Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya berupa kesehatan yang
telah diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Akuntansi Penghimpunan Dana” dengan tepat waktu. Tidak lupa shawalat serta
salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan
kita nantikan kelak. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang akuntansi dan juga perbankan syariah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ibu Sulfianty, S.E.,M.Si
sebagai dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah karena telah mendukung
serta memberikan bimbingannya kepada kami. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada teman-teman kelompok 3 yang saling mendukung dalam
proses menyelesaikan makalah ini.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada
ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Serta kami menyadari, makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
dinantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Penghimpunan Dana Perbankan Syariah........................................................2
2.2 Tabungan........................................................................................................3
2.2.1 Tabungan Mudharabah.......................................................................3
2.2.2 Tabungan Wadiah...............................................................................5
2.3 Giro.................................................................................................................6
2.3.1 Giro Wadiah........................................................................................6
2.3.2 Giro Mudharabah................................................................................9
2.4 Deposito..........................................................................................................9
2.4.1 Deposito Mudharabah.........................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASA
N
2
2.2 TABUNGAN
2.2.1 TABUNGAN MUDHARABAH
Akuntansi untuk tabungan mudharabah pada dasarnya mengacu pada
PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, khususnya yang terkait dengan
akuntansi untuk pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan
bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad
mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset non kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah
temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Ketentuan Tabungan Mudharabah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:
1. Dalam transaksi nasabah bertindak sebagai shahibul mal/pemilik dana dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan
piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
3
- Transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah
Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank cabang kota A (bank yang
sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
- Transfer dari bank lain ke rekening nasabah
Nasabah menerima transer dari nasabah dari bank lain (bank yang berbeda)
sebesar Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
- Penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening nasabah
Nasabah menerima bagi hasil atas tabungan mudharabah sebesar Rp xx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
4
- Penarikan biaya administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank
Potongan tabungan mudharabah nasabah untuk untuk administrasi sebesar Rp xx
dan pajak sebesar Rp yy (20% dari bagi hasil yang diterima nasabah)
Tabungan mudharabah Rp xx
Pendapatan administrasi tabungan mudharabah Rp xx
Tabungan mudharabah Rp yy
Titipan kas negara Rp yy
- Penarikan tunai oleh nasabah
Nasabah menarik tabungan mudharabahnya sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
Kas Rp xx
- Transfer ke rekening lain pada bank yang sama.
Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah bank cabang
kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx
5
Nasabah menerima transer dari nasabah dari bank lain (bank yang berbeda)
sebesar Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
Nasabah menerima bonus wadiah sebesar Rp xx
Beban bonus tabungan wadiah Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
2.3 GIRO
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan pemindahbukuan. Dalam perbankan syari’ah, ada dua mekanisme yang
digunakan, yaitu giro wadiah dan giro mudlarabah. Namun lebih umum
digunakan adalah giro wadiah.
6
diinvestasikan bank secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai
jenis usaha secara professional dan syari’ah. Dan bank wajib mengembalikan dana
tersebut kepada penitip dana sewaktu-waktu, baik Sebagian atau seluruhnya. Oleh
karena itu bank harus selalu menyediakan dana agar transaksi berjalan dengan
lancar. dalam transaksi giro wadiah ini nasabah bertindak sebagai penitip dana
(mudi’) dan bank sebagai penerima dana (muda’).
Keuntungan dalam pengelolaan dana titipan tersebut menjadi milik bank.
Bank tidak boleh menjanjikan imbalan atau keuntungan apapun kepada pemegang
rekening wadiah, dan sebaliknya pemegang rekening juga tidak boleh
mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas rekening wadiah.
Setiap imbalan yang dijanjikan dapat dianggap riba. Akan tetapi, jika atas
kehendaknya sendiri, Bank dapat memberikan imbalan berupa bonus (hibah)
kepada pemilik dana (Pemegang rekening wadiah).
7
a) Transaksi Penambah giro wadiah
Bank menerima setoran tunai pembukuan giro wadiah atas nama Citra sebesar
Rp.xxx
Kas Rp. xxx
Giro wadiah – Citra Rp.xxx
Citra menerima transfer dari nasabah lain dari Bank cabang kota B (Bank yang
sama) sebesar Rp. xxx
RAK Cabang kota B Rp. xxx
Giro wadiah – Citra Rp.xxx
Citra menerima transfer dari nasabah lain dari bank lain (bank yang berbeda)
sebesar Rp. xxx
Giro pada Bank Lain Rp. xxx
Giro wadiah - Citra Rp. xxx
Citra menerima bonus wadiah sebesar Rp. xxx
Beban bonus giro wadiah Rp. xxx
Giro wadiah - Citra Rp. Xxx
8
Giro wadiah – Citra Rp. xxx
Pendapatan administrasi giro Rp. xxx
Giro wadiah – Citra Rp. xxx
Titipan kas negara – pajak giro Rp. xxx
2.4 DEPOSITO
2.4.1 DEPOSITO MUDHARABAH
Menurut UU Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syari’ah, deposito
adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan syari’ah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
9
waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu nasabah
dan bank syariah. Dalam transaksi giro mudharabah nasabah bertidak sebagai
pemilik dana (shahibul mal) dan bank sebagai pengelola dana (mudharib).
Bank menerima setoran atas nama Citra sebesar RP. xxx sebagai investasi depodito
mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dengan nisbah sebesar 60% untuk
nasabah dan 40% untuk bank.
Kas Rp. xxx
Deposito Mudharabah – Citra Rp. xxx
Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang dibagikan untuk
kelompok deposito sebesar Rp. xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp.xxx
Bagi hasil belum dibagikan Rp. xxx
Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah kepada Citra sebesar Rp. xx dan atas
pembayaran tersebut dipotong pajak sebesar 20%. Pembayaran bagi hasil
dilakukan ke rekening tabungan mudharabah atas nama pemilik yang sama.
Bagi hasil belum dibagikan Rp. xx
Tabungan mudharabah – Citra Rp. xx
Titipan kas negara – pajak deposito Rp. xx
Citra mencairkan deposito mudharabah, pencairan dilakukan secara tunai.
Deposito mudharabah – Citra Rp. xxx
Kas Rp. xxx
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penghimpunan dana di bank syari’ah menggunakan instrument tabungan,
giro, dan deposito. Perbedaan mendasar antara bank syariah dan konvensional
terletak pada prinsipnya. Bank syari’ah menggunakan prinsi wadiah dan
mudharabah, yang mana tidak ada unsur riba didalamnya.
Tabungan dibagi menjadi 2 yaitu tabungan wadiah dan tabungan
mudharabah. Untuk giro juga dibagi menjadi 2 yaitu giro wadiah dan giro
mudharaba, sedangkan untuk deposito hanya ada deposito mudharabah saja.
Perbedaan mendasar mengenai prinsip wadiah dan mudharabah terletak
pada insentif yang diterima oleh nasabah. Jika prinsip wadiah, insentif yang
diterima oleh nasabah yaitu berupa bonus (hibah) yang diberikan pihak bank
secara sukarela dan tidak ada perjanjian dimuka. Sedangkan prinsip mudharabah
yaitu intensif yang diterima oleh nasabah merupakan bagi hasil yang telah
disepakati dimuka oleh pihak nasabah dan pihak bank.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan Syafri Harapan, dkk. 2005. Akutansi Perbankan Syariah. Ed.1, Cet. 1.
Jakarta: LPFE Usakti.
Rizal Yaya, dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakart: Salemba Empat.
Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah Teori dan Praktek. Jakarta: Gema Insani.
12