntungan: 20% x Rp.60.000.000,00 Rp12.000.000,00
Harga sewa per tahun Rp72.000.000,00

Atau pembayaran harga sewa per bulan sebesar Rp6.000.000,00.

Jadi dari perhitungan tersebut di atas, dapat dilihat bahwa harga sewa sangat
ditentukan oleh akad yang dilakukan (ijarah atau IMBT), masa sewa yang dilakukan
khususnya IMBT. Sehingga obyek ijarah yang sama (misalnya mobil Kijang Inova)
memiliki harga sewa yang berbeda jika akad dilakukan berbeda dan jangka waktu
sewanya juga berbeda.

B. Pelaksanaan Akad Ijarah


Dalam pelaksanaan akad ijarah, tidak ada perbedaan jurnal dalam akuntansi Ijarah
dan Ijarah Muntahia Bittamlik. Yang membedakan pemindahan kepemilikan dalam Ijarah
Muntahia Bittamlik, dimana hal ini tidak ada dalam transaksi ijarah. Selain itu juga
jumlah transaksinya saja, karena hal ini dipengaruhi oleh perhitungan harga perolehan,
dimana didalamnya terkandung beban penyusutan yang dipengaruhi oleh masa
penyusutan obyek ijarah tersebut. Oleh karena transaksi Ijarah ini pencatatan aset ada

8
pada Lembaga Keuangan Syariah sebagai lessor, maka baik obyek tersebut disewakan
atau tidak disewakan tetap dilakukan penyusutan. Untuk memberikan gambaran jurnal
yang dilakukan dalam pelaksanaan akad ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik dapat
diberikan contoh berikut. Dalam contoh tersebut obyek ijarah atas penggunaan manfaat
aset berwujud, sedangkan obyek ijarah atas penggunaan aset tidak berwujud (Ijarah
Lanjut dan Multijasa) dapat dilihat dalam pembahasan Ijarah Lanjut butir berikutnya.

Contoh : 2 – 4 (Ilustrasi Umum)

Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-
data sebagai berikut:

1) Jenis Akad (pertama) : Ijarah


Nama Penyewa : Hasan
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp28.800.000 (Rp2.400.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp14.400.000 ( 6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 1 (satu) tahun
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan

2) Jenis Akad (kedua) : Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)


Nama Penyewa : Amir
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000,00
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp72.000.000 (Rp6.000.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp36.000.000 (6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 2 (satu) tahun
Opsi pengalihan pemilikan : Akhir masa sewa
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan

Atas transaksi Ijarah diatas, LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek Ijarah pada

9
tanggal 10 Maret 2008 melakukan jurnal sebagai berikut:

Jurnal Ijarah IMBT


Dr. Aset Ijarah 120.000.000 120.000.000
Cr. Persediaan 120.000.000 120.000.000

Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan
laporan posisi keuangan (neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:

PERSEDIAAN

Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 120.000.000 10/03 Akt Ijarah 120.000.000
01/03 Kijang Inova 120.000.000 10/03 Akt Ijarah 120.000.000
Saldo 0
240.000.000 240.000.000

ASET IJARAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/03 Kijang Inova 120.000.000
Saldo 120.000.000
120.000.000 120.000.000

ASET IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK


Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/03 Kijang Inova 120.000.000
Saldo 120.000.000
120.000.000 120.000.000

NERACA
Per 10 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan
Aset Ijarah
Aset Ijarah 120.000.000
Aset IMBT 120.000.000

10
Pembayaran harga sewa Ijarah dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum penggunaan
manfaat obyek ijarah dilakukan. Harga sewa yang diterima lebih dahulu oleh LKS Mitra
Mandiri sebagai pemilik obyek ijarah diakui sebagai “Sewa Diterima Dimuka” sebesar
jumlah yang diterima. Perlakukan akuntansi harga sewa terlebih dahulu ini tidak berbeda
dengan sewa dibayar dimuka pada umumnya, sehingga tidak dapat diperlakukan seperti
uang muka dalam transaksi murabahah.

Contoh : 2 – 5 (Uang Muka Sewa dari Nasabah)

Atas transaksi sewa kijang inova tersebut, pada tanggal 10 Maret 2008 LKS Mitra
Mandiri menerima uang muka sewa dari penyewa sebesar Rp14.400.000,00 (selama 6
bulan harga sewa) untuk transaksi Ijarah dan sebesar Rp36.000.000,00 (selama 6 bulan
harga sewa) untuk transaksi IMBT.

Atas penerimaan uang sewa tersebut, pada tanggal 10 Maret 2008 LKS Mitra Mandiri
melakukan jurnal sebagai berikut:

Jurnal Ijarah IMBT


Dr. Kas/Rekening Penyewa 14.400.000 36.000.000
Cr. Sewa Diterima Dimuka 14.400.000 36.000.000

Uang muka sewa tidak dapat mengurangi harga perolehan Aset Ijarah sebagaimana
dalam transaksi murabahah yang dipergunakan sebagai penguran harga perolehan dalam
memperhitungkan keuntungan jika akad murabahah dilaksanakan, karena Aset Ijarah
tersebut milik LKS Mitra Mandiri sedangkan uang muka tersebut milik penyewa yang
diserahkan lebih dahulu. Atas pembayaran uang muka dari nasabah, akan mengakibatkan
perubahan posisi akun-akun dan neraca LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:

SEWA DITERIMA DIMUKA (TITIPAN UANG MUKA IJARAH)


Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/03 Uang muka ijarah 14.400.000
Saldo 14.400.000
14.400.000 14.400.000

Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/03 Uang Muka Ijarah 36.000.000

11
Saldo 36.000.000
36.000.000 36.000.000
SEWA DITERIMA DIMUKA (TITIPAN UANG MUKA IMBT)

NERACA
Per 10 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan Titipan Uang Muka Ijarah
Aset Ijarah Titipan UM Ijarah 14.000.000
Aset Ijarah 120.000.000 Titipan UM IMBT 36.000.000
Aset IMBT 120.000.000

Biaya administrasi merupakan beban yang dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan


Syariah sebagai pemilik obyek sewa sehubungan dengan pelaksanaan akad ijarah dan
harus ditanggung oleh penyewa, oleh karena beban administrasi ini merupakan
pendapatan fee bagi Lembaga Keuangan Syariah.

Contoh: 2 – 6 (Biaya Administrasi)

Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri menerima penggantian biaya
administrasi atas transaksi Ijarah sebesar Rp300.000,00.

Atas penerimaan biaya administrasi, LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai
berikut:

Dr. Kas/Rekening Penyewa Rp300.000.000


Cr. Pendapatan fee Ijarah Rp300.000.000

C. Penyusutan Obyek Ijarah


Banyak yang mengatakan bahwa Ijarah Muntahia Bittamlik sama dengan Sewa
Beli/Sewa Pembiyaan (finance lease). Dari segi akuntansi keduanya sangat berbeda, jika
sewa beli pencatatan aset dilakukan oleh lessee sehingga lessee yang harus melakukan
penyusutan dan pemeliharaan aset tersebut, sedangkan dalam Ijarah Munthia Bittamlik
pencatatan aset atau obyek ijarah tetap dilakukan oleh lessor, oleh karena itu lessor yang
harus melakukan penyusutan dan pemeliharaan aset atau obyek Ijarah Muntahia Bittamlik
tersebut. Jadi obyek Ijarah Muntahia Bittamlik tetap menjadi aset lessor selama belum
dilakukan pemindahan kepemilikan, oleh karena itu baik aset atau obyek ijarah ini

12
disewakan atau tidak tetap dilakukan penyusutan sebagai pengurangan nilai yang
dilakukan oleh aset berwujud. Berikut akan dibahas lebih rinci penyusutan dan
pemeliharaan obyek ijarah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai
pihak yang menyewakan.

Metode penyusutan atau amortisasi yang diperkenan sesuai PSAK 16 dan PSAK 19
adalah:

1. Metode Garis lurus (Straight Line Method)


a. Ciri-ciri:
1) Sederhana (simple).
2) Penyusutan per periode tetap.
3) Tidak memperhatikan pola penggunaan aktiva tetap.

b. Rumus:
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧– 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐚 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧
Penyusutan =
𝐔𝐦𝐮𝐫 𝐞𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢𝐬
Dapat pula dihitung dengan persentase:
Tarif penyusutan = 100%/Umur ekonomis
Penyusutan: Tarif × Harga perolehan
c. Contoh:
Data aktiva tetap Tahun 2001 harga perolehan perlengkapan sebesar
Rp10.500.000,00. Nilai residu Rp500.000,00. Umur ekonomis 5 tahun.

