Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Akutansi Perbankan Syariah
Dosen Pengampu :
Disusun oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu
banyak nikmat kepada makhluk-Nya yang mana makhluk-Nya pun tidak menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan Allah SWT. Selain itu, saya juga merasa
pikiran.
Bapak Eka Nur Rofiq selaku dosen pengampu mata kuliah Akutansi Bank Syariah serta
Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu saya sangat
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………..I
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………..I
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………..3
1. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
2. TUJUAN.........................................................................................................................1
3. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................2
BAB II ISI.....................................................................................................................................3
A. KESIMPULAN....................................................................................................................4
B. SARAN...............................................................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat
untuk melakukan transaksi keuangannya. Undang-undang perbankan indonesia yakni,
Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No.10 tahun 1998, membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya
menjadi dua, yaitu bank yang melaksanakan kegiatannya secara prinsip syariah dan bank
yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional.
Demi mendukung perekonomian negara yang halal dan barakah, penggunaan jasa
perbankan syariah sangat dianjurkan. Dalam islam, mengjimpun dana selain dilakukan
masyarakat, juga bdapat ditemukan dasar-dasarnya secara syariah sebagaimana ditemukan
aktifitas menghimpun dana yang direkam dan diatur dalam Al-Qur’an, hadis, dan juga ijma’
ulama. Dalam bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dilakukan dengan tidak
membedakan nama produk tetapi melihat pada prinsip, yaitu prinsip yang digunakan atas
produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hassil usaha yang akan
dilakukan antara pemilik dana (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai mudharib.
PEMBAHASAN
Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank
untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak
kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dari nasabah dan
menyalurkan kepada nasabah atau kreditur untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat.penghimpunan dana di bank syariah mengunaka instrument penghimpunan
dana yang sama dengan instruman pada bank konvnsional.yaitu:Giro,Tabungan dan
deposito.Perhimpunan dana baik giro,tabungan dan deposito pada bank syari’ah
masyarakat di perbankan syari’ah dilakukan dengan menggunakan dua prinsip diantaranya
adalah prinsip al-wadi’ah dan mudharabah.
Wadi’ah juga dapat diartikan memberi kekuasaan keoada orang lain untuk menjaga barang
atau asset kita dengan sebaik-baiknya.wadi’ah merupakan titipan murni,dan bagi yang
dititipi tidak berhak penuh memiliki sehingga penitip wajib mengembalikan jika sewaktu-
waktu diambil.Akad dengan pola wadi’ah ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu: Wadi’ah yad Al
Amanah dan Wadi’ah yad adh-dhamanah.
Rukun dan syarat simpanan murni Wadi’ah yad Al-Amanah,Rukun WadI’ah murni terdiri
dari: (1) Pihak yang berakad (orang yang menitipkan dan orang yang menerima titipan). (2)
Objek yang diakadkan ( Harta/barang yang dititipkan kepada bank syari’ah) dan (3) Akad
(Adanya kesepakatan di kedua belah pihak antara pemilik barang dengan pihak yang
menerima titipan).Syarat dari Wadi’ah yad Al-amanah diantarnya: (1) Syarat terkait dengan
penitip barang/pemilik dan penerima titipan/bank syari’ah harus cakap hokum, (2) ada
kebebasan dalam bertransaksi, (3) akad wadi’ah tidak sah bila dilakukan anak dibawah
umur/anak kecl, (4) Harus memiliki akal sehat bagi pihak yang berakad ,(5) Bank syari’ah
boleh memberikan bonus kepada penitip(tidak perjanjian diawal akad).
(2) membebankan biaya penitipan
BANK SYARI’AH NASABAH
(PENYIMPAN (PENITIP)
(1)menitipkan barang
Akad wadi’ah yad adh-dhamanah dapat diaplikasikan dalam perbankan syari’ah dalam
bentu giro dan tabungan.Tabungan adalah simpanan yang menggunakan akad berdasarkan
prinsip wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudaharabah atau akad lainnya yang
sesuai dengan prinsip syari’ah.Prinsip syari’ah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dengan syarat dan ketentuan tertentu yang telah disepakati di awal akad.,tetapi tidk dapat
ditarik dengan cek,bilyet dll yang dipersamakan dengan itu.Giro adalah simpanan
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari”ah.dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek,bilyet,giro,sarana perintah lainnya.
(PENYIMPAN) (PEMILIK)
(1)menitipkan barang/harta
Dana hasil
DUNIA USAHA
Transaksi Tabungan dan GIro Wadi’ah
Transaksi yang terkait tabungan wad’ah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi penambahan
tabungan wadi’ah (menabung) dan transaksi pengurangan tabungan wadiah(penarikan).
Berikut diberikan beberapa contoh transaksi wadiah, baik giro wadiah maupun tabungan
wadiah dan jurnal-jurnal yang dilakukan.
