Disusun oleh :
Siti Nur Khofifah
Ana Sri Wulandri
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan Kami kemudahan sehingga Kami
dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya
mungkin Penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat
serta Salam Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan kita Nabi Agung, Nabi Muhammad
saw, yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah ini berisi pembahasa materi tentang “ Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah
pada Akad Wadi’ah dan Mudharabah ”
Tidak lupa Kami mengucapkan Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan Terimakasih
Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah memberi Konstribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada
Pembaca.Dalam hal ini, Penyusun membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat
membangun, guna Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN............................................................................................................................iii
PEMBAHASAN................................................................................................................................v
PENUTUP...........................................................................................................................................x
Kesimpulan.............................................................................................................................x
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................xi
BAB I
PENDAHULUAN
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang di dalamnya memiliki kegiatan berdasarkan
etika, sistem dan prinsip yang sesuai dengan syariah islam, khususnya harus bebas dari
riba (bunga), maysir (judi) dan gharar (hal yang tidak jelas). Bank syariah adalah bank
yang pengoperasiannya tidak mengandalkan Bunga atau riba. Dengan kata lain, bank
syariah adalah lembaga keuangan yang sistem, jasa dan lainnya dalam jalan pembayaran
yang harus disesuaikan dengan syariat islam.
Dalam perbankan syariah terdapat produk yang ditawarkan yang dibagi menjadi tiga
bagian besar, diantaranya: produk penghimpunan dana (funding), produk penyaluran dana
(financing) dan produk jasa (service). Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN),
prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua, yaitu prinsip
wadiah dan prinsip mudharabah
Secara etimologi, kata wadi’ah berarti menempatkan sesuatu yang ditempatkan bukan
pada pemiliknya untuk dipelihara. Wadi’ah juga berarti titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain. Baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki. Bank Muamalat Indonesia mengartikan wadi’ah
sebagai titipan murni yang dengan seizin penitip boleh digunakan. Mudharabah adalah
pemilik modal (shohibul maal) dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola
oleh pihak kedua (mudharib). Dewan Syariah Nasional menyatakan pengertian
mudharabah dalam penyaluran dana dari bank LKS yaitu pembiayaan LKS sebagai
shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha),
sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami pengertian
baitul mal sejarah baitul mal, tujuan dan fungsi baitul mal.
BAB II
PEMBAHASAN
Produk penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk
mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur
dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposan dengan
pihak kreditur.penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah.
a. Prinsip Wadiah
Prinsip yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk
rekening giro. wadiah yad dhamanah berbeda berbeda dengan wadi’ah amanah.
Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh
yang dititipi. Sedangkan dalam hal wadi’ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (BMT)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut.
b. Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip Mudharabah, penyimpan bertindak sebagai shahibul
maal (pemilik modal) dan Bank / BMT sebagai Mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan BMT untuk melakukan murabahah atau ijarah. Dapat pula dana tersebut
digunakan BMT untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagi
hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal BMT menggunakannya
untuk melakukan mudharabah kedua, maka BMT bertanggung jawab penuh atas
kerugian yang terjadi.
Dalam prinsip mudharabah yang melakukan perhitungan distribusi hasil usaha
adalahmudharib(pengelola dana), karena salah satu karakteristik prinsip mudharabah
adalah pekerjaan sepenuhnya diserahkan kepada mudharib (pengelola dana) dan
pemilik dana tidak boleh ikut campurdalam pengelolaan dana mudharabah. Sehingga
yang mengetahui hasil usaha adalahmudharib.Oleh karena itu, yang melakukan
perhitungan distribusi hasil usaha adalah mudharib.
Rukun mudharabah terpenuhi sempurna ( ada mudharib – ada pemilik dana, ada usaha
yang akan dibagi hasilkan, ada nisbah, ada ijab kabul). Prinsip Mudharabah ini
diaplikasikan pada produk Simpanan dan Simpanan Berjangka.Berdasarkan
kewenangan yang diberikan pihak penyimpanan dana, prinsip mudharabah terbagi
dua yaitu :
a. Mudharabah mutlaqah
b. Mudharabah muqayyadah
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk irak, sedangkan hijaz
menyebut mudharabah dengan istilah muqaradhah atau qiradh. Sehingga dalam
perkembangan lebih lanjut istilah mudharabah dan qiradh juga mengacu pada makna
yang sama. Menurut bahasa Mudharabah atau qiradh yang berasal dari al-qardhu,
berarti al-qath’u (potongan) karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk
diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya. Menurut istilah
mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
(shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan.
1. Mudharabah Muthlaqoh
Transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul mal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak di batasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2. Mudaharabh Muqayyadah
Wadiah berasal dari Bahasa arab yang berakar dari kata wad’u berarti meninggalkan dan
wadiah menurut bahasa adalah sesuatu yang ditinggalkan pada orang yang bukan pemiliknya
umtuk dijaga. Secara Terminology wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak kepihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
Barang yang dititipkan disebut ida', orang yang menitipkan barang disebut mudi' dan orang
yang menerima titipan barang disebut wadi'. Dengan demikian maka wadi'ah menurut istilah
adalah akad antara pemilik barang (mudi') dengan penerima barang titipan (wadi') untuk
menjaga harta atau modal (ida') dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta.5
Dalam tradisi fiqh Islam prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip alwadi'ah. Al-
Wadi'ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendaki.
1. Jenis – Jenis Akad Wadiah
Al-Wadi'ah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan penyimpan dimana pihak
penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang
dititipkan kepadanya.
1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik yang
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak
menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana
sebagai suatu insentif.
2. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
Wadi'ah dalam produk perbankan syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis
yaitu:
1. Wadi'ah yad amanah. Wadi'ah yad amanah adalah akad titipan dimana penerima
titipan (custodian) adalah penerima kepercayaan (trustee), artinya ia tidak diharuskan
mengganti segala resiko kehilangan, kerusakan yang terjadi pada titipan, kecuali bila
hal itu terjadi karena' akibat kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan atau bila
status titipan telah berubah menjadi wadi'ah yad dhamanah. Dengan konsep al-
wadi'ah yad amanah, pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan tetapi harus benar-benar menjaganya
sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagai biaya penitipan. Status penerima titipan berdasarkan wadi'ah yad amanah
akan berubah menjadi wadi'ah yad dhamanah apabila terjadi salah satu dari dua hal
ini:
Wadi'ah yad dhamanah adalah titipan dimana penerima titipan adalah penerima
kepercayaan, yang sekaligus penjamin keamanan barang yang dititipkan. Penerima
titipan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi
pada aset titipan tersebut. Mengacu pada pengertian wadi'ah yad dhamanah, lembaga
keuangan sebagai penerima titipan dapat memanfaatkan al-wadi'ah sebagai tujuan
untuk giro, dan tabungan berjangka. Sebagai konsekuensinya semua keuntungan yang
dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik lembaga keuangan termasuk
penitip mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, demikian juga fasilitas-
fasilitas giro lainnya.
Dalam pengaplikasian produk ini harta barang yang dititipi boleh dan dimanfaatkan
oleh yang menerima titipan. Dan tidak ada keharusan bagi penerima titipan (bank)
untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip (nasabah). Pemberian bonus
semacam jasa giro tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam
akad, akan tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari
pihak bank. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan
manajemen bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah
titipan.17Pada umumnya, dana titipan (wadi'ah) pihak ketiga berupa giro atau
tabungan. Tujuan orang menitipkan dana pada bank adalah karena alasan keamanan
dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
Wadi’ah yad amanah dapat berubah menjadi wadi’ah yad dhomanah oleh sebab-sebab
berikut :
b. Barang titipan itu dititipkan oleh pihak kedua kepada orang lain (pihak ketiga) yang
bukan keluarganya atau tanggung jawabnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
.
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jap/article/download/139/109
http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie