Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGHIMPUNAN DANA PERBANKAN SYARIAH


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah)

DOSEN PENGAMPU:
ULFA NURHAYANI, SE, M. Si
RAMDHANSYAH, SE, M. Acc

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
EDO MURADONG MARTUA HARAHAP (7192442008)
ERVINA JULIARTA SILABAN (7193142004)
JUDIKA NURHAYANI SITUMORANG (7192442011)
SUSI APRIANTI BR TARIGAN (7192442010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS


EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2022/2023
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat , berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah mata kuliah
Akuntansi Syariah yang berjudul “Penghimpunan Dana Perbankan Syariah.” Pada kesempatan
ini tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ulfa Nurhayani, SE, M.Si dan
Bapak Ramdhansyah, SE, M.Acc selaku dosen mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah
membimbing kami, serta pihak-pihak lain yang terkait dalam proses pembuatan Makalah
Makalah mata kuliah Akuntansi Syariah yang berjudul “Tinjauan Umum Akuntansi Perbankan
Syariah.”
Dengan tersusunnya makalah ini, banyak diperoleh manfaat serta ilmu yang didapat,
kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dari penulisan, maka dari itu
kritik dan saran kami butuhkan untuk memperbaiki makalah yang kami buat sehingga
menjadi lebih baik. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Medan, 7 Maret 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................
2.1 Hakikat Penghimpunan Dana ...............................................................................................
2.2 Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah .................................................................................
2.3 Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah ........................................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................


3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................................
3.2 Saran .........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemahaman agama,pengendalian diri,pengalaman,akhlaqul karimah dan pengetahuan
tentang seluk beluk akuntansi syariah hendaknya dikuasai schingga menyatu dalam diri pelaku
(pclaksananP muamalah itu.Kegiatan akuntansi syariah ini sangat banyak salah satu diantaranya
adalah penghimpunan dana yang akan dibahas dalam makalah ini,sebagai sa lah satu bentuk
aktivitas ckonomi,penghimpunan dana menjadi hal yang amat sering dilakukan oleh bank syariah
dalam berbagai transaksi ekonomi demi memenuhi kebutuhan.
Dalam islam,menghimpun dana selain dilakukan olch masyarakat secara urf(kebiasaan),
juga dapat ditcmukan dasar-dasarnya sccara syariah sebagaimana ditemukan aktifitas
menghimpun dana yang dirckam dan dijustifikasi olch al-Quran, al-Hadis,dan juga telah menjadi
ijma ulama(kesepak atan para ulama).Seiring perkembangan zaman,menghimpun dana pun
mengahmi perkembangan dan modifikasi sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern
bersangkut paut dengan penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun melalui dunia
perbankan dalam rangkah memenahi kebutuhan dengan tetap berada dalam bingkai syari'ah.
Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan
nama produk tetapi melihat pada prinsip yang digunakan atas produk tersebut,hal ini sangat
terkait dengan porsi pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana/deposan
(shahibul maal)dengan bank syariah sebagai midharib (pengelola).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diumikan,maka rumusan masalah Makalah ini:
1. Apakah hakikat penghimpunan dana?
2. Apa saja penghimpunan dana prinsip wadinh?
3. Apakah penghimpunan dana prinsip Mudharabah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masahh,maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca.
2. Untuk mengethuihakikat penghimpunan dana.
3. Untuk mengetahui berbagai penghimpunan dana prinsip wadiah.
4. Untuk mengetahui berbagai penghimpunan dana prinsip mud harabah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana adaah kegiatan usaha lembaga keuangan dalam menarik dan
mengumpulkan dana-dana dari masyarakat dan menampungnya dalam bentuk simpanan,giro,
tabungan,deposito atau surat berharga lainnya.
Penghimpunan dam mempunyai manfaat bagi berbagai pihak,tenutama bagi bank,
pemilik dana, dan pemerintah.
1. Bagi Bank
Keberhasilan bank menghimpun dana dari masyarakat berarti menambah modal kerja
untuk pemberian pinjaman atau pembiayaan dan atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkan
dan layak diberi.Dari pemberian pinjaman atau pembiayaan(kredit)bank memperoleh pendapatan
atau bagi hasil keuntungan.
2. Bagi Pemilik Uang
Bagi pemilik uang berarti menjadikan uangnya produktif,uang yang biasanya disipan di
rumah, di celengan ayam,celengan bambo atau bawah bantal yang menganggur (hoarding)dan
pen uh risiko dengan adanya usaha penghimpunan dana, uang yang menganggur tadi menjadi
produktif menghasilkan keuntungan.
3. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah dengan berhasilnya bank menghimpun dana masyarakat,berarti
mengurangi volume uang yang beredar.Ini merupakan salah satu usaha dalam rangka
mengendalikan inflasi.
Maksud dan tujuan bank dalam menghimpun dana masyarakat adalah:
1. Sebagai dana operasional bank.
2. Sebagai alat dan cara pemerintah dalam melaksanakan kebijaksanaan moneter.
3. Produktivitas dana.
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional adalah
dalam bentuk Tabungan,Deposito dan Giro yang lazim disebut dengan dana pihak ketiga. Dalam
bank syariah penghimpunan dana dari masyarakah dilakukan tidak membedakan nama produk
tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Apapun nama produk
yang diperhatikan adalah prinsip yang dipergunakan atas produk tersebut,hal ini sangat terkait
dengan porsi pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana/deposan (shahibul
maal) dengan bank syariah sebagai mudharib. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kedua
prinsip tersebut,berikut dilakukan pembahasan masing-masing prinsip.
2.2 Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah
Wadiah dapat diartikan scbagai titipan dari satu pihak ke pihak lain,baik individu maupun
badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja spenyimpan
menghendakinya.Tujuan dan perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang itu
dari kehilangan,kemusnahan,kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud dengan “barang" disini
adalah suatu yang berharga seperti uang.dokumen,surat berharga dan barang lain yangberhara
disisi islam.
Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam ransaksi dengan prinsip wadiah adalah sebagai
berikut:
a. Barang yang dititipkan
b. Orang yang menitipkan/penitip
c. c.Orang yang menrima titipan/pencrima titipan,dan
d. ljab Qobul

2.2.1 Macam-Macam Wadiah


Wadiah terdiri dari dua jenis,yaitu:
1. Wadiah Yad Al Amanah, dengan karakteristik yaitu:merupakan titipan
murni,barang yang dititipkan tidak holeh digunakan (diambil manfaatnya) oleh
penitip,sewaktm titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai
maupun fisik barangnya, jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka
pihak yang menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi
atas tanggung jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya penitipan.
2. Wadiah Yad Ad Dhamanah, dengan karakteristik yaitu : merupakan
pengembangan dari Wadiah Yad Al Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas
perekonomian.Penerima titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil
manfaat dari titipan tersebut.Penyimp mempunyai kewajiban untuk bertanggung
jawab terhadap kehilangan/kerusakan barang tersebut. Semua keuntungan yang
diperoleh dani titipan tersebut menjadi hak penerima titipan.Sebagai imbalan
kepada pemilik barang/ dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus,yang
tidak disyaratkan sebelumnya.
Wadiah Yad Ad Dhamanah dalam Bank Islam dapat diaplikasikan pada Rekening giro
(current account) dan Rekening tabungan (saving account).Aplikasi prinsip wadiah dalam
perbankan adalah untuk produk tabungan wadiah dan giro wadiah.
2.1.2 Giro Wadiah
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,bilyet giro,kartu ATM,sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang Giro Wadiah
(Himpunan Fatwa,Edisi kedua,hal 6-7) sebagai berikut:
a. Bersifat titipan.
b. Titipan bisa diambil kapan saja(on call).
c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya)yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
Karakteristik dari giro wadiah antara lain:
a. Harus dikembalikan utuh seperti semula sehingga tidak boleh overdarf.
b. Dapat dikenakan biaya titipan.
c. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan misalhya menetapkan
saldo minimum.
d. Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang
berlaku.
e. Jenis dan kelompok rekening sesuai dengan ketentuan yang berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan syariah.
f. Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin penitip
2.1.3 Tabungan Wadiah
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan Tabungan Wadiah sebagai
berikut:
a. Bersifat simpanan..
b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan,kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat
sukarela dari pihak bank.