Contoh : 3-1
Pada tanggal 01 Agustus 2008 Diterima setoran tunai pembukaan giro wadiah atas nama
Qohar sebesar Rp. 20.000.000,–
Kas 20.000.000
Giro Wadiah (rek giro Qohar) 20.000.000
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo rekening
individu atas nama Qahar, yang dapat digambarkan dalam perkiraan sebagai berikut:
Contoh : 3 – 2
Pada tanggal 05 Agustus 2008 Qohar melakukan penarikan giro wadiahnya melalui ATM
sebesar Rp. 2.000.000,–
Atas transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan Buku Besar dan posisi Neraca sebagai
berikut:
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo rekening
individu atas nama Qahar, yang dapat digambarkan dalam perkiraan sebagai berikut:
Contoh : 3 – 3
1. Pada tanggal 07 Agustus 2008 Qohar menyerahkan Aplikasi transfer untuk dilakukan
pemindahbukuan dari rekening gironya sebesar Rp.5.000.000,–untuk dibuatkan
Deposito Mudharabah dengan nisbah 65:35
Atas transaksi tersebut oleh bank syariah dilakukan jurnal sebagai berikut:
Kas 1.000.000
Giro Wadiah (Rek giro Yusuf) 1.000.000
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo rekening
individu atas nama Qahar dan atas nama Yusuf, yang dapat digambarkan dalam perkiraan
sebagai berikut:
Contoh : 3 – 4
1. Pada tanggal 09 Agustus 2008, Qohar melakukan transfer ke rekening atas nama
Adinda di BCA cabang Irian Jaya sebesar Rp. 10.000.000,–
2. Pada tanggal 09 Agustus 2008, Yusuf melakukan penyetoran tunai sebesar Rp.
5.000.000,– untuk rekeningnya Atas transaksi tersebut oleh bank syariah dilakukan
jurnal sebagai berikut:
Kas 5.000.000
Giro Wadiah (rek giro Qohar) 5.000.000
Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo rekening
individu atas nama Qahar dan atas nama Yusuf, yang dapat digambarkan dalam perkiraan
sebagai berikut:
Contoh 3 – 6:
Bank Syariah menerapkan kebijakan untuk memberikan bonus kepada pemegang rekening
giro wadiah. Atas hal tersebut Tuan Qohar diberikan bonus sebesar Rp.10.000,- dan atas
bonus tersebut dipotong pajak sebesar 15%
Atas pemberian bonus kepada Tuan Qohar bank syariah melakukan jurnal sebagai berikut:
C. Prinsip mudharabah
Akad mudharabah adalahpenanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudhrib) untuk melakukan usaha tertentu, dengan pembagian
menggunakan metode untung rugi (profit dan loos sharing) atau metode pendapatan
(revenue sharing) anatara kedua belah pihakberdasarkan nisbah yang disepakati
sebelumnya.
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah kerjasama yang melibatkan dua pihak antara
pemilik modal dan pengelola yang cangkupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
sesifikasi jenis usaha , waktu dan daerah bisnis. Dalam hal ini pengelola diberi
kebebasan dalam mempergunakan dana yang diterimanya , namun tetap menjamin
pemeliharan dan keamanan dana yang dikelolanya guna mendapatkan keuntungan.
Akad mudharabah muthlaqah dapat diplikasikan dalam perbankan syariah dalam
bentuk tabungan dan deposito mudharabah.
a) Ketentuan Tabungan Mudharabah menurut fatwa DSN yaitu sebagai
baerikut :
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal/ pemilik
dana dan bank sebagai pengelola dana atau sebagai mudharib
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib , bank dapat melakukan berbagai
usaha yang tidak bertentngan dengan prinsip bank syariah
3) Modal harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai mapun piutang.
4) Oembagian keuntungan harus berbentuk nisbah dan harus dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Nasabah menerima transfer dari nasabah lain dari bank cabang kota A
(bank yang sama) Rp. Xxx
Kas Rp xxx
Deposito mudharabah Rp xxx
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perbankan syariah mendapat modalnya, ia melakukan penghimpunan dana
dengan produk produknya seperti tabungan, instrument giro, dan deposito.Meski
hampir sama dengan perbankan konvensional, tetapi dalam mekanismenya
berbeda. Pada perbankan syariah menggunakan prinsip wadiah dan
mudharabah yang sesuai dengan prinsip islam.
Produk tabungan terbagi menjadi dua, yaitu tabungan wadiah dan tabungan
mudharabah. Instrumen giro terbagi menjadi dua juga yaitu, giro wadiah dan
mudharabah. Sedangkan pada deposito, perbankan syariah hanya
menggunakan prinsip mudharabah
Dari sistem mudharabah itu, pihak bank akan mendapatkan keuntungan dari
kegiatan usaha yang dikelolanya berdasarkan presentasi bagi hasil yang telah
ditetapkan dan disetujui antara pemilik atau penyimpan dana dengan bank.
DAFTAR PUSTAKA