Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKUTANSI PENGHIMPUNAN DANA

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Akutansi Perbankan Syariah

Dosen Pengampu :

Eka nur rofik M.Ak

Disusun oleh

Mohamad ramadhan febriasnsyah

Rizal krisian dwi prasetya (17401163417)

Yoga Pratama Erfandika A.A (17401163427)

JURUSAN PERBANKAB SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu

banyak nikmat kepada makhluk-Nya yang mana makhluk-Nya pun tidak menyadari

begitu banyak nikmat yang telah didapatkan Allah SWT. Selain itu, saya juga merasa

sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun

pikiran.

Dengan nikmat hidayah-Nya pula saya dapat menyelesaikan penulisan tugas

matakuliah Akutansi Perbankan Syariah dengan pokok pembahasan “Akutansi

Penghimpunan Dana”. Kami sampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada

Bapak Eka Nur Rofiq selaku dosen pengampu mata kuliah Akutansi Bank Syariah serta

semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan

kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para

pembaca dan khusunya bagi saya. Amin.

Tulungagung, Maret 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………..I

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………..I

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………..3

1. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
2. TUJUAN.........................................................................................................................1
3. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................2

BAB II ISI.....................................................................................................................................3

A. PENGHIMPUNAN DANA PADA PERBANKAN SYARIAH....................................................3


B. PERHIMPUNAN DANA PRINSIP WADIAH.........................................................................3
C. PRINSIP MUDHARABAH...................................................................................................3

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................4

A. KESIMPULAN....................................................................................................................4
B. SARAN...............................................................................................................................4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat
untuk melakukan transaksi keuangannya. Undang-undang perbankan indonesia yakni,
Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No.10 tahun 1998, membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya
menjadi dua, yaitu bank yang melaksanakan kegiatannya secara prinsip syariah dan bank
yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional.

Demi mendukung perekonomian negara yang halal dan barakah, penggunaan jasa
perbankan syariah sangat dianjurkan. Dalam islam, mengjimpun dana selain dilakukan
masyarakat, juga bdapat ditemukan dasar-dasarnya secara syariah sebagaimana ditemukan
aktifitas menghimpun dana yang direkam dan diatur dalam Al-Qur’an, hadis, dan juga ijma’
ulama. Dalam bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dilakukan dengan tidak
membedakan nama produk tetapi melihat pada prinsip, yaitu prinsip yang digunakan atas
produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hassil usaha yang akan
dilakukan antara pemilik dana (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai mudharib.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan penghimpunan dana dalam kaitannya dengan


aktivitas perbankan syariah?
2. Bagaimana mekanisme penghimpunan dana dalam perbankan syariah?
3. Apa prinsip yang diterapkan perbankan syariah dalam akutansi penghimpunan dana

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah,

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah akutansi perbankan syariah


2. Untuk mengetahui cara penghimpunan dana perbankan syariah
3. Untuk mengetahui prinsip yang diterapakan perbankan syariah dalam akutansi
penghimpunan dana.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penghimpunan Dana Pada Perbankan Syari’ah

Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank
untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak
kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dari nasabah dan
menyalurkan kepada nasabah atau kreditur untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat.penghimpunan dana di bank syariah mengunaka instrument penghimpunan
dana yang sama dengan instruman pada bank konvnsional.yaitu:Giro,Tabungan dan
deposito.Perhimpunan dana baik giro,tabungan dan deposito pada bank syari’ah
masyarakat di perbankan syari’ah dilakukan dengan menggunakan dua prinsip diantaranya
adalah prinsip al-wadi’ah dan mudharabah.

B. Perhimpunan Dana prinsip Wadi’ah

Wadi’ah menurut peraturan Bank Indonesia Nomor:7/46/PBI/2005 Tentang akad


penghimpunan dana dan penyaluran dan bagi bank yang melaksankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syari’ah,adalah penitipan dana atau barang dari pemilik dana atau
barang pada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban pihak yang menerima titipan
untuk mengembalikan dana sewaktu-waktu,wadi’ah merupakan suatu amanah bagi orang
yang dititipkan dan dia berkewajiban mengembalikannya ketika pemiliknya meminta
kembali.Tujuan dari akad ini adalah untuk menjaga barang yang berharga disisi islam
dititipkan agar aman.

