BUKOPIN
Oleh :
NPM:720221467
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Wiraraja. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
2. Ayahanda Badrul Jamali dan Ibunda Helliyah atas segala doa, dorongan
dan kasih sayangnya demi keberhasilan penulis. Dan kepada kakak
kandungku alan sabri, arga miftahul arifin, dan nur nabi Allah jamil yang
selalu memberi semangat kepada penulis
Penulis
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
BAB 2
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Prinsip syariah menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang 7 tahun 1992 tentang Perbankan
merupakan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antarabank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan Lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah antara Lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan
prinsip Penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) Atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh Pihak lain (ijarah wa iqtina). Dalam Undang-undang
nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan mengatur Bahwa bank syariah
dapat terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional antara
lain sistem perbankan syariah memiliki produk sebagai aset nyata, uang
hanyalah alat tukar, sedangkan sistem perbankan konvensional
menggunakan uang sebagai produk selain alat tukar dan penyimpan nilai
(Prihatini, 2019). Dari segi penerimaan pendapatan, pada bank syariah,
dasar untuk mendapatkan laba diperoleh dari laba pada pertukaran barang
dan jasa. Sementara itu, pada bank konvensional menggunakan nilai
waktu sebagai dasar untuk membebankan bunga atas modal. Selanjutnya,
bank syariah mewajibkan eksekusi perjanjian untuk pertukaran barang
dan jasa, sedangkan bank konvensional tidak memiliki perjanjian tertentu.
Dari sisi inflasi, bank syariah memberi kontrol atas inflasi sehingga tidak
ada harga tambahan yang dibebankan oleh pengusaha. Sebaliknya, bank
konvensional menaikkan harga barang dan jasanya karena inflasi.
Menurut OJK (2015) pembiayaan istishna adalah penyediaan dana dari
bank kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan pesanan
nasabah yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan
pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai margin
keuntungan bank yang telah disepakati. Pembiayaan istishna untuk
pembangunan proyek tertentu seperti proyek perumahan. Spesifikasi dan
harga barang pesanan dalam istishna disepakati oleh pembeli dan penjual
pada awal akad. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara
umum seperti jenis, macam, kualitas, dan kuantitasnya. Apabila barang
pesanan yang dihasilkan tidak sesuai, maka penjual harus bertanggung
jawab atas kondisi tersebut.
Apabila nasabah dalam akad istishna tidak mewajibkan bank untuk
membuat sendiri barang Pesanan, maka untuk memenuhi kewajiban akad
pertama, bank dapat mengadakan akad istishna kedua Dengan pihak
ketiga (supplier). Akad Istishna kedua disebut istishna paralel. Istishna
paralel dapat Dilakukan dengan syarat akad pertama, antara bank dengan
nasabah, tidak bergantung dari akad kedua, Antara bank dengan supplier.
Prosedur tersebut sejalan dengan ketentuan Fatwa yang berkaitan dengan
Istishna paralel ditetapkan dalam fatwa DSN Nomor 22/DSN-
MUI/III/2002.
Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi
dimana kedua pihak Setuju untuk menghentikannya atau akad batal demi
hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat Menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad. Pembeli mempunyai hak untuk
memperoleh Jaminan dari penjual atas jumlah yang telah dibayarkan dan
penyerahan barang pesanan sesuai Spesifikasi dan tepat waktu. Apabila
salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi Perselisihan
di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Dalam hal penyatuan dan segmentasi akad, pengakuandari setiap aset
diperlakukan sebagai suatu akad yang terpisah apabila proposal terpisah
telah diajukan Untuk setiap aset, setiap aset telah dinegosiasikan secara
terpisah, dan biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat
diidentifikasi. Apabila kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai
satu paket, Akad tersebut berhubungan erat dan akad tersebut dilakukan
secara serentak atau berkesinambungan Maka pengakuan dari setiap aset
diperlakukan sebagai satu akad istishna.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang dijadikan sebagai rujukan
(Dewi Wulan Sari, Mohamad Yusak 2017) meneliti mengenai Pengaruh
Pembiayaan Murabahah, Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah
terhadap Profitabilitas Berdasarkan hasil pengujian dan analisis penelitian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa asas Pengaruh Pembiayaan
Murabahah, Istishna, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
Perbedaan penelitian terdapat pada objek penelitian dan jenis penelitian
Objek penelitian terdahulu pada nasabah yang berada di surabaya
sedangkan penelitian saat ini pada wajib pajak yang berada di pamekasan
dan jenis penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif
sedangkan penelitian saat ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Enny Puji lestari 2013) meneliti mengenai Risiko Pembiayaan Dalam
Akad Istishna pada Bank umum Syariah Berdasarkan hasil pengujian dan
analisis penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa asas Risiko
Pembiayaan Dalam Akad Istishna pada Bank umum Syariah berpengaruh
positif terhadap kepatuhan nasabah. (Anggreany Hustia, Mister Candera
2019) meneliti mengenai Pengaruh Pembiayaan Qardh, Ijarah dan
Istishna terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Indonesia, Berdasarkan hasil pengujian dan analisis penelitian tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa asas Pengaruh Pembiayaan Qardh, Ijarah
dan Istishna terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia berpengaruh positif terhadap kepatuhan nasabah.
