Anda di halaman 1dari 33

AKUNTANSI TRANSAKSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palopo

Untuk di Presemtasikan pada mata kuliah Akuntansi Bank dan Keuangan Syariah

Pada Progam Studi Ekonomi Syariah

Disusun Oleh

ANDI FAHIRA MAHARANI (2004010170)

EMYLIANA (2004010172)

AMANDA YUSRI (2004010174)

ASWANDI DARWIN (2004010176)

Dosen Pengampuh

ANDI NURRAHMA GAFFAR, SE., M.Ak.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. karena atas rahmat dan karunia-Nya

kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tema “Akuntansi

Transaksi Pembiayaan Mudharabah”. Terima kasih kepada Ibu Dosen

Pengampu matakuliah Akuntansi Bank dan Keuangan Syariah yaitu Ibu

Andi Nurrahma Gaffar, SE., M.Ak. karena telah memberikan kesempatan

kepada kelompok kami untuk dapat membuat dan menyelesaikan

makalah ini. Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan

untuk para pembaca dan kami para penulis. Makalah ini kami akui masih

banyak kekurangan, karena pengetahuan yang kami miliki sangat

terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kepada para pembaca untuk

memberikan masukan-masukan untuk kesempurnaan makalah ini.

Palopo, 9 November 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1. Latar belakang ......................................................................................................... 1
2. Rumusan masalah .................................................................................................... 1
3. Tujuan penulisan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Pengertian Pembiayaan Mudharabah dan ketentuannya pada Akuntansi
Transaksi Pembiayaan Mudharabah ................................................................................. 3
B. Alur transaksi mudharabah dan cakupannya bagi Bank Syariah ..................... 7
C. Pengungkapan Transaksi Mudharabah serta penyajiannya dalam Laporan
Keuangan .............................................................................................................................. 9
D. Teknis Perhitungan dan Penjumlahan Transaksi Mudharabah....................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 29
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 29
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Perkembangan dunia bisnis yang bersyariat islam sekarang ini

sangatlah maju dan pesat. Hal tesebut dikarenakan banyak umat Islam dan

dunia telah menyadari bahwa bertransaksi berlandaskan syariat Islam

akan menciptakan kemalahatan untuk kehidupan. Dengan

berkembangnya dunia bisnis yang berlandaskan Islam, maka akan

dibutuhkan juga proses-proses pencatatan, pengklasifikasian, pelaporan

yang mendukung kegiatan bisnis yang berlandaskan syariat Islam.

Bisnis yang berlandaskan syariat tersebut salah satunya adalah

transaksi yang berada di sektor perbankan. Perbankan syariah

membutuhkan treatment akuntansi yang berlandaskan syariat Islam. Salah

satu transaksi yang sedang berkembang di perbankan yaitu pembiayaan

Mudharabah.

Pembiayaan Mudharabah sendiri sangat banyak diminati oleh

kalangan karena dari semua pihak banyak memberikan banyak

keuntungan, dari sisi pemodal maupun dari sisi pengelola.

2. Rumusan masalah

1. Apa Pengertian dari Pembiayaan Mudharabah serta apa saja

ketentuan syar’i, rukun transaksi, dan pengawasan Syariah pada

Akuntansi Transaksi Pembiayaan Mudharabah?

2. Bagaimana alur transaksi mudharabah dan apa saja cakupan standar

akuntansi mudharabah bagi Bank Syariah?

1
3. Bagaimana pengungkapan transaksi mudharabah serta bagaimana

penyajian transaksi mudharabah dalam Laporan Keuangan?

4. Bagaimana teknis perhitungan dan penjumlahan transaksi mudharabah?


3. Tujuan penulisan

1. Mengetahui Pengertian dari Pembiayaan Mudharabah serta

ketentuan syar’i, rukun transaksi, dan pengawasan Syariah pada

Akuntansi Transaksi Pembiayaan Mudharabah

2. Memahami alur transaksi mudharabah dan cakupan standar

akuntansi mudharabah bagi Bank Syariah

3. Mengetahui pengungkapan transaksi mudharabah serta penyajian

transaksi mudharabah dalam Laporan Keuangan

4. Memahami teknis perhitungan dan penjumlahan transaksi

mudharabah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembiayaan Mudharabah dan ketentuannya

pada Akuntansi Transaksi Pembiayaan Mudharabah

Akuntansi pembiayaan mudharabah adalah penghitungan kas maupun

non kas yang diserahkan oleh pihak bank syariah kepada nasabah

mudharrib dengan prinsip bagi hasil dan bagi rugi.

Pengertian Mudharabah menurut Antonio yaitu akad kerja sama usaha

antara dua pihak dimana pihak pertama atau penyerta modal (shahibul

maal) menyediakan seluruh modal (100%) sedangkan pihak lainnya

menjadi pengelola modal (mudharib) 1. Keuntungan usaha secara

mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,

sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian

itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Jika kerugian tersebut diakibatkan

oleh kelalaian pengelola maka pengelola dana tersebut harus bertanggung

jawab atas kerugian tersebut.

Ketentuan syar’i Mudharabah Menurut PSAK 105, kontrak

mudharabah dapat dibagi atas tiga jenis:

1. Mudharabah Muqayyadah

1
Antonio (2001)

3
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerjasama antar pemilik

dana dan pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan

oleh pemilik dana dalam hal tempat,cara dan objek investasi. Dalam

transaksi mudharabah muqayyadah, bank syariah berperan sebagai pihak

yang menghubungkan shahibul maal dengan mudharib. Imbalan yang

diterima oleh bank sebagai pihak yang mempertemukan pihak shahibul

maal dengan mudharib dinamakan fee dan bersifat tetap tanpa

dipengaruhi oleh tingkat laporan keuntungan yang dihasilkan oleh

mudharib. Fee yang diterima oleh bank nantinya akan dilaporkan di dalam

laporan laba rugi sebagai pendapatan oprasi lainnya. Dalam praktik

perbankan, mudharabah muqayyadah terdiri atas dua jenis yaitu :

a. Mudharabah muqayyadah executing, yaitu posisi bank syariah

sebagai pengelola menerima dana dari pemilik dana dengan

pembatasan dalam hal tempat,cara dan objek investasi namun,

bank syariah memiliki kebebasan dalam melakukan seleksi

terhadaop calon mudharib yang akan mengelola dana tersebut.

b. Mudharabah muqayyadah channeling, pada mudharabah

muqayyadah channeling, bank syariah tidak memiliki

kewenangan untuk menyeleksi calon mudharib yang akan

mengelola dana tersebut.

2. Mudharabah Mutlaqah

4
Mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana

dan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal

tempat,cara dan objem investasi. Dalam mudharabah mutlaqah, pemilik

dana memberikan kewenangngan sepenuhnya kepada mudharib untuk

menggunakan dana yang diinvestasikan. Didalam pembiayaan

mudharabah, bank berperan sebagai pemilik dana yang menginvestasikan

dana kepada pihak lain yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya.

Dana yang diterima oleh bank dari penabung dilaporkan dalam neraca

dibagian dana syirkah, sedangkan dana yang disalukan oleh bank kepada

nasabah pembiayaan melalui akad mudharabah dilaporkan dalam neraca

pada bagian aset lancar.keuntungan yang dihasilkan oleh mudharib

menjadi bagian dari keuntungan bank yang dilaporkan dalam laporan laba

rugi sebagai pendapatan oprasi utama bank.

3. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah adalah bentuk kerjasama yang pengelola

dananya menyertakan modal atau dana dalam bentuk kerjasama investasi.

Akad musytarakah adalah perpaduan antara akad mudharabah dan akad

musyarakah. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana

(berdasarkan akad mudharabah) menyertakan juga dananya dalam

investasi bersama {berdasarkan akad musyarakah). setelah penambahan

dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha antara pengelola dana dan

5
pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah

setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.

Adapun Rukun transaksi mudharabah meliputi:

a. Transaktor : yang menjadi pihak transaktor yaitu investor dan

pengelola modal. Investor biasa disebut dengan shahibul maal

atau rabbul maal sedangkan sebutan untuk pengelola modal yaitu

mudharib.

b. Objek Mudharabah :meliputi modal dan usaha. Harus ada kedua

objek ini didalam mudharabah.

c. Ijab dan kabul : ijab kabul adalah bentuk persetujuan antara kedua

belah pihak yang merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela.

Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah berdasarkan Dewan

Pengawasan Syariah (DPS) secara periodik melakukan pengawasan

untuk memastikan kesesuaian syariah pada praktik transaksi

mudharabah yang dilakukan oleh bank. Pengawasan tersebut

berdasarkan pedoman Bank Indonesia. adapun hal-hal yang

dilakukan,sebagai berikut :

a. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap telah

disampaikan oleh bank kepada nasabah,baik secara tertulis

maupun lisan tentang persyaratan pembiayaan mudharabah telah

dilakukan.

6
b. Menguji apakan perhitungan bagi hasilk telak dilakukan sesuai

prinsip syariah

c. Memastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian

pembiayaan mudharabah

d. Memastikan terpenuhinya rukun dan syarat mudharabah

e. Memastikan bahwa kegiatan investasi yang dibiayai tidak

termasuk junis kegiatan usaha yang bertrntangan dengan syariah.

Tujuan diadakan pengawasan syariah yaitu karena DPS

menuntut bank syariah untuk berati-hati dalam melakukan transaksi

mudharabah dengan para nasabah dan supaya para bank juga

melakukan administrasi secara tertib agar memudahkan DPS dalam

setiap pelaksanaan pengawasan.

B. Alur transaksi mudharabah dan cakupannya bagi Bank

Syariah

Alur transaksi mudharabah yaitu Pertama, pengajuan permohonan

pembiayaan oleh nasabah dengan mengisi formulir permohonan

7
pembiayaan. Lalu nasabah menyerahkan formulir tersebut kepada Bank

syariah beserta dokumen pendukung, selanjutnya pihak bank akan

melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan mudharabah yang diajukan

nasabah dengan analisis 5C (character,capacity,capital,commitment, dan

collateral) lalu analisis diverifikasi. Bila nasabah dianggap layak,

selanjutnya akan dilaksanak perikatan dalamb bentuk penandatangangan

kontrak mudharabah dengan ,mudharib di hadapan notaris. Kontrak harus

memuat rukun mudharabah. Kedua, bank akan mengontribusikan modal

dan nasabah mulai mengelola usaha yang telah disepakati. Ketiga, hasil

usaha akan dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan

kesepakatan. Keempat, bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil

masing-masing berdasarkan metode perhitungan yang telah disepakati

Kelima, bank menerima pengambilan modalnya dari nasabah. Juka

nasabah sudah mengembalikan semua modalnya, maka usaha menjadi

milik nasabah sepenuhnya.

Cakupan Standar Akuntansi Mudharabah bagi Bank Syariah diatur

dalam PSAK 105 tahun 2007. Di dalam standar tersebut mengatur tentang

pengakuan dan pengukuran transaksi, baik dari sisi pemilik dana maupun

dari sisi pengelola dana. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam pengakuan dan pengukuran transaksi adalah:

1. Dana mudharabah yang disalurkan

2. Jenis investasi (kas/non-kas)

8
3. Penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai

4. Penghasilan usaha

5. Kerugian akibat kelalaian pengelola

6. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah

7. Penyertaan dana pengelola dalam skema mudharabah musytarakah

8. Pembagian hasil pada mudharabah musytarakah.

C. Pengungkapan Transaksi Mudharabah serta penyajiannya

dalam Laporan Keuangan

Pengungkapan Transaksi Mudharabah Berdasarakan PAPSI 2013

(Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah) (h. 5. 4-5) terdapat hal-hal yang

harus diungkapkan terkait transaksi pembiayaan mudharabah antara lain:

1. Rincian jumlah pembiayaan mudharabah berdasarkan sifat akad, jenis

penggunaan dan sektor ekonomi

2. Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu (masa

akad), kualitas pembiayaan, valuta, cadangan kerugian penurunan

nilai dan tingkat bagi hasil rata-rata.

3. Jumlah dan persentase pembiayaan mudharabah yang diberikan

kepada pihak-pihak yang berelasi

4. Jumlah pembiayaan mudharabah yang telah direstrukturisasi dan

informasi lain tentang pembiayaan mudharabah yang direstrukturisasi

selama periode berjalan.

9
5. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko

portofolio pembiayaan Mudharabah

6. Besarnya pembiayaan mudharabah bermasalah dan cadangan

kerugian penurunan nilai untuk setiap sektor ekonomi

7. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan

mudharabah bermasalah.

8. Ikhtisar pembiayaan mudharabah yang dihapus buku yang

menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan,

penerimaan atas pembiayaan mudharabah yang telah dihapusbukukan

dan pembiayaan mudharabah yang telah dihapus-tagih dan saldo akhir

pembiayaan mudharabah yang di hapus buku.

Penyajian Transaksi Mudharabah dalam Laporan Keuangan Menurut

PAPSI 2013 (h. 5.3), akun-akun yang berkaitan dengan transaksi

pembiayaan mudharabah disajikan sebagai berikut:

1. Pembiayaan mudharabah disjaikan sebesar saldo pembiayaan

mudharabah nasabah kepada bank. Pembiayaan mudharabah yang

diakhiri sebelum jatuh tempo atau sudah berakhir dan belum

diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan sebagai bagian dan

pembiayaan mudharabah.

2. Piutang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat

nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong

non-performing maka piutang bagi hasil disajikan pada rek. adm.

10
3. Cadangan kerugian penurunan nilai pembiayaan mudharabah

disajikan sebagai pos lawan (contra account) pembiayaan

mudharabah.

D. Teknis Perhitungan dan Penjumlahan Transaksi

Mudharabah

Berikut merupakan contoh dari transaksi yang menggambarkan

pembiayaan mudharabah:

Pada tanggal 1 Agustus 20x1 Bank Mandiri Syariah menyetujui

pemberian fasilitas mudharabah Muthlaqah dari PT Haniya yang bergerak

di bidang SPBU dengan kesepakatan sebagai berikut :

Plafon : Rp. 1.450.000.000

Objek bagi hasil : Pendapatan (gross profit sharing)

Nisbah : 70% PT Haniya dan 30% Bank Mandiri Syariah

Jangka Waktu : 10 bulan (jatuh tempo tanggal 10 Juni 20xx)

Biaya Adm: Rp. 14.500.000 (dibayar saat akad ditandatangani)

Pelunasan : Pengembalian pokok di akhir periode

Keterangan : Modal dari Bank Mandiri Syariah diberikan secara

tunai tanggal 10 Agustus 20x1. Pelaporan dan pembayaran bagi hasil oleh

nasabah dilakukan setiap tanggal 10 mulai bulan September

1. Perhitungan Transaksi Mudharabah

Berikut merupakan penghitungan bagian bank atas bagi hasil yang

diperoleh.

11
Penjurnalan :

a. Saat Penandatanganan Akad Mudharabah

Jurnal 1 Agustus atau saat akad mudharabah ditandatangani terdiri

atas jurnal pembukaan rekening administratif komitmen pembiyaan PT

Haniya dan jurnal pembebanan biaya administrasi.

Jurnal : (dalam satuan Rupiah)

01/08/x1 Komitmen administratif pembiayaan 1.450.000.000

Kewajiban komitmen adm pembiayaan 1.450.000.000

(izin tarik tanggal 10 Agustus sebesar 1.450.000.000)

Kas/Rek. Nasabah - PT Haniya 14.500.000

Pendapatan Adm 14.500.000

b. Penyerahan Pembiayaan Mudharabah

Usaha mudharabah dianggap telah bejalansejak dana atau modal

usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105

paragraf 12, disebutkan bahwa dana mudharabah yang disalurkan oleh

pemilik dana diakui sebagai pembiayaan mudharabah pada saat

pembayaran kas atau penyerahan aset non-kas kepada pengelola dana.

Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan (PSAK 104 paragraf 13a).

Misalkan tanggal 10 Agustus 20x, Bank Mandiri Syariah mencairkan

pembiayaan sebesar Rp. 1.450.000.000 untuk pembiayaan mudharabah.

Jurnal:

12
10/08/x1 Pembiayaan Mudharabah 2 1.450.000.000

Kas/Rek. Nasabah 1.450.000.000

Kewajiban komitmen adm Pembiayaan 1.450.000.000

Komitmen adm Pembiayaan 1.450.000.000

c. Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 22, dinyatakan bahwa pengakuan

penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan

laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana dan

tidak diperkenankan mengakui pendapatan proyeksi hasil usaha.

Sekiranya bagian hasil usaha belum dibayar oleh pengelola, bagian

tersebut diakui sebagai piutang (PSAK 105 paragraf 24).

Dibawah ini merupakan realisasi laba bruto PT Haniya selama 10

bulan yang dilaporkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya.

2
Dalam praktik perbankan, istilah “pembiayaan mudharabah”, sebagaimana yang terdapat dalam PSAK 105, belum
umum dipakai. Saat ini perbankan syariah di Indonesia masih menggunakan istilah “pembiayaan mudharabah”.

13
Tanggal Tenggal
Jumlah laba Porsi Bank
no bulan Pelaporan Pembayaran
bruto (Rp) 30% (Rp)
Bagi Hasil Bagi Hasil

1. Ags x1 20.000.000 6.000.000 10 Sept 10 Sept

2. Sept x1 50.000.000 15.000.000 10 Okt 10 Okt

3. Okt x1 45.000.000 13.500.000 10 Nov 10 Nov

4. Nov x1 40.000.000 12.000.000 10 Des 10 Des

5. Des x1 60.000.000 18.000.000 10 Jan 10 Jan

6. Jan x2 50.000.000 15.000.000 10 Feb 10 Feb

7. Feb x2 40.000.000 12.000.000 10 Mar 10 Mar

8. Mar x2 50.000.000 15.000.000 10 Apr 10 Apr

9. Apr x2 55.000.000 16.500.000 10 Mei 10 Mei

10. Mei x2 60.000.000 18.000.000 15 Jun 15 Jun

Transaksi tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu sbb:

1. Penerimaan bagi hasil yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan


pelaporan bagi hasil, seperti bagi hasil untuk bulan Agustus, September,
Oktober, November, Desember, Januari, Februari, Maret. Bentuk transaksi dan
penjurnalannya adalah berikut ini : (dalam satuan rupiah)
10/09/x1 Kas/Rek Nasabah 6.600.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 6.000.000

