AKUNTANSI IJARAH
Disusun Oleh:
Kelompok 6
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa karena
dengan rahmat serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Akuntansi Ijarah” dengan baik meskipun dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah. Dalam
penyusunan makalah ini kami banyak menemukan kesulitan tetapi dengan ketekunan dan
bantuan dari beberapa pihak sehingga makalah ini dapat tersusun, untuk itu kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ijarah merupakan salah satu bentuk transaksi muamalah yang banyak dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Didalam pelaksanaan ijarah ini, yang
menjadi objek transaksi adalah manfaat yang terdapat pada sebuah zat. Ijarah sering
disebut dengan upah atau imbalan. Ijarah yang sering kita kenal dengan persewaan,
sangat sering membantu kehidupan karena dengan adanya ijarah ini seseorang yang
terkadang belum bisa membeli benda untuk kebutuhan hidupnya, maka bisa
diperbolehkan dengan cara menyewa. Sebagaimana transaksi umum, maka ijarah
memiliki aturan-aturan tertentu. Kebanyakan para pelaku ijarah saat ini melakukan
transaksi ini hanya berdasarkan kebiasaan saja, tanpa ada dasar hukum dan aturan-
aturan yang berlaku.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
berwujud dengan mempergunakan metode penyusutan sesuai ketentuan PSAK yang
terkait. Akun ini dikredit pada saat dibentuk penyusutan Obyek Ijarah sebesar beban
penyusutan yang dilakukan dan didebet pada saat aset tersebut dipindahkan
kepemilikannya kepada pihak lain. Akun ini disajikan sebagai pengurang (offsetting
account) dari Aset Ijarah.
3. Sewa Multijasa Tangguhan/Sewa Lanjut Tangguhan
Akun ini dipergunakan untuk mencatat biaya perolehan obyek ijarah aset tidak
berwujud (misalnya untuk produk multijasa yang mempergunakan akad Ijarah).
Akun ini didebet pada saat dilakukan pembayaran biaya perolehan obyek ijarah aset
tidak berwujud sebesar biaya perolehan yang dikeluarkan dan dikredit pada saat
dilakukan amortisasi obyek ijarah aset tidak berwujud sebesar beban amortisasi yang
dilakukan.
4. Cadangan Biaya Pemeliharaan/Perbaikan
Akun ini dipergunakan dalam hal pembentukan cadangan biaya pemeliharaan obyek
ijarah. Akun ini dikredit saat pembentukan cadangan sebesar cadangan yang
dibentuk dan didebet pada saat timbul biaya pemeliharaan sebesar pengeluaran beban
pemeliharaan yang dibayar.
3
disajkan sebagai pengurang (offsetting account) dari Akun Pendapatan Ijarah (tidak
diperkenankan disajikan sebagai beban operasional). Akun ini didebet pada saat
dilakukan pemeliharaan obyek ijarah sebesar beban yang dikeluarkan dan dikredit
pada saat akhir tahun bersama sama dengan pendapatan ijarah dipindahkan ke
Pendapatan Operasi Utama.
3. Biaya Amortisasi Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat beban amortisasi yang telah dilakukan atas
obyek ijarah aset tidak berwujud. Akun ini disajkan sebagai pengurang (offsetting
account) dari Akun Pendapatan Ijarah (tidak diperkenankan disajikan sebagai beban
operasional). Akun ini didebet pada saat dilakukan pembentukan amortisasi sebesar
beban amortisasi sesuai metode penyusutan yang diperkenankan dan dikredit pada
saat akhir tahun bersama sama dengan pendapatan ijarah dipindahkan ke Pendapatan
Operasi Utama.
4. Keuntungan Pelepasan
Aset Ijarah Akun ini dipergunakan untuk mencatat keuntungan pelepasan Aset
Ijarah, baik Asaet Ijarah maupun IMBT atas aset berwujud dimana nilai tercatat lebih
rendah dari nilai jualnya. Akun ini disajikan sebagai penambahan pendapatan Ijarah
(tidak disajikan sebagai pendapatan operasional). Akun ini di kredit pada saat
pelepasan Aset Ijarah sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai jual aset ijarah. Akun
ini akan didebet bersama sama dengan pendapatan Ijarah sebagai pendapatan operasi
utama.
5. Kerugian Pelepasan Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat kerugian pelepasan Aset Ijarah, baik Aset
Ijarah maupun IMBT atas aset berwujud dimana nilai tercatat lebih tinggi dari nilai
jualnya. Akun ini disajikan sebagai pengurang pendapatan Ijarah (tidak disajikan
sebagai beban operasional). Akun ini di debet pada saat pelepasan Aset Ijarah sebesar
selisih nilai tercatat dengan nilai jual aset ijarah. Akun ini akan dikredit bersama sama
dengan pendapatan Ijarah sebagai pendapatan operasi utama.
6. Pendapatan Sewa
Akun ini dipergunakan untuk mencatat harga sewa yang harus dibayar oleh penyewa
(lessee). Akun ini dikredit pada saat diterima harga sewa sebesar harga sewa yang
disepakati dan didebet pada akhir tahun dipindahkan atau diperhitungan sebagai
4
Pendapatan Usaha Utama.
Untuk memberikan gambaran yang lengkap dan rinci akuntansi Ijarah dan Ijarah
Muntahia Bittamlik dapat diberikan ilustrasi contoh sebagai berikut:
LKS Mitra Mandiri memiliki dua buah Kijang Inova dengan harga perolehan masing-
masing sebesar Rp120.000.000,00 LKS Mitra Mandiri menetapkan kebijakan masa
penyusutan Kijang Inova selama 5 tahun.
Atas permintaan nasabah, LKS Mitra Mandiri mensepakati penyewaan mobil Kijang
Inova dengan data sebagai berikut :
A. Kijang Inova pertama disewakan tanpa opsi pemindahan kepemilikan (akad ijarah)
selama setahun dengan return setara dengan 25%/pa kepada Hasan.
B. Kijang Inova kedua disewakan dengan opsi pemindahan kepemilikan (akad Ijarah
Muntahia Bittamlik) selama 2 tahun dengan return setara dengan 20%/pa, kepada
Amir. Pembayaran harga sewa oleh penyewa dilakukan setiap tanggal 15.
Atas ilustrasi di atas akan dibahas akuntansi yang berkaitan dengan transaksi Ijarah
dan Ijarah Muntahia Bittamlik dimana obyek ijarahnya merupakan penggunaan manfaat
aset berwujud, yang dilakukan oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek ijarah
yaitu:
a. Obyek Ijarah, yang akan dibahas mulai dari pengadaan obyek ijarah yaitu pembelian
aset sampai aset tersebut dapat disewakan.
b. Harga sewa, yang akan dibahas penentuan perhitungan harga sewa Ijarah yang harus
dibayar oleh penyewa, pembayaran harga sewa.
c. Pengalihan kepemilikan yang akan dibahas khusus yang berkaitan dengan Ijarah
dengan opsi pemindahan kepemilikan (Ijarah Muntahia Bittamlik).
5
(dalam hal ini tanggung jawab LKS Mitra Mandiri). Salah satu cara untuk memperoleh
obyek Ijarah adalah dengan melakukan pembelian Aset Ijarah (obyek ijarah).
Pada tanggal 1 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri membeli dua buah mobil Kijang Inova,
dengan harga masing-masing mobil sebesar Rp118.000.000,00.
Atas pembelian mobil Inova tersebut oleh LKS Mitra Mandiri dilakukan jurnal sebagai
berikut:
Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan akun-akun dan Laporan
Posisi Keuangan/neraca LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
PERSEDIAAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 118.000.000
01/03 Kijang Inova 118.000.000
Saldo
236.000.000 236.000.000
NERACA
Per 1 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 236.000.000
6
Contoh: 2 – 3 (Biaya-Biaya Lainnya)
Tanggal 5 Maret LKS Mitra Mandiri membayar biaya balik nama, BPKB dan surat-surat
lainya masing-masing mobil sebesar Rp2.000.000,00.
Atas pengeluaran biaya-biaya tersebut. LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek
Ijarah melakukan jurnal sebagai berikut:
Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan akun-akun dan Laporan
Posisi Keuangan (neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai pada pemilik obyek ijarah sebagai
berikut:
PERSEDIAAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 118.000.000
01/03 Kijang Inova 118.000.000
05/03 Biaya Surat-surat 4.000.000
Saldo
240.000.000 240.000.000
NERACA
Per 1 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 240.000.000
7
Umur ekonomis 5 th (sesuai kebijakan LKS)
Keuntungan yang diharapkan 20%
Biaya penyusutan obyek ijarah: 120.000.000/5 = Rp24.000.000,00 per tahun
Jadi dari perhitungan tersebut di atas, dapat dilihat bahwa harga sewa sangat
ditentukan oleh akad yang dilakukan (ijarah atau IMBT), masa sewa yang dilakukan
khususnya IMBT. Sehingga obyek ijarah yang sama (misalnya mobil Kijang Inova)
memiliki harga sewa yang berbeda jika akad dilakukan berbeda dan jangka waktu
sewanya juga berbeda.
8
pada Lembaga Keuangan Syariah sebagai lessor, maka baik obyek tersebut disewakan
atau tidak disewakan tetap dilakukan penyusutan. Untuk memberikan gambaran jurnal
yang dilakukan dalam pelaksanaan akad ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik dapat
diberikan contoh berikut. Dalam contoh tersebut obyek ijarah atas penggunaan manfaat
aset berwujud, sedangkan obyek ijarah atas penggunaan aset tidak berwujud (Ijarah
Lanjut dan Multijasa) dapat dilihat dalam pembahasan Ijarah Lanjut butir berikutnya.
Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-
data sebagai berikut:
Atas transaksi Ijarah diatas, LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek Ijarah pada
9
tanggal 10 Maret 2008 melakukan jurnal sebagai berikut:
Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan
laporan posisi keuangan (neraca) LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
PERSEDIAAN
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/03 Kijang Inova 120.000.000 10/03 Akt Ijarah 120.000.000
01/03 Kijang Inova 120.000.000 10/03 Akt Ijarah 120.000.000
Saldo 0
240.000.000 240.000.000
ASET IJARAH
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/03 Kijang Inova 120.000.000
Saldo 120.000.000
120.000.000 120.000.000
NERACA
Per 10 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan
Aset Ijarah
Aset Ijarah 120.000.000
Aset IMBT 120.000.000
10
Pembayaran harga sewa Ijarah dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum penggunaan
manfaat obyek ijarah dilakukan. Harga sewa yang diterima lebih dahulu oleh LKS Mitra
Mandiri sebagai pemilik obyek ijarah diakui sebagai “Sewa Diterima Dimuka” sebesar
jumlah yang diterima. Perlakukan akuntansi harga sewa terlebih dahulu ini tidak berbeda
dengan sewa dibayar dimuka pada umumnya, sehingga tidak dapat diperlakukan seperti
uang muka dalam transaksi murabahah.
Atas transaksi sewa kijang inova tersebut, pada tanggal 10 Maret 2008 LKS Mitra
Mandiri menerima uang muka sewa dari penyewa sebesar Rp14.400.000,00 (selama 6
bulan harga sewa) untuk transaksi Ijarah dan sebesar Rp36.000.000,00 (selama 6 bulan
harga sewa) untuk transaksi IMBT.
Atas penerimaan uang sewa tersebut, pada tanggal 10 Maret 2008 LKS Mitra Mandiri
melakukan jurnal sebagai berikut:
Uang muka sewa tidak dapat mengurangi harga perolehan Aset Ijarah sebagaimana
dalam transaksi murabahah yang dipergunakan sebagai penguran harga perolehan dalam
memperhitungkan keuntungan jika akad murabahah dilaksanakan, karena Aset Ijarah
tersebut milik LKS Mitra Mandiri sedangkan uang muka tersebut milik penyewa yang
diserahkan lebih dahulu. Atas pembayaran uang muka dari nasabah, akan mengakibatkan
perubahan posisi akun-akun dan neraca LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:
Debet Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
10/03 Uang Muka Ijarah 36.000.000
11
Saldo 36.000.000
36.000.000 36.000.000
SEWA DITERIMA DIMUKA (TITIPAN UANG MUKA IMBT)
NERACA
Per 10 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan Titipan Uang Muka Ijarah
Aset Ijarah Titipan UM Ijarah 14.000.000
Aset Ijarah 120.000.000 Titipan UM IMBT 36.000.000
Aset IMBT 120.000.000
Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri menerima penggantian biaya
administrasi atas transaksi Ijarah sebesar Rp300.000,00.
