ZAKAT
Disusun Oleh
Ratna (2131101)
MARDIANTO (2131118)
BANGKA BELITUNG
2022
KATA PENGANTAR
2
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, dan tak lupa shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada panutan
alam, Nabi Muhammad SAW, kami merasa bahagia dapat meyelesaikan makalah “Zakat”.
Makalah ini di buat untuk melengkapi Tugas dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Fiqh
Penulis menyadari bahwa kami tidak mampu menyelesikan makalah ini tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang secara materiil maupun moril memberikan bantuan demi
terselesaikannya makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hendra Cipta,
M.S.I selaku dosen Manajemen Bank Syariah di IAIN SAS BABEL.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semoga bisa dipergunakan dengan baik. Kami mengharap kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.
Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
3
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
C. TUJUAN...................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. SISTEM SYIRKAH ATAU BAGI HASIL DAN PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL. 5
1. Konsep Akad Mudharabah dan Bagi Hasil....................................................5
2. Syarat – Syarat dalam Akad Mudharabah....................................................6
3. Sistem Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing)..................................................7
4. Jenis Pola Bagi Hasil........................................................................................8
5. Prinsip Bagi Hasil dalam Perbankan Syariah................................................9
6. Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil.......................................................10
7. Nisbah Bagi Hasil...........................................................................................11
8. Jenis Nisbah....................................................................................................12
9. Karakteristik Nisbah Bagi Hasil...................................................................13
10. Nisbah Untuk Kegiatan Funding (Penghimpunan Dana)...........................14
11. Nisbah untuk Financing atau Pembiayaan...................................................15
12. Metode Penentuan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan.....................................16
13. Perhitungan Bagi Hasil..................................................................................16
B. PENENTUAN PROFIT MARGIN DALAM AKAD TIJARAH........................................17
1. Perbedaan Kredit dan Margin Keuntungan................................................17
2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Naik dan Turunnya Margin Keuntungan 18
3. Mekanisme dan Penetapan Margin Keuntungan........................................18
4. Peranan Margin Keuntungan Bagi Perkembangan Bank Syariah............18
5. Penentuan Harga Jual dalam Jual Beli........................................................18
6. Uang Muka, Diskon dan Harga Jual....................................................................19
BAB III...........................................................................................................................21
PENUTUP.......................................................................................................................21
A. KESIMPULAN......................................................................................................................21
B. SARAN...................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan untuk membantu
masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan
atas, sehingga dengan adanya zakat umat Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat
menghilangkan jarak antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu
instrumen negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk menbangkitkan bangsa dari
keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-orang Islam,
namun diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan umat Islam. Bahkan pada masa
Khalifah Abu Bakar As-Siddiq orang-orang yang enggan berzakat diperangi sampai mereka
mau berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama dengan kewajiban mendirikan sholat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga
dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita dapat mempererat tali
silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan umat lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sistem Syirkah atau Bagi Hasil dan Penentuan Nisbah Bagi Hasil dalam
Pembiayaan Syariah?
2. Bagaimana Penentuan Profit Margin dalam Akad Tijarah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Sistem Syirkah atau Bagi Hasil dan Penentuan Nisbah Bagi Hasil
dalam Pembiayaan Syariah.
2. Untuk mengetahui Penentuan Profit Margin dalam Akad Tijarah.
BAB II
PEMBAHASAN
5
A. SISTEM SYIRKAH ATAU BAGI HASIL DAN PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL
1. Konsep Akad Mudharabah dan Bagi Hasil
Kata Mudharabah secara etimologi berasal dari kata Dharb. Yang mana dalam
bahasa Arab, kata ini termasuk ke adalam kata yang memiliki banyak arti. Dengan
banyaknya ati kata ini dapat ditarik benang merah yang dapat mencerminkan keragaman
makna yang ditimbulkannya, yakni bergeraknya sesuatu kepada sesuatu yang lain.
Dalam hal ini Akad Mudharabah yakni akad kerjasama yang dilakukan antara 2
belah pihak yakni shahibul maal sebagai penyedia dana dan mudharib sebagai pengelola
dana. Didalam akad ini akan memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan usaha dan
juga kemungkinan kerugian usaha.
Keuntungan disinilah yang dibagi menurut kesepakatan yang telah dituangkan dalam
akad Mudharabah berupa besarnya nisbah bagi hasil. Sedangkan dalam hal kerugian
ditanggung oleh shahibul mal selama kerugian itu bukan diakibatkan kalalaian mudharib.
Beda halnya apabila kerugian itu disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian mudharib,
maka ia harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Bagi hasil menurut terminologi
sering disebut dengan sebutan profit sharing atau yang berarti “distribusi beberapa
bagian dari laba pada pegawai dari suatu perusahaan”. (Muhammad, Teknik Perhitungan
Bagi Hasil di Bank Syariah, 2001) ”1. Menurut pendapat (Antonio, 2001), bagi hasil
yakni sistem pengolahan dana dalam suatu perekonomian Islam yakni dengan
membagikan hasil usaha antara pemilik modal dan pengelola / pengguna dana 2. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem pengelolaan dana
dalam pembagian hasil usaha yang terjadi antara bank dan penyimpan dana.
1
Muhammad, 2001, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. (Yogyakarta, UII Press)
2
Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syariah Teori dan Praktek (Jakarta, Gema Insani) hal 90.
3
Peraturan Bank Indonseia Nomor: 7/46/PBI/2005 Bab II Pasal 6
6
c. Bank tidak memiliki kewajiban untuk mengelola usaha dari nasabah , tapi
memiliki hak dalam mengawasi dan membina usaha yang nasabah jalankan.
d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang.
e. Dalam hal pembiayaan yang diberikan dalam bentuk tunai harus dinyatakan
jumlahnya.
f. Dalam hal pembiayaan yang diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang
serahkan harus dinilai berdasarkan harga perolehan atau harga pasar wajar.
g. Pembagian keuntungan atau bagi hasil didasarkam dari pengelolaan dana yang
dinyatakan dalam bentuk nisbah yang telah disepakati dalam akad.
h. Bank menanggung seluruh resiko kerugian usaha yang dibiayai kecuali jika
nasabah melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian yang
mengakibatkan kerugian usaha.
i. Besaran nisbah bagi hasil yang telah disepakati tidak bisa diubah selama jangka
waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan kedua belah pihak.
o. Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko yang
mungkin dapat terjadi. Misalnya, apabila nasabah tidak mampu memenuhi
kewajiban sebagaimana termuat di akad karena kelalaian atau kecurangan.
(Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, 2016)4
4
Muhammad, 2016, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah,(Yogyakarta:UPP STIM YKPN) h.116-117
5
Rudy Haryanto, Bagi Hasil dan Bank Syariah (Solusi terhadap Bunga Bank): al-ihkam Vol.V No. 2 Desember
2010
8
Dalam dunia perbankan syariah di Indonesia saat ini, sistem bagi hasil yang
diberlakukan yaitu sistem bagi hasil yang berdasarkan sistem revenue sharing. Karena
dalam hal ini bank syariah dapat berperan sebagai pengelola dana maupun sebagai
pemilik dana, ketika bank berperan sebagai pengelola dana maka biaya tersebut akan
ditanggung oleh bank itu sendiri dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan QS. Al-
Baqarah ayat 275 yang berbunyi Allah mengharamkan segala bentuk dari transaksi
yang mengandung unsur ribawi, karena unsur ini tidak mendatangkan kemashlahatan
bagi umat.
prinsip in didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadist atau juga berdasarkan ijtihad para
ulama.
Bank syariah sendiri terdiri atas dua kata yakni bank dan syariah. Dalam hal ini
kata bank yakni memiliki arti suatu lemaga yang berfungsi sebagai perantara dari
kedua belah pihak yakni pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan
dana. Sedangkan kata syariah sendiri di Indonesia khususnya memiliki arti yakni
aturan perjanjian yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain yang mana untuk
menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan
syariat Islam.
Bank Syariah adalah sistem perbankan yang mana dalam kegiatan usahanya tidak
menggunakan sistem bunga, maisir ataupun gharar atau transaksi – transaksi yang
bertentangan dengan syariat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
mengenai Perbankan Syariah, bank syariah merupakan bank yang menjalankan
kegiatan usahanya itu didasarkan pada prinsip syariah yang berlandaskan Al-Quran
dan Al-Hadist. Dan dalam kegiatannya bank syariah juga mencakup beberapa prinsip
yang diterapkan yakni antara lain:6 (Lestari, 2015)
a. Prinsip Kerjasama
Adanya kesepakatan antara pihak pengelola dan pemilik dana menjadi dasar dan
prinsip kerjasama. Kehendak para pihak tersebut dituangkan dalam
perjanjian/akad kerjasama.
b. Prinsip Kepercayaan
Kepercayaan dalam hal ini mrupakan hal penting yang harus ada dalam akad,
karena dengan kepercayaanlah seseorang akan berpeluang untuk mendapatkan
bantuan dari orang lain.
c. Prinsip Kehati-hatian
Prinsip yang sangat penting guna mencapai dan mewujudkan sistem perbankan
yang baik, kokoh, kuat dan sehat.
d. Prinsip Tanggung Jawab
Setiap kegiatan selalu memiliki resiko, tak terkecuali dalam kegiatan perbankan
syariah, sehingga prinsip ini harus diterapkan bagi para pihak.
e. Prinsip Keadilan
Prinsip yang didalamnya terdapat nilai saling berbagi dalam keuntungan nisbah.
6
Novita Lestari, Prinsip Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah : Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015. Hlm
56-57
10
Adapun
a. Riba, merupakan penambahan atas pendapatan yang dalam syariat itu diharamkan
dan menjadikan transaksi itu tidak sah secara syariat, antara lain terjadi dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama baik itu dalam hal kualitas,
kuantitas barang dan waktu penyerahan atau juga terjadi di dalam kegiatan
transaksi pinjam – meminjam yang didalamnya mempersyaratkan nasabah
mengembalikan dana pinjaman itu melebih pokok pinjaman karena berjalannya
waktu pinjaman. kegiatan bank syariah yang berasaskan prinsip syariah yakni
antara lain, kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:
b. Maisir, merupakan transaksi mengandung ketidakpastiannya dalam kegiatan
usaha yang dilakukan.
c. Gharar, merupakan transaksi yang objek transaksinya tidak jelas, tidak memiliki
atau tidak tahu keberadaannya atau juga transaksi yang tidak dapat diserahkan
pada saat transaksi dilakukan dengan kecuali diatur didalam syariat.
d. Haram, merupakan transaksi yang objeknya itu dilarang dalam syariat Islam.
e. Zalim, merupakan transaksi yang mana menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lain.
7
Yudiana, Fetria Eka. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Salatiga: STAIN Salatiga Press,
2014.
11
Ciri utama yang harus ada dalam pembiayaan mudharabah dibank syariah yakni
nisbah bagi hasil ini yang mana disepakati diawal akad.
2) Faktor Tidak Langsung
a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya bank, nasabah melakukan share
dalam pendapatan dan biaya.
Bagi hasil yang berasal dari pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya
yang disebut profit sharing. Begitu juga sebaliknya, apabila bagi hasil itu hanya
berasal dari pendapatan dan semua bebean ditanggun bank maka hal ini disebut
revenue sharing.
b. Kebijakan Akunting
Bagi hasil yang telah ditentukan diawal akad tidak secara langsung dipengaruhi
prinsip dan metode akunting yang ada di bank yang bersangkutan ,terutama
yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan dan beban.
Persentase hibah disini juga akan berbeda karena hal ini akan disesuaikan
dengan jenis dana yang dihimpun di bank syariah.
Jangka waktu investasi yang dilakukan juga akan berpengaruh pada besarnya
nilai persentase nisbah bagi hasil yang akan didapatkan.9
8. Jenis Nisbah
a. Nisbah Aktiva Tetap Terhadap Modal Bersih merupakan jenis nisbah yang
digunakan guna menentukan tingkat investasi dalam aktiva tetap dengan adanya
modal yang dimiliki pemilik usaha dengan ketentuan nisbah aktiva tetap terhadap
modal bersih yang dimiliki tidak lebih dari 50%.
b. Nisbah at-Tamwil wal al-Wada’I adalah Financin ti deposit Ratio (FDR) rasio
pembiayaan bank syariah dengan pihak ketiganya. Rasio penyaluran dan
pengimpunan dana.
c. Nisbah Fi Ihtiyathi Naqdi adalah rasio cadangan tunai (cash ratio), bagian dari
total aktiva bank komersial yang ditahan dalam bentuk akativa yang mempunyai
likuiditas tinggi untuk menghadapi penarikan uang oleh nasabah dan kewajiban
keuangan lainnya.
d. Nisbah Jariyah merupakan jenis nisbah bagi hasil yang membandingkan antara
aktiva lancar dan utang jangka pendek.
e. Nisbah Jumlah Modal merupakan nisbah atau rasio dari jumlah modal yang
dimiliki.
f. Nisbah Kas merupakan rasio kas yang ada.
g. Nisbah Laba Bersih Terhadap Modal Bersih merupakan jenis nisbah yang
digunakan untuk menilai risiko kredit, yakni seberapa besar kemampuan bisnis
untuk menghasilkan laba dalam satu periode bisnis.
h. Nisbah Laba Terhadap Aktiva (ROA) meruapakan laba bersih yang didapat
dibagi dengan total aktiva.
i. Nisbah Laba Terhadap Modal merupakan jenis nisbah yang mana
penghitungannya dengan cara laba bersih dibagi modal sendiri.
j. Nisbah Likuiditas merupakan nisbah yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan bank, perusahaan untuk memenuhi utang jangka pendeknya dan
dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan utang lancar perusahaan.
9
Andiranto, M. Anang Firmansyah. Manajemen Bank Syariah. Surabaya: CV Penerbit Qiara Media,
2019.
13
k. Nisbah Modal Primer Terhadap Aset merupakan jenis nisbah yang dihutung
dengan modal inti dibagi rata-rata total aset perusahaan.
l. Nisbah Modal Sesuaian merupakan jenis rasio modal yang telah disesuaikan
terhadap total aset.
m. Nisbah Modal Terhadap Resiko Aset merupakan jenis nisbah yang mana dihitung
dari jumlah modal dibagi rata-rata total aset
n. Nisbah Perputaran merupakan jenis nisbah yang mana menunjukkan bagaimana
tingkat kecepatan konversi piutang menjadi kas.
o. Nisbah Si’ri al-Sahmi ila al-Ribhi merupakan jenis rasio pendapatan terhadap
harga suatu saham.
p. Nisbah Utang Terhadap Modal Bersih merupakan jenis nisbah yang digunakan
untuk menetapkan banyak proporsi utang terhadap modal bersih yang digunakan
dalam kegiatan usaha perusahaan. (Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah, 2016)10
10
Ibid. hlm 120-121
14
akad bisnis yang tidak memberikan kejelasan return seperti mudharabah dan
musyarakah.
a. Referensi Marjin Keuntungan
Merupakan suatu penetapan marjin keuntunganuntuk hasil pembiayaan yang
berdasar pada usul, rekomendasi atau dari Tim Asset and Liabilities Committe
(ALCO).
b. Perkiraan Tingkat Keuntungan Usaha yang Dibiayai
1) Perkiraan Penjualan
Yakni perkiraan jumlah penjualan disetiap bulan atau transaksi, fluktuasi
harga, margin keuntungan penjualan dll.
2) Lama Cash to Cash Cycle
Waktu yang dibutuhkan untuk dapat mengembalikan kas kembali.
3) Perkiraan Biaya Langsung
Perkiraan biaya-biaya yang langsung berkaitan dengan kegiatan penjualan.
4) Perkiraan Biaya Tidak Langsung
Perkiraan biaya-baya yang dibutuhkan dan tidak berhubungan dengan
kegiatan penjualan.
5) Delayed Factor
Waktu yang ditambah di cash to cash cycle yang mana digunakan untuk
mengantisipasi adanya keterlambatan pembayaran dari pengelola dana
kepada bank syariah.
Menurut Adiwarman Karim, nisbah bagi hasil pembiayaan untuk bank ditentukan
dengan cara membagi perkiraan pendapatan (perkiraan tingkat keuntungan tanpa
mempertimbangkan biaya overhead) dengan referensi tingkat keuntungan.
Dengan demikian, nisbah bagi hasil untuk mudharib adalah 100% - nisbah bagi
hasil bagi bank.
c. Penentuan Nisbah Bagi Hasil Penjualan
Menurut Adiwarman Karim (2004), nisbah bagi hasil pembiayaan untuk bank
ditentukan dengan cara membagi perkiraan penerimaan penjualan (perkiraan
tingkat keuntungan tanpa mempertimbangkan biaya langsung dan biaya
overhead) dengan perkiraa pendapatan dan referensi tingkat keuntungan. Dengan
demikian, nisbah bagi hasil untuk mudharib adalah 100% nisbah bagi hasil bagi
bank.
