Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Nur Fitry Latief, SE., Ak., MSA., CA
Disusun oleh:
Pedro Muhammad Arfi Gonibala / 20112013
Nuraini Rahayu Zain / 20112038
Nurhikmah Sayiu / 1812032
Besse Nurul Hikmah / 20112019
Febriyansah Muhamad / 20112022
Wahyu Riskandi Patilima / 20112042
Gusti Muhaimin Al'aziiz Mangaweang / 20112058

JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MANADO
2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas izin dan
segala rahmat-Nya, sehingga makalah dengan judul “Etika Konsumen dalam Islam” ini
dapat diselesaikan. Sayajuga berterima kasih kepada pihak-pihak yang secara tidak
langsung telah terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis
Islam, selain itu, tujuan untuk pembuatan makalah ini agar dapat menambah wawasan
dan pengetahuan tentang Etika Konsumen dalam Islam.
Menyadari keterbatasan pengetahuan dan terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini, saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, serta
menjadi pembelajaran bagi kami dalam menyusun karya tulis ilmiah agar bisa jadi lebih
baik lagi kedepannya, akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Manado, 03 April 2022

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I: PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1

B. RUMUSAN MASALAH 1

BAB II: PEMBAHASAN 2

A. PERILAKU KONSUMEN 2

B. PERILAKU KONSUMEN MUSLIM 3

C. ETIKA KONSUMSI ISLAM 5

BAB III: PENUTUP 7

A. KESIMPULAN 7

B. SARAN 7

DAFTAR PUSTAKA 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan pedoman akuntansi perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia, ada delapan belas pos antara lain: kas, penempatan pada bank Indonesia, giro
pada bank lain, penempatan pada bank lain, investasi pada efek (surat berharga),
piutang, pembiayaan muharabah, pembiayaan musyarakah, pinjaman qardh, penyaluran
dana investasi terikat, penyisihan kerugian dan pengahpusan-bukuan aktiva produktif,
persediaan, tagihan dan kewajiban akseptasi, ijarah, aktiva istisna dalam penyelesaian,
penyertaan pada entitas lain, aktiva tetap dan akumulasi penyusutan, dan aktiva lainnya.
Bagian kewajiban yang harus dilaporkan perbankan syariah kepada bank
Indonesia antara lain: kewajiban segera, bagi hasil yang belum dibagikan, simpanan,
simpanan dari bank lain, kewajiban lain, kewajiban dana investasi terikat, hutang pajak,
dan estimasi kerugian komitmen dan kontijensi, pinjaman yang diterima, dan pinjaman
subordinasi. (Bank Indonesia: 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Akuntansi Syariah
2. Tujuan Akuntansi Syariah
3. Proses Akuntansi Perbankan Syariah
4. Sifat Dan Praktik Akkuntansi Perbankan Syariah
5. Peran Akuntansi Syariah

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Akuntansi Perbankan Syariah
Akuntansi bank syariah merupakan rangkaian perhitungan keuangan dari
mengumpulkan hingga menyalurkan dana. Kegiatan pengumpulan dana oleh bank
syariah berbeda dengan bank konvensional yang mana pada perbankan syariah
menggunakan produk giro, tabungan wadi’ah, tabungan dan deposito mudharabah.

Akuntansi perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang memberikan


jasa dalam hal pembiayaan yang berhubungan dengan pembayaran keuangan yang
berprinsip syariah (Donny: 2006).

Akuntansi syariah merupakan bagian dari Akuntansi yang relative sangat baru
sehingga tidak banyak negara yang melakukan pembahasan akuntansi syariah.

Akuntansi di dalam Islam antara lain berhubungan dengan pengakuan,


pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya secara adil. Allah berfirman: “Hai, orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan
benar” (Surah Al-Baqarah ayat 282).

Akuntansi keuangan di dalam Islam harus memfokuskan pada pelaporan yang


jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil operasinya, dengan cara yang
akan mengungkapkan apa yang halal dan apa yang haram. Ini sesuai dengan perintah
Allah untuk bertolong-tolongan di dalam mengerjakan kebaikan, akuntansi keuangan di
dalam Islam mempunyai sasaran-sasaran yang harus disadari dan dipatuhi oleh akuntan
keuangan di dalam Islam. Dia tidak boleh memasuki bidang ini tanpa kesadaran dan
pemahaman yang jelas mengenai sasaran akuntansi keuangan. Ini sesuai dengan firman
Allah: “Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar”
(kutipan dari Surah Al-Baqarah ayat 282).