Wadi’ah juga dapat diartikan memberi kekuasaan keoada orang lain untuk menjaga barang
atau asset kita dengan sebaik-baiknya.wadi’ah merupakan titipan murni,dan bagi yang
dititipi tidak berhak penuh memiliki sehingga penitip wajib mengembalikan jika sewaktu-
waktu diambil.Akad dengan pola wadi’ah ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu: Wadi’ah yad Al
Amanah dan Wadi’ah yad adh-dhamanah.

1.1 Wadi’ah yad Al-Amanah


Wdi’ah yad Al-amanah merupakan titipan murni dari pihak penitip,yang harus dijaga
dengan sebaik-baiknyadan dikembalikan sewaktu-waktu pemilik barang hendak
mengambilnya,dengan catatan ,barang yang dititipkan tidak boleh digunakan atau tidak
boleh diambil manfaatnya.Dan jika ada kerusakan di barang yang dititipkan pihak yang
diberi kewajiban menjaga tidak berkewajiban mengganti atau dibebani tanggung
jawab,sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya
penitipan..Dalam akad ini perbankan dapat mengaplikasikan sistem safe deposit box

Rukun dan syarat simpanan murni Wadi’ah yad Al-Amanah,Rukun WadI’ah murni terdiri
dari: (1) Pihak yang berakad (orang yang menitipkan dan orang yang menerima titipan). (2)
Objek yang diakadkan ( Harta/barang yang dititipkan kepada bank syari’ah) dan (3) Akad
(Adanya kesepakatan di kedua belah pihak antara pemilik barang dengan pihak yang
menerima titipan).Syarat dari Wadi’ah yad Al-amanah diantarnya: (1) Syarat terkait dengan
penitip barang/pemilik dan penerima titipan/bank syari’ah harus cakap hokum, (2) ada
kebebasan dalam bertransaksi, (3) akad wadi’ah tidak sah bila dilakukan anak dibawah
umur/anak kecl, (4) Harus memiliki akal sehat bagi pihak yang berakad ,(5) Bank syari’ah
boleh memberikan bonus kepada penitip(tidak perjanjian diawal akad).
(2) membebankan biaya penitipan
BANK SYARI’AH NASABAH

(PENYIMPAN (PENITIP)
(1)menitipkan barang

Skema wadi’ah yad al-amanah

1.2 Wadi’ah yad adh-dhamanah


Wadi’ah yad adh-dhamanah merupakan titipan murni dari pemilik harta/barang kepada
pihak yang dititipi/bank ,harta/barang harus dijaga dengan sebaik-baiknya dan
dikembalikan sewaktu-waktu jika pemilik harta/barang mengambilnya.Wadi’ah yad adh
dhamanah merupakan pengembangan dari wadi’ah yad al-amanah dimana di wadi’ah
yad adh dhamanah ini pihak yang dititipi ini dapat memanfaatkan manfaat dari
harta/barang yang dititipkan tersebut.dan pihak yang dititipi boleh mengambil
keuntungan dari manfaat operasional harta/barang yang dititipkan.manajemen
perbankan syari’ah diperbolehkan memberikan bonus kepada pemilik dengan catatan
tidak ada perjanjian di awal akad.

Akad wadi’ah yad adh-dhamanah dapat diaplikasikan dalam perbankan syari’ah dalam
bentu giro dan tabungan.Tabungan adalah simpanan yang menggunakan akad berdasarkan
prinsip wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudaharabah atau akad lainnya yang
sesuai dengan prinsip syari’ah.Prinsip syari’ah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dengan syarat dan ketentuan tertentu yang telah disepakati di awal akad.,tetapi tidk dapat
ditarik dengan cek,bilyet dll yang dipersamakan dengan itu.Giro adalah simpanan
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari”ah.dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek,bilyet,giro,sarana perintah lainnya.

BANK SYARI’AH NASABAH


(4)membebankan biaya penitipan)

(PENYIMPAN) (PEMILIK)

(1)menitipkan barang/harta

(2)Menyalurkan (3) sistem bagi

Dana hasil

DUNIA USAHA
Transaksi Tabungan dan GIro Wadi’ah

Transaksi yang terkait tabungan wad’ah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi penambahan
tabungan wadi’ah (menabung) dan transaksi pengurangan tabungan wadiah(penarikan).

Akuntansi Penghimpunan Dana Wadiah

Berikut diberikan beberapa contoh transaksi wadiah, baik giro wadiah maupun tabungan
wadiah dan jurnal-jurnal yang dilakukan.