Sistem perhitungan yang kedua yakni sistem profit sharing yang ana didasarkan
pada laba / rugi usaha yang dilakukan. Kedua belah pihak yang terkait, yakni
nasabah ataupun bank syariah akan memperoleh keuntungan atas hasul usaha
yang dilakukan dan juga akan menanggung kerugian yang mungkin terjadi.
(Firmansyah, 2019)12
Contoh: Total biaya yang dikeluarkan yakni Rp 2.500.000, maka dalam hal ini
bagi hasil yang diperoleh:
Bagi Nasabah : 50% (Rp 10.000.000 – Rp 2.500.000) = Rp 3.750.000
Bagi Bank : 50%(Rp 10.000.000-Rp 2.500.000) = Rp 3.750.000
12
Andrianto, M. Anang Firmansyah. Manajemen Bank Syariah. Surabaya: CV Penerbit Qiara Media, 2019.
18
a. Biaya overhead
b. Cost of Leonable Fund
c. Profit Target
Kemudian ada juga Fatwa DSN No. 16/IX/2000, yang menyatakan bahwa harga dalam
jual beli murabahah adalah penjumlahan harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah
dengan keuntungan yang diinginkan dan sudah disepakati dalam akad.
Keterangan:
t = Waktu
CR = Cost Recovery
Keterangan:
13
Ibid. hlm 132
20
dapat disimpulkan bahwa diskon atau potongan harga yakni hak dari nasabah (Ps 1:3,
Fatwa No. 16/2000), maka harga jual murabahah:
Keterangan:
t : Waktu
CR : Cost Recovery
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem Syirkah atau Bagi Hasil dan Penentuan Nisbah Bagi Hasil dalam Pembiayaan
Syariah yakni dijalankan sesuai dengan prinsip bagi hasil yang mana prinsip ini
menjadi landasan operasional utama bagi produk-produk pembiayaan mudharabah
dan musyarakah dalam perbankan syariah. Prinsip inilah yang membedakan bank
syariah dengan bank konvensional. Prinsip bagi hasil di Indonesia yakni terbagi atas 2
metode antaranya yakni profit sharing dan revenue sharing. Dan juga dalam
21
praktiknya yakni ada beberapa prinsip yang mesti diterapkan yakni prinsip kerjasama,
prinsip kepercayaan, prinsip kehati-hatian, prinsip tanggung jawab dan prinsip
keadilan.
Penentuan Profit Margin dalam Akad Tijarah yang mana dalam penerapannya sistem
margin keuntungan yakni hanya pada produk pembiayaan yang berbasis Natural
Certainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis yang memberikan kepastian dalam
pembayarannya, baik itu dari jumlah ataupun waktunya. Penentuan margin
keuntungan ini yakni didalamnya kita harus menentukan beberapa harga yani
diantaranya menentukan harga jual dalam jual beli, uang muka, diskon serta harga
jual. Dan dalam menetapkan profit margin ada 3 variabel yang dapat
mempengaruhinya, diantaranya yakni Biaya Overhead, Cost of Leonable Fund, dan
Profit Target.
B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh mahasiswa,
khususnya para pembaca lebih paham mengenai penentuan nisbah bagi hasil di bank
syariah dan juga profit margin dalam akad tijarah. Demi penyempurnaan makalah ini,
kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, S. (2001). Bank Syariah Teori dan Praktek. Jakarta: Gema Insani.
Firmansyah, A. d. (2019). MANAJEMEN BANK SYARIAH (Implementasi Teori dan Praktek).
Surabaya: Penerbit Qiara Media.
Lestari, N. (2015). Prinsip Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah. Jurnal Hukum Sehasen, 56-57.
Muhammad. (2001). Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press.
Muhammad. (2016). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Obamuyi, T. (2013). Determinants of banks' profitability in a developing economy:evidenve
from Nigeria . Organizations and Markets in Emerging Economics.
Yudiana, F. E. (2014). Manajamen Pembiayaan Bank Syariah. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
22