Atas penerimaan biaya administrasi, LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai
berikut:
12
disewakan atau tidak tetap dilakukan penyusutan sebagai pengurangan nilai yang
dilakukan oleh aset berwujud. Berikut akan dibahas lebih rinci penyusutan dan
pemeliharaan obyek ijarah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai
pihak yang menyewakan.
Metode penyusutan atau amortisasi yang diperkenan sesuai PSAK 16 dan PSAK 19
adalah:
b. Rumus:
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧– 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐚 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧
Penyusutan =
𝐔𝐦𝐮𝐫 𝐞𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢𝐬
Dapat pula dihitung dengan persentase:
Tarif penyusutan = 100%/Umur ekonomis
Penyusutan: Tarif × Harga perolehan
c. Contoh:
Data aktiva tetap Tahun 2001 harga perolehan perlengkapan sebesar
Rp10.500.000,00. Nilai residu Rp500.000,00. Umur ekonomis 5 tahun.
10.500.000– 500.000
Perhitungan Beban penyusutan = = 2.000.000
5
13
2. Metode saldo penurun (declining balance method)
a. Ciri-ciri :
1) Tarif penyusutan per periode semakin menurun.
2) Perhitungan penyusutan tanpa memperhitungkan estimasi nilai sisa.
3) Metode ini selalu menghasilkan angka yang harus dibulatkan pada akhir usia
ekonomis.
b. Rumus besaran tarif penyusutan
Tarif penyusutan = Tarif persentase garis lurus x 2
Besaran persentase dihitung dengan cara menggandakan besarnya persentase
garis lurus.
c. Contoh:
Data aktiva tetap Awal th 2001 harga perolehan peralatan Rp13.000.000 estimasi
nilai sisa Rp1.000.000. Umur ekonomis 5 tahun.
Perhitungan beban penyusutan:
Tarif penyusutan = tarif garis lurus x 2
100%
= × 2 = 40%
5
Tabel beban penyusutan:
14
3) Diperhatkan pola penggunaan.
4) Digunakan apabila umur manfaat aktiva tetap tergantung kepada tingkat
pemakaiannya.
b. Rumus:
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧– 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐚
Tarif Penyusutan =
𝐄𝐬𝐭𝐢𝐦𝐚𝐬𝐢 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐢𝐭𝐚𝐬
c. Contoh:
Data-data Awal tahun 2001 harga perolehan peralatan Rp10.100.000,00, estimasi
nilai residu Rp100.000,00.
Penggunaan peralatan th 2001 : 20.000 jam, 2002 : 30.000 jam, 2003 : 10.000 jam,
2004 : 40.000 jam.
Beban penyusutan:
𝟏𝟎.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 – 𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Tarif per jam = = Rp100 / jam
𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝐣𝐚𝐦
Pada prinsipnya masa penyusutan IMBT sama dengan masa sewa, supaya pada
akhir sewa tidak ada kerugian yang dialami LKS sebagai lessor pada saat pemindahan
15
kepemilikan (khususnya yang dilakukan secara hibah). Obyek sewa (Aset Ijarah)
merupakan aset Bank Syariah, sehingga perlu dilakukan penyusutan sesuai dengan
metode yang berlaku. Besarnya penyusutan akan mempengaruhi pendapatan sewa dan
pendapatan neto ijarah, sehingga harus dipergunakan metode penyusutan tepat dan tidak
merugikan satu dengan yang lain, seperti mempergunakan metode garis lurus.
a) Rumus perhitungan penyusutan yang digunakan misalnya dengan metode garis lurus
(straight line method), dengan rumus:
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧– 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐑𝐞𝐬𝐢𝐝𝐮
Penyusutan =
𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 (𝐔𝐦𝐮𝐫 𝐞𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢𝐬)
Dalam perhitungan penyusutan obyek ijarah sangat terkait dengan umur ekonomis
atau masa penyusutan. Dalam PSAK 107 tentang Ijarah, penyusutan dilakukan sesuai
kebijakan pemilik obyek ijarah untuk transaksi ijarah tanpa opsi pemindahan
kepemilikan.
Contoh: 2 - 7
Atas mobil Inova yang dimiliki oleh LKS Mitra Mandiri dengan harga perolehan sebesar
Rp120.000.000, yang disewakan kepada Hasan dengan prinsip Ijarah, LKS Mitra Mandiri
memiliki kebijakan bahwa untuk mobil Inova ditetapkan umur ekonomisnya selama 5
tahun.
Atas contoh tersebut diatas, perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh LKS Mitra
Mandiri sebagai pemilik obyek ijarah adalah sebagai berikut:
Rumus:
16
120.000.000−1
=
5
Sehingga jurnal beban penyusutan yang dilakukan oleh pemilik obyek ijarah adalah
sebagai berikut:
Contoh : 2 - 8
Atas mobil Inova yang dimiliki oleh LKS Mitra Mandiri dengan harga perolehan sebesar
Rp120.000.000, yang disewakan kepada Hasan dengan prinsip Ijarah dengan opsi
pemindahan kepemilikan (Ijarah Muntahia Bittamlik) dengan masa sewa selama 2 tahun.
LKS Mitra Mandiri memiliki kebijakan bahwa untuk mobil Inova ditetapkan umur
ekonomisnya selama 5 tahun.
Atas contoh tersebut diatas, perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh pemilik
obyek ijarah adalah sebagai berikut:
Rumus:
120.000.000−1
=
2
Sehingga jurnal beban penyusutan yang dilakukan oleh pemilik obyek ijarah adalah
17
sebagai berikut:
Atas penyusutan Aset Ijarah yang disewakan dengan akad Ijarah dan Ijarah
Muntahiya Bitamllik, maka pengakibatkan perubahan akun-akun dan laporan posisi
keuangan (neraca) LKS Mitra Mandiri adalah sebagai berikut:
NERACA
Per 30 Maret 2008
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan Titipan Uang Muka Ijarah
Aset Ijarah Titipan UM Ijarah 14.000.000
Aset Ijarah 120.000.000 Titipan UM IMBT 36.000.000
Akm penyusutan (2.000.000)
Aset IMBT 120.000.000
Akm penyusutan (5.000.000)
18
biaya pemeliharaan dan perbaikan atas Aset Ijarah tersebut menjadi tanggung jawab
Lembaga Keuangan Syariah. Perbaikan dan pemeliharaan Aset Ijarah penting, selain dari
pada perawatan berkala dan operasional oleh lessee, merupakan tanggung jawab dari
lessor kecuali kalau itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian lessee, sehubungan dengan
hal tersebut, biaya-biaya perbaikan dibebankan pada periode terjadinya jika tidak
material. Tetapi, jika biaya perbaikan diperkirakan material dan berbeda jumlahnya dari
tahun ke tahun, maka sistem pencadangan untuk perbaikan harus ditetapkan dan
digunakan yaitu pencadangan biaya perbaikan ditetapkan dan dengan demikian biaya
perbaikan dibebankan secara merata selama jangka waktu persewaan dengan
membebankan biaya berkala terhadap pencadangan.
Untuk memberikan gambaran yang jelas beban pemeliharaan dan perbaikan Aset
Ijarah ini dapat diberikan contoh sebagai berikut:
a) Berdasarkan penelitian dan pengalaman dari LKS Mitra Mandiri biaya perbaikan
rutin dan pemeliharaan Aset Ijarah tersebut di atas diperkirakan sebesar
Rp2.000.000,00 yang harus dicadangkan.
Jurnal pencadangan :
Dr. Biaya perbaikan Aset Ijarah Rp2.000.000
Cr. Cadangan perbaikan Aset Ijarah Rp2.000.000
b) Apabila pada bulan yang bersangkutan LKS Mitra Mandiri melakukan perbaikan
Aset Ijarah sebesar Rp500.000,00.
1) Dengan sistem pencadangan :
Dr. Cadangan perbaikan Aset Ijarah Rp500.000
Cr. Kas/rekening Rp500.000
2) Dengan sistem langsung (tanpa pencadangan)
Dr. Biaya perbaikan Aset Ijarah Rp500.000
Cr. Kas/rekening Rp500.000
E. Pendapatan Ijarah
Harga sewa adalah suatu jumlah yang harus dibayar oleh penyewa kepada pemilik
obyek ijarah. Oleh pemilik obyek ijarah harga sewa ini diakui sebagai pendapatan. Dalam
PSAK 23 tentang Pendapatan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
19
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekiutas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (paragraf 06). Pendapatan
hanya terdiri atas arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat
diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak
ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang
mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus
dikeluarkan dari pendapatan Demikian dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto
manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan
kenaikan ekuitas, dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan
pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal (paragraf 07). Dalam Kerangka
Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dijelaskan yang
dimaksud dengan penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal (paragraf 97.a) Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan
(revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas syariah yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fee), bagi hasil, deviden, royalti dan sewa (paragraf 101). Keuntungan
mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan yang mungkin timbul
atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa.
Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada
hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan (paragraf 102).
Jika diperhatikan dalam ilustrasi laporan laba rugi dalam PSAK 101 tercantum
“pendapatan neto ijarah” bukan hanya “pendapatan ijarah”. Kedua akun tersebut
merupakan dua hal yang berbeda, “pendapatan ijarah” merupakan pendapatan sewa yang
diterima dari nasabah (penyewa) sedangkan “pendapatan neto ijarah” merupakan
keuntungan dari transaksi ijarah karena pendapatan neto ijarah tersebut adalah
pendapatan ijarah setelah dikurangi dengan harga pokok ijarah (antara lain biaya
penyusutan dan biaya pemeliharaan) – lihat penyajian dalam laporan keuangan –
sehingga pendapatan neto ijarah merupakan pendapatan yang akan dibagikan dengan
pemodal (merupakan unsur dalam profit distribusi). Dalam Accounting Auditing Standard
for Islamic Financial Institution (AASIFI) yang dikeluarkan oleh Accounting and
20
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI), pengakuan
pendapatan (biaya) Ijarah dijelaskan bahwa sesuai dengan kriteria pengakuan pendapatan
(biaya) yang dinyatakan di dalam Statement of Concepts, pendapatan Ijarah (apabila bank
syariah adalah lessor) dan biaya (apabila Bank Islam adalah lessee) diakui apabila cicilan
Ijarah jatuh tempo. Sedangkan perbaikan assets yang disewakan, perbaikan penting,
selain dari pada perawatan berkala dan operasional oleh lessee, merupakan tanggung
jawab dari lessor kecuali kalau itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian lessee. Tiga
alternatif diusulkan bagi perlakukan perbaikan oleh bank syariah (sebagai lessor):
1. biaya perbaikan dibebankan pada periode terjadinya.
2. provisi bagi perbaikan ditetapkan dan dengan demikian biaya perbaikan dibebankan
secara merata selama jangka waktu persewaan dengan membebankan biaya berkala
terhadap provisi; atau
3. biaya-biaya perbaikan dibebankan pada periode terjadinya jika tidak material. Tetapi,
jika biaya perbaikan diperkirakan material dan berbeda jumlahnya dari tahun ke
tahun, maka provisi untk perbaikan harus ditetapkan dan digunakan sebagaimana
pada poin 2 di atas.
Alternatif ke tiga dipilih karena memberikan matching yang lebih baik. Disamping
itu, alternatif ini sesuai dengan konsep materialitas dan biaya informasi.
Perlakuan akuntansi terhadap biaya langsung awal dicatat sebagai biaya yang
ditangguhkan untuk dialokasikan (secara sama) pada jangka waktu penyewaan, karena
sesuai dengan konsep matching (mencocokkan) pendapatan dan biaya-biaya. Tetapi, jika
biaya langsung awal tidak material maka keseluruhan jumlah dibebankan kepada periode
dimana terjadinya. Ini sesuai dengan konsep materialitas.
Contoh: 2 - 9
Tanggal 15 Maret 2008, sesuai akad LKS Mitra Mandiri menerima pembayaran harga
sewa Obyek Ijarah dari Hasan sebesar Rp2.400.000,00 dan atas Obyek IMBT dari Amir
sebesar Rp6.000.000,00.
Dari contoh tersebut diatas LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal atas pendapatan
ijarah dan IMBT adalah sebagai berikut:
1) Jika pengakuan pendapatan ijarah tersebut berasal dari sewa yang dibayar lebih
dahulu (sewa diterima dimuka) maka jurnal yang dilakukan adalah:
21
Jurnal Ijarah IMBT
Dr. Sewa Diterima Dimuka 2.400.000 6.000.000
Cr. Pendapatan Sewa 2.400.000 6.000.000
2) Jika pengakuan pendapatan ijarah tersebut tidak berasal dari sewa diterima dimuka
(dibayar langsung pada periode tersebut) maka jurnal yang dilakukan adalah:
Pendapatan sewa ini merupakan harga jual sewa (harga sewa) oleh karena itu tidak
semua pendapatan sewa Ijarah tersebut merupakan unsur pendapatan pada profit
distribusi (setelah dikurangi dengan beban-beban yang dikeluarkan oleh atas Aset Ijarah
tersebut). Untuk tujuan penghitungan dasar distribusi bagi hasil, pendapatan ijarah yang
dibagikan adalah hasil sewa setelah dikurangi biaya depresiasi dan perbaikan. Oleh
karena itu maka penyajian dalam Laporan Keuangan sebagai berikut:
a) Penyajian transaksi Ijarah dalam Laporan Laba Rugi LKS Mitra Mandiri adalah
sebagai berikut :
b) Penyajian transaksi Ijarah Muntahia Bittamlik dalam Laporan Laba Rugi LKS Mitra
mandiri adalah sebagai berikut:
22
LAPORAN LABA RUGI
Periode dd-mm-yyyy s/d dd-mm-yyyy
Jika penyewa telah memanfaatkan obyek ijarah dan belum memenuhi kewajibannya
untuk melakukan pembayaran harga sewa, maka LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal
sebagai berikut:
Jika penyewa melakukan pembayaran atas harga sewa yang tertunggak, maka LKS
Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai berikut:
23
maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah
selesai.
Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik dapat dilakukan dengan:
a) hibah;
b) penjualan sebelum masa akad berakhir;
c) penjualan pada akhir masa akad; dan
d) penjualan secara bertahap.
Untuk memberikan ilustrasi yang lengkap dan rinci dapat diberikan contoh sebagai
berikut:
Contoh : 2 -10
Dari contoh diatas terdapat beberapa cara pemindahan kepemilikan atas obyek
IMBT tersebut yaitu:
a) Pemindahan kepemilikan dengan cara ”hibah”
b) Perpindahan Kepemilikan dengan cara penjualan :
1) Penjualan sebelum akad berakhir
2) Penjualan pada akhir masa sewa
3) Penjualan secara bertahap
24
Jadi jika aset ijarah tersebut masih terdapat nilai atau ada nilai tercatatnya maka, nilai
tersebut diakui sebagai beban. Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui bahwa nilai
buku obyek IMBT (mobil Inova) tersebut pada akhir masa sewa, yang tercantum dalam
neraca LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik Obyek IMBT adalah sebagai berikut :
NERACA
Per 30 Maret 2010
Aktiva Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Persediaan 00 Titipan Uang Muka Ijarah
Titipan UM Ijarah 14.000.000
Aset Ijarah Titipan UM IMBT 36.000.000
Aset IMBT 120.000.000
Akm penyusutan (120.000.000)
Oleh karena itu saat dilakukan perpindahan kepemilikan di akhir masa sewa IMBT
dengan cara hibah jurnal yang dilakukan adalah:
Namun sangat berbeda jika pada saat terjadi pepindahan kepemilikan tersebut, aset
obyek IMBT masih memiliki nilai buku (misalnya Rp10.000.000,00), maka saat
dilakukan perpindahan kepemilikan nilai buku aset obyek IMBT diakui sebagai beban.
Oleh karena itu jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
25
Muntahia Bitamllik (IMBT) diputus terlebih dahulu dan diganti dengan akad pemindahan
kepemilikan.
Pemindahan kepemilikan dengan cara penjualan dapat dibagi sebagai berikut:
a. Penjualan sebelum berakhirnya masa akad.
b. Penjualan setelah selesai masa akad.
c. Penjualan objek ijarah secara bertahap.
Contoh: 2 - 11
Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan
LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyel IMBT pada bulan ke 13 menunjukkan data
sebagai berikut:
a) Jika Amir sebagai penyewa membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar
maka atas perpindahan kepemilikan tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik
aset obyek IMBT dilakukan jurnal sebagai berikut:
b) Jika Amir sebagai penyewa tidak membayar seluruh sisa harga sewa yang belum
26
dibayar, tetapi sesuai kesepakatan yang membayar misalnya sebesar Rp65.000.000,00
saja maka atas perpindahan kepemilikan tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai
pemilik aset obyek IMBT dilakukan jurnal sebagai berikut:
c) Jika Amir sebagai penyewa tidak membayar seluruh sisa harga sewa yang belum
dibayar, tetapi sesuai kesepakatan yang membayar misalnya sebesar Rp50.000.000,00
saja maka atas perpindahan kepemilikan tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai
pemilik aset obyek IMBT dilakukan jurnal sebagai berikut:
Contoh: 2 - 12
Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir sebagai penyewa dengan prinsip IMBT,
dalam catatan LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek IMBT pada akhir tahun kedua
menunjukkan data sebagai berikut:
Harga perolehan Aset IMBT : Rp120.000.000,00
Akumulasi Penyusutan : Rp120.000.000,00
Dari contoh ini dapat dilihat bahwa Aset IMBT pada akhir masa sewa (akhir tahun
kedua) sudah tidak memiliki nilai buku lagi, karena penyusutan diperhitungan untuk
selama masa sewa IMBT, sehingga berapapun nilai yang disepakati dan dibayar oleh
Amir sebagai penyewa diakui sebagai keuntungan. Misalnya Amir sebagai penyewa
27
menyepakati untuk membayar sebesar Rp15.000.000,00 maka atas perpindahan
pemilikan Aset IMBT tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek IMBT
melakukan jurnal sebagai berikut:
Sangat berbeda jika penyustan aset IMBT dilakukan untuk masa penyusutan yang
tidak sama dengan masa sewa IMBT, misalnya pemilik obyek IMBT melakukan
penyusutan aset IMBT sesuai kebijakan penyusutan aktiva tetap ( masa penyusutan 5
tahun) sedangkan masa sewa hanya dilakukan untuk 2 tahun. Jika masa penyusutan
dilakukan untuk masa penyusutan 5 tahun, maka pada akhir tahun kedua data-data aset
IMBT menunjukan sebagai berikut:
Dari data tersebut jika perpindahan kepemilikan dilakukan pada akhir masa sewa
IMBT (akhir tahun kedua) akan terjadi beberapa alternatif:
a) Jika Amir sebagai penyewa sepakat untuk membayar dengan jumlah yang lebih
rendah dari nilai bukunya (misalnya Rp60.000.000,00), sehingga nilai tercatat lebih
besar dari harga jual (harga yang dibayar penyewa), maka selisihnya diakui sebagai
kerugian pelepasan aset IMBT, oleh karena itu LKS Mitra Madiri melakukan jurnal
sebagai berikut:
b) Jika Amir sebagai penyewa sepakat untuk membayar dengan jumlah yang lebih tinggi
dari nilai bukunya (misalnya Rp80.000.000,00), sehingga nilai tercatat lebih kecil dari
harga jual (harga yang dibayar penyewa), maka selisihnya diakui sebagai keuntungan
pelepasan aset IMBT, oleh karena itu LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal sebagai
28
berikut:
Beberapa jurnal yang berkaitan dengan transaksi ijarah lainnya antara lain:
a. Pada saat pengalihan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui
penjualan obyek sewa dengan harga sekadarnya setelah seluruh penerimaan sewa
diterima dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa.
b. Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian membatalkan, dan nilai wajar
obyek sewa lebih rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa/lessor :
c. Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli dan kemudian memutuskan untuk tidak
membeli, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai buku maka penurunan
nilai buku tersebut diakui sebagai kerugian:
29
Dr. Biaya penyusutan Aset Ijarah xxxxx
Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah xxxxx
Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas objek sewa yang
bukan disebabkan tindakan/kelalaian penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang
telah diterima lebih besar dari nilai sewa yang wajar.
1. Aktiva Tetap
Akun ini dipergunakan untuk mencatat aset yang telah diperoleh atas dasar
pemindahan kepemilikan dalam transaksi Ijarah Muntahia Bittamlik. Akun ini di
debet pada saat diperoleh Aset Ijarah sebesar nilai aset tersebut. Perlakuan akuntansi
30
berikutnya sesuai ketentuan aktiva tetap.
Untuk memberikan gambaran yang lengkap dan rinci akuntansi Ijarah dan Ijarah
Muntahia Bittamlik yang dilakukan pada akuntansi penyewa dapat diberikan ilustrasi
contoh seperti pada contoh 2.4 di atas.
Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-
data sebagai berikut:
31
A. Jenis Akad (pertama) : Ijarah
Nama Penyewa : Hasan
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp28.800.000 (Rp2.400.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp14.400.000 ( 6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 1 (satu) tahun
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan
Dari ilustrasi contoh di atas dapat dijelaskan lebih lanjut jurnal yang dilakukan oleh
penyewa Ijarah dan penyewa Ijarah Muntahia Bittamlik dan hal-hal yang berkaitan
dengan beban sewa yang dilakukan.
32
Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang akuntansi ijarah yang dilakukan
oleh penyewa obyek ijarah, diberikan contoh berikut:
Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-
data sebagai berikut:
Atas ilustrasi contoh diatas oleh penyewa dilakukan akuntansi dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Pada saat pembayaran sewa sebesar Rp2.400.000,00 per bulan dilakukan oleh
penyewa.
Dr. Beban Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp2.400.000,00
2. Jika pembayaran harga sewa dilakukan terlebih dahulu, maka pembayaran tersebut
dicatat sebagai sewa dibayar dimuka.
a) Atas transaksi ijarah dilakukan pembayaran harga sewa kepada pemilik obyek
sewa sebesar Rp10.000.000,00.
Dr. Sewa Dibayar Dimuka Ijarah Rp10.000.000,00
Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp10.000.000,00
b) Pada saat jatuh tempo atau pengakuan beban sewa pada bulan yang bersangkutan
sebesar Rp2.400.000,00.
Dr. Beban Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Sewa Dibayar Dimuka Ijarah Rp2.400.000,00
33
3. Jika sewa telah jatuh tempo tetapi penyewa (lessee) belum melakukan pembayaran:
a) Pada saat pengakuan beban ijarah (akrual)
Dr. Beban Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Hutang sewa Ijarah Rp2.400.000,00
b) Pada saat melakukan pembayaran beban ijarah yang tertunggak
Dr. Hutang Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Kas/Rek bank Rp2.400.000,00
Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-
data sebagai berikut:
Dari contoh tersebut di atas, dibedakan akuntansi yang terkait dengan pembayaran
harga sewa yang dilakukan oleh penyewa dan akuntansi pemindahan kepemilikan dari
pemilik obyek IMBT kepada penyewa IMBT.
34
1) Pada saat pembayaran sewa sebesar Rp6.000.000,00 per bulan dilakukan oleh
penyewa.
2) Jika pembayaran harga sewa dilakukan terlebih dahulu, maka pembayaran tersebut
dicatat sebagai sewa dibayar dimuka.
a) Atas transaksi ijarah dilakukan pembayaran harga sewa kepada pemilik obyek
sewa sebesar Rp10.000.000,00.
Dr. Sewa Dibayar Dimuka IMBT Rp10.000.000,00
Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp10.000.000,00
b) Pada saat jatuh tempo atau pengakuan beban sewa pada bulan yang bersangkutan
sebesar Rp6.000.000,00.
Dr. Beban Sewa IMBT Rp6.000.000,00
Cr. Sewa Dibayar Dimuka IMBT Rp6.000.000,00
3) Jika sewa telah jatuh tempo tetapi penyewa (lessee) belum melakukan pembayaran
a) Pada saat pengakuan beban ijarah (akrual)
Dr. Beban Sewa IMBT Rp6.000.000,00
Cr. Hutang sewa IMBT Rp6.000.000,00
Contoh : 2 - 13
35
Atas pengeluaran biaya perbaikan tersebut Amir sebagai penyewa melakukan jurnal
sebagai berikut:
Contoh: 2 - 14
Dalam catatan pemilik obyek IMBT diketahui obyek IMBT harga perolehan sebesar
Rp120.000.000,00 dan akumulasi penyusutan obyek IMBT sebesar Rp120.000.000,00.
Obyek IMBT tersebut memiliki nilai wajar sebesar Rp10.000.000,00 saat pengalihan
kepemilkan dilakukan.
Bagi penyewa atas pemindahan kepemilikan yang dilakukan oleh pemilik obyek
IMBT kepada penyewa dilakukan jurnal sebagai berikut:
36
Contoh: 2 -15
Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan
pemilik obyel IMBT pada bulan ke 13 menunjukkan data sbb:
a) Jika penyewa membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar maka atas
perpindahan kepemilikan tersebut oleh penyewa obyek IMBT dilakukan jurnal
sebagai berikut:
b) Jika penyewa tidak membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar, tetapi
sesuai kesepakatan yang membayar misalnya sebesar Rp65.000.000,00 saja maka atas
perpindahan kepemilikan tersebut oleh penyewa obyek IMBT dilakukan jurnal
sebagai berikut:
Contoh: 2 - 16
Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan
pemilik obyek IMBT pada akhir tahun kedua menunjukkan data sbb:
37
melakukan jurnal sebagai berikut:
Contoh : 2-17
Mobil Kijang Inova disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan pemilik
obyek IMBT pada akhir tahun kedua menunjukkan data sbb:
38
2.4 Akuntansi Jual dan Ijarah
Dalam PSAK 107-ED tentang Akuntansi Ijarah dibahas tentang akuntansi jual dan
ijarah. Maksud dari transaksi ini adalah nasabah menjual barang kepada Lembaga
Keuangan Syariah secara penuh atau lepas, dalam arti hak kepemilikannya sepenuhnya
menjadi milik Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli. Disisi lain atas barang yang
dibeli tersebut Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemilik barang menyewakan kepada
pihak yang membutuhkan sebagai penyewa. Fatwa DSN yang mengatur tentang hal ini
tercantum dalam :
Dalam Fatwa ini harta milik nasabah dijual ke Lembaga Keuangan Syariah,
kemudian disewakan kembali kepada nasabah dengan prinsip Ijarah Muntahia
Bittamlik, hanya dilaksanakan dalam rangka pengalihan hutang dari konvensional ke
Lembaga Keuangan Syariah.
2. Fatwa DSN 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back diatur ketentuan
sebagai berikut:
Pertama: Ketentuan Umum
Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian pembeli
menyewakan aset tersebut kepada penjual.
39
Kedua : Ketentuan Hukum
Sale and Lease Back hukumnya boleh.
Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dijelaskan pengungkapan dan pengakuan
jual dan Ijarah sebagai berikut:
25. Transaksi jual-dan-ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak
saling bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai
wajar.
26. Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada entitas lain dan kemudian
menyewanya, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada
periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan
perlakuan akuntansi penyewa.
27. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual-dan-ijarah tidak dapat
diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.
Jual dan Ijarah ini tidak dilakukan secara langsung antara pemilik aset dengan
Lembaga Keuangan Syariah, namun harus melalui pihak ketiga. Pemilik aset menjual
40
kepada Lembaga Keuangan Syariah dan kemudian Lembaga Keuangan Syariah
menyewakan kembali kepada pemilik aset secara langsung hanya ditemui dalam rangka
pengalihan hutang dari konvensional ke entitas syariah sebagaimana diatur dalam Fatwa
DSN nomor 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan Hutang.
A. Sewa Lanjut
Sewa lanjut ini dapat diterapkan untuk sewa obyek ijarah dimana pihak yang
menyewakan tidak memiliki fisik obyek yang disewakan, pemilik obyek ijarah hanya
memiliki fasilitas atas obyek ijarah, misalnya ada seseorang membutuhkan kios/toko tapi
tidak memiliki dana untuk menyewa, dalam hal ini LKS dapat menyewa fisik obyek sewa
kemudian menyewakan kembali kepada nasabah. Untuk memberikan gambaran yang
lengkap dan jelas atas transaksi Ijarah lanjut ini diberikan contoh transaksi sebagai
berikut:
Contoh : 2 - 18
Zaenab nasabah LKS Mitra Mandiri membutuhkan kios milik Taufik untuk
pengembangan usahanya dan ia tidak memiliki cukup dana untuk membayar sewa kios.
Harga sewa kios milik Taufik sebesar Rp12.000.000,00 per tahun dan pembayarannya
harus dilakukan sekaligus dimuka untuk jangka waktu 3 tahun.
Untuk merealisasi keinginan tersebut Zaenab mendatangi LKS Mitra Mandiri untuk
membantu menyewakan kios yang diperlukan, yang Zaenab bersedia dan sepakat untuk
membayar setiap bulan dengan harga sewa yang diperhitungakan oleh LKS Mitra
Mandiri. Keuntungan yang diharapkan oleh LKS Mitra Mandiri setara dengan 25%.
41
Dari contoh di atas terdapat dua transaksi yaitu (1) transaksi atas penyewaan kios
dari Taufik sebagai pemilik kios dan (2) transaksi penyewakan kembali kios kepada
Zaenab sebagai pihak yang membutuhkan. Dari segi akuntansi yang harus dicatat adalah
transaksi yang dilakukan kepada Taufik atas pembayaran sewa kios sedangkan transaksi
kedua, menyewakan kios kepada Zaenab belum dilakukan pencatatan karena dari segi
finansial belum terjadi hak atau kewajiban kedua pihak. Jika antara Zaenab sebagai
penyewa dan LKS Mitra Mandiri sebagai pihak yang menyewakan telah dilakukan akad,
maka hal ini belum terjadi kewajiban atau hak masing-masing dalam segi keuangan. Bagi
LKS Mitra Mandiri sebagai pihak yang menyewakan baru mengakui piutang sewa jika
Zaenab telah mempergunakan kios tersbeut dan belum melakukan pembayaran.
Beberapa jurnal yang berhubungan dengan transaksi ijarah berlanjut tersebut adalah:
Berdasarkan sewa yang dibayar kepada Taufik tersebut, LKS Mitra Mandiri
melakukan perhitungan harga sewa kepada Zaenab sebagai berikut:
Harga pokok (sewa dari Taufik) Rp36.000.000,00
Keuntungan : 25% (25% x Rp36.000.000,00) = Rp 9.000.000,00
Harga sewa (yang hrs dibayar Zaenab) Rp45.000.000,00
Disisi lain sewa yang telah dibayar kepada pemilik Obyek Ijarah (Taufik), harus
dilakukan amortisasi selama jangka waktu sewa yang dilakukan, sehingga
perhitungan amortisasinya adalah sebagai berikut:
42
Dr. Kas Rp1.250.000,00
Cr. Pendapatan Ijarah Lanjut Rp1.250.000,00
3. Amortisasi beban sewa kios milik Taufik yang dilakukan oleh LKS Mitra Mandiri
adalah sebagai berikut:
Amortisasi Sewa Dibayar Dimuka, dilakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Biaya Sewa Rp1.000.000,00
Cr. Sewa Dibayar Dimuka/Sewa Lanjutan Tangguhan Rp1.000.000,00
4. Penyajian transaksi ijarah lanjut dalam Laporan Laba Rugi LKS Mintra Mandiri
adalah sebagai berikut:
5. LAPORAN LABA RUGI
6. Periode dd-mm-yyyy s/d dd-mm-yyyy
B. Multijasa
Ijarah lanjut juga dapat diterapkan untuk multijasa yang mempergunakan akad Ijarah.
Multijasa dengan akad ijarah ini diterapkan untuk pendidikan, traveling dan
penyelenggaraan pernikahan. Banyak yang berpendapat bahwa untuk biaya rumah sakit
hendaknya tidak mempergunakan ijarah tetapi dengan prinsip qardh, karena orang sakit
tidak layak untuk diambil manfaat atau diminta imbalan dan sebaliknya harus dibantu.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rinci dari produk multijasa (misalnya
pendidikan) tersebut dapat diberikan ilustrasi contoh berikut:
Contoh : 2 - 19
43
membayar angsuran sebesar Rp6.000.000,00 selama 2 tahun. Atas transaksi ini LKS
Mitra Mandiri membayar seluruh biaya pendidikan Hasanudin ke Universitas Trisakti
Jakarta sebesar Rp120 juta. Dengan dibayar biaya pendidikan Hasanudin tersebut maka
LKS Mitra Mandiri memiliki hak atas fasilitas pendidikan pada Universitas Trisakti
Jakarta (merupakan aset tidak berwujud dan ini merupakan obyek ijarah). Fasilitas atau
obyek tersebut disewakan kembali ke Hasanudin sebesar harga sewa yang disepakati.
3. LKS Mitra Mandiri melakukan amortisasi atas pembayaran biaya pendidikan yang
talah dilakukan sebesar : Rp120.000.000 : 24 = Rp5.000.000,00. Sehubungan dengan
amortisasi tersebut LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal :
4. Penyajian dalam laporan laba rugi yang dilakukan oleh LKS Mitra Mandiri adalah:
Pendapatan Ijarah Multijasa Rp6.000.000,00
Biaya Sewa Multijasa Rp5.000.000,00
Pendapatan neto Ijarah Multijasa Rp1.000.000,00
44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek sewa) dan musta’jir
(penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. Ijarah
muntahiyah bittamlik adalah akad sewamenyewa antara pemilik obyek sewa dan
penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan “opsi
perpindahan hak milik” obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.
Transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik dianggap sebagai salah satu instrumen
keuangan yang digunakan oleh bank syariah, dimana bank syariah berbeda di dalam
memperlakukan pengukuran dan pengungkapan assets yang disewakan, dan di dalam
akuntansi bagi bagian bank syariah pada biaya langsung awal dan perbaikan assets yang
disewakan. Mereka juga berbeda mengenai pengakuan pendapatan Ijarah (hampir
separuh bank-bank syariah yang berpartisipasi mengakui pendapatan Ijarah ketika cicilan
sewa jatuh tempo, separuh yang lain mengakui pendapatan sewa pada berbagai waktu).
Disamping itu, menunjukkan bahwa bank syariah juga berbeda di dalam pengungkapan
kebijakan akuntansi mengenai Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik. Perbedaan tersebut
di dalam perlakuan akuntansi dan pengungkapan cendrung mempunyai berbagai effek.
Tetapi, standarisasi perlakuan akuntansi pengakuan keuntungan transaksi Ijarah dan
Ijarah Muntahia Bittamlik dan pengungkapannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan
kerangka dasar seperti “Penentuan hak-hak dan kewajiban semua pihak terkait, termasuk
hak-hak yang berasal dari transaksi yang tidak selesai dan kejadian kejadian lain sesuai
dengan prinsip-prinsip Syari’ah Islam dan konsep keadilannya, charity dan kepatuhan
terhadap etika bisnis Islam, dan memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai
laporan keuangan bank syariah untuk memungkinkan mereka mengambil keputusan yang
sah di dalam mu’amalah mereka dengan bank syariah”.
3.2 Saran
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita sebagai penulis maupun pembaca, diharapkan juga kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Ijarah, A., & Cipta, H. (2020). Hak Cipta © 2020 Ikatan Akuntan Indonesia DE
PSAK 107 (Revisi 2020).
Wiroso, (2011). Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan Akuntan Indonesia. pp. 469-
510.
46