Contoh : 3-1

Pada tanggal 01 Agustus 2008 Diterima setoran tunai pembukaan giro wadiah atas nama
Qohar sebesar Rp. 20.000.000,–

 Atas transaksi tersebut bank syariah melakukan jurnal sebagai berikut:

Kas 20.000.000
Giro Wadiah (rek giro Qohar) 20.000.000

Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo rekening
individu atas nama Qahar, yang dapat digambarkan dalam perkiraan sebagai berikut:

Contoh : 3 – 2

Pada tanggal 05 Agustus 2008 Qohar melakukan penarikan giro wadiahnya melalui ATM
sebesar Rp. 2.000.000,–

Atas transaksi tersebut Bank  Syariah melakukan jurnal sebagai berikut::

Giro Wadiah (rek giro Qohar) 2.000.000


Kas ATM 2.000.000

Atas transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan Buku Besar dan posisi Neraca sebagai
berikut:

Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo rekening
individu atas nama Qahar, yang dapat digambarkan dalam perkiraan sebagai berikut:

Contoh : 3 – 3

1. Pada tanggal 07 Agustus 2008 Qohar menyerahkan Aplikasi transfer untuk dilakukan
pemindahbukuan dari rekening gironya sebesar Rp.5.000.000,–untuk dibuatkan
Deposito Mudharabah dengan nisbah 65:35

Giro Wadiah (rek giro Qohar) 5.000.000


Deposito Mudharabah (a/n Qohar) 5.000.000
2. Pada tanggal 07 Agustus 2008 Yusuf melakukan penyetoran tunai sebesar
Rp.1.000.000,– sebagai setoran pertama giro wadiah

Atas transaksi tersebut oleh bank syariah dilakukan jurnal sebagai berikut:

Kas 1.000.000
Giro Wadiah (Rek giro Yusuf) 1.000.000

Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo rekening
individu atas nama Qahar dan atas nama Yusuf, yang dapat digambarkan dalam perkiraan
sebagai berikut:

Contoh : 3 – 4

1. Pada tanggal 09 Agustus 2008, Qohar melakukan transfer ke rekening atas nama
Adinda di BCA cabang Irian Jaya sebesar Rp. 10.000.000,–

Giro Wadiah (rek giro Qohar) 10.000.000


Bank Indonesia 10.000.000

2. Pada tanggal 09 Agustus 2008, Yusuf melakukan penyetoran tunai sebesar Rp.
5.000.000,– untuk rekeningnya Atas transaksi tersebut oleh bank syariah dilakukan
jurnal sebagai berikut:

Kas 5.000.000
Giro Wadiah (rek giro Qohar) 5.000.000

Perubahan Saldo Buku Besar Giro wadiah sebagai akibat dari penambahan saldo rekening
individu atas nama Qahar dan atas nama Yusuf, yang dapat digambarkan dalam perkiraan
sebagai berikut:

Posisi rekening Giro Qohar dapat dilihat sebagai berikut:

Contoh 3 – 6:

Bank Syariah menerapkan kebijakan untuk memberikan  bonus kepada pemegang rekening
giro wadiah. Atas hal tersebut Tuan Qohar diberikan bonus sebesar Rp.10.000,- dan atas 
bonus tersebut dipotong pajak sebesar 15%

Atas pemberian bonus kepada Tuan Qohar bank syariah melakukan jurnal sebagai berikut:

Beban bonus wadiah 10.000


Giro Wadiah (rekening Qohar) 8.500
Titipan Kas Negara (pajak) 1.500

C. Prinsip mudharabah
Akad mudharabah adalahpenanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudhrib) untuk melakukan usaha tertentu, dengan pembagian
menggunakan metode untung rugi (profit dan loos sharing) atau metode pendapatan
(revenue sharing) anatara kedua belah pihakberdasarkan nisbah yang disepakati
sebelumnya.

Dalam fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang mudharabah yang menjelaskan


akad mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (malik shahi al maal, lembaga keuangan syariah) menyediakan seluruh modal
sedangkan pihak kedua (amil, mudharib, nasabah) bertindak sebagai pengelola dan
keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

Akad mudharabah dibagi menjadi 2 macam yaitu mudharabah muthlaqah dan


mudarabah muqayyadah. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah kerjasama yang melibatkan dua pihak antara
pemilik modal dan pengelola yang cangkupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
sesifikasi jenis usaha , waktu dan daerah bisnis. Dalam hal ini pengelola diberi
kebebasan dalam mempergunakan dana yang diterimanya , namun tetap menjamin
pemeliharan dan keamanan dana yang dikelolanya guna mendapatkan keuntungan.
Akad mudharabah muthlaqah dapat diplikasikan dalam perbankan syariah dalam
bentuk tabungan dan deposito mudharabah.
a) Ketentuan Tabungan Mudharabah menurut fatwa DSN yaitu sebagai
baerikut :
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal/ pemilik
dana dan bank sebagai pengelola dana atau sebagai mudharib
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib , bank dapat melakukan berbagai
usaha yang tidak bertentngan dengan prinsip bank syariah
3) Modal harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai mapun piutang.
4) Oembagian keuntungan harus berbentuk nisbah dan harus dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Transaksi Tabungan Mudharabah

a. Transaksi terikat tabungan mudharabah

Transaksi tsbungsn mudharabah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi


penambahan tabungan mudharabah dan transaksi pengurangan tabungan
mudharabah.

1) Transaksi penambahan tabungan mudharabah

Bank menerima setoran tuanai dari nasabah untuk pembukuan tabungan


mudharabah sebesar Rp. Xxx

Kas Rp. Xxx


Tabungan mudharabah Rp. Xxx

Nasabah menerima transfer dari nasabah lain dari bank cabang kota A
(bank yang sama) Rp. Xxx

RAK cabang kota A Rp. Xxx

Tabungan mudharabah Rp. Xxx

Nasabah menerima bagi hasil atas tabungan mudharabah sebesar Rp.xxx

Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp. Xxx

Tabungan mudharabah Rp. Xxx

2) Transaksi pengurangan tabungan mudharabah

Nasabah menarik tabungan mudharabahnya sebesar Rp. Xxx

Tabungan mudharabah Rp. Xxx

Kas Rp. Xxx

Potongan tabungan mudharabah nassabah untuk administrasi sebesar


Rp.Xxx dan pajak sebesar Rp. Yyy (20% dari bagi hasil nassabah)

Tabungan mudharabah Rp. Xxx

Pendapat administrasi mudharabah Rp xxx

Tabungan mudharabah Rp. Yyy

Titipan kas Negara ` Rp. Yyy

b) Transaksi Deposito Mudharabah


Bank menerima setoran tuani dari nasabah sebagain investasi deposito
mudharabah sebesar Rp. Xxx untuk jangka waktu 1 bulan dengan nisba
bagi hasil 60% untuk nasabah 40% untuk bank

Kas Rp xxx
Deposito mudharabah Rp xxx

Nasabah mencairkan deposito mudharabah secara tuani sebesar Rp. Xxx

Deposito mudharabah Rp. Xxx


Kas Rp xxx

Berdasarkan pengitungan distribusi pendapatan bagi hasil yang akan


dibayarkan untuk kelompok deposito mudharabah adalah sebesar Rp. Xxx

Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp. Xxx


Bagi hasil belum dibagikan Rp. Xxx
2. Mudharabah muqayadah
Mudharabah muqayyadah adalah kerjasama yang melibatkan dua belah pihak
anatara pemilik modal dan pengelola dana, akan tetapi penggunaan dana terikat
dengan syarat-syarat dari pemilik dana, waktu dan tempat usaha juga sudah
ditentukan sebelumnya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perbankan syariah mendapat modalnya, ia melakukan penghimpunan dana
dengan produk produknya seperti tabungan, instrument giro, dan deposito.Meski
hampir sama dengan perbankan konvensional, tetapi dalam mekanismenya
berbeda. Pada perbankan syariah menggunakan prinsip wadiah dan
mudharabah yang sesuai dengan prinsip islam.

Produk tabungan terbagi menjadi dua, yaitu tabungan wadiah dan tabungan
mudharabah. Instrumen giro terbagi menjadi dua juga yaitu, giro wadiah dan
mudharabah. Sedangkan pada deposito, perbankan syariah hanya
menggunakan prinsip mudharabah

Dari sistem mudharabah itu, pihak bank akan mendapatkan keuntungan dari
kegiatan usaha yang dikelolanya berdasarkan presentasi bagi hasil yang telah
ditetapkan dan disetujui antara pemilik atau penyimpan dana dengan bank.

DAFTAR PUSTAKA

Zuhri. 2015. Akutansi Penghimpunan Dana Bank Syariah. Sleman : Deepublish


Yaya, Rizal. 2014. Akutansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer Berdasarkan
PAPSI 2013 Edisi 2. Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai