Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERBANKAN

SISTEM PENGHIMPUNAN DANA BANK SYARIAH

Disusun Oleh :
MUHAMMAD AL'ADYAAT NIM: (220603110)

MA'RUF LUBIS NIM: (220603091)

AWALIN KAHIRUR RIDA NIM: (220603115)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat
dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Penghimpunan
Dana Bank Syariah. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perbankan.

Makalah ini membahas mengenai cara penghimpunan dana bank syariah


dan prinsip apa saja yang diterapkan bank syariah dalam akutansi penghimpunan
dananya.

Kami mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi penulis dan


pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu dan
pengetahuan kita semua mengenai bank syariah. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Hal tersebut
dikarenakan kami masih dalam proses belajar. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan untuk bahan pembelajaran di masa
depan.

Kelompok 10
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1. Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah......................................................................5
2.1.1. Macam-Macam Wadiah.......................................................................................6
2.1.2. Giro Wadiah.........................................................................................................6
2.1.3. Tabungan Wadiah................................................................................................7
2.2. Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah..............................................................7
2.2.1.Tabungan Mudharabah..........................................................................................9
2.2.2.Deposito Mudharabah...........................................................................................9
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemahaman agama, pengendalian diri, pengalaman, akhlaqul karimah dan
pengetahuan tentang seluk beluk Akuntansi Syariah hendaknya dikuasai sehingga
menyatu dalam diri pelaku (pelaksana) muamalah itu. Kegiatan Akuntansi Syariah
ini sangat banyak salah satu diantaranya adalah penghimpunan dana yang akan
dibahas dalam makalah ini, sebagai salah satu bentuk aktifitas ekonomi,
pengimpunan dana menjadi hal yang amat sering dilakukan oleh Bank Syariah
dalam berbagai transaksi ekonomi demi memenuhi kebutuhan.

Dalam Islam, menghimpun dana selain dilakukan oleh masyarakat secara ’urf
(kebiasaan), juga dapat ditemukan dasar-dasarnya secara syari’ah sebagaimana
ditemukan aktifitas menghimpun dana yang direkam dan dijustifikasi oleh al-
Qur’an, al-Hadis, dan juga telah menjadi ijma ulama’ (kesepakatan para ulama).
Seiring perkembangan zaman, menghimpun dana pun mengalami perkembangan
dan modifikasi sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut
paut dengan penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun melalui
dunia perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan dengan tetap berada dalam
bingkai syari’ah.

Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak


membedakan nama produk tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah
(titipan nasabah) dan prinsip mudharabah (bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak). Apapun nama produk yang diperhatikan adalah prinsip yang digunakan
atas produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hasil usaha
yang akan dilakukan antara pemilik dana/ deposan (shahibul maal) dengan bank
syariah sebagai mudharib (pengelola).

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah cara penghimpunan dana dan
prinsip yang diterapkan bank syariah dalam akutansi penghimpunan dananya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah


Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan sja spenyimpan
menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untukmenjaga
keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti uang,
dokumen, surat berharga dan barang lain yangberhara disisi islam.
Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah adalah
sebagai berikut :
a. Barang yang dititipkan
b. Orang yang menitipkan/ penitip
c. Orang yang menrima titipan/ penerima titipan, dan
d. Ijab Qabul

2.1.1. Macam-Macam Wadiah


Wadiah terdiri dari dua jenis, yaitu: 
1. Wadiah Yad Al Amanah, merupakan titipan murni, barang yang dititipkan
tidak boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan
dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya,
jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima
titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung
jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya penitipan. 
2. Wadiah Yad Ad Dhamanah, merupakan pengembangan dari Wadiah Yad Al
Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan
diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut.
Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap
kehilangan/ kerusakan barang tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh
dari titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada
pemilik barang/ dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus, yang
tidak disyaratkan sebelumnya. 
Wadiah Yad Ad Dhamanah dalam Bank Islam dapat diaplikasikan pada Rekening
giro (current account) dan Rekening tabungan (saving account).

2.1.2. Giro Wadiah


Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan.
Termasuk di dalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya
dalam rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu
perkara.   
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang Giro Wadiah
(Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 6-7) sebagai berikut: 
a. Bersifat titipan 
b. Titipan bisa diambil kapan saja (on call) 
c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
(athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. 
Karakteristik dari giro wadiah antara lain: 
a. Harus dikembalikan utuh seperti semula sehingga tidak boleh overdarft 
b. Dapat dikenakan biaya titipan 
c. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan misalnya
menetapkan saldo minimum 
Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang
berlaku. Jenis dan kelompok rekening sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan syariah. Dana wadiah hanya dapat
digunakan seijin penitip 

2.1.3. Tabungan Wadiah


          Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan
kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindah bukuan.
          Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat
dipersamakan dengan itu.
          Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan Tabungan
Wadiah sebagai berikut: 
a. Bersifat simpanan 
b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan. 
          Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang
bersifat sukarela dari pihak bank.

2.2. Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan betindak
sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).
Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dapat pula
dna tersebut digunakan bank unuk melakukan mudharabah ke dua. Hasil usaha ini
akan dibagi hasilkan berdasarkn nisbah yang disepakati.
Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua, maka
bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi sempurna bila ada yaitu :
a. Ada mudharib
b. Ada pemilik dana
c. Ada usaha yang akan dibagi hasilkan
d. Ada nisbah
e. Ada ijab qabul
Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan
deposito berjangka.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip
mudharabah terbagi menjadi dua yaitu :
1. Mudharabah Mutlaqah ( investasi tidak terikat )
2. Mudharabah Muqayyadah ( investasi terikat )
Mudharabah Mutlaqah merupakan salah satu produk dari Musyarakah,
dimana dana merupakan 100 % milik bank. dana ini dapat digunakan untuk
kegiatan usaha nasabah sesuai kehendak nasabah. Bank yang memiliki produk
seperti ini harus betul-betul selektif dalam memilik calon debitur/nasabah, karena
resiko yang ditanggung bank adalah 100% dari dana yang disalurkan. Oleh karena
itu biasanya Produk Mudharabah terkait dengan Projek-projek singkat yang
berasalah dari pemerintah atau perusahaan yang kredible dan nasabah yang
kompeten dan terpercaya dalam mengerjakannya.
Perbedaan Mudharabah Muqayadah dengan Mutlaqah adalah disisi
penggunaan dana yang diterima nasabah. penggunaannya terikat syarat-syarat dari
pemilik dana. Waktu dan jenis usaha sudah ditentukan sebelumnya. Bank
mempertemukan pemilik dana dan calon debitur/nasabah dan memfasilitasi
pencairan dana dan penerimaan angsuran modal dan bagi hasil dari nasabah. Bank
akan mendapatkan jasa/fee dari kegiatan ini.

2.2.1. Tabungan Mudharabah


          Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau
alat yang dipersamakan dengan itu.
          Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk
lainnya menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105
tentang Akuntansi Mudharabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi untuk
pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang
diterima dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas
yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur
sebesar nilai tercatatnya.

2.2.2. Deposito Mudharabah


          Deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
hanya pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah (penyimpan) dengan
bank syariah (Unit Usaha Syariah). Perbedaannya dengan deposito konvensional
adalah terlihat pada akad dan sistem bagi hasil yang ditawarkan.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 Tahun 2000, tentang deposito
mudharabah yaitu :
1. Nasabah disebut sebagai  pemilik dana atau shahibul maal dan bank disebut
sebagai pengelola dana atau mudharib.
2. Modal deposito yang diberikan shahibul maal harus dalam bentuk tunai.
3. Bank sebagai mudharib berhak lakukan berbagai usaha asalkan tidak
melenceng pada prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk
didalamnya mudharabah dengan pihak lain. Bank menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya untuk menutupi biaya operasional deposito.
Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan nasabah.
Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bank syariah dalam mendapatkan modalnya, ia melakukan penghimpunan
dana dengan produk-produknya seperti tabungan, instrument giro, dan deposito.
Meski hampir sama dengan perbankan konvensional, tetapi dalam mekanismenya
berbeda. Pada perbankan syariah menggunakan prinsip wadiah dan mudharabah
yang sesuai dengan prinsip Islam.
Produk tabungan terbagi menjadi dua, yaitu tabungan wadiah dan tabungan
mudharabah. Instrumen giro terbagi menjadi dua juga, yaitu giro wadiah dan
mudharabah. Sedangkan pada deposito, perbankan syariah hanya menggunakan
prinsip mudharabah.
Dari sistem mudharabah itu, pihak bank akan mendapatkan keuntungan dari
kegiatan usaha yang dikelolanya berdasarkan presentasi bagi hasil yang telah
ditetapkan dan disetujui antara pemilik atau penyimpan dana dengan bank.  

DAFTAR PUSTAKA

• Adiwarman A. Karim. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.Jakarta :


RajaGrafindo Persada.
• Sofyan Syafri Harapan, dkk. 2005. Akutansi Perbankan Syariah. Ed.1, Cet. 1.
Jakarta : LPFE Usakti.
• Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah.
Jakarta : Grasindo. 
• http://blokgurubelajar.blogspot.com/2013/12/makalah-penghimpunan-dana-
perbankan.html

Anda mungkin juga menyukai