2.3 Kerangka Pikir
Bank Syariah
Bukopin (Y)
Penerapan
Zakat(X2)
2.4 Hipotesis
H1:Akad Istishna berpengaruh terhadap Keputusan Nasabah Bank
syariah.
H2. Penerapan Akuntansi Syariah berpengaruh terhadap Keputusan
Nasabah Bank syariah.
H3: Penerapan Zakat berpengaruh terhadap Keputusan Nasabah Bank
syariah.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif dengan
melakukan cara wawancara dengan informan. Selain itu, studi
kepustakaan dilakukan dengan menghimpun informasi yang relevan
dengan Topik atau masalah yang menjadi objek penelitian. Disini peneliti
akan mengumpulkan berbagai sumber Data tentang Penerapan Akuntansi
Istishna seperti Melakukan observasi, wawancara, Dan dokumentasi
untuk memenuhi kriteria kredibilitas agar kebenaran dari penelitian dapat
dipertanggungjawabkan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah pamekasan dan waktu diselenggarakan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Januari 2023.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, Jenis data yang digunakan adalah Data Subyek dan
Sumber data yang digunakan adalah Data Primer, Data Primer yang
diperoleh langsung melalui wawancara dengan informan tentang
penerapan akuntansi Istishna.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, T. (2017). Hiwalah dan aplikasinya dalam produk bai’ al-istishna’ di
bank syariah. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 1(2), 1–14.
https://doi.org/10.32505/jebis.v1i2.26Admaja, C. A. (2016). 3 produk
perbankan syariah yang perlu diketahui. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/kompasiana_cholis/5725f79e2a7a6148072fff
94/3-produk-perbankan-syariah-yang-perlu-diketahui?page=all
Bank Syariah Bukopin. 2019. Laporan tahunan tahun 2018. Jakarta: Bank
Syariah Bukopin Baehaqi, A. (2012). Kendala dan tantangan penerapan
PSAK 104.
https://www.academia.edu/5281902/Kendala_dan_Tantangan_Penerapan_P
SAK_104_Akuntansi_Istishna_pada_Bank_Syariah Faradilla, C., Arfan, M.,
& Shabri, M. (2017). Pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah
terhadap profitabilitas bank umum syariah di Indonesia. Megister Akuntansi
Syariah, 6(3), 10–18.Herdianto, D. (2019). Akad istishna dalam ekonomi
Islam : Pengertian, dalil, rukun dan contoh. Diakses dari https://qazwa.id.
https://qazwa.id/blog/akad-istishna/Hidayah, M. R., Nawawi, K., & Arif, S.
(2018). Analisis implementasi akad istishna pembiayaan rumah (Studi kasus
developer property syariah Bogor). Jurnal Ekonomi Islam, 9, 1–12.Ikatan
Akuntan Indonesia. (2007). PSAK No. 104: Akuntansi istishna. Jakarta:
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan
Akuntan Indonesia. (2016). Penyesuaian PSAK No.104: Definisi nilai wajar
yang disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran nilai wajar. Jakarta: Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Kurniawan, R. (2019). Perkembangan perbankan syariah. Diakses dari
http://rivankurniawan.com/2019/07/17/perkembangan-perbankan-syariah/
Lestari, E.P. (2014). Risiko pembiayaan dalam akad istishna pada bank umum
syariah. Jurnal Adzkiya, 2(1).
Mujib, A. (2008). Analisis perlakuan akuntansi istishna pada PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk. Skripsi tidak dipublikasikan. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Otoritas Jasa Keuangan. (2015). Pedoman
akuntansi perbankan syariah Indonesia bagi bank pembiayaan rakyat
Indonesia. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.Pemerintah Indonesia. (2008).
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. In
Sekretariat Negara.
Prihatini, D. A. (2019). Mengenal perbedaan bank syariah dan konvensional.
Diakses dari https://tirto.id/mengenal-perbedaan-bank-syariah-dan-
konvensional-ekTQ
Rumah Zakat. (2015). Hukum kredit rumah melalui KPR. Diakses dari
https://www.rumahzakat.org/.https://www.rumahzakat.org/hukum-kredit-
rumah-melalui-kpr/Sari, D. W., & Anshori, M. Y. (2017). Pengaruh
pembiayaan murabahah, istishna, mudharabah dan musyarakah terhadap
profitabilitas (Studi pada bank syariah di Indonesia periode Maret 2015
– Agustus 2016). Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 1, 1–8.
Sundari, & Zuana, M. M. M. (2018). Analisis implementasi akad istishna
pembiayaan rumah (Studi kasus perumahan alam Desa Ketidur Mojokerto).
Ekonomi Islam, 9(1), 49–59.