Di susun Oleh :
Soumi Nasliati
213003010009
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa
pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
1. Dr.Ali Akba selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pembiayaan Syariah.
2. Teman - teman Satu Kelas.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan.
4. Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik
dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................i
C. Tujuan ..................................................................................................................2
A. Kesimpulan .........................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Bank syariah adalah bank yang menjalankan bisnis perbankan dengan
menganut sistem syariah yang berbasis hukum Islam. Dalam hukum Islam dinyatakan
bahwa riba itu haram, sehingga bisnis bank konvensional yang menerapkan sistem rente
atau riba dengan perhitungan Bunga berbunga, baik untuk produk simpanan maupun
pinjamannya tidak sesuai dengan hukum Islam.
Bank syariah tidak menerapkan sistem bunga tetapi menerapkan sistem bagi
hasil, yaitu sistem pengelolaan dana dalam perekonomian Islam. Perhitungan bagi hasil
didasarkan pada mufakat pihak bank bersama nasabah yang menginvestasikan dananya di
bank syariah. Besarnya hak nasabah terhadap banknya dalam perhitungan bagi hasil
tersebut, ditetapkan dengan sebuah angka ratio atau besaran bagian yang disebut
Nisbah.
Pembiayaan bank syariah bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip
kemitraan. Dalam prinsip ini, konsep yang diterapkan adalah hubungan antar investor
yang harmonis (mutual investor relationship).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
8. Untuk mengetahui keuntungan bersih bank
D. Metodologi Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Semua organisasi, baik yang berbentuk swasta, badan yang bersifat publik
ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, tentu mempunyai tujuan sendiri-
sendiri yang merupakan motivasi dari para pendirinya. Manajemen di dalam suatu
badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong oleh
motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapat keuntungan yang besar,
manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh
setiap pengusaha dan manajer di mana pun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis,
pelayanan publik, maupun organisasi kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah pada
falsafah hidup yang dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha
tersebut.
Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank
syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktifitas funding
untuk disalurkan kepada aktifitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan
tetap mampu memenuhi kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. Bank syariah
didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan
prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya dalam transaksi halnya dengan bank
konvensional, bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara
(intermediary) antara satuan kelompok masyarakat atau unit- unit ekonomi yang
mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami
kekurangan dana (deficit unit).Melalui bank kelebihan dana-dana tersebut dapat
disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada
kedua belah pihak.
4
manajemen dana bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya menurut
Muhammad (2002: 264) adalah sebagai berikut :
1. Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relatif
murah.
2. Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk
memperoleh.
3. Berapa besarnya dividen yang dibayarkan yang dapat memuaskan
pemilik/pendiri dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan bank
syariah.
5
Bank syariah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan sebagai
lembaga keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk itu, Bank Syariah harus
mengelola dana yang dapat digolongkan sebagai berikut:
Untuk mengetahui hal tersebut pihak bank syariah dapat melakukan kegiatan
manajemen sebagai berikut :
Struktur Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan
bank sekaligus berfungsi sebagai penjaga kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu
modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadi risiko, terutama
dana-dana pihak ketiga atau masyarakat. Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan
6
dengan rasio tertentu yang disebut dengan rasio kecukupan modal atau capital
adequacy ratio ( CAR ). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara
membandingkan dengan aktiva berisiko. Komponen yang terdapat pada indikator ini
terdiri dari rasio modal total terhadap Dana / simpanan pihak ketiga, di mana terdiri dari
tabungan, giro, dan deposito yang berasal dari masyarakat.
Pemeliharaan Likuiditas
Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
berupa kan defisit unit, yang menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi
dalam :
7
D. Sumber-Sumber Dana Bank Syariah
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk
tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang
dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri,
tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang
sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus
ataupun secara berangsur-angsur.
Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko
atas investasi tersebut. Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari : (Tim
Pengembangan Perbankan syariah Institut Bankir Indonesia, 2002: 57).
8
Tiga sumber di atas dapat dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:
(Tim Pengembangan Perbankan syariah Institut Bankir Indonesia, 2002: 57).
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para
pemegang saham, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari :
Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari modal
perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik
menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan untuk
penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan
menjual tambahan saham.
Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang berfungsi untuk
menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari.
Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para
pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri ( melalui rapat
umum pemegang saham ) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.