10.500.000– 500.000
Perhitungan Beban penyusutan = = 2.000.000
5

Tabel beban penyusutan:


Harga Beban Akumulasi Nilai Buku (Nilai
Akhir Th
Perolehan Penyusutan Penyusutan Tercatat)
2001 10.500.000 2.000.000 2.000.000 8.500.000
2002 10.500.000 2.000.000 4.000.000 6.500.000
2003 10.500.000 2.000.000 6.000.000 4.500.000
2004 10.500.000 2.000.000 8.000.000 2.500.000
2005 10.500.000 2.000.000 10.000.000 500.000

Jurnal beban penyusutan masing-masing tahun:


Dr. Beban Penyusutan xxxxx
Cr. Akumulasi Penyusutan xxxxx

13
2. Metode saldo penurun (declining balance method)
a. Ciri-ciri :
1) Tarif penyusutan per periode semakin menurun.
2) Perhitungan penyusutan tanpa memperhitungkan estimasi nilai sisa.
3) Metode ini selalu menghasilkan angka yang harus dibulatkan pada akhir usia
ekonomis.
b. Rumus besaran tarif penyusutan
Tarif penyusutan = Tarif persentase garis lurus x 2
Besaran persentase dihitung dengan cara menggandakan besarnya persentase
garis lurus.
c. Contoh:
Data aktiva tetap Awal th 2001 harga perolehan peralatan Rp13.000.000 estimasi
nilai sisa Rp1.000.000. Umur ekonomis 5 tahun.
Perhitungan beban penyusutan:
Tarif penyusutan = tarif garis lurus x 2
100%
= × 2 = 40%
5
Tabel beban penyusutan:

Harga Tarif Beban Nilai


Akhir Th Akumulasi
Perolehan DDB Penyusutan Buku
Penyusutan
2001 13.000.000 40% 5.200.000 5.200.000 7.800.000
2002 13.000.000 40% 3.120.000 8.320.000 4.680.000
2003 13.000.000 40% 1.872.000 10.192.000 2.808.000
2004 13.000.000 40% 1.123.200 11.315.200 1.684.800
2005 13.000.000 40% 673.920 11.989.120 1.010.880

Jurnal beban penyusutan masing-masing tahun:


Dr. Beban Penyusutan xxxxx
Cr. Akumulasi Penyusutan xxxxx

3. Metode Unit Aktivitas (Units of Activity Method)


a. Ciri-ciri:
1) Beban penyusutan per periode berfluktuasi.
2) Tarif penyusutan tetap.

14
3) Diperhatkan pola penggunaan.
4) Digunakan apabila umur manfaat aktiva tetap tergantung kepada tingkat
pemakaiannya.

b. Rumus:
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧– 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐚
Tarif Penyusutan =
𝐄𝐬𝐭𝐢𝐦𝐚𝐬𝐢 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐢𝐭𝐚𝐬

c. Contoh:
Data-data Awal tahun 2001 harga perolehan peralatan Rp10.100.000,00, estimasi
nilai residu Rp100.000,00.
Penggunaan peralatan th 2001 : 20.000 jam, 2002 : 30.000 jam, 2003 : 10.000 jam,
2004 : 40.000 jam.
Beban penyusutan:
𝟏𝟎.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 – 𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Tarif per jam = = Rp100 / jam
𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝐣𝐚𝐦

d. Tabel beban penyusutan:

Tarif Jam Beban Akumulasi


Harga Nilai
Akhir Th Per kerja Penyusuta Penyusuta
Perolehan Buku
Jam aktual n n
2001 10.100.000 100 20.000 2.000.000 2.000.000 8.100.000
2002 10.100.000 100 30.000 3.000.000 5.000.000 5.100.000
2003 10.100.000 100 10.000 1.000.000 6.000.000 4.100.000
2004 10.100.000 100 40.000 4.000.000 10.000.000 100.000

Jurnal beban penyusutan masing-maisng tahun:


Dr. Beban Penyusutan xxxxx
Cr. Akumulasi Penyusutan xxxxx

Jika dibandingkan dengan pengakuan keuntungan dalam transaksi murabahah yang


dilakukan secara proporsional, maka penyusutan yang tepat untuk ijarah dan ijarah
muntahia bittamlik serta amortisasi untuk obyek ijarah atas penggunaan aset tidak
berwujud lebih tepat secara umum mempergunakan metode garis lurus (straight line
method).

Pada prinsipnya masa penyusutan IMBT sama dengan masa sewa, supaya pada
akhir sewa tidak ada kerugian yang dialami LKS sebagai lessor pada saat pemindahan

15
kepemilikan (khususnya yang dilakukan secara hibah). Obyek sewa (Aset Ijarah)
merupakan aset Bank Syariah, sehingga perlu dilakukan penyusutan sesuai dengan
metode yang berlaku. Besarnya penyusutan akan mempengaruhi pendapatan sewa dan
pendapatan neto ijarah, sehingga harus dipergunakan metode penyusutan tepat dan tidak
merugikan satu dengan yang lain, seperti mempergunakan metode garis lurus.

a) Rumus perhitungan penyusutan yang digunakan misalnya dengan metode garis lurus
(straight line method), dengan rumus:
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧– 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮
Penyusutan =
𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 (𝐔𝐦𝐮𝐫 𝐞𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢𝐬)

b) Perhitungan Penyusutan Obyek Ijarah


Biaya penyusutan merupakan harga pokok ijarah oleh karena itu berikut diberikan
gambaran perhitungan penyusutan yang dilakukan pada obyek ijarah dan ijarah
muntahia bittamlik dengan mempergunakan metode garis lurus.

1) Perhitungan Penyusutan untuk Ijarah

Dalam perhitungan penyusutan obyek ijarah sangat terkait dengan umur ekonomis
atau masa penyusutan. Dalam PSAK 107 tentang Ijarah, penyusutan dilakukan sesuai
kebijakan pemilik obyek ijarah untuk transaksi ijarah tanpa opsi pemindahan
kepemilikan.

Contoh: 2 - 7

Atas mobil Inova yang dimiliki oleh LKS Mitra Mandiri dengan harga perolehan sebesar
Rp120.000.000, yang disewakan kepada Hasan dengan prinsip Ijarah, LKS Mitra Mandiri
memiliki kebijakan bahwa untuk mobil Inova ditetapkan umur ekonomisnya selama 5
tahun.
Atas contoh tersebut diatas, perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh LKS Mitra
Mandiri sebagai pemilik obyek ijarah adalah sebagai berikut:

Harga perolehan obyek ijarah : Rp120.000.000,00


Umur ekonomis (masa penyusutan) : 5 tahun (sesuai kebijakan)
Metode penyusutan : garis lurus (straight line method)

Rumus:

𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧– 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮


Penyusutan =
𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 (𝐔𝐦𝐮𝐫 𝐞𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢𝐬)

16
120.000.000−1
=
5

= 24.000.000 per tahun atau Rp2.000.000 per bulan

Sehingga jurnal beban penyusutan yang dilakukan oleh pemilik obyek ijarah adalah
sebagai berikut:

Dr. Biaya penyusutan Aset Ijarah Rp2.0000.000


Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah Rp2.000.000

2) Perhitungan Penyusutan untuk Ijarah Muntahia Bittamlik


Umur ekonomis obyek ijarah sama dengan masa sewa dari Obyek Ijarah Muntahia
Bittamlik, sehingga jika pada akhir masa sewa dilakukan pemindahah kepemilikan
(khususnya dengan hibah) tidak terdapat kerugian yang dialami oleh pemilik obyek
ijarah.

Contoh : 2 - 8

Atas mobil Inova yang dimiliki oleh LKS Mitra Mandiri dengan harga perolehan sebesar
Rp120.000.000, yang disewakan kepada Hasan dengan prinsip Ijarah dengan opsi
pemindahan kepemilikan (Ijarah Muntahia Bittamlik) dengan masa sewa selama 2 tahun.
LKS Mitra Mandiri memiliki kebijakan bahwa untuk mobil Inova ditetapkan umur
ekonomisnya selama 5 tahun.