2.3 Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Istilah “mudharabah" merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank-Bank
Islam.Prinsip ini juga dikenal sebagai "qiradh" atau "muqaradah".Mudharabah adalah perjanjian
atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahib al'mal) menyediakan dana,dan pihak
kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.Hasil Usaha dibagikan sesuai
dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang telah disepakati bersama secara awal.
Dalam transaksi dengan prinsip mudharabah harus dipenuhi rukun mudharabah yaitu:
a. Shahibul maal/Rabulmal(pemilik dana atau nasabah).
b. Mudharib(pengelola dana atau pengusaha dan bank).
c. Amal(usaha atau pekerjaan).
d. d.Ijab qabul
Bardasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana,prinsip mudharabah
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Mudharabah Mutlaqah (investasi tidak terikat).
2. Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat).
Mudharabah Muthlaqah,(Investasi Tidak Terikat/Dana Syirkah Temporer)yaitu pihak
pengusaha “diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan apapun”
urusan yang berkaitan dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu,tempat,jenis, perusahaan
dan pelanggan.Investasi tidak terbatas ini pada usaha perbankan syariah diaplikasikan pada
tabungan, dan deposito.
Mudharabah Muqaidah/Muqayyadah(Investasi Terikat)yaitu pemilik dana(shahibul maal)
membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti misalnya hanya
untuk melakukan mudharaah bidang tertentu,cara,waktu dan tempat yang tertentu saja, Bank
dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan dana bank atau dana rekening
lainnya pada saat investasi. Bank dilarang untuk investasi dananya pada transaksi penjualan
cicilan,tanpa penjamin atau tanpa jaminan.Bank diharuskan melakukan investasi sendiri (tidak
melalui pihak ketiga).
Dalam Investasi Terikat ini pada prinsipnya kedudukan bank sebagai agen saja, dan atas
kegiatannya tersebut bank menerima imbalan berupa fee.Pola dalam Investasi Terikat dapat
dilakukan dengan cara:
a. Chanelling,apabila semua risiko ditanggung oleh pemilik dana, bank sebagai
agent tidak menanggung risiko apapun.
b. Executing,apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko, dan hal ini banyak
yang menganggap bahwa Investasi Terikat Executing ini sudah tidak sesuai lagi
dengan prinsip mudharabah.
Mudharabah adalah muamalat yang halal dalam Islam dan mempunyai syarat-syarat yang
ditetapkan Islam (karakteristik transaksi mudharabah)yaitu:
1. Dana Mudharabah
Dana Mudharabah yang dihimpun harus dalam bentuk uang tunai dan bukan piutang serta
dinyatakan dengan jelas jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk
memungkinkannya melakukan usaha.
2. Keuntungan
Pembagian keuntungan harus didasarkan sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal
dan dituangkan dalam akad.Apabila ditetapkan bahwa semua keuntungan untuk satu pihak
saja,atau sejumlah uang masuk untuk salah satu pihak saja,tanpa persen pembagian, maka
muamalat tersebut menjadi tidak sah.Nisbah keuntungan berdasarkan perjanjian yang disetujui
pada awal kontrak dan tidak ada jaminan kepada shahibul maal bahwa shahibul maal akan
memperoleh keuntungan. Dalam hal usaha yang dijalankan mengalami kerugian,dan kerugian
tersebut bukan kesalahan/ kelalaian mudharib,maka kerugian itu akan ditangging oleh shahibul
maal. Mudharib hanya akan menanggung kergian dari segi waktu dan tenaga saja. Jika suatu
mudharabah mengalami kerugian,maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung pemilik
modal,dan pengusaha tidak mendapat apa-apa dari mudharabah itu. Dan jika tidak untung,maka
pemilik modal hanya dapat kembali jumlah modalnya, dan pengusaha tidak mendapat apa-apa.
Peran Bank syariah dalam hal pencampuran harta dan ber mudharabah dengan pihak
ketiga, merupakan hal penting dalam bidang operasinya. Karena bank adalah "badan perantara"
antara unit kelebihan dan unit kekurangan, dimana dalam perantaraan itu amat diperlukan
pandangan bahwa hubungan langsung antara kedua unit itu amat sukar diwudjudkan tanpa
perantaraan bank karena sebab-sebab tertentu antara lain kemampuan beberapa unit kelebihan
yang tidak mencukupi untuk menampungkeperluan unit kekurangan yang memerlukan biaya
berjuta-juta rupiah, tapi melalui tabung yang dikendalikan bank, maka keperluan itu dapat
diatasi, Jika disebut "tabung", maka dengan sendirinya pecampuran harta tidak dapat dielakkan,
karena itu setiap nasabah dalam rekening investasi dan rekening simpanan wadi'ah harus paham
bahwa uang mereka akan ditempatkan ke dalam tabung yang bercampuran dengan uang orang
lain, ini boleh dianggap sebagai hal biasa dalam muamalat bank.
Prinsip-prinsip mudharabah mutalaqah ini dapat diaplikasikan dalam kegiatan usaha
