Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PRODUK PENGHIMPUNAN DANA BANK SYARIAH

(GIRO WADI’AH DAN GIRO MUDHARABAH)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Produk Pengembangan Keuangan

Yang Diampu Oleh Bapak Ahmad Febrianto, M.E

Disusun oleh :
Siti Nur Khofifah
Ana Sri Wulandri

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL JADID
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan Kami kemudahan sehingga Kami
dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya
mungkin Penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat
serta Salam Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan kita Nabi Agung, Nabi Muhammad
saw, yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah ini berisi pembahasa materi tentang “ Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah
pada Akad Wadi’ah dan Mudharabah ”

Tidak lupa Kami mengucapkan Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan Terimakasih
Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah memberi Konstribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada
Pembaca.Dalam hal ini, Penyusun membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat
membangun, guna Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.

                     Probolinggo, 12 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................................................iii

PENDAHULUAN............................................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang................................................................................................................iii


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................iv
1.3 Tujuan..............................................................................................................................iv
1.4 Manfaat............................................................................................................................iv
BAB II..................................................................................................................................................v

PEMBAHASAN................................................................................................................................v

2.1 Pengertian Baitul Mal.......................................................................................................v


2.2 Sejarah Baitul Mal...........................................................................................................v
2.3 Tujuan dan Fungsi Baitul Mal.........................................................................................ix
BAB III................................................................................................................................................x

PENUTUP...........................................................................................................................................x

Kesimpulan.............................................................................................................................x
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan yang harus dipenuhi masyarakat seperti


kebutuhan primer, sekunder maupun tersier sangat membutuhkan dana yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Maka, lembaga keuangan perbankan atau non bank
menawarkan sistem pembiayaan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan
dana. Di Indonesia, perbankan dikatakan lembaga perantara keuangan yang dijadikan
tolak ukur untuk kemuajuan negara. Dalam perbankan masalah yang paling utama adalah
dana. Bank tidak akan bisa berbuat apa-apa atau tidak akan berfungsi jika tidak ada dana
yang cukup.

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang di dalamnya memiliki kegiatan berdasarkan
etika, sistem dan prinsip yang sesuai dengan syariah islam, khususnya harus bebas dari
riba (bunga), maysir (judi) dan gharar (hal yang tidak jelas). Bank syariah adalah bank
yang pengoperasiannya tidak mengandalkan Bunga atau riba. Dengan kata lain, bank
syariah adalah lembaga keuangan yang sistem, jasa dan lainnya dalam jalan pembayaran
yang harus disesuaikan dengan syariat islam.

Dalam perbankan syariah terdapat produk yang ditawarkan yang dibagi menjadi tiga
bagian besar, diantaranya: produk penghimpunan dana (funding), produk penyaluran dana
(financing) dan produk jasa (service). Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN),
prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua, yaitu prinsip
wadiah dan prinsip mudharabah

Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat.


Perkembangan dan pertumbuhan dunia perbankan akan sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar
dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan masalah bank
yang paling utama adalah dana. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berfungsi sama
sekali. Sebagai sebuah lembaga keuangan, perbankan islam juga melakukan kegiatan
penghimpunan dana agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Adapun yang masuk
kategori penghimpunan dana yaitu, tabungan, deposito, dan giro. Penghimpunan dana
yang dilakukan masyarakat dalam bank syariah tidak membedakan nama produk,
melainkan melihat pada prinsip. Dalam produk penghimpunan dana bank syariah
menggunakan dua prinsip, yaitu prinsip wadi’ah yad dhamanah yang pengaplikasiannya
pada giro wadi’ah dan tabungan wadi’ah, prinsip mudharabah mutlaqoh yang
pengaplikasiannya pada produk deposito mudharabah dan tabungan mudharabah.

Secara etimologi, kata wadi’ah berarti menempatkan sesuatu yang ditempatkan bukan
pada pemiliknya untuk dipelihara. Wadi’ah juga berarti titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain. Baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki. Bank Muamalat Indonesia mengartikan wadi’ah
sebagai titipan murni yang dengan seizin penitip boleh digunakan. Mudharabah adalah
pemilik modal (shohibul maal) dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola
oleh pihak kedua (mudharib). Dewan Syariah Nasional menyatakan pengertian
mudharabah dalam penyaluran dana dari bank LKS yaitu pembiayaan LKS sebagai
shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha),
sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Baitul mal ?