2
Perkembangan Akuntansi Bank Syariah secara konkrit baru dikembangkan pada
tahun 1999, Bank Indonesia sebagai pemprakarsa, membentuk tim penyusunan PSAK
Bank Syariah, yang tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
1/16/KEP/DGB/1999, yang meliputi unsur-unsur komponen dari Bank Indonesia,
Ikatan Akuntan Indonesia, Bank Muamalat Indonesia dan Departemen Keuangan, hal
ini seiring dengan pesatnya perkembangan Perbankan syariah yang merupakan
implementasi dari Undang-Undang nomor 10 tahun 1998.

B. Tujuan kuntansi Perbankan Syariah


Akuntansi keuangan terutama berkaitan dengan penyediaan informasi untuk membantu
para pemakai di dalam pengambilan keputusan. Mereka yang berurusan dengan bank-
bank Islam mempunyai kepedulian untuk mematuhi dan mencari ridho Allah di dalam
urusan keuangan dan urusan lain mereka. Allah berfirman: “ Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal dan lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi kamu”. (Surah Al-Baqarah : ayat 168).

Sasaran-sasaran dari akuntansi keuangan bagi bank-bank lain kebanyakan ditetapkan di


negara negara bukan Islam. Oleh karena itu, adalah wajar terdapat perbedaan antara
sasaran-sasaran yang ditetapkan bagi bank-bank lain dan bank-bank yang akan
ditetapkan untuk bank-bank Islam. Perbedaan ini terutama berasal dari perbedaan di
dalam sasaran-sasaran dari mereka yang memerlukan informasi akuntansi dan dengan
demikian juga informasi yang mereka butuhkan. Tetapi, ini tidak berarti kita menolak
semua hasil-hasil dari pemikiran akuntansi modern di negara negara non-Islam. Ini
karena ada sasaran-sasaran yang sama antara para pemakai informasi akuntansi Muslim
dan non-Muslim

Tujuan akuntansi keuangan bank syariah adalah :

1. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan kewajiban yang
berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai

3
dengan prinsip syariah yang berlandaskan pada konsep kejujuran, keadilan,
kebijakan, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islami;
2. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai laporan
dalam pengambilan keputusan; dan
3. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha.

C. Proses Akuntansi Perbankan Syariah


Proses / siklus akuntansi perbankan syariah, mulai bukti transaksi sampai
dengan laporan keuangan sama dengan proses / siklus akuntansi umum, ( Harahap,
1999, hal 9) yaitu:

Dalam praktek, terutama apabila bank syariah dalam penataan akuntansinya


telah mempergunakan komputer, alurnya dimulai dari bukti transaksi yang merupakan
input dengan mempergunakan kode debet dan kode kredit, kemudian setelah transaksi
dalam hari tersebut selesai, beberapa kegiatan proses akuntansi ditangani oleh computer
sebagai proses yaitu jurnal, pembukuan dalam buku besar sampai dengan Neraca

4
pecobaan atau neraca saldo, dan akhirnya pada setiap akhir tanggal transaksi diterbitkan
seperangkat laporan keuangan bank syariah yang merupakan output. Apabila bank
syariah telah mempergunakan komputer dalam penataan akuntansinya, yang diketahui
oleh pada pelaksana hanya kode transaksi debet dan kode transaksi kredit, bahkan
terdapat beberapa transaksi yang jurnalnya dilakukan secara otomasi oleh komputer,
dan akhirnya pelaksana hanya mengetahui cetakan seperangkat laporan keuangan.
Proses atau siklus akuntansi yang penataan akuntansinya dilakukan computer
dapat digambarkan sebagai berikut:

Jurnal penyesuaian, jurnal penutup dan jurnal koreksi (jika diperlukan)


dilakukan pada hari kerja berikutnya atau dilakukan oleh kantor akuntan yang
melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan tersebut.

D.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

6
7

Anda mungkin juga menyukai