MAKALAH
Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2021
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Shalawat dan salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai seorang yang telah menyampaikan setiap sisi keilmuan kepada seluruh
umatnya. Semoga setiap keilmuan yang beliau sampaikan dapat tetap diamalkan oleh
umatnya.
Semoga tugas makalah ini menjadi ilmu bermanfaat di mana kebaikannya tidak
akan terputus meskipun kegiatan amal shaleh terputus karena ajal telah datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................15
B. Kritik dan Saran ....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya
menggunakan prinsip-prinsip syariat Islam. Prinsip syariah adalah suatu aturan
perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan nasabah (pihak lain) untuk
menyimpan dana atau kegiatan yang lain yang dinyatakan sesuai syariah. Bank
syariah melakukan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari
masyarakat, dana yang telah dihimpun kemudian akan disalurkan kembali kepada
nasabah melalui pembiayaan.
Adapun produk-produk pembiayaan dari bank syariah ini antara lain adalah
pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah, yang nantinya pembiayaan
tersebut akan sangat membantu permodalan usaha kecil dan menengah terutama
dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat sehingga muncul
lading-ladang usaha baru atau meningkatnya kapasitas usaha yang dapat
menumbuhkan lapangan kerja dalam rangka upaya mengentaskan kemiskinan di
kota dan pedesaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pembiayaan Mudharabah?
1
2. Apa saja jenis-jenis dari Pembiayaan Mudharabah?
3. Apa manfaat dari Pembiayaan Mudharabah?
4. Bagaimana skema dari Pembiayaan Mudharabah?
5. Apakah yang dimaksud dengan Pembiayaan Musyarakah?
6. Apa saja jenis-jenis dari Pembiayaan Musyarakah?
7. Apa manfaat dari Pembiayaan Musyarakah?
8. Bagaimana skema dari Pembiayaan Musyarakah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pembiayaan Mudharabah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Pembiayaan Mudharabah
3. Untuk mengetahui manfaat dari Pembiayaan Mudharabah
4. Untuk mengetahui sskema dari Pembiayaan Mudharabah
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pembiayaan Musyarakah
6. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Pembiayaan Musyarakah
7. Untuk mengetahui manfaat dari Pembiayaan Musyarakah
8. Untuk mengetahui sskema dari Pembiayaan Musyarakah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBIAYAAN MUDHARABAH
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, yang memiliki arti memukul atau
berjalan, yaitu proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan
usaha.1 Adapun pengertian pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang
produktif.2
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak atau
lebih, dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.3
1
Syihabudin Said dan Ma’zumi, Nilai-Nilai Ekonomi dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta : Hartomo
Media Pustaka, 2013), h. 63
2
Naf’an, Pembiayaan Musyarakah Dan Mudharabah, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014), h. 123
3
Zulkifli Rusby, Manajemen Perbankan Syariah, (Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam FAI UIR,
2017), h. 36
4
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 168
3
kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah, kecuali jika pihak kedua
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.5
Karena karakter Mudharabah seperti ini, maka ia dapat diterapkan pada dua
produk, yaitu Tabungan dan Deposito. Dengan menerapkan Mudharabah pada
tabungan dan deposito, maka nasabah bertindak selaku Sahibul Mal dan Bank
selaku Mudharib.
Nasabah dan bank harus menyepakati nisbah bagi hasil ketika pembukaan
tabungan dan deposito Mudharabah. Simpanan dalam Tabungan dan Deposito
Mudharabah hanya dapat ditarik setelah jangka waktu tertentu (tidak dapat
ditarik sewaktu-waktu) untuk memastikan dana tersebut digunakan dalam usaha
bank. Pembagian hasil menurut tradisi yang berlaku. Di Indonesia, pembagian
hasil dilakukan pada tiap akhir bulan.
Dalam fiqih klasik, ketika usaha menemui kegagalan, semua asset yang
tersisa dijual dan dikembalikan kepada sahibul maal. Dalam perbankan syariah,
5
Undang-Undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
4
nasabah selaku mudharib diberikan kesempatan untuk melanjutkan usaha
dengan penambahan modal dari bank.
a. Mudharabah Muthlaqah
b. Mudharabah Muqayyadah
6
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 97
5
Sebagai sebuah akad, mudharabah memiliki syarat dan rukun, adapun rukun
dari mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pemilik modal (shohibul maal) dan pengelola usaha adalah orang yang
cakap hukum.
b. Pernyataan ijab-qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
c. Modal adalah sejumlah uang dan/atau asset yang diberikan oleh penyedia
dana kepada pengelola usaha, dan modal ini tidak dapat berbentuk
piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib (pengelola usaha), baik
secara bertahap ataupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
d. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal. Adapun syarat dari keuntungan tersebut yaitu, harus
diperuntukkan bagi kedua pihak, bagian keuntungan proporsional bagi
setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan dalam pada waktu kontrak
disepakati dan harus dalam bentuk prosentase (nisbah) dari keuntungan
yang disepakati, dan pemilik modal menanggung semua kerugian akibat
dari mudharabah dan pengelola usaha tidak boleh menanggung kerugian
apapun, kecuali diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian
ataupun pelanggaran kesepakatan.
4. Manfaat Pembiayaan Mudharabah
7
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), h. 205
6
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil
usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang
kongkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan
e. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan prinsip
bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah)
satu jumlah bunga tetap beberapa pun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.8
5. Skema Pembiayaan Mudharabah
KERUGIAN PROYEK
KEUNTUNGAN
Keterangan:
8
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 97-
98
7
1. Bank selaku shohibul maal memberikan modal 100% untuk dijalankan
usaha
2. Nasabah selaku mudharib memiliki skill yang nantinya akan digunakan
untuk membangun suatu usaha
3. Apabila usaha tersebut memiliki keuntungan, maka dibagi sesuai dengan
kesepakatan di awal
4. Apabila usaha tersebut mengalami kerugian, maka ditanggung 100%
oleh bank.
B. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
1. Pengertian Musyarakah dan Pembiayaan Musyarakah
Menurut Heri Sudarsono, musyarakah adalah kerja sama antara kedua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.9
9
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi, (Yogyakarta :
Ekonisia,2015), h. 76.
10
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009), h. 81
8
Menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah penjelasan Bab
1V pasal 19 ayat 1 huruf c musyarakah adalah akad kerja sama diantara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masng pihak
memberikan porsi dan dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana
masing-masing.11
Selaku syarik, bank syariah diposisikan sebagai mitra pasif dan nasabah
diposisikan sebagai mitra aktif. Adapun pengertian mitra pasif yaitu mitra yang
tidak ikut mengelola usaha musyarakah. Sedangkan mitra aktif adalah mitra
yang mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak
lain atas nama mitra tersebut.
11
Undang-Undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
12
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 106. (Jakarta: Salemba
Empat, 2009) h. 106
13
Zulkifli Rusby,Manajemen Perbankan Syariah, (Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan Islam FAI UIR,
2017), h. 36
9
2. Jenis-Jenis Pembiayaan Musyarakah
Jenis musyarakah berdasarkan apa yang dikerjasamakan:
A. Syirkah Amlak
B. Syirkah Al-Uqud
A. Syirkah Mufawwadah
Syirkah mufawadah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak
atau lebih, yang masing-masing pihak harus menyerahkan modal dengan
porsi modal yang sama dan bagi hasil atas usaha atau risiko ditanggung
bersama dengan jumlah yang sama.16
B. Syirkah Inan
14
Abdurahman Ghazaly, dkk., Fiqih Muammalat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 130-131
15
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 177
16
Ismail, Perbankan Syariah, h. 177-178
10
Syirkah inan yaitu sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam modal
maupun pekerjaan. Dalam syirkah model ini, ulama fiqih membolehkan.
C. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi yang baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara
kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai.
Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada
penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra, jenis musyarkah ini tidak
memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan
tersebut. karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarakah
piutang.17
D. Syirkah Abdan
Syirkah abdan atau syirkah usaha adalah kerja sama antara dua pihak
atau lebih dalam usaha yang dilakukan oleh para pihak yang memiliki
keahlian yang sama, seperti kerja sama sesama dokter yang membuka klinik
bersama dan sesama tukang jahit yang mendirikan butik bersama.18
17
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2015), h. 93
18
Rizal Yaya, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta : Salemba Empat, 2014), h. 136
11
bentuk nonkas, maka harus ditentukan nilai tunainyaterlebih dahulu dan
harus disepakati bersama, dan modal para mitra harus dicampur, tidak
boleh dipisah.
c. Kerja: Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, tidak
dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi, setiap mitra
bekerja atas dirinya atau mewakili mitra, meskipun porsi mitra yang satu
dengan yang lainnya tidak harus sama, mitra yang bekerja lebih banyak
boleh meminta bagian keuntungan lebih besar.
d. Ijab qabul: pernyataan tertulis dan ekspresi saling ridha antara para
pelaku akad.
e. Nisbah: Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra,
perubahan nisbah harus disepakati para mitra.
f. Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan
tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
g. Berakhirnya akad musyarakah: Jika salah satu pihak menghentikan akad,
salah seorang mitra meninggal atau hilang akal (bisa digantikan oleh ahli
waris jika disetujui oleh para mitra lainnya), dan modal musyarakah
habis
4. Manfaat Pembiayaan Musyarakah
Adapun manfaat dari pembiayaan musyarakah adalah:
a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah masih meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank.
c. Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow arus kas
usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan
yang rill benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan
e. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga
tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu
12
jumlah bunga tetap berupa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah,
bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.19
5. Skema Pembiayaan Musyarakah
PROYEK
KEUNTUNGAN
KERUGIAN
Keterangan :
1. Bank syariah (shahibul maal 1) dan nasabah (shahibul maal2) melakukan
akad pembiayaan musyarakah
2. Bank syariah menyerahkan dana (misalkan 70%) untuk kebutuhan proyek
usaha yang akan dijalankan oleh nasabah
3. Nasabah menyerahkan dana (misalkan 30%) dan menjalankan usaha sesuai
dengan kontrak
4. Pengelolaan proyek usaha dijalankan oleh nasabah, dapat dibantu oleh
bank syariah atau menjalankan bisnisnya sendiri, bank syariah
memberikan kuasa kepada nasabah untuk mengelola usaha.
5. Hasil usaha atas kerja sama yang dilakukan antara bank syariah dan
nasabah dibagi sesuai nisbah yang telah diperjanjiakan dalam akad
pembiayaan, misalnya 60 % untuk nasabah dan 40 % untuk bank syariah.
Namun dalam hal terjadi kerugian, maka bank syariah akan menanggung
kerugian sebesar 70 % dan nasabah menanggung kerugian sebesar 30 %.
19
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2015), h. 93-
94
13
6. Setelah kontrak berakhir, maka modal dikembalikan kepada masing-
masing mitra kerja, yaitu 70 % dikembalikann kepada bank syariah dan
30% dikembalikan kepada nasabah.20
20
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 173-174
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
atau lebih, dimana pemilik modal atau shahibul maal mempercayakan sejumlah
modal kepada mudharib atau pengelola dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan dan modal keseluruhan ditanggung oleh shahibul maal.
Sedangkan pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama usaha
patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai jenis
usaha yang halal dan produktif, dimana diantara keduanya bertindak sebagai
syarik (partner) karena sama-sama memberikan modal dan bank berhak ikut
serta dalam pengaturan manajemen, sesuai kaidah musyarakah.
Kedua jenis pembiayaan tersebut dikategorikan dengan pembiayaan
dengan sistem bagi hasil.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan dalam makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani. 2001.
Ghazaly, Abdurahman dkk. Fiqih Muammalat. Jakarta: Kencana 2010.
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 106. Jakarta:
Salemba Empat. 2009.
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana. 2011.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2011.
Naf’an. Pembiayaan Musyarakah Dan Mudharabah. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014.
Rusby, Zulkifli. Manajemen Perbankan Syariah. Pekanbaru: Pusat Kajian Pendidikan
Islam FAI UIR. 2017.
Said, Syihabudin dan Ma’zumi. Nilai-Nilai Ekonomi dalam Perspektif Al-Quran.
Jakarta : Hartomo Media Pustaka. 2013.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta : Ekonisia. 2015.
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Jakarta:
Ghalia Indonesia. 2009.
Yaya, Rizal dkk. Akuntansi Pebankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta
: Salemba Empat. 2014.
16