Atas contoh tersebut diatas, perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh pemilik
obyek ijarah adalah sebagai berikut:

Harga perolehan obyek ijarah : Rp120.000.000,00


Umur ekonomis (masa penyusutan) : 2 tahun (sesuai masa sewa)
Metode penyusutan : garis lurus (straight line method)

Rumus:

𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧– 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮


Penyusutan =
𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 (𝐔𝐦𝐮𝐫 𝐞𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢𝐬)

120.000.000−1
=
2

= 60.000.000 per tahun atau Rp5.000.000 per bulan

Sehingga jurnal beban penyusutan yang dilakukan oleh pemilik obyek ijarah adalah

17
sebagai berikut:

Dr. Biaya penyusutan Aset Ijarah Rp5.0000.000


Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah Rp5.000.000

Atas penyusutan Aset Ijarah yang disewakan dengan akad Ijarah dan Ijarah
Muntahiya Bitamllik, maka pengakibatkan perubahan akun-akun dan laporan posisi
keuangan (neraca) LKS Mitra Mandiri adalah sebagai berikut:

AKUMULASI PENYUSUTAN ASET IJARAH


Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
30/03 Penyutusan 2.000.000
Saldo 2.000.000
2.000.000 2.000.000

AKUMULASI PENYUSUTAN ASET IMBT


Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
30/03 Penyutusan 5.000.000
Saldo 5.000.000
5.000.000 5.000.000

NERACA
Per 30 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan Titipan Uang Muka Ijarah
Aset Ijarah Titipan UM Ijarah 14.000.000
Aset Ijarah 120.000.000 Titipan UM IMBT 36.000.000
Akm penyusutan (2.000.000)
Aset IMBT 120.000.000
Akm penyusutan (5.000.000)

D. Pemeliharaan dan Perbaikan Obyek Ijarah


Dalam transaksi Ijarah atau Ijarah Muntahiyyah Bittamlik yang dijalankan oleh Bank
Syariah, secara prinsip Aset Ijarah adalah milik Lembaga Keuangan Syariah, sehingga

18
biaya pemeliharaan dan perbaikan atas Aset Ijarah tersebut menjadi tanggung jawab
Lembaga Keuangan Syariah. Perbaikan dan pemeliharaan Aset Ijarah penting, selain dari
pada perawatan berkala dan operasional oleh lessee, merupakan tanggung jawab dari
lessor kecuali kalau itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian lessee, sehubungan dengan
hal tersebut, biaya-biaya perbaikan dibebankan pada periode terjadinya jika tidak
material. Tetapi, jika biaya perbaikan diperkirakan material dan berbeda jumlahnya dari
tahun ke tahun, maka sistem pencadangan untuk perbaikan harus ditetapkan dan
digunakan yaitu pencadangan biaya perbaikan ditetapkan dan dengan demikian biaya
perbaikan dibebankan secara merata selama jangka waktu persewaan dengan
membebankan biaya berkala terhadap pencadangan.
Untuk memberikan gambaran yang jelas beban pemeliharaan dan perbaikan Aset
Ijarah ini dapat diberikan contoh sebagai berikut:
a) Berdasarkan penelitian dan pengalaman dari LKS Mitra Mandiri biaya perbaikan
rutin dan pemeliharaan Aset Ijarah tersebut di atas diperkirakan sebesar
Rp2.000.000,00 yang harus dicadangkan.
Jurnal pencadangan :
Dr. Biaya perbaikan Aset Ijarah Rp2.000.000
Cr. Cadangan perbaikan Aset Ijarah Rp2.000.000

b) Apabila pada bulan yang bersangkutan LKS Mitra Mandiri melakukan perbaikan
Aset Ijarah sebesar Rp500.000,00.
1) Dengan sistem pencadangan :
Dr. Cadangan perbaikan Aset Ijarah Rp500.000
Cr. Kas/rekening Rp500.000
2) Dengan sistem langsung (tanpa pencadangan)
Dr. Biaya perbaikan Aset Ijarah Rp500.000
Cr. Kas/rekening Rp500.000

E. Pendapatan Ijarah
Harga sewa adalah suatu jumlah yang harus dibayar oleh penyewa kepada pemilik
obyek ijarah. Oleh pemilik obyek ijarah harga sewa ini diakui sebagai pendapatan. Dalam
PSAK 23 tentang Pendapatan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal

19
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekiutas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (paragraf 06). Pendapatan
hanya terdiri atas arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat
diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak
ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang
mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus
dikeluarkan dari pendapatan Demikian dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto
manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan
kenaikan ekuitas, dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan
pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal (paragraf 07). Dalam Kerangka
Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dijelaskan yang
dimaksud dengan penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal (paragraf 97.a) Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan
(revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas syariah yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fee), bagi hasil, deviden, royalti dan sewa (paragraf 101). Keuntungan
mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan yang mungkin timbul
atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa.
Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada
hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan (paragraf 102).
Jika diperhatikan dalam ilustrasi laporan laba rugi dalam PSAK 101 tercantum
“pendapatan neto ijarah” bukan hanya “pendapatan ijarah”. Kedua akun tersebut
merupakan dua hal yang berbeda, “pendapatan ijarah” merupakan pendapatan sewa yang
diterima dari nasabah (penyewa) sedangkan “pendapatan neto ijarah” merupakan
keuntungan dari transaksi ijarah karena pendapatan neto ijarah tersebut adalah
pendapatan ijarah setelah dikurangi dengan harga pokok ijarah (antara lain biaya
penyusutan dan biaya pemeliharaan) – lihat penyajian dalam laporan keuangan –
sehingga pendapatan neto ijarah merupakan pendapatan yang akan dibagikan dengan
pemodal (merupakan unsur dalam profit distribusi). Dalam Accounting Auditing Standard
for Islamic Financial Institution (AASIFI) yang dikeluarkan oleh Accounting and

20
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI), pengakuan
pendapatan (biaya) Ijarah dijelaskan bahwa sesuai dengan kriteria pengakuan pendapatan
(biaya) yang dinyatakan di dalam Statement of Concepts, pendapatan Ijarah (apabila bank
syariah adalah lessor) dan biaya (apabila Bank Islam adalah lessee) diakui apabila cicilan
Ijarah jatuh tempo. Sedangkan perbaikan assets yang disewakan, perbaikan penting,
selain dari pada perawatan berkala dan operasional oleh lessee, merupakan tanggung
jawab dari lessor kecuali kalau itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian lessee. Tiga
alternatif diusulkan bagi perlakukan perbaikan oleh bank syariah (sebagai lessor):
1. biaya perbaikan dibebankan pada periode terjadinya.
2. provisi bagi perbaikan ditetapkan dan dengan demikian biaya perbaikan dibebankan
secara merata selama jangka waktu persewaan dengan membebankan biaya berkala
terhadap provisi; atau
3. biaya-biaya perbaikan dibebankan pada periode terjadinya jika tidak material. Tetapi,
jika biaya perbaikan diperkirakan material dan berbeda jumlahnya dari tahun ke
tahun, maka provisi untk perbaikan harus ditetapkan dan digunakan sebagaimana
pada poin 2 di atas.

Alternatif ke tiga dipilih karena memberikan matching yang lebih baik. Disamping
itu, alternatif ini sesuai dengan konsep materialitas dan biaya informasi.

Perlakuan akuntansi terhadap biaya langsung awal dicatat sebagai biaya yang
ditangguhkan untuk dialokasikan (secara sama) pada jangka waktu penyewaan, karena
sesuai dengan konsep matching (mencocokkan) pendapatan dan biaya-biaya. Tetapi, jika
biaya langsung awal tidak material maka keseluruhan jumlah dibebankan kepada periode
dimana terjadinya. Ini sesuai dengan konsep materialitas.

Contoh: 2 - 9

Tanggal 15 Maret 2008, sesuai akad LKS Mitra Mandiri menerima pembayaran harga
sewa Obyek Ijarah dari Hasan sebesar Rp2.400.000,00 dan atas Obyek IMBT dari Amir
sebesar Rp6.000.000,00.

Dari contoh tersebut diatas LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal atas pendapatan
ijarah dan IMBT adalah sebagai berikut:

1) Jika pengakuan pendapatan ijarah tersebut berasal dari sewa yang dibayar lebih
dahulu (sewa diterima dimuka) maka jurnal yang dilakukan adalah:

21
Jurnal Ijarah IMBT
Dr. Sewa Diterima Dimuka 2.400.000 6.000.000
Cr. Pendapatan Sewa 2.400.000 6.000.000

2) Jika pengakuan pendapatan ijarah tersebut tidak berasal dari sewa diterima dimuka
(dibayar langsung pada periode tersebut) maka jurnal yang dilakukan adalah:

Jurnal Ijarah IMBT


Dr. Kas / Rek Penyewa 2.400.000 6.000.000
Cr. Pendapatan Sewa 2.400.000 6.000.000

Pendapatan sewa ini merupakan harga jual sewa (harga sewa) oleh karena itu tidak
semua pendapatan sewa Ijarah tersebut merupakan unsur pendapatan pada profit
distribusi (setelah dikurangi dengan beban-beban yang dikeluarkan oleh atas Aset Ijarah
tersebut). Untuk tujuan penghitungan dasar distribusi bagi hasil, pendapatan ijarah yang
dibagikan adalah hasil sewa setelah dikurangi biaya depresiasi dan perbaikan. Oleh
karena itu maka penyajian dalam Laporan Keuangan sebagai berikut:

a) Penyajian transaksi Ijarah dalam Laporan Laba Rugi LKS Mitra Mandiri adalah
sebagai berikut :

LAPORAN LABA RUGI


Periode dd-mm-yyyy s/d dd-mm-yyyy

Pendapatan Sewa 2.400.000


Pengeluaran Biaya LKS
Biaya Penyusutan 2.000.000
Biaya Pemeliharaan 500.000
Biaya lain 0
Total Biaya bank (2.500.000)
Pendapatan neto sewa (ijarah) (100.000)

b) Penyajian transaksi Ijarah Muntahia Bittamlik dalam Laporan Laba Rugi LKS Mitra
mandiri adalah sebagai berikut:

22
LAPORAN LABA RUGI
Periode dd-mm-yyyy s/d dd-mm-yyyy

Pendapatan Sewa 6.000.000


Pengeluaran Biaya LKS
Biaya Penyusutan 5.000.000
Biaya Pemeliharaan 500.000
Biaya lain 0
Total Biaya bank (5.500.000)
Pendapatan neto sewa (ijarah) 500.000

Jika penyewa telah memanfaatkan obyek ijarah dan belum memenuhi kewajibannya
untuk melakukan pembayaran harga sewa, maka LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal
sebagai berikut:

Jurnal Ijarah IMBT


Dr. Piutang Pendapatan Sewa 2.400.000 6.000.000
Cr. Pendapatan Sewa 2.400.000 6.000.000

Jika penyewa melakukan pembayaran atas harga sewa yang tertunggak, maka LKS
Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai berikut:

Jurnal Ijarah IMBT


Dr. Kas / Rek Penyewa 2.400.000 6.000.000
Cr. Pendapatan Sewa 2.400.000 6.000.000

2.2.4 Perpindahan Kepemilikan


Perpindahan kepemilikan obyek ijarah hanya terjadi pada prinsip Ijarah Muntahia
Bittamlik (IMBT), dalam transaksi ijarah biasa tidak terjadi perpindahan kepemilikan.
Jika terjadi pemindahan kepemilikan, maka akad diijarah diselesaikan dan diikuti dengan
akad perpindahan kepemilikannya yaitu dengan hibah atau jual beli.
Dalam Fatwa DSN nomor 27/DSN-MUI/III/2002 dijelaskan ketentuan tentang al-
Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik bahwa pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiyah
bi al-Tamlik harus melaksanakan akad Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan
kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa
Ijarah selesai dan janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarah
adalah wa’ad yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janjian itu ingin dilaksanakan,

23
maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah
selesai.
Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik dapat dilakukan dengan:
a) hibah;
b) penjualan sebelum masa akad berakhir;
c) penjualan pada akhir masa akad; dan
d) penjualan secara bertahap.

Untuk memberikan ilustrasi yang lengkap dan rinci dapat diberikan contoh sebagai
berikut:

Contoh : 2 -10

Dalam contoh 2 – 1 (ilustrasi umum) diperoleh data data IMBT sbb:

Nama Nasabah : Amir Jenis


Akad (kedua) : Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000
Total pembayaran sewa : Rp72.000.000 (Rp6.000.000/bulan)
Jangka waktu sewa : 2 (dua) tahun
Beban penyusutan : Rp60.000.000 (Rp5.000.000/bulan)

Dari contoh diatas terdapat beberapa cara pemindahan kepemilikan atas obyek
IMBT tersebut yaitu:
a) Pemindahan kepemilikan dengan cara ”hibah”
b) Perpindahan Kepemilikan dengan cara penjualan :
1) Penjualan sebelum akad berakhir
2) Penjualan pada akhir masa sewa
3) Penjualan secara bertahap

A. Pemindahan Kepemilikan Dengan Cara ”Hibah”


Pada umumnya cara hibah ini dilakukan pada akhir masa sewa, sehingga diharapkan
tidak terdapat kerugian yang ditanggung oleh pemilik obyek IMBT saat dilakukan
perpindahan kepemilikan tersebut.

24
Jadi jika aset ijarah tersebut masih terdapat nilai atau ada nilai tercatatnya maka, nilai
tersebut diakui sebagai beban. Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui bahwa nilai
buku obyek IMBT (mobil Inova) tersebut pada akhir masa sewa, yang tercantum dalam
neraca LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik Obyek IMBT adalah sebagai berikut :

NERACA
Per 30 Maret 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 00 Titipan Uang Muka Ijarah
Titipan UM Ijarah 14.000.000
Aset Ijarah Titipan UM IMBT 36.000.000
Aset IMBT 120.000.000
Akm penyusutan (120.000.000)

Oleh karena itu saat dilakukan perpindahan kepemilikan di akhir masa sewa IMBT
dengan cara hibah jurnal yang dilakukan adalah:

Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp120.000.000,00


Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00

Namun sangat berbeda jika pada saat terjadi pepindahan kepemilikan tersebut, aset
obyek IMBT masih memiliki nilai buku (misalnya Rp10.000.000,00), maka saat
dilakukan perpindahan kepemilikan nilai buku aset obyek IMBT diakui sebagai beban.
Oleh karena itu jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp110.000.000,00


Dr. Biaya pelepasan aset IMBT (hibah) Rp 10.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00

B. Perpindahan Kepemilikan dengan Cara Penjualan


Selain pemindahan hak kepemilikan dilakukan dengan cara hibah, terdapat cara lain
perpindahan kepemilikan dalam IMBT yaitu dengan cara penjualan. Baik permindahan
kepemilihan dengan hibah atau dengan penjualan, maka pada saat pemindahan
kepemilikan dilakukan akad sesuai dengan cara pemindahan kepemilikan yang dilakukan
(hibah atau penjualan). Untuk itu pada saat pemindahan kepemilikan akad Ijarah

25
Muntahia Bitamllik (IMBT) diputus terlebih dahulu dan diganti dengan akad pemindahan
kepemilikan.
Pemindahan kepemilikan dengan cara penjualan dapat dibagi sebagai berikut:
a. Penjualan sebelum berakhirnya masa akad.
b. Penjualan setelah selesai masa akad.
c. Penjualan objek ijarah secara bertahap.

1) Penjualan Sebelum Akad Berakhir


Salah satu cara perpindahan kepemilikan adalah IMBT adalah dilakukan sebelum
akad IMBT berakhir sebesar sisa cicilan sewa (misalnya dipindahkan pada akhir bulan
12/setelah satu tahun).
Dari ketentuan ini jelas diatur bahwa selisih harga jual atau harga sewa yang belum
dibayar dan nilai tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Jika yang
dibayar adalah sisa harga sewa yang belum dibayar berarti lebih besar dari nilai
tercatatnya maka diakui sebagai keuntungan pelepasan aset Ijarah.

Contoh: 2 - 11

Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan
LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyel IMBT pada bulan ke 13 menunjukkan data
sebagai berikut:

Harga perolehan Aset obyek IMBT : Rp120.000.000,00


Akumulasi Penyusutan : Rp 60.000.000,00
Sisa harga sewa yang belum dibayar : Rp 72.000.000,00

Dari contoh ini akan terjadi beberapa alternatif sebagai berikut:

a) Jika Amir sebagai penyewa membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar
maka atas perpindahan kepemilikan tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik
aset obyek IMBT dilakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp72.000.000,00


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp60.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00
Cr. Keuntungan pelepasan Aset IMBT Rp 12.000.000,00

b) Jika Amir sebagai penyewa tidak membayar seluruh sisa harga sewa yang belum

26
dibayar, tetapi sesuai kesepakatan yang membayar misalnya sebesar Rp65.000.000,00
saja maka atas perpindahan kepemilikan tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai
pemilik aset obyek IMBT dilakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas / Rekening penyewa Rp65.000.000,00


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp60.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00
Cr. Keuntungan pelepasan Aset IMBT Rp 5.000.000,00

c) Jika Amir sebagai penyewa tidak membayar seluruh sisa harga sewa yang belum
dibayar, tetapi sesuai kesepakatan yang membayar misalnya sebesar Rp50.000.000,00
saja maka atas perpindahan kepemilikan tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai
pemilik aset obyek IMBT dilakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp50.000.000,00


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp60.000.000,00
Dr. Biaya kerugian pelepasan aset IMBT Rp10.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00

2) Penjualan Pada Akhir Masa Sewa


Cara lain perpindahan kepemilikan Aset IMBT dilakukan pada akhir masa sewa
IMBT (dalam contoh di atas dilakukan pada akhir tahun kedua), sesuai harga yang
disepakati. Jadi jelas dalam ketentuan tersebut mengatur bahwa selisih harga jual (harga
yang disepakati) dengan nilai tercatat diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Contoh: 2 - 12

Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir sebagai penyewa dengan prinsip IMBT,
dalam catatan LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek IMBT pada akhir tahun kedua
menunjukkan data sebagai berikut:
Harga perolehan Aset IMBT : Rp120.000.000,00
Akumulasi Penyusutan : Rp120.000.000,00

Dari contoh ini dapat dilihat bahwa Aset IMBT pada akhir masa sewa (akhir tahun
kedua) sudah tidak memiliki nilai buku lagi, karena penyusutan diperhitungan untuk
selama masa sewa IMBT, sehingga berapapun nilai yang disepakati dan dibayar oleh
Amir sebagai penyewa diakui sebagai keuntungan. Misalnya Amir sebagai penyewa

27
menyepakati untuk membayar sebesar Rp15.000.000,00 maka atas perpindahan
pemilikan Aset IMBT tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek IMBT
melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp15.000.000,00


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp120.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00
Cr. Keuntungan pelepasan Aset IMBT Rp 15.000.000,00

Sangat berbeda jika penyustan aset IMBT dilakukan untuk masa penyusutan yang
tidak sama dengan masa sewa IMBT, misalnya pemilik obyek IMBT melakukan
penyusutan aset IMBT sesuai kebijakan penyusutan aktiva tetap ( masa penyusutan 5
tahun) sedangkan masa sewa hanya dilakukan untuk 2 tahun. Jika masa penyusutan
dilakukan untuk masa penyusutan 5 tahun, maka pada akhir tahun kedua data-data aset
IMBT menunjukan sebagai berikut:

Harga perolehan : Rp120.000.000,00


Akumulasi penyusutan (selama 2th) : Rp 48.000.000,00

Dari data tersebut jika perpindahan kepemilikan dilakukan pada akhir masa sewa
IMBT (akhir tahun kedua) akan terjadi beberapa alternatif:

a) Jika Amir sebagai penyewa sepakat untuk membayar dengan jumlah yang lebih
rendah dari nilai bukunya (misalnya Rp60.000.000,00), sehingga nilai tercatat lebih
besar dari harga jual (harga yang dibayar penyewa), maka selisihnya diakui sebagai
kerugian pelepasan aset IMBT, oleh karena itu LKS Mitra Madiri melakukan jurnal
sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp60.000.000,00


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp 48.000.000,00
Dr. Biaya kerugian pelepasan aset IMBT Rp 12.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00

b) Jika Amir sebagai penyewa sepakat untuk membayar dengan jumlah yang lebih tinggi
dari nilai bukunya (misalnya Rp80.000.000,00), sehingga nilai tercatat lebih kecil dari
harga jual (harga yang dibayar penyewa), maka selisihnya diakui sebagai keuntungan
pelepasan aset IMBT, oleh karena itu LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai

28
berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp80.000.000,00


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp48.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00
Cr. Keuntungan pelepasan Aset IMBT Rp 8.000.000,00

3) Penjualan Secara Bertahap


Cara pemindahan kepemilikan Obyek IMBT adalah dilakukan dengan secara
bertahap. Pelaksanaan pemindahan secara bertahap ini tidak mudah dilaksanakan jika
Obyek IMBT adalah satu, misalnya sebuah gedung jika dipindahkan sebagian maka
bagian mana yang menjadi haknya penyewa dan mana yang menjadi hak pemilik obyek
IMBT. Perpindahan kepemilikan ini dapat dilaksanakan dengan baik jika aset obyek
IMBT tersebut merupakan satu kesatu yang terdiri dari beberapa bagian, misalnya satu
kesatuan perumahan, sebagian dari rumah-rumah tersebut dipindahkan kepada penyewa.

Beberapa jurnal yang berkaitan dengan transaksi ijarah lainnya antara lain:

a. Pada saat pengalihan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui
penjualan obyek sewa dengan harga sekadarnya setelah seluruh penerimaan sewa
diterima dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa.

Dr. Kas/Rekening penyewa xxxxx


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah xxxxx
Cr. Keuntungan penjualan Aset Ijarah xxxxx
Cr. Aset Ijarah xxxxx

b. Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian membatalkan, dan nilai wajar
obyek sewa lebih rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa/lessor :

Dr. Piutang kepada penyewa xxxxx


Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah xxxxx
(catatan: jumlah yang dicatat sebesar porsi penurunan nilai Aset Ijarah)

c. Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli dan kemudian memutuskan untuk tidak
membeli, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai buku maka penurunan
nilai buku tersebut diakui sebagai kerugian:

29
Dr. Biaya penyusutan Aset Ijarah xxxxx
Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah xxxxx

2.2.5 Penurunan Kualitas Obyek Sewa

Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas objek sewa yang
bukan disebabkan tindakan/kelalaian penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang
telah diterima lebih besar dari nilai sewa yang wajar.

Dr. Biaya pengembalian kelebihan penerimaan sewa xxx


Cr. Kas/Hutang kepada penyewa/Rekening penyewa xxx
(catatan: beban pengembalian ini merupakan offsetting account dari pendapatan sewa)

2.3 Akuntansi Penyewa (Musta’jir)


Salah satu perbedaan PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dan PSAK 59 tentang
Akuntansi Perbankan pada paragraf Ijarah adalah dalam PSAK 59 hanya dibahas
akuntansi Ijarah dari segi Bank Syariah saja baik sebagai pemilik obyek Ijarah maupun
Bank Syariah sebagai pihak penyewa, sedangkan dalam PSAK 107 telah dibahas
Akuntansi Penyewa tanpa membedakan apakah hal tersebut dilakukan oleh Lembaga
Keuangan Syariah maupun nasabah sebagai penyewa.

2.3.1 Akun dalam Akuntansi Penyewa


Akun yang dipergunakan oleh penyewa sangat berbeda dengan akun yang
dipergunakan oleh pemilik obyek sewa. Berikut diberikan beberapa akun yang
dipergunakan oleh penyewa obyek ijarah, baik untuk kepentingan penyusunan laporan
posisi keuangan (neraca) maupun untuk menyusun laporan laba rugi.

A. Akun dalam Laporan Posisi Keuangan


Akun-akun berikut dipergunakan untuk mencatat transaksi ijarah atau Ijarah
Muntahiya Bittamlik pada akuntansi penyewa (lessee) untuk kepentingan penyusunan
laporan posisi keuangan (neraca).

1. Aktiva Tetap
Akun ini dipergunakan untuk mencatat aset yang telah diperoleh atas dasar
pemindahan kepemilikan dalam transaksi Ijarah Muntahia Bittamlik. Akun ini di
debet pada saat diperoleh Aset Ijarah sebesar nilai aset tersebut. Perlakuan akuntansi

30
berikutnya sesuai ketentuan aktiva tetap.

2. Akumulasi Aktiva Tetap


Akun ini dipergunakan untuk mencatat akumulasi penyusutan atas aktiva tetap yang
diperoleh dari transaksi Ijarah Munthia Bittamlik. Perlakukan akuntansinya tersebut
sesuai ketentuan penyusutan aktiva tetap.

3. Uang Muka Sewa (Sewa Dibayar Dimuka)


Akun ini dipergunakan untuk mencatat bagian dari harga sewa yang telah dibayar
sebelum pemanfaat obyek Ijarah. Akun ini di debet pada saat dilakukan pembayaran
bagian harga sewa sebesar harga sewa yang dibayar. Akun ini dikredit pada saat
pengakuan beban harga sewa untuk periode yang bersangkutan.

B. Akun dalam Laporan Laba Rugi


Akun-akun berikut dipergunakan untuk mencatat transaksi ijarah atau ijarah muntahia
bittamlik dalam akuntansi penyewa untuk kepentingan penyusunan laporan laba rugi.

1. Beban sewa Ijarah


Akun ini dipergunakan untuk mencatat harga sewa yang dibayar baik untuk transaksi
Ijarah atau Ijarah Muntahia Bittamlik. Akun ini didebet pada saat pembayaran harga
sewa sebesar harga sewa yang dibayar atau yang menjadi beban. Akun ini dikredit
pada akhir tahun untuk dipindahkan ke Laba Rugi Tahun berjalan.

2. Beban Pemeliharaan Rutin Aset Ijarah


Akun ini dipergunakan untuk mencatat beban pemeliharaan rutin yang menjadi beban
penyewa. Akun ini didebet saat terjadi pemeiharaan rutin yan dilakukan sebesar beban
yang dikeluarkan dan di kredit pada akhir tahun untuk dipindahkan ke Laba Rugi
Tahun Berjalan.

Untuk memberikan gambaran yang lengkap dan rinci akuntansi Ijarah dan Ijarah
Muntahia Bittamlik yang dilakukan pada akuntansi penyewa dapat diberikan ilustrasi
contoh seperti pada contoh 2.4 di atas.

Contoh : 2 – 4 (Ilustrasi Umum)

Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-
data sebagai berikut:

31
A. Jenis Akad (pertama) : Ijarah
Nama Penyewa : Hasan
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp28.800.000 (Rp2.400.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp14.400.000 ( 6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 1 (satu) tahun
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan

B. Jenis Akad (kedua) : Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)


Nama Penyewa : Amir
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000,00
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp72.000.000 (Rp6.000.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp36.000.000 (6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 2 (satu) tahun
Opsi pengalihan pemilikan : Akhir masa sewa
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan

Dari ilustrasi contoh di atas dapat dijelaskan lebih lanjut jurnal yang dilakukan oleh
penyewa Ijarah dan penyewa Ijarah Muntahia Bittamlik dan hal-hal yang berkaitan
dengan beban sewa yang dilakukan.