Bank menghimpun dana bagi hasil atas prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama
antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan
usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengolahan bisnisnya sehari-
hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah)
yang telah disepakati sebelumnya. Berdasarkan prinsip ini bank sebagai mudharib, bank
menyediakan jasa bagi para investor berupa (Zainul Arifin, 2002 : 55)
Rekening Investasi umum, di mana bank menerima simpanan dari nasabah yang
mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk berdasarkan
prinsip mudharabah mutlaqah, simpanan diperjanjikan untuk jangka waktu
tertentu.
Rekening Investasi khusus, di mana bank bertindak sebagai manajer investasi bagi
nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah korporasi
9
untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha proyek – proyek tertentu
yang mereka setujui atau kehendaki.
Rekening tabungan mudharabah, prinsip mudharabah juga digunakan untuk jasa
pengolahan rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah adalah dananya
harus dalam bentuk uang (monetary form), dalam jumlah tertentu dan diserahkan
kepada mudharib. Oleh karena itu tabungan mudharabah tidak dapat ditarik sewaktu-
waktu sebagaimana tabungan wadiah.
Dana titipan (Wa’diah) adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank,
yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi orang menitipkan dana
kepada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk
menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
Rekening giro wadi’ah, bank islam dapat memberikan jasa simpanan giro dalam
bentuk rekening wadi’ah. Dalam hal ini bank menggunakan prinsip Wadiah yad
dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagi custodian harus menjamin
pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah.
Rekening tabungan wadi’ah, prinsip wadi’ah yad dhamanah ini juga
dipergunakan oleh bank dalam mengelola jasa tabungan, yaitu simpanan dari nasabah
yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk
menariknya kembali. Bank memperoleh izin dari nasabah menggunakan dana
tersebut selama mengendap di bank.
Setelah Dana Pihak Ketiga (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai
dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut
untuk pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan
dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan
yang telah digariskan. Alokasi dana ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1) Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah.
10
2) Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas
tetap aman.
Untuk mencapai kedua keinginan tersebut maka alokasi dana-dana bank harus
diarahkan sedemikian rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan nasabah dapat
terpenuhi. Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bagian penting dari aktiva bank, yaitu : (Zainul Arifin, 2002: 59)
Adalah aset bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini
disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri atas :
Adalah aset yang tidak menghasilkan pendapatan. Pada Non Earning Assets terdiri dari:
11
b) Pinjaman (qardh)
Pinjaman qard al hasan adalah merupakan salah satu kegiatan bank syariah dalam
mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan ajaran Islam.
Untuk kegiatan ini bank tidak memperoleh penghasilan karena bank dilarang untuk
meminta imbalan apapun dari para penerima qard.
c) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris.
Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises and equipment).
Dana yang telah diperoleh akan dialokasikan untuk menghasilkan pendapatan. Dari
pendapatan tersebut, kemudian didistribusikan kepada para nasabah penyimpan. Dalam
hal ini perlu dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank syariah.
12
1. Tahap pertama bank menetapkan jumlah relatif masing - masing dana simpanan yang
berhak atas bagi hasil usaha bank menurut tipenya dengan cara membagi setiap tipe
dana-dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang ada pada bank dikalikan
100%.
2. Tahap kedua bank menetapkan jumlah pendapatan bagi hasil bagi masing-
masing tipe dengan cara mengalikan persentase dari masing-masing dana
simpanan dengan jumlah pendapatan bank.
3. Tahap ketiga bank menetapkan porsi bagi hasil untuk masing-masing tipe dana
simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.
4. Tahap keempat bank harus menghitung jumlah relatif biaya operasional terhadap
volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai dengan porsi dana
dari masing-masing tipe simpanan.
5. Tahap kelima bank mendistribusikan bagi hasil untuk setiap pemegang rekening
menurut tipe simpanannya sebanding dengan jumlah simpanannya.
G. Revenue Sharing
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan
dasar bagi operasional bank islam secara keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya
berdasarkan kaidah al –mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank islam akan
berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang akan
meminjam dana. Bank akan bertindak sebagai mudharib (pengelola), sedangkan
nasabah bertindak sebagai shahibul maal (penyandang dana). Antara keduanya
diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing
pihak.
Surat Al-Baqarah ayat 275, di mana Allah SWT mengharamkan segala bentuk
transaksi yang mengandung unsur-unsur ribawi, karena unsur tersebut tidak
mendatangkan kemaslahatan bahkan hanya bisa mendatangkan keburukan, sehingga
sedini mungkin harus dihindarkan. Dalam dunia perbankan syariah mungkin sering
didengar istilah bagi hasil atau yang lebih dikenal dengan istilah profit sharing atau
revenue sharing.
13
ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total
(total cost).
Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan
kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah
yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan
sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil
usaha yang telah dilakukan.
Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari
perjanjian kerja sama antara pemodal (investor) dan pengelola modal (entrepreneur)
dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, di mana di antara keduanya akan terikat
kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua
pihak sesuai nisbah di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian
akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
Revenue sharing, secara bahasa revenue berarti uang masuk, pendapatan atau
income. Dalam istilah perbankan revenue sharing berarti proses bagi pendapatan yang
dilakukan sebelum memperhitungkan biaya-biaya operasional yang ditanggung oleh
bank, biasanya pendapatan yang didistribusikan hanyalah pendapatan atas investasi
dana, dana tidak termasuk fee atau komisi atau jasa – jasa yang diberikan oleh bank
karena pendapatan tersebut pertama harus dialokasikan untuk mendukung biaya
operasional bank.
14
H. Keuntungan Bersih Bank
Tingkat keuntungan bersih (net income) yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable factors) dan faktor –faktor
yang tidak dapat dikendalikan (uncontrable factors). Controlable factors adalah faktor –
faktor yang dapat dipengaruhi oleh manajemen seperti pendapatan (tingkat bagi hasil,
keuntungan atas transaksi jual beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan) dan
pengendalian biaya-biaya. Uncontrolable factors adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja bank seperti kondisi ekonomi secara umum dan situasi
persaingan di lingkungan wilayah operasinya.
Ada dua rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank yaitu Return on
Asset (ROA) dan Retun on Equity (ROE). ROA adalah perbandingan antara
pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets). ROE
didefinisikan sebagai perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-
rata modal (average equity) atau investasi para pemilik bank. Dari pandangan para
pemilik, ROE adalah ukuran yang lebih penting karena merefleksikan kepentingan
kepemilikan mereka. Keuntungan bagi para pemilik bank adalah merupakan hasil dari
tingkat keuntungan (profitability) dari aset dan tingkat leverage yang dipakai.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank
syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktifitas funding
untuk disalurkan kepada aktifitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan
tetap mampu memenuhi kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. Bank syariah
didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan
prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya dalam transaksi halnya dengan bank
konvensional, bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara
(intermediary) antara satuan kelompok masyarakat atau unit - unit ekonomi yang
mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami
kekurangan dana (deficit unit).
Pengukuran dana bank syariah dapat diukur dari modal yang merupakan faktor
sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus berfungsi
sebagai penjaga kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu modal juga harus dapat
digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadi risiko, terutama dana-dana pihak
ketiga atau masyarakat.
Sumber pendapatan bank syariah dana yang telah diperoleh akan dialokasikan
untuk menghasilkan pendapatan. Dari pendapatan tersebut, kemudian didistribusikan
kepada para nasabah penyimpan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan sumber-sumber
pendapatan yang diperoleh bank syariah sesuai dengan akad-akad penyaluran
pembiayaan di bank syariah, maka hasil penyaluran dana tersebut dapat memberikan
pendapatan bank.
Revenue sharing, secara bahasa revenue berarti uang masuk, pendapatan atau
income. Dalam istilah perbankan revenue sharing berarti proses bagi pendapatan yang
dilakukan sebelum memperhitungkan biaya-biaya operasional yang ditanggung oleh
bank, biasanya pendapatan yang didistribusikan hanyalah pendapatan atas
investasi dana, dana tidak termasuk fee atau komisi atau jasa – jasa yang diberikan oleh
16
bank karena pendapatan tersebut pertama harus dialokasikan untuk mendukung
biaya operasional bank.
Keuntungan bersih bank dapat diukur dengan tingkat keuntungan bersih (net
income) yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat
dikendalikan (controllable factors) dan faktor –faktor yang tidak dapat dikendalikan
(uncontrable factors).
17
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, dan Firmansyah Anang. 2019. Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori dan
Praktek). Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media
Saeed, Abdullah, Menyoal Bank Syariah; Kritik Alas Interpretasi Bunga Bank Kaum
neo
Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk, dan
Implementasi Operasional Bank Syariah (Jakarta: Djambatan, 2001).
18