DANA WADIAH
Dosenpembimbing:
Sri Roklinasari Se,M.Si
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PENGHIMPUNAN DANA WADIAH ini tepat pada waktunya.
Adanya tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah AKUNTANSI BANK SYARIAH. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ekonomi mikro
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
3
sering dilakukan oleh Bank Syariah dalam berbagai transaksi ekonomi demi
memenuhi kebutuhan.
Dalam Islam, Menghimpun Dana selain dilakukan oleh masyarakat secara
’urf, juga dapat ditemukan dasar-dasarnya secara syari’ah sebagaimana
ditemukan aktifitas Menghimpun Dana yang direkam dan dijustifikasi oleh al-
Qur’an, al-Hadis, dan juga telah menjadi ijma ulama’. Seiring perkembangan
zaman, Menghimpun Dana pun mengalami perkembangan dan modifikasi
sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut paut dengan
penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun melalui dunia
perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan dengan tetap berada dalam
bingkai syari’ah.
Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak
membedakan nama produk tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan
prinsip mudharabah. Apapun nama produk yang diperhatikan adalah prinsip
yang digunakn atas produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi
pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana/ deposan
(shahibul maal) dengan bank syariah sebagai mudharib
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 prinsip yang diterapkan perbankan syariah dalam akuntasi penghimpunan
dana
Dalam penghimpunan dana bank syariah mempergunakan dua prinsip
yaitu:
a.Wadiah yad dhamanah yang diaplikasikan pada giro wadiah dan tabungan
wadiah
b.Mudharabah Mutlaqah, yang diaplikasikan pada produk deposito
mudharfabah dan tabungan mudharabah.
Selain dari kedua sumber dana ini, bank syariah juga memiliki sumber
lain yaitu yang berasal dari
modal sendiri. Seluruh dana yang terkumpul dicampur menjadi satu dalam
suatu pooling dana.
Kegiatan Usaha Bank Syriah diatur dalam peraturan Bank
Indonesia Nomor
6/24/PBI/2004 tentang Bamk Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam Pasal 36 disebutkan: Bank wajib
menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati hatian dalam melakukan
kegiatan usahanya, yakni meliputi Melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, antara lain
(1).Giro berdasarkan prinsip wadia’ah
(2). Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah
(3). Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
5
b.Malikiah: al-wadi’ah adalah suatu harta yang diwakilkan kepada orang lain
untuk dipeliharakan
e.Ulama Fiqh Kontemporer: al-Wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak
ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
Dalam produk tabungan dengan prinsip wadiah ini, pemilik dana bertindak
sebagai penitip (muwaddi‟), sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak
yang menerima titipan (mustauda‟). Kemudian, bank memperoleh izin dari
nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama penitipan berlangsung.
Nasabah dapat menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-
waktu atau sesuai dengan perjanjian. Bank menjamin pembayaran kembali
simpanan tersebut. Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah
milik bank. Namun, bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang berasal
dari sebagian keuntungan bank yang bersangkutan. Dalam literatureliteratur
fiqh klasik disebutkan bahwa wadiah adalah akad titipan dengan ketentuan
bahwa barang yang dititipkan harus dijaga dan tidak boleh dipakai. Hal ini
disebabkan jika barang titipan tersebut dipakai, akadnya akan menjadi akad
qardh.
Demikian pula dalam fatwa DSN Nomor 02/DSNMUI/IV/2000 ditetapkan
ketentuan umum tabungan berdasarkan prinsip wadiah, yaitu:
1. Bersifat simpanan
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
(„athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Ketentuandalam pasal 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/46/PBI/2005menetapkan persyaratan paling kurang dalam kegiatan
6
penghimpunan dana dalam bentuk tabungan berdasarkan akad wadiah tersebut,
yaitu:
a. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana titipan;
b. Dana titipan disetor penuh kepada bank syariah dan dinyatakan dalam
jumlah nominal;
c. Dana titipan dapat diambil setiap saat;
d. Tidak dibolehkan menjajnjikan pemberian imbalan atau bonus kepada
nasabah;
e. Bank syariah menjamin pengembalian dana titipan nasabah;
7
g. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
Produk perbankan yang termasuk produk penghimpunan dana wadi‟ah
adalah tabungan. Berdasarkan UU No. 10 1998 perubahan atas UU No. 7 1992
tentang perbankan, tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet, giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
8
dengan syarat bank harus mengganti keuntungan dan kerugian yang terjadi
berkaitan dengan penggunaan barang tersebut keuntungan dan kerugian yang
merupakan akibat penggunaan barang itu menjadi milik dan tanggung jawab
bank.
Dalam pemberian jasa bank syariah, wadiah yad dhamanah digunakan
oleh bank syariah untuk menghimpun atau memobilisasikan dana simpanan
nasabah dalam bentuk rekening giro (current account), rekening tabungan
(saving account), dan rekening deposit (investment account atau time deposit
account).
Rukun dari akad titipan wadiah (yad Amanah maupun yad Dhamanah) yang
harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal berikut.
1. Pelaku akad, yaitu penitip (mudi‟/muwaddi) dan penyimpan/penerima
titipan (muda‟/mustawda‟);
2. Objek akad, yaitu barang yang dititipkan; dan 3. Shighat, yaitu Ijab dan
Qabul
Sementara itu, syarat wadiah yang harus dipenuhi adalah syarat bonus sebagai
berikut:
1. Bonus merupakan kebijakan (hak prerogatif) penyimpan; dan
2. Bonus tidak disyaratkan sebelumnya
Prinsip wadi‟ah yad dhamanah inilah yang secara luas kemudian diaplikasikan dalam
dunia perbankan islam dalam bentuk prodk-produk pendanaannya, yaitu: 1. Giro
(current account) wadi‟ah 2. Tabungan (savings account) wadi‟ah Beberapa ketentuan
Wadi‟ah Yad Dhamanah, antara lain:
1. Penyimpan memiliki hak untuk menginvestasikan aset yang dititipkan;
2. Penitip memiliki hak untuk mengetahui bagaimana asetnya diinvestasikan;
3. Penyimpan menjamin hanya nilai pokok tidak modal berkurang karena
merugi/terdepresiasi;
4. Setiap keuntungan yang diperoleh penyimpan dalam dibagikan sebagai hibah atau
hadiah (bonus). Hal itu berarti bahwa penyimpan (bank) tidak memiliki kewajiban
mengikat untuk membagikan keuntungan yang diperolehnya; dan
5. Penitip tidak memiliki hak suara. Simpanan dengan prinsip wadi‟ah yad dhamanah
mempunyai
9
Dilihat dari segi praktiknya, ada dua bentuk wadi‟ah sebagaimana diuraikan Syafi‟i
Antonia, yaitu sebagai berikut.
1. Wadi‟ah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) Wadi‟ah jenis ini memiliki
karakteristik berikut.
a. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh
penerima titipan.
b. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh dimanfaatkannya.
c. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya
kepada yang menitipkan.
d. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh
penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa
penitipan atau safe deposit box.
2. Wadi‟ah Yad Al-Dhamanah Wadi‟ah jenis ini memiliki karakteristik berikut.
a. Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang
menerima titipan.
b. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat
menghasilkan manfaat; sekalipun demikian, tidak ada keharrusan bagi penerima titipan
untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada penitip.
c. Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini, yaitu giro dan tabungan.
d. Jika bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang dihitung
berdasarkan presentase yang telah ditetapkan, pada bank syariah, pemberian bonus
(semacam jasa giro) tidak boleh disebutkan dalam kontrak atau dijanjikan dalam akad,
tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak bank
e. Jumlah pemberian bonus merupakan kewenangan manajemen bank syariah karena
pada penekanannya dalam akad ini adalah titipan.
f. Produk tabungan juga dapat menggunakan akad wadi‟ah karena mirip dengan giro,
yaitu simpanan yang bisa diambil setiap saat. Perbedaannya, tabungan tidak dapat
ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan..
C. Rukun dan Syarat Wadiah
Adapun rukun wadi‟ah adalah hal-hal yang berkaitan atau harus ada di
dalamnya yang menyebabkan terjadinya akad wadi‟ah, yaitu:
1. Barang/uang yang di wadi‟ah kan dalam keadaan jelas dan baik;
10
2. Muwaddi‟ yang bertindak sebagai pemilik barang/uang sekaligus yang
menitipkannya/menyerahkan;
3. Mustawda‟ yang bertindak sebagai penerima simpanan atau yang memberikan
pelayanan jasa custadian;
4. Ijab dan kabul (shigat), dalam perbankan biasanya ditandai dengan
penandatanganan surat/buku tanda bukti penyimpanan.
Sementara itu, syarat wadi‟ah yang harus dipenuhi adalah syarat bonus sebagai
berikut:
1. Bonus merupakan kebijakan (hak prerogatif) penyimpan dan;
2. Bonus tidak disyaratkan sebelumnya.
Dalam hal bank keinginan untuk memberikan bonus wadi‟ah, beberapa
metode yang dapat dilakukan dalam sebagai berikut.
1. Bonus wadi‟ah atas dasar saldo terendah.
2. Bonus wadi‟ah atas dasar saldo rata-rata harian.
3. Bonus wadi‟ah atas dasar saldo harian.
E. Dasar Hukum Tabungan Wadi’ah
a. Al-Qur‟an
Al-wadi‟ah adalah titipan murni dari satu pihak lain, baik individu maupun
badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
Firman Allah SWT Al-Qur‟an Surat al-baqarah (2) ayat 283.
"Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu
(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".
b. Al-Hadist
Disamping dalam Al-Qur‟an, dasar hukum wadi‟ah juga terdapat dalam hadist
Nabi َ
( Dari Abu Hurairah r.a Nabi SAW telah bersabda, “Bayarkanlah pertaruh itu
kepada orang yang mempercayai engkau dan jangan sekali-kali engkau berkhianat
11
meskipun terhadap orang yang telah berkhianat”. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud dan
menshahihkan Al-Hakim)
F contoh jurnal tabungan wadiah
Pada tanggal 5 Maret 2017, Hanin nasabah wadiah Bank peduli syariah (BPS)
menerima bonus wadiah sebesar Rp 20.000. maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
5,maret Beban Bonus 20.000 20.000
2017 Tabungan Wadiah
Tab. Wadiah Hanin
12
4.menyerahkan foto copi identitas yang terdiri dari surat izin dari instansi
berwenang,
5.akte pendirian perusahaan dan anggaran dasar beserta perubahannya,
6.daftar susunan pengurus,
7.surat keputusan,
8.nomor pokok wajib pajak,
9.menyerakan pas foto,
10.menandatangani kartu contoh tanda tangan (KCT) dan melakukan setoran
awal sesuai ketentuan bank
c. contoh transaksi giro wadiah
Contoh Transaksi Penambahan saldo rekening giro wadiah
1 maret 2017 Bank Murni Syariah (BMS) cabang yogyakarta menerima
setoran tunai pembukuan giro wadiah atas nama Tania
sebesar Rp 35.000.000,-
5 maret 2017 Tania menerima transfer dari BMS cabang solo sebesar Rp
5.000.000
10 maret 2017 Tania menerima bilyet giro dari nasabah Bank peduli
syariah (BPS) yang pernah membeli sesuatu dari Tania
seharga Rp 15.000.000. bilyet giro tersebut dicairkan oleh
Tania ke BPS untuk dimasukkan kerekening giro wadiah
Tania di BMS.
31 maret 2017 Tania menerima bonus gira wadiah dari BMS sebesar Rp
50.000,-
13
Contoh Transaksi Pengurangan saldo rekening giro wadiah
3 apr 2017 Tora menggunakan cek untuk mencairkan dana direkening giro
wadiahnya di bank murni syariah (BMS) secara tunai sebesar Rp
12.000.000
7 apr 2017 Tora menggunakan bilyet giro untuk mentransfer sejumlah dana
kenasabah giro wadiah BMS cabang jakarta sebesar RP
5.000.000
12 apr 2017 Tora menggunakan bilyet giro untuk pembayaran pembelian
sebuah mesin kepada nasabah giro bank lain sebesar Rp
10.000.000
30 apr 2017 Dipotong giro wadiah Tora untuk administrasi tabungan sebesar
Rp 15.000 dan untuk pajak sebesar Rp 10.000 (20% dari bonus
giro wadiah yang diterima sebesar Rp 50.000 seperti yang sudah
dicatat).
Jurnal untuk transaksi
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
3/4/2017 Giro wadiah Tora 12.000.000
kas 12.000.000
7/4/2017 Giro wadiah Tora 5.000.000
RAK cabang Jakarta 5.000.000
12/4/2017 Giro wadiah Tora 10.000.000
Giro pada Bank 10.000.000
Indonesia
30/4/2017 Giro wadiah Tora 15.000
Pendapatan 15.000
administrasi giro
wadiah
Giro wadiah Tora 10.000
Titipan kas negara – 10.000
pajak giro
14
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak
bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh
kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah miss management (salah
urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. Dalam
mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasioanl tabungan
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil tabungan mudharabah
dibebankan langsung ke rekening tabungan mudharabah pada saat perhitungan
bagi hasil. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung
sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan
mengalami saldo negatif.
2. Tujuan dan Manfaat Tabungan Mudharabah
Tujuan dan manfaat tabungan mudharabah dapat dilihat dari
kepentingan bank dan juga kepentingan nasabah. Dari kepentingan bank antara
lain:
a. Sumber pendanaan bank baik
b. Salah satu sumber pendapatan Sedangkan dari kepentingan nasabah
antara lain:
a. Kemudahan dalam pengelolaan likuiditas baik dalam hal penyetoran,
penarikan, transfer, dan pembayaran transaksi yang fleksibel.
b. Dapat memperoleh bonus atau bagi hasil.
3. Sistem Tabungan Mudharabah
Sistem perbankan syariah dalam mengaplikasikan akad mudharabah
dalam produk tabungan sebagai berikut:
a. Di dalam praktik perjanjian dilaksanakan dalam bentuk perjanjian
buku. Hal ini bersifat membatasi atas kebersihan kontrak. Adanya,
pembatasan dimaksud, berkaitan dengan kepentingan umum agar
15
perjanjian buku itu diatur dalam undangundang atau setidak-tidaknya
diawasi oleh pihak Dewan Pengawas Syariah Nasional.
b. Bentuk akad produk tabungan mudharabah di bank syariah dimaksud,
dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis yang disebut perjanjian bagi
hasil.
c. Dalam perjanjian tertulis akad perjanjian tabungan mudharabah
disebutkan nisbah bagi hasil pemilik dana dan pengelola dana. Nisbah
bagi hasil ini berlaku sampai berakhirnya perjanjian. Perjanjian ini
mengikat dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dengan syarat-syarat dan ketentuan umum.
d. Pelaksanaan akad tabungan mudharabah terjadi apabila ada calon
nasabah yang akan menabung atau meminjam modal dari bank syariah.
Dalam akad perjanjian tersebut sebelum ditandatangani oleh calon
nasabah, terlebih dahulu mempelajari dan apabila calon nasabah
menyetujui perjanjian dimaksud, maka calon nasabah mentandatangani
perjanjian.
4. Bagi Hasil Tabungan Mudharabah
Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan
saldo rata-rata harian yang dihitung di tiap akhir bulan dan di buku awal bulan
berikutnya. Rumus perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah adalah sebagai
berikut. Dalam memperhitungkan bagi hasil tabungan mudharabah tersebut,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa
mengurangi hak nasabah:
1) Pembulatan ke atas untuk nasabah
2) Pembulatan ke bawah untuk bank
b. Hasil perhitungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan terdekat.
5. Ketentuan Umum Tabungan Mudharabah
Beberapa ketentuan umum Tabungan Mudharabah sebagai berikut:
16
a. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
b. Dalam kapasitas sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.
g. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank sebagai mudharib atau pengelola dana
h. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang
i. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.
BABII
PENUTUP
2.5 Kesimpulan
Bank syariah dalam mendapatkan modalnya, ia melakukan
penghimpnan dana dengan produk-produknya seperti tabungan, giro,
dan deposito. Meski hampir sama dengan perbankan konvensional,
tetapi dalam mekanismenya berbeda. Pada perbankan syaiah
17
menggunakan prinsip wadiah dan mudharabah yang sesai dengan
perinsip islam.
Produk tabungan terbagi menjadi dua, yaitu tabungan tabungan
wadiah dan tabungan mudharabah. Giro wadiah, sedangkan pada
deposito, perbankan syariah hanya mengunakkan prinsip mudharabah.
Dari system muharbah itu, pihak bank akan mendapatan
keutungan dari kegatan uaha yang dikelolanya berdasarkan presntasi
bagi hasil yang telah ditetapkan dan disetujui antara pemilik atau
peyimpanan dana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
29
Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., MBA., M.A.E.P, Bank Islam :
Analisis Fiqih dan Keuangan ( Jakarta : Rajawali Pers,2011), h. 359
30
Ibid, h. 14.
31
Ibid, h. 360.
32
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi
dan Ilustrasi ( Yogyakarta : EKONISIA, 2004), h. 59.
33
Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain …., h.
336.
34
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah (Jakarta: Sinar
Grafika,2008) h.45-46.
35
Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., MBA., M.A.E.P, Bank Islam :
Analisis Fiqih dan Keuangan, ( Jakarta : Rajawali Pers,2011), h. 360
35
Rachmadi Usman, Produk Dan Akad Perbankan Syariah Di
Indonesia Implementasi Dan Aspek Hukum, (Ttp: PT Citra Aditya Bakti,
2009), h. 162
4
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan edisi revisi 2014 (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014) hal: 76-82
5
Muhamad syafi‟ai antonio. Bank Syari’ah dari Teori Keprakti.
( Jakarta: Gema Insani, 2001) hal: 8
10
Abdul Ghofur Ansori, Perbankan Syari’ah di Indonesia.
( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009) hal :86
18
11
Fatkur rohaman, Memahami Bisnis Bank Syari’ah ( Jakarta:PT
Gramedia,2014) hal: 85
38
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk Dan
Aspek Hukumnya, ( Jakarta: Kencana, 2014), h. 352
39
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk Dan
Aspek Hukumnya, ( Jakarta: Kencana, 2014), h. 352
40
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo persada, 2008), h. 42
41
Sarip Muslim, Akuntasi Keuangan Syariah Teori Dan Praktik,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 325
42
Sarip Muslim, Akuntasi Keuangan Syariah Teori Dan Praktik,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 325
43
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.
185
44
Sarip Muslim, Akuntasi Keuangan Syariah Teori Dan Praktik,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 324-325
19