2.3.2 Beban sewa


Beban sewa adalah harga sewa yang harus dibayar oleh penyewa obyek Ijarah.
Harga sewa atau beban sewa yang harus dibayar oleh penyewa obyek ijarah sangat
dipengaruhi oleh akad yang dipergunakan dan khusus untuk Ijarah Muntahian Bittamlik
dipengaruhi juga oleh jangka waktu sewa yang dilakukan. Oleh karena itu berikut
diberikan jurnal yang dipisahkan sesuai dengan akadnya.

A. Akuntansi Penyewa Ijarah

32
Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang akuntansi ijarah yang dilakukan
oleh penyewa obyek ijarah, diberikan contoh berikut:

Contoh : 2 – 4 (Ilustrasi Umum)

Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-
data sebagai berikut:

A. Jenis Akad (pertama) : Ijarah


Nama Penyewa : Hasan
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp28.800.000 (Rp2.400.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp14.400.000 ( 6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 1 (satu) tahun
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan

Atas ilustrasi contoh diatas oleh penyewa dilakukan akuntansi dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut:

1. Pada saat pembayaran sewa sebesar Rp2.400.000,00 per bulan dilakukan oleh
penyewa.
Dr. Beban Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp2.400.000,00

2. Jika pembayaran harga sewa dilakukan terlebih dahulu, maka pembayaran tersebut
dicatat sebagai sewa dibayar dimuka.
a) Atas transaksi ijarah dilakukan pembayaran harga sewa kepada pemilik obyek
sewa sebesar Rp10.000.000,00.
Dr. Sewa Dibayar Dimuka Ijarah Rp10.000.000,00
Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp10.000.000,00
b) Pada saat jatuh tempo atau pengakuan beban sewa pada bulan yang bersangkutan
sebesar Rp2.400.000,00.
Dr. Beban Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Sewa Dibayar Dimuka Ijarah Rp2.400.000,00

33
3. Jika sewa telah jatuh tempo tetapi penyewa (lessee) belum melakukan pembayaran:
a) Pada saat pengakuan beban ijarah (akrual)
Dr. Beban Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Hutang sewa Ijarah Rp2.400.000,00
b) Pada saat melakukan pembayaran beban ijarah yang tertunggak
Dr. Hutang Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Kas/Rek bank Rp2.400.000,00

B. Akuntansi Penyewa Ijarah Muntahia Bitamllik (IMBT)


Dalam akuntansi Ijarah Muntahia Bittamlik memiliki sedikit perbedaan karena dalam
akuntansi Ijarah Muntahia Bittamlik ada opsi pemindahan kepemilikan sehingga terjadi
akuntansi pemindahan kepemilikan dari pemilik obyek IMBT ke penyewa. Untuk
memberikan gambaran yang lengkap atas akuntansi Ijarah Muntahia Bittamlik berikut
diberikan ilustrasi contoh sebagai berikut:

Contoh : 2 – 4 (Ilustrasi Umum)

Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-
data sebagai berikut:

B. Jenis Akad (kedua) : Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)


Nama Penyewa : Amir
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000,00
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp72.000.000 (Rp6.000.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp36.000.000 (6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 2 (satu) tahun
Opsi pengalihan pemilikan : Akhir masa sewa
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan

Dari contoh tersebut di atas, dibedakan akuntansi yang terkait dengan pembayaran
harga sewa yang dilakukan oleh penyewa dan akuntansi pemindahan kepemilikan dari
pemilik obyek IMBT kepada penyewa IMBT.

34
1) Pada saat pembayaran sewa sebesar Rp6.000.000,00 per bulan dilakukan oleh
penyewa.

Dr. Beban Sewa IMBT Rp6.000.000,00


Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp6.000.000,00

2) Jika pembayaran harga sewa dilakukan terlebih dahulu, maka pembayaran tersebut
dicatat sebagai sewa dibayar dimuka.

a) Atas transaksi ijarah dilakukan pembayaran harga sewa kepada pemilik obyek
sewa sebesar Rp10.000.000,00.
Dr. Sewa Dibayar Dimuka IMBT Rp10.000.000,00
Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp10.000.000,00

b) Pada saat jatuh tempo atau pengakuan beban sewa pada bulan yang bersangkutan
sebesar Rp6.000.000,00.
Dr. Beban Sewa IMBT Rp6.000.000,00
Cr. Sewa Dibayar Dimuka IMBT Rp6.000.000,00

3) Jika sewa telah jatuh tempo tetapi penyewa (lessee) belum melakukan pembayaran
a) Pada saat pengakuan beban ijarah (akrual)
Dr. Beban Sewa IMBT Rp6.000.000,00
Cr. Hutang sewa IMBT Rp6.000.000,00

b) Pada saat melakukan pembayaran beban ijarah yang tertunggak


Dr. Hutang Sewa IMBT Rp6.000.000,00
Cr. Kas / Rek bank Rp6.000.000,00

2.3.3 Beban Pemeliharaan dan Perbaikan Rutin


Dalam transaksi Ijarah atau Ijarah Muntahia Bittamlik, obyek ijarah atau obyek
IMBT tetap dicatat pada pemilik obyek sewa (lessor) sehingga secara prinsip beban
pemeliharaan dan perbaikan menjadi tanggung jawab pemilik obyek sewa (lessor).
Namun demikian beban pemeliharaan rutin dan beban perbaikan yang tidak besar dapat
dibebankan kepada penyewa atau menjadi tanggung jawab penyewa.

Contoh : 2 - 13

Amir sebagai penyewa mengeluarkan biaya perbaikan obyek ijarah sebesar


Rp200.000,00.

35
Atas pengeluaran biaya perbaikan tersebut Amir sebagai penyewa melakukan jurnal
sebagai berikut:

Dr. Beban pemeliharaan rutin Ijarah Rp200.000,00


Cr. Kas Rp200.000,00

2.3.4 Pemindahan Kepemilikan (khusus IMBT)


Pemindahan kepemilikan hanya terjadi dalam Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT).
Pemindahan kepemilikan sesuai opsi yang diambil oleh penyewa. Pemindahan
kepemilkan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1) Pemindahan Kepemilkan Dilakukan Dengan Cara Hibah Atau Hadiah


Jadi bagi penyewa pengukuran nilai obyek ijarah yang dipindahkan sebesar nilai
wajar dari obyek IMBT tersebut, dan atas nilai wajar dari obyek ijarah yang
pemindahannya dilakukan dengan hibah diakui sebagai keuntungan oleh penyewa. Oleh
karena itu bagi penyewa pemindahan kepemilikan tidak memperhatikan nilai yang ada
(pencatatan) pada pemilik obyek IMBT, tidak memperhatikan apakah nilai tercatat lebih
rendah atau lebih tinggi dari nilai wajarnya, bagi penyewa yang diperhatikan adalah nilai
wajar saat penyerahan.

Contoh: 2 - 14

Dalam catatan pemilik obyek IMBT diketahui obyek IMBT harga perolehan sebesar
Rp120.000.000,00 dan akumulasi penyusutan obyek IMBT sebesar Rp120.000.000,00.
Obyek IMBT tersebut memiliki nilai wajar sebesar Rp10.000.000,00 saat pengalihan
kepemilkan dilakukan.

Bagi penyewa atas pemindahan kepemilikan yang dilakukan oleh pemilik obyek
IMBT kepada penyewa dilakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Aktiva Rp10.000.000,00


Cr. Keuntungan/pendapatan operasi lainnya Rp10.000.000,00

2) Dengan Cara Pembelian Sebelum Akad Berakhir


Pemindahan kepemilikan dari pemilik obyek IMBT kepada penyewa dilakukan
dengan cara pembelian yang dilakukan oleh penyewa sebelum akad berakhir.

36
Contoh: 2 -15

Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan
pemilik obyel IMBT pada bulan ke 13 menunjukkan data sbb:

Harga perolehan Aset obyek IMBT : Rp120.000.000,00


Akumulasi Penyusutan : Rp 60.000.000,00
Sisa harga sewa yang belum dibayar : Rp 72.000.000,00

Dari contoh ini akan terjadi beberapa alternatif sebagai berikut:

a) Jika penyewa membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar maka atas
perpindahan kepemilikan tersebut oleh penyewa obyek IMBT dilakukan jurnal
sebagai berikut:

Dr. Aktiva Rp72.000.000,00


Cr. Kas/Rek Bank Rp72.000.000,00

b) Jika penyewa tidak membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar, tetapi
sesuai kesepakatan yang membayar misalnya sebesar Rp65.000.000,00 saja maka atas
perpindahan kepemilikan tersebut oleh penyewa obyek IMBT dilakukan jurnal
sebagai berikut:

Dr. Aktiva Rp65.000.000,00


Cr. Kas/Rek Bank Rp65.000.000,00

3) Dengan Cara Pembelian Setelah Akad Berakhir


Cara pemindahan kepemilikan yang lain dilakukan pada akhir masa sewa atau akad
berakhir. Jadi bagi penyewa, tidak memperhatikan nilai buku dari aset tersebut yang ada,
tetapi penyewa pengakui aset tersebut sebesar pembayaran yang disepakati

Contoh: 2 - 16

Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan
pemilik obyek IMBT pada akhir tahun kedua menunjukkan data sbb:

Harga perolehan Aset obyek IMBT : Rp120.000.000,00


Akumulasi Penyusutan : Rp120.000.000,00

Atas perpindahan kepemlikan tersebut penyewa melakukan pembayaran sebesar


Rp15.000.000,00 Atas perpindahan kepemilikan obyek IMBT tersebut penyewa

37
melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Aktiva Rp15.000.000,00


Cr. Kas / Rek Bank Rp15.000.000,00

4) Dengan Cara Pembelian Secara Bertahap


Salah satu pemindahan kepemilikan dilakukan secara bertahap. Perpindahan
kepemilikan bertahap ini hanya dilakukan atas aset terpisah (obyek ijarah terdiri dari
beberapa aset). Sangat sulit untuk memindahkan secara bertahap atas obyek ijarah yang
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisah. Jadi sesuai dengan ketentuan
PSAK 107-ED tentang akuntansi ijarah, nilai obyek IMBT yang dipindahkan bagi
penyewa sebesar biaya perolehan yang dikeluarkan oleh penyewa.

Contoh : 2-17

Mobil Kijang Inova disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan pemilik
obyek IMBT pada akhir tahun kedua menunjukkan data sbb:

Harga perolehan Aset obyek IMBT : Rp120.000.000,00


Akumulasi Penyusutan : Rp120.000.000,00

Atas perpindahan kepemlikan tersebut penyewa melakukan pembayaran kepada


pemilik obyek IMBT sebesar Rp15.000.000,00 dan biaya lain yang menjadi tanggungan
penyewa sebesar Rp5.000.000,00.

Atas pemindahan kepemilikan tersebut penyewa mengakui harga perolehan obyek


IMBT sebesar Rp20.000.000,00, dan jurnal yang dilakukan oleh penyewa adalah sebagai
berikut:

Dr. Aset (aktiva tetap) Rp20.000.000,00


Cr. Kas/rek Bank Rp20.000.000,00

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pemindahan kepemilikan tersebut adalah


penyewa pengakui obyek IMBT yang dipindahkan tersebut sebagai aset sebesar harga
yang dibayar atau biaya perolehan yang dikeluarkan, tanpa memperhatikan nilai tercatat
dari obyek IMBT tersebut.

38
2.4 Akuntansi Jual dan Ijarah
Dalam PSAK 107-ED tentang Akuntansi Ijarah dibahas tentang akuntansi jual dan
ijarah. Maksud dari transaksi ini adalah nasabah menjual barang kepada Lembaga
Keuangan Syariah secara penuh atau lepas, dalam arti hak kepemilikannya sepenuhnya
menjadi milik Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli. Disisi lain atas barang yang
dibeli tersebut Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemilik barang menyewakan kepada
pihak yang membutuhkan sebagai penyewa. Fatwa DSN yang mengatur tentang hal ini
tercantum dalam :

1. Fatwa DSN nomor 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan Hutang alternatif


ketiga adalah sebagai berikut:
1) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset, nasabah dapat
melakukan akad Ijarah dengan LKS, sesuai dengan Fatwa DSN-MUI nomor
09/DSNMUI/IV/2002.
2) Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi kewajiban nasabah dengan
menggunakan prinsip al-Qardh sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-
MUI/IV/2001.
3) Akad Ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh dipersyaratkan
dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan sebagaimana dimaksudkan angka
2.
4) Besar imbalan jasa Ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh
didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan LKS kepada nasabah
sebagaimana dimaksudkan angka 2.

Dalam Fatwa ini harta milik nasabah dijual ke Lembaga Keuangan Syariah,
kemudian disewakan kembali kepada nasabah dengan prinsip Ijarah Muntahia
Bittamlik, hanya dilaksanakan dalam rangka pengalihan hutang dari konvensional ke
Lembaga Keuangan Syariah.

2. Fatwa DSN 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back diatur ketentuan
sebagai berikut:
Pertama: Ketentuan Umum
Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian pembeli
menyewakan aset tersebut kepada penjual.

39
Kedua : Ketentuan Hukum
Sale and Lease Back hukumnya boleh.

Ketiga : Ketentuan Khusus


1. Akad yang digunakan adalah Bai' dan Ijarah yang dilaksanakan
secara terpisah.
2. Dalam akad Bai', pembeli boleh berjanji kepada penjual untuk
menjual kembali kepadanya aset yang dibelinya sesuai dengan
kesepakatan.
3. Akad Ijarah baru dapat dilakukan setelah terjadi jual beli atas aset
yang akan dijadikan sebagai obyek Ijarah.
4. Obyek Ijarah adalah barang yang memiliki manfaat dan nilai
ekonomis.
5. Rukun dan syarat Ijarah dalam fatwa Sale and Lease Back ini harus
memperhatikan substansi ketentuan terkait dalam fatwa DSN-MUI
Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
6. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.
7. Biaya-biaya yang timbul dalam pemeliharaan Obyek Sale and Lease
Back diatur dalam akad.

Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dijelaskan pengungkapan dan pengakuan
jual dan Ijarah sebagai berikut:
25. Transaksi jual-dan-ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak
saling bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai
wajar.
26. Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada entitas lain dan kemudian
menyewanya, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada
periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan
perlakuan akuntansi penyewa.
27. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual-dan-ijarah tidak dapat
diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.

Jual dan Ijarah ini tidak dilakukan secara langsung antara pemilik aset dengan
Lembaga Keuangan Syariah, namun harus melalui pihak ketiga. Pemilik aset menjual

40
kepada Lembaga Keuangan Syariah dan kemudian Lembaga Keuangan Syariah
menyewakan kembali kepada pemilik aset secara langsung hanya ditemui dalam rangka
pengalihan hutang dari konvensional ke entitas syariah sebagaimana diatur dalam Fatwa
DSN nomor 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan Hutang.

2.5 Akuntansi Ijarah Lanjut


Ijarah Lanjut ini dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah disebut
dengan Sewa Disewakan Kembali, artinya pemilik obyek ijarah menyewa obyek ijarah
baik atas aset berwujud atau aset tidak berwujud dari pemilik aset atau pihak lain,
kemudian atas obyek ijarah yang disewa tersebut disewakan kembali kepada penyewa
yang membutuhkan. Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dijelaskan pengakuan
dan pengukuran Ijarah Lanjut. Secara umum ketentuan ini diterapkan untuk sewa lanjut,
tetapi juga dapat diterapkan untuk multijasa yang mempergunakan akad ijarah seperti
antara lain untuk pendidikan, travelling dan penyelenggaraan pernikahan.

A. Sewa Lanjut
Sewa lanjut ini dapat diterapkan untuk sewa obyek ijarah dimana pihak yang
menyewakan tidak memiliki fisik obyek yang disewakan, pemilik obyek ijarah hanya
memiliki fasilitas atas obyek ijarah, misalnya ada seseorang membutuhkan kios/toko tapi
tidak memiliki dana untuk menyewa, dalam hal ini LKS dapat menyewa fisik obyek sewa
kemudian menyewakan kembali kepada nasabah. Untuk memberikan gambaran yang
lengkap dan jelas atas transaksi Ijarah lanjut ini diberikan contoh transaksi sebagai
berikut:

Contoh : 2 - 18

Zaenab nasabah LKS Mitra Mandiri membutuhkan kios milik Taufik untuk
pengembangan usahanya dan ia tidak memiliki cukup dana untuk membayar sewa kios.
Harga sewa kios milik Taufik sebesar Rp12.000.000,00 per tahun dan pembayarannya
harus dilakukan sekaligus dimuka untuk jangka waktu 3 tahun.

Untuk merealisasi keinginan tersebut Zaenab mendatangi LKS Mitra Mandiri untuk
membantu menyewakan kios yang diperlukan, yang Zaenab bersedia dan sepakat untuk
membayar setiap bulan dengan harga sewa yang diperhitungakan oleh LKS Mitra
Mandiri. Keuntungan yang diharapkan oleh LKS Mitra Mandiri setara dengan 25%.

41
Dari contoh di atas terdapat dua transaksi yaitu (1) transaksi atas penyewaan kios
dari Taufik sebagai pemilik kios dan (2) transaksi penyewakan kembali kios kepada
Zaenab sebagai pihak yang membutuhkan. Dari segi akuntansi yang harus dicatat adalah
transaksi yang dilakukan kepada Taufik atas pembayaran sewa kios sedangkan transaksi
kedua, menyewakan kios kepada Zaenab belum dilakukan pencatatan karena dari segi
finansial belum terjadi hak atau kewajiban kedua pihak. Jika antara Zaenab sebagai
penyewa dan LKS Mitra Mandiri sebagai pihak yang menyewakan telah dilakukan akad,
maka hal ini belum terjadi kewajiban atau hak masing-masing dalam segi keuangan. Bagi
LKS Mitra Mandiri sebagai pihak yang menyewakan baru mengakui piutang sewa jika
Zaenab telah mempergunakan kios tersbeut dan belum melakukan pembayaran.

Beberapa jurnal yang berhubungan dengan transaksi ijarah berlanjut tersebut adalah:

1. Saat pembayaran sewa ke Taufik sebagai pemilik Aset (kios)

Dr. Sewa Dibayar Dimuk/Sewa Lanjut Tangguhan Rp36.000.000,00


Cr. Kas/Rek Taufik Rp36.000.000,00

Berdasarkan sewa yang dibayar kepada Taufik tersebut, LKS Mitra Mandiri
melakukan perhitungan harga sewa kepada Zaenab sebagai berikut:
Harga pokok (sewa dari Taufik) Rp36.000.000,00
Keuntungan : 25% (25% x Rp36.000.000,00) = Rp 9.000.000,00
Harga sewa (yang hrs dibayar Zaenab) Rp45.000.000,00

Masa sewa : 36 bulan

Harga sewa per bulan : 45.000.000/36 : Rp1.250.000,00

Disisi lain sewa yang telah dibayar kepada pemilik Obyek Ijarah (Taufik), harus
dilakukan amortisasi selama jangka waktu sewa yang dilakukan, sehingga
perhitungan amortisasinya adalah sebagai berikut:

Harga sewa obyek Ijarah (dari Taufik) Rp36.000.000,00


Masa sewa obyek Ijarah 36 bulan
Amortisasi per bulan (36.000.000/36) Rp 1.000.000,00

2. Pengakuan Pendapatan Ijarah Berlanjut


Dari perhitungan tersebut diatas, maka atas pembayaran harga sewa yang
dilakukan oleh Zaenab maka LKS Mitra Mandiri meilakukan jurnal sebagai berikut:

42
Dr. Kas Rp1.250.000,00
Cr. Pendapatan Ijarah Lanjut Rp1.250.000,00

3. Amortisasi beban sewa kios milik Taufik yang dilakukan oleh LKS Mitra Mandiri
adalah sebagai berikut:
Amortisasi Sewa Dibayar Dimuka, dilakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Biaya Sewa Rp1.000.000,00
Cr. Sewa Dibayar Dimuka/Sewa Lanjutan Tangguhan Rp1.000.000,00

4. Penyajian transaksi ijarah lanjut dalam Laporan Laba Rugi LKS Mintra Mandiri
adalah sebagai berikut:
5. LAPORAN LABA RUGI
6. Periode dd-mm-yyyy s/d dd-mm-yyyy

Pendapatan Sewa 1.250.000


Pengeluaran Biaya LKS
Biaya Penyusutan 1.000.000
Biaya Pemeliharaan 0
Biaya Lain 0
Total Biaya Bank (1.000.000)
Pendapatan neto sewa (ijarah) 250.000

B. Multijasa
Ijarah lanjut juga dapat diterapkan untuk multijasa yang mempergunakan akad Ijarah.
Multijasa dengan akad ijarah ini diterapkan untuk pendidikan, traveling dan
penyelenggaraan pernikahan. Banyak yang berpendapat bahwa untuk biaya rumah sakit
hendaknya tidak mempergunakan ijarah tetapi dengan prinsip qardh, karena orang sakit
tidak layak untuk diambil manfaat atau diminta imbalan dan sebaliknya harus dibantu.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rinci dari produk multijasa (misalnya
pendidikan) tersebut dapat diberikan ilustrasi contoh berikut:

Contoh : 2 - 19

Hasanudin ingin menlanjutkan pendidikan doktoral (S3) syariah di Universitas Trisakti


Jakarta, biaya yang diperlukan hingga selesai sebesar Rp120 juta. Untuk mewujudkan
keinginannya tersebut Hasanudin menghubungi LKS Mitra Mandiri, dan setelah
dilakukan negosasi maka kedua pihak sepakat untuk melaksanakan transaksi tersebut dan

43
membayar angsuran sebesar Rp6.000.000,00 selama 2 tahun. Atas transaksi ini LKS
Mitra Mandiri membayar seluruh biaya pendidikan Hasanudin ke Universitas Trisakti
Jakarta sebesar Rp120 juta. Dengan dibayar biaya pendidikan Hasanudin tersebut maka
LKS Mitra Mandiri memiliki hak atas fasilitas pendidikan pada Universitas Trisakti
Jakarta (merupakan aset tidak berwujud dan ini merupakan obyek ijarah). Fasilitas atau
obyek tersebut disewakan kembali ke Hasanudin sebesar harga sewa yang disepakati.

Atas pembayaran biaya pendidikan ke Universitas Trisakti, LKS Mitra Mandiri


mengakui sebagai ”Sewa Tanguhan Multi” dan disajikan dalam Aset Ijarah pada neraca.
Dari transaksi tersebut dapat dijelaskan tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh
LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:

1. LKS Mitra Mandiri membayar biaya pendidikan doktoral Hasanudin kepada


Universitas Transaksi sebesar Rp120.000.000,00. Atas pembayaran biaya pendidikan
tersebut LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Sewa Multiguna Tangguhan Rp120.000.000,00


Cr. Kas / Rekening Trisakti Rp120.000.000,00

2. Penerimaan pembayaran angsuran oleh Hasanudin setiap bulan sebesar


Rp6.000.000,00 dan atas penerimaan pembayaran angsuran LKS Mitra Mandiri
melakukan jurnal

Dr. Kas Rp6.000.000,00


Cr. Pendapatan Ijarah Multijasa Rp6.000.000,00

3. LKS Mitra Mandiri melakukan amortisasi atas pembayaran biaya pendidikan yang
talah dilakukan sebesar : Rp120.000.000 : 24 = Rp5.000.000,00. Sehubungan dengan
amortisasi tersebut LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal :

Dr. Biaya Sewa Multiguna Rp5.000.000,00


Cr. Sewa Multiguna Tangguhan Rp5.000.000,00

4. Penyajian dalam laporan laba rugi yang dilakukan oleh LKS Mitra Mandiri adalah:
Pendapatan Ijarah Multijasa Rp6.000.000,00
Biaya Sewa Multijasa Rp5.000.000,00
Pendapatan neto Ijarah Multijasa Rp1.000.000,00

44
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek sewa) dan musta’jir
(penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. Ijarah
muntahiyah bittamlik adalah akad sewamenyewa antara pemilik obyek sewa dan
penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan “opsi
perpindahan hak milik” obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

Transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik dianggap sebagai salah satu instrumen
keuangan yang digunakan oleh bank syariah, dimana bank syariah berbeda di dalam
memperlakukan pengukuran dan pengungkapan assets yang disewakan, dan di dalam
akuntansi bagi bagian bank syariah pada biaya langsung awal dan perbaikan assets yang
disewakan. Mereka juga berbeda mengenai pengakuan pendapatan Ijarah (hampir
separuh bank-bank syariah yang berpartisipasi mengakui pendapatan Ijarah ketika cicilan
sewa jatuh tempo, separuh yang lain mengakui pendapatan sewa pada berbagai waktu).
Disamping itu, menunjukkan bahwa bank syariah juga berbeda di dalam pengungkapan
kebijakan akuntansi mengenai Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik. Perbedaan tersebut
di dalam perlakuan akuntansi dan pengungkapan cendrung mempunyai berbagai effek.
Tetapi, standarisasi perlakuan akuntansi pengakuan keuntungan transaksi Ijarah dan
Ijarah Muntahia Bittamlik dan pengungkapannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan
kerangka dasar seperti “Penentuan hak-hak dan kewajiban semua pihak terkait, termasuk
hak-hak yang berasal dari transaksi yang tidak selesai dan kejadian kejadian lain sesuai
dengan prinsip-prinsip Syari’ah Islam dan konsep keadilannya, charity dan kepatuhan
terhadap etika bisnis Islam, dan memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai
laporan keuangan bank syariah untuk memungkinkan mereka mengambil keputusan yang
sah di dalam mu’amalah mereka dengan bank syariah”.

3.2 Saran
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita sebagai penulis maupun pembaca, diharapkan juga kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.

45
DAFTAR PUSTAKA

Ijarah, A., & Cipta, H. (2020). Hak Cipta © 2020 Ikatan Akuntan Indonesia DE
PSAK 107 (Revisi 2020).

Wiroso, (2011). Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan Akuntan Indonesia. pp. 469-
510.

46

Anda mungkin juga menyukai