2. Bagaimana sejarah Baitul mal?
3. Apa tujuan dan fungsi Baitul mal ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Baitul mal


2. Mengetahui sejarah Baitul mal
3. Mengetahui fungsi Baitul mal
1. Apa pengertian produk penghimpunan dana pada bank syariah ?
2. Bagaimana prinsip pelaksanaan produk penghimpunan dana bank syariah pada akad
wadiah dan mudharabah ?

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami pengertian
baitul mal sejarah baitul mal, tujuan dan fungsi baitul mal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Produk Penghimpunan Dana

Produk penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk
mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur
dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposan dengan
pihak kreditur.penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah.
a. Prinsip Wadiah
Prinsip yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk
rekening giro. wadiah yad dhamanah berbeda berbeda dengan wadi’ah amanah.
Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh
yang dititipi. Sedangkan dalam hal wadi’ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (BMT)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut.
b. Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip Mudharabah, penyimpan bertindak sebagai shahibul
maal (pemilik modal) dan Bank / BMT sebagai Mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan BMT untuk melakukan murabahah atau ijarah. Dapat pula dana tersebut
digunakan BMT untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagi
hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal BMT menggunakannya
untuk melakukan mudharabah kedua, maka BMT bertanggung jawab penuh atas
kerugian yang terjadi.
Dalam prinsip mudharabah yang melakukan perhitungan distribusi hasil usaha
adalahmudharib(pengelola dana), karena salah satu karakteristik prinsip mudharabah
adalah pekerjaan sepenuhnya diserahkan kepada mudharib (pengelola dana) dan
pemilik dana tidak boleh ikut campurdalam pengelolaan dana mudharabah. Sehingga
yang mengetahui hasil usaha adalahmudharib.Oleh karena itu, yang melakukan
perhitungan distribusi hasil usaha adalah mudharib.
Rukun mudharabah terpenuhi sempurna ( ada mudharib – ada pemilik dana, ada usaha
yang akan dibagi hasilkan, ada nisbah, ada ijab kabul). Prinsip Mudharabah ini
diaplikasikan pada produk Simpanan dan Simpanan Berjangka.Berdasarkan
kewenangan yang diberikan pihak penyimpanan dana, prinsip mudharabah terbagi
dua yaitu :
a. Mudharabah mutlaqah
b. Mudharabah muqayyadah

2.2 Pengertian Akad Mudharabah

1. Pengertian Mudharabah

Mudharabah adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk irak, sedangkan hijaz
menyebut mudharabah dengan istilah muqaradhah atau qiradh. Sehingga dalam
perkembangan lebih lanjut istilah mudharabah dan qiradh juga mengacu pada makna
yang sama. Menurut bahasa Mudharabah atau qiradh yang berasal dari al-qardhu,
berarti al-qath’u (potongan) karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk
diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya. Menurut istilah
mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
(shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan.

Mudharib adalah enterpreneur, yang melakukan usaha untuk mendapatkan keuntungan


atau hasil atas usaha yang dilakukan.Shahibul maaal sebagai pihak pemilik modal atau
investor, perlu mendapat imbalan atas dana yang diinvestasikan. Sebaliknya bila usah
yang dilaksanakan oleh mudharib menderita kerugian, maka kerugian itu ditanggung
oleh shahibul maal , selama kerugiannya bukan karena penyimpangan atau atau
kesalahan yang dilakukan oleh mudharib . Bila mudharib melakukan kesalahan dalam
melaksanakan usaha, maka mudharib diwajibkan untuk mengganti dan yang
dinvestasikan oleh shahibul maal.

2. Jenis – jenis akad Mudharabah

1. Mudharabah Muthlaqoh

Transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul mal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak di batasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2. Mudaharabh Muqayyadah

Transaksi mudharabah muqayyadah adalah shahibul maal memberikan batasan atas


dana yang di investasikannya. Mudharib biasanya hanya bisa mengelola dana
tersebut sesuai dengan batasan yang diberikan oleh shahibul maal. Misalnya, hanya
untuk jenis usaha tertentu saja, tempat tertentu, dan lain –lain.11 Ada dua jenis
mudharabah muqayyadah yaitu:

1. Mudharabah muqayyadah on balance sheet Merupakan di mana pemilik dana


dapat menetapkan syaratsyarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Nasabah
mensyaratkan dananya hanya boleh digunakan untuk nasabah dalam sektor tertentu
saja.

2. Mudharabah muqayyadah off balance sheet, Mudharabah ini merupakan


penyaluran dana mudharabah langusung kepada pelaksana usahanya, di mana bank
bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana
dengan pemilik usaha. Sedangkan bagi hasil nya hanya melibatkan nasabah dan
pelaksana usaha saja.

2.3 Pengertian Akad Wadiah

Wadiah berasal dari Bahasa arab yang berakar dari kata wad’u berarti meninggalkan dan
wadiah menurut bahasa adalah sesuatu yang ditinggalkan pada orang yang bukan pemiliknya
umtuk dijaga. Secara Terminology wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak kepihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan

dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.

Barang yang dititipkan disebut ida', orang yang menitipkan barang disebut mudi' dan orang
yang menerima titipan barang disebut wadi'. Dengan demikian maka wadi'ah menurut istilah
adalah akad antara pemilik barang (mudi') dengan penerima barang titipan (wadi') untuk
menjaga harta atau modal (ida') dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta.5
Dalam tradisi fiqh Islam prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip alwadi'ah. Al-
Wadi'ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendaki.
1. Jenis – Jenis Akad Wadiah

Al-Wadi'ah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan penyimpan dimana pihak
penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang
dititipkan kepadanya.

Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik yang
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak
menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana
sebagai suatu insentif.

2. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.

3. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya


administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.

Wadi'ah dalam produk perbankan syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis
yaitu:

1. Wadi'ah yad amanah. Wadi'ah yad amanah adalah akad titipan dimana penerima
titipan (custodian) adalah penerima kepercayaan (trustee), artinya ia tidak diharuskan
mengganti segala resiko kehilangan, kerusakan yang terjadi pada titipan, kecuali bila
hal itu terjadi karena' akibat kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan atau bila
status titipan telah berubah menjadi wadi'ah yad dhamanah. Dengan konsep al-
wadi'ah yad amanah, pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan tetapi harus benar-benar menjaganya
sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagai biaya penitipan. Status penerima titipan berdasarkan wadi'ah yad amanah
akan berubah menjadi wadi'ah yad dhamanah apabila terjadi salah satu dari dua hal
ini:

a. Harta dalam titipan telah dicampur, dan


b. Penerima titipan menggunakan harta titipan (Custodian)

2. Wadiah yad dhamanah

Wadi'ah yad dhamanah adalah titipan dimana penerima titipan adalah penerima
kepercayaan, yang sekaligus penjamin keamanan barang yang dititipkan. Penerima
titipan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi
pada aset titipan tersebut. Mengacu pada pengertian wadi'ah yad dhamanah, lembaga
keuangan sebagai penerima titipan dapat memanfaatkan al-wadi'ah sebagai tujuan
untuk giro, dan tabungan berjangka. Sebagai konsekuensinya semua keuntungan yang
dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik lembaga keuangan termasuk
penitip mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, demikian juga fasilitas-
fasilitas giro lainnya.

Dalam pengaplikasian produk ini harta barang yang dititipi boleh dan dimanfaatkan
oleh yang menerima titipan. Dan tidak ada keharusan bagi penerima titipan (bank)
untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip (nasabah). Pemberian bonus
semacam jasa giro tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam
akad, akan tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari
pihak bank. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan
manajemen bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah
titipan.17Pada umumnya, dana titipan (wadi'ah) pihak ketiga berupa giro atau
tabungan. Tujuan orang menitipkan dana pada bank adalah karena alasan keamanan
dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
Wadi’ah yad amanah dapat berubah menjadi wadi’ah yad dhomanah oleh sebab-sebab
berikut :

a. Barang titipan tidak dipelihara oleh orang yang dititipi.

b. Barang titipan itu dititipkan oleh pihak kedua kepada orang lain (pihak ketiga) yang
bukan keluarganya atau tanggung jawabnya.

c. Barang titipan dimanfaatkan oleh orang yang dititipi.

d. Orang yang dititipi wadi’ah mengingkari wadi’ah itu.


e. Orang yang dititipi mencampurkan barang titipan dengan harta pribadinya sehingga
sulit dipisahkan.

f. Orang yang dititipi melanggar syarat-syarat yang telah ditentukan.

g. Barang titipan dibawa bepergian.

BAB III

PENUTUP

  Kesimpulan
.
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jap/article/download/139/109

http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie

Anda mungkin juga menyukai