10/10/x1 Kas/Rek Nasabah 15.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 15.000.000

10/11/x1 Kas/Rek Nasabah 13.500.000

14
Pendapatan bagi hasil mudharabah 13.500.000

10/12/x1 Kas/Rek Nasabah 12.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 12.000.000

10/01/x1 Kas/Rek Nasabah 18.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 18.000.000

10/02/x1 Kas/Rek Nasabah 15.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 15.000.000

10/03/x1 Kas/Rek Nasabah 12.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 12.000.000

10/04/x1 Kas/Rek Nasabah 15.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 15.000.000

2. Penerimaan bagi hasi yang waktu pembayarannya berbeda dengan tanggal

pelaporan bagi hasil seperti pada bagi hasil bulan April dan Mei. Berdasarkan

PSAK 105 paragraf 24, disebutkan bahwa bagian hasil usaha belum dibayar

oleh pengelola, maka bagian tersebut diakui sebagai piutang. Bentuk

transaksinya dan penjurnalannya adalah sebagai berikut :

10/05/x2 Piutang pendapatan bagi hasil mudharabah 16.500.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah - akrual 16.500.000

05/06/x2 Kas/Rek nasabah 16.500.000

Piutang pendapatan bagi hasil mudharabah 16.500.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah - akrual 16.500.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 16.500.000

15
10/06/x2 Piutang pendapatan bagi hasil mudharabah 18.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah - akrual 18.000.000

15/05/x2 Kas/Rek nasabah 18.000.000

Piutang pendapatan bagi hasil mudharabah 18.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah - akrual 18.000.000

Pendapatan bagi hasil mudharabah 18.000.000

Piutang pendapatan bagi hasil mudharabah disajikan dalam neraca

pada bagian aset. Akun ini merupakan sub-akun dari piutang. Adapun

akun pendapatan bagi hasil mudharabah akrual disajikan dalam laba/rugi.

Oleh karena bagi hasil tersebut belum berwujud kas, maka pendapatan

bagi hasil akrual tidak diikutsertakan dalam penghitungan bagi hasil

dengan nasabah penghimpunan. Untuk keperluan praktis, pendapatan

bagi hasil akrual perlu dibedakan dengan pendapatan bagi hasil yang

berwujud kas. Dalam pembahasan selanjutnya, khusus untuk pendapatan

yang berwujud kas, penulis akan menambahkan istilah akrual.

Dalam praktis perbankan, di beberapa bank terdapat deviasi dalam

bentuk pengebaian pendapatan bagi hasil mudharabah akrual. Pada tahun

berjalan, kendati telah ada pemberitahuan laba bruto oleh nasabah

pembiayaan, bank tidak mengakuinya sebagai pendapatan bagi hasil.

Pengakuan pendapatan ditunda hingga bank menerima porsi bagi

hasilnya. Selanjutnya untuk keperluan pelaporan akhir tahun bank

mengidentifikasi pendapatan yang bersifat akrual secara manual, untuk

16
selanjutnya mengakuinya sebagai pendapatan pada laporan laba/rugi dan

piutang pendapatan bagi hasil mudharabah pada laporan neraca.

Saat akad berakhir:

Alternatif 1 : nasabah pembiayaan mampu mengembalikan modal

mudharabah.

Misalkan pada tanggal 10 Juni 20x2, saat jatuh tempo, PT Haniya

melunasi pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 1.450.000.000. Maka,

jurnal transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

10/06/20x2 Kas/Rek Nasabah 1.450.000.000

Pembiayaan mudharabah 1.450.000.000

Alternatif 2 : nasabah pembiayaan tidak mampu mengembalikan modal

mudharabah

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 19, disebutkan bahwa jika akad

mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum

dibayar oleh pengelola dana, maka pembiayaan mudharabah diakui

sebagai piutang.

Misalkan pada tanggal 10 Juni 20x2, saat jatuh tempo, PT Haniya tidak

mampu melunasi pembiayaan mudharabah, maka jurnal pada saat jurnal

saat jatuh tempo tersebut adalah sebagai berikut :

10/06/20x2 Piutang pembiayaan mudharabah jatuh tempo 1.450.000.000

Pembiayaan mudharabah 1.450.000.000

Variasi transaksi

17
1. PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN MENGGUNAKAN ASET
NON-KAS

Secara teori, transaksi pembiayaan mudharabah dapat dilakukan

dengan menggunakan aset non-kas. Akan tetapi, berdasarkan diskusi

penulis dengan beberapa praktisi bank syariah, dapat disimpulkan bahwa

transaksi jenis ini tidak lazim diterapkan dalam dunia perbankan syariah.

Semua pembiayaan mudharabah oleh bank pada umumnya berwujud kas.

Akan tetapi, jika suatu bank syariah melakukan pembiayaan mudharabah

dengan menggunakan aset non-kas, dapat mengacu pada paragraf 12 dan

13 PSAK 105. Berdasarkan PSAK tersebut, disebutkan bahwa dana

mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

pembiayaan mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset

non-kas kepada pengelola dana. Penggunaan aset non-kas memungkinkan

terjadi tiga variasi, yaitu:

a. Nilai wajar aset mudharabah non-kas sama dengan nilai dari nilai

tercatatnya

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13, disebutkan bahwa pembiayaan

mudharabah dalam bentuk aset non-kas diukur sebesar nilai wajar aset

non-kas pada saat penyerahan. Misalkan, pada 10 Agustus 20XA,

bank memiliki pompa bensin dengan nilai buku sebesar

Rp.1.400.000.000 (HP Rp.1.500.000.000 dan Akumulasi penyusutan

Rp.100.000.000). peralatan tersebut selanjutnya diserahkan kepada

18
PT. Hinaya sebagai pembiayaan berwujud non-kas dan dihargai

dengan nilai Rp.1.400.000.000. Jurnal:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Pembiayaan Mudharabah Rp.1.400.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp.100.000.000
Aset Non-Kas Rp.1.500.000.000

b. Nilai wajar aset mudharabah non-kas lebih tinggi dari nilai tercatatnya

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13, disebutkan bahwa jika nilai

wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui

sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu

akad mudharabah (PSAK 105 paragraf 13b-i).

Misalkan pada tanggal 10 Agustus 20XA, bank telah memiliki pompa

bensin dengan nilai buku sebesar Rp. 1.400.000.000, (harga perolehan

Rp. 1.500.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp.100.000.000).

Peralatan tersebut selanjutnya diserahkan kepada PT haniya sebagai

pembiayaan berwujud non-kas dan dihargai dengan nilai Rp.

1.450.000.000. Maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah:


Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/08/XX Pembiayaan Mudharabah Rp.1.400.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp.100.000.000
Aset Non-Kas Rp.1.500.000.000
Keuntungan Tangguhan Rp.50.000.000

19
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13b-I, keuntungan tangguhan

tersebut diamortisasi sesuai dengan jangka waktu akad.

Misalkan pada kasus di atas, dengan lama akad 10 bulan, dan bank

melakukan amortisasi setiap bulan, maka jurnal amortisasi

keuntungan setiap bulan adalah sebagai berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Keuntungan Tangguhan Rp.5.000.000
Keuntungan Rp.5.000.000
Keterangan :
Amortisasi = Total Keuntungan tangguhan/jumlah periode amortisasi
Amortisasi : Rp.50.000.000/10 = Rp.5.000.000
c. Nilai wajar aset mudharabah non-kas lebih rendah dari nilai tercatatnya

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13b-ii, jika nilai wajar lebih rendah

daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Misalkan pada tanggal 10 Agustus 20XA, bank telah memiliki pompa

bensin dengan nilai buku sebesar Rp. 1.400.000.000, (harga perolehan

Rp. 1.500.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp.100.000.000).

Peralatan tersebut selanjutnya diserahkan kepada PT haniya sebagai

pembiayaan berwujud non-kas dan dihargai dengan nilai Rp.

1.350.000.000. Maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10/08/XX Pembiayaan Mudharabah Rp.1.350.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp.100.000.000
Kerugian Rp.50.000.000

20
Aset Non-Kas Rp.1.500.000.000
Ket: Pencatatan penyerahan
aset non-kas dengan nilai
wajar lebih rendah dari nilai
buku

• Kerugian usaha mudharabah

Salah satu ciri dari pembiayaan mudharabah adalah ikut sertanya

pemilik modal menanggung risiko terjadi kerugian usaha. Kerugian usaha

mudharabah dapat dibedakan antara dua jenis, yaitu :

1. Kerugian disebabkan bukan karena kelalaian pengelola

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 21, disebutkan bahwa kerugian yang

terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui

sebagai kerugian, dan dibentuk cadangan kerugian investasi. Misalkan

untuk bagi hasil bulan April dilaporkan pada tanggal 10 Mei 20XB

dilaporkan bahwa PT. Haniya mengalami kerugian Rp. 40 juta akibat

bencana alam longsor yang mengenai pom bensin yang dikelola.

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Beban Kerugian Mudharabah Rp.40.000.000
Cadangan kerugian pembiayaan mudharabah Rp.40.000.000
Cadangan kerugian sebesar Rp.40.000.000 tersebut menunjukan bahwa

bank syariah menanggung 100% kerugian pembiayaan mudharabah yang

terjadi. Implikasi dari adanya cadangan kerugian tersebut adalah

berkurangnya pengembalian modal pembiayaan mudharabah yang

21
ditanggung bank syariah. Dengan demikian, jurnal saat PT.Haniya

mengembalikan modal mudharabah pada waktu jatuh tempo adalah

sebagai berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas/Rekening Nasabah Rp.1.410.000
Cadangan kerugian pembiayaan mudharabah Rp.40.000.000
Pembiayaan Mudharabah Rp.1.450.000.000
Dalam praktik perbankan, pengakuan kerugian pada pembiayaan

mudharabah sejauh ini diperlakukan mengikuti perlakuan kebijakan

kolektibilitas Bank Indonesia

2. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola


a. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang masih
mampu melanjutkan usaha.

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 23, disebutkan bahwa kerugian

akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dan dibebankan kepada

pengelola dana dan tidak mengurangi pembiayaan mudharabah.

Misalkan untuk bagi hasil bulan April, dilaporkan pada tanggal 10

Mei 20XB dilaporkan bahwa PT Haniya mengalami kerugian Rp. 40

juta. Setelah diteliti kerugian disebabkan oleh kesalahan mudharib

Dalam hal ini tidak ada jurnal karena kelalaian nasabah dan kerugian

ini tidak berpengaruh pada pembayaran modal pembiayaan

mudharabah pada bank syariah.

22
Menurut PSAK 105 paragraf 18, kelalaian atas kesalahan pengelola

dana, antara lain ditunjukan oleh:

1) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak terpenuhi;

2) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang

lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; atau

3) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang.

b. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang tidak

mampu melanjutkan usaha (bangkrut)

Dalam praktik perbankan, kerugian yang terjadi pada nasabah

yang lalai, sangat mungkin menyebabkan nasabah tidak mampu

lagi melanjutkan usaha atau mengalami bangkrut. Dalam hal ini,

bank syariah juga bisa mengikuti perlakuan kebijakan

kolektibilitas Bank Indonesia. Berikut ini adalah ilustrasi

pembiayaan mudharabah dengan kasus nasabah pengelola

melakukan kelalaian dan dipandang tidak mampu melanjutkan

usaha (bangkrut).

Transaksi Pembiayaan Mudharabah-Kasus Bermasalah. Informasi

singkat pembiayaan mudharabah:

• Besarnya investasi bank 1.000.000

• Angsuran pokok dibayarkan 10x dalam setiap bulan @100.000

23
• Bagi hasil ditentukan berdasarkan nisbah dari proyeksi profit. Profit

diproyeksi besarnya 20.000/bulan. Nisbah disepakati nasabah : bank = 40

: 60 atau bank diproyeksikan mendapat 12.000/bulan.

• Pencairan dilakukan 10 Januari 2009

• Angsuran pokok dan bagi hasil dijadwalkan dibayar setiap tanggal 10,

yaitu tanggal 10 Februari 2009 s/d 11 November 2009

Jurnal untuk ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut :

Jurnal saat pencairan

Misalkan pada tanggal 10 Januari 2009, bank melakukan pencairan ke

rekening nasabah maka jurnal saat pencairan adalah sebagai berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Pembiayaan Mudharabah Rp.1.000.000
Kas/Rekening Nasabah Rp.1.000.000

Jurnal Penyisihan

Saat akhir bulan 31 Januari 2009, bank melakukan penilaian atas kualitas

aset. Karena baru cair dan status lancar, bank wajib membentuk cadangan

kerugian sebesar 1%.

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Biaya Penyisihan Penghapusan Rp.10.000
Penyisihan Penghapusan Rp.10.000
Ket: 1% x 1.000.000 = 10.000

24
Biaya penyisihan penghapusan sebesar Rp.10.000 masuk ke L/R, sedang

penyisihan penghapusan sebesar Rp.10.000 masuk ke sisi aset neraca

sebagai contra account mudharabah.

Atas jurnal penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi aset adalah

sebagai berikut.

Pembiayaan Mudharabah Rp.1.000.000

Penyisihan Penghapusan Rp. (10.000)

Pembiayaan mudharabah net Rp. 990.000

Misalkan selama bulan Februari, Maret, dan April, nasabah secara rutin

mengangsur pokok dan bagi hasil kepada bank syariah dengan jumlah

sebagai berikut.

Jumlah Angsuran
Bulan Jumlah Laba (Rp) Posisi Bank 60% (Rp)
Pokok
Feb 20.000 12.000 100.000
Mar 22.000 13.200 100.000
Apr 19.000 11.400 100.000
Misalkan pada 10 Februari 2009, nasabah mengangsur pokok dan bagi

hasil. Realisasi profit adalah 20.000. Jurnal untuk angsuran pokok dan

bagi hasil pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut.

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Rekening Nasabah 100.000
Pembiayaan Mudharabah 100.000

Rekening Nasabah 12.000

25
Pendapatan Bagi Hasil 12.000
Ket: Angsuran pokok porsi bagi hasil
diterima bulan Januari

Rekening Nasabah 100.000


Pembiayaan Mudharabah 100.000

Rekening Nasabah 13.100


Pendapatan Bagi Hasil 13.100
Ket: Angsuran pokok porsi bagi hasil
diterima bulan Januari

Rekening Nasabah 100.000


Pembiayaan Mudharabah 100.000

Rekening Nasabah 11.400


Pendapatan Bagi Hasil 11.400
Ket: Angsuran pokok porsi bagi hasil
diterima bulan Januari
Misalkan pada tanggal 10 Mei 2009, nasabah tidak mengangsur pokok

dan bagi hasil. Realisasi profit adalah 0. Diketahui 7 hari yang lalu, usaha

nasabah berhenti total karena kebakaran akibat kecerobohan nasabah.

Jurnal angsuran pokok: tidak ada

Jurnal angsuran pokok: tidak ada

Atas kejadian ini, bank menentukan kolektibilitas 5 pada investasi yang

disalurkan tersebut. Hal ini disebabkan karena sudah tidak dimungkinkan

26
lagi usaha yang dibiayai memberikan hasil atau keuntungan. Diketahui

juga bahwa agunan yang digunakan dalam investasi turut terbakar.

Saldo pokok investasi saat ini yang belum terbayar adalah 700.000

(besarnya investasi awal 1.000.000 dikurangi 3x angsuran pokok

@100.000). Berdasarkan ketentuan BI maka investasi kolektibilitas harus

membentuk cadangan kerugian 100% dari saldo pokok investasi yang

belum terbayar.

Penyisihan yang harus dibentuk: 100% x 700.000 = 700.000

Penyisihan yang telah dibentuk pada 31 Jan 2009 = 10.000

Kekurangan penyisihan adalah = 690.000

Jurnal Penyisihan Penghapusan

Sesuai ketentuan BI, kualitas investasi atau tingkat kolektibilitas

ditentukan pada akhir bulan. Maka pada tanggal 31 Mei 2009, bank

mengakui adanya biaya penyisihan penghapusan dengan jurnal sebagai

berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Biaya Penyisihan Penghapusan 690.000
Penyisihan Penghapusan 690.000
Atas jurnal penyusuhan ini, maka penyajian di neraca sisi aset adalah:

Pembiayaan mudharabah = 700.000

Penyisihan penghapusan = (700.000)

Pembiayaan mudharabah net =0

Jurnal Penghapusbukuan

27
Sebagai perusahaan berbadan hukum, maka bank melakukan

penghapusbukuan atas investasi ini sesuai prosedur misalnya melalui

RUPS. Disepakati bahwa hapus buku dilakukan 12 bulan kemudian

setelah diajukan ke RUPS tahun buku 2009. Hapus buku dilakukan pada

tanggal 31 Mei 2010. Maka jurnal penghapusbukuan pemmbiayaan

mudharabah adalah sebagai berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Penyisihan Penghapusan 700.000
Pembiayaan Mudharabah 700.000

Jurnal Penerimaan Kembali Investasi Yang Telah Dihapus Buku

Misalkan pada tanggal 1 Juni 2010, nasabah dengan itikad baik

melakukan angsuran pokok investasi. Hal ini dikarenakan kerugian

pembiayaan mudharabah terjadi akibat kelalaian nasabah. Sesuai

kemampuan arus kasnya maka nasabah mengangsur 300.000. Jurnal atas

penerimaan angsuran atas investasi yang telah dihapus buku

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas/Rekening Nasabah 300.000
Penyisihan Penghapusan 300.000

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu transaksi

(akad) yang merupakan kerjasama antara dua pihak yang

dimana semua pihak akan mendapatkan keuntungan yang telah

disepakati di awal. Semua hal yang berakaitan dengan

transasksi pembiayaan mudharabah diatur dalam PSAK 105.

PSAK 105 menyatakan bahwa kontrak mudharabah dibagi

menjadi mudharabah muqayaddah, muthlaqah dan

musytarakah.

29
Daftar Pustaka
Yaya, Rizal., Martawireja, Aji Erlangga., Abdurahim, Ahim. 2009.

Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta:

Salemba Empat

Bank Indonesia. 2013. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-64-

psak-101-penyajian-laporan-keuangan-syariah

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-68-

psak-105-akuntansi-mudharabah

30

Anda mungkin juga menyukai