perbankan untuk produk tabungan mudharabah dan deposito mudharabah
Tabungan Mudharabah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati,tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan
dengan itu.
Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya
menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang Akuntansi
Mudharabah,khususnya yang terkait dengan akuntansi untuk pengelda dana. Berdasarkan PSAK
105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah penabung)
dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset non-kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur
sebesar nilai tercatatnya.
Deposito Mudharabah
Deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan hanya pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah (penyimpan) dengan bank yariah(Unit Usaha Syariah).
Perbedaannya dengan deposito konvensional adalah terlihat pada akad dan sistem bagi hasil yang
ditawarkan.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang Depsoito
Mudharabah(Fatwa,2006)sebagai berikut:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana,dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib,bank dapat melakukan berbagai macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,termasuk
didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya,dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penghimpunan dana adalah kegiatan usaha lembaga keuangan dalam menarik dan
mengumpulkan dana-dana dari masyarakat dan menampungnya dalam bentuk simpanan,giro,
tabungan,deposito atau surat berharga lainnya.Penghimpunan dana mempunyai manfaat bagi
berbagai pihak,terutama bagi bank,pemilik dana,dan pemerintah.
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain,baik individu maupun
badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja spenyimpan
menghendakinya.Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah
adalah sebagai berikut:
a. Barang yang dititipkan
b. Orang yang menitipkan/penitip
c. Orang yang menrima titipan/ penerima titipan,dan
d. Ijab Qobul
Wadiah terdiri dari dua jenis,yaitu:
1. Wadiah Yad Al Amanah
2. Wadiah Yad Ad Dhamana
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,bilyet giro,kartu ATM,sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. Simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek
atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan
ketentuan Tabungan Wadiah sebagai berikut:
a. Bersifat simpanan..
b. Simpanan bisa diambil kapan saja(on call)atau berdasarkan kesepakatan.
c. Tidak ada imbalan yang disyaralkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat
sukarela dari pihak bank.
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama
(shahib almal) menyediakan dana, dan pihak kedua(mudharib) bertanggung jawab atas
pengelolaan usaha.Hasil Usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang telah
disepakati bersama secara awal.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip
mudharabah terbagi menjadi dua yaitu:
1. Mudharabah Mutlaqah(investasi tidak terikat).
2. Mudharabah Muqayyadah(investasi terikat)
Dalam Investasi Terikat ini pada prinsipnya kedudukan bank sebagai agen saja,dan atas
kegiatannya tersebut bank menerima imbalan berupa fee.Pola dalam Investasi Terikat dapat
dilakukan dengan cara:
 ·Chanelling
 ·Executing
Dana Mudharabah yang dihimpun harus dalam bentuk uang tunai dan bukan piutang serta
dinyatakan dengan jelas jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk
memungkinkannya melakukan usaha. Pembagian keuntungan harus didasarkan sesuai dengan
nisbah yang disepakati pada awal dan dituangkan dalam akad.Peranan Bank syariah dalam hal
pencampuran harta dan ber mudharabah dengan pihak ketiga, merupakan hal penting dalam
bidang operasinya.Karena bank adalah "badan perantara" antara unit kelebihan dan unit
kekurangan, dimana dalam perantaraan itu amat diperlukan pandangan bahwa hubungan
langsung antara kedua unit itu amat sukar diwudjudkan tanpa perantaraan bank karena sebab-
sebab tertentu antara lain kemampuan beberapa unit kelebihan yang tidak mencukupi untuk
menampungkeperluan unit kekurangan yang memerlukan biaya berjuta-juta rupiah.
3.2 Saran
Setelah kita mengetahui materi tentang penghimpunan dana perbankan syariah,semoga
kita dapat menjadikan ini sebagai pola acuan kita saat bekerja nantinya.Dalam pembuatan
makalah ini banyak hal yang kurang dari penyaji, untuk lebih baik kedepan dalam
penyempurnaan makalah ini kami butuh saran dan kritikan yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Yusuf,dkk.2010.Akuntansi perbankan Syariah.jakarta barat:PT Sardo Sarana Media.
Nurhayati dan Sri wasilah.2014.Akuntansi Syariah di Indonesia.jakarta:Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai