Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR PERBANKAN SYARIAH

MUDHARABAH

DOSEN PEMBIMBING
Asep A. Ridwansyah, M.Ag

DISUSUN OLEH
Nendita Syalwa Nurfadillah
(21030804200021)

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PERBANKAN SYARI’AH
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ MUDHARABAH ”. Adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah PENGANTAR PERBANKAN
SYARIAH.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Perbankan
Syariah Bapak Asep A. Ridwansyah, M.Ag, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

“ TAK ADA GADING YANG TAK RETAK ”, sebagai sebuah makalah tidak lepas dari
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
berkepentingan, guna penyempurnaan makalah ini. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat
digunakan oleh pembaca dengan baik.

Bandung, 13 Maret 2021

Nendita Syalwa Nurfadillah

1|Page
Daftar Isi

Mudharabah
KATA PENGANTAR................................................................................................................................1
Daftar Isi................................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
A. Pengertian Mudharabah...........................................................................................................4
B. Jenis-Jenis Mudharabah dalam Perbankan Islam.....................................................................4
C. Pengertian Wadi’ah dan Deposito Syariah...............................................................................5
D. Konsep Bagi Hasil pada Mudharabah.......................................................................................6
E. Konsep Mudharabah di Bidang Pertanian................................................................................6
F. Konsep Untung dan Rugi pada Mudharabah............................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................................8
KESIMPULAN.....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................9

BAB I

PENDAHULUAN

2|Page
Perbankan Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan
syariah atau hukum islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam
untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan
investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram.

A. Latar Belakang

Dinamika kesadaran umat Islam untuk mengamalkan ajaran dan menerapkan sistem Islam
secara menyeluruh (kaffah) tampaknya sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan, khususnya
dalam bidang ekonomi. Ekonomi dan keuangan Islam sudah mulai memperlihatkan sosoknya sebagai
suatu alternatif baru yang diambil dari ajaran Islam.

Pada dasawarsa 1970 dan 1980-an di Timur Tengah serta negara-negara muslim lainnya
telah dimulai kajian-kajian ilmiah tentang ekonomi dan keuangan Islam yang berbuah terbentuknya
sebuah lembaga keuangan Islam internasional yakni Islamic Development Bank (IDB) – sejenis bank
pembangunan seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia - pada tahun 1975 yang
berkedudukan di Jeddah, yang kemudian diikuti oleh pendirian bank-bank Islam lainnya di Timur
Tengah.

Di Indonesia sendiri, Bank syariah yang pertama baru didirikan sekitar tahun 1991 dan baru
beroperasi pada pertengahan tahun 1992 yang tidak lepas dari dukungan rezim yang berkuasa saat
itu. Dengan melihat perkembangan bank syariah di atas, agaknya keinginan umat untuk menjalankan
kehidupan bisnis dan transaksinya dalam skala yang lebih luas yang sesuai dengan prinsip-prinsip
ajaran Islam agaknya sudah memiliki sarana yang tepat. Namun, diakui atau pun tidak, pengetahuan
umat tentang bank syariah masih terbatas dan tidak merata. Masih banyak yang tidak mengenal apa
itu bank syariah atau bahkan masih adanya anggapan yang keliru bahwa bank syariah adalah bank
konvensional yang berbaju syariah.

Oleh karena itu, makalah ini mencoba memberikan sedikit gambaran yang mudah-mudahan
dapat memberi pemahaman yang baik tentang bank syariah serta menepis anggapan yang keliru
tersebut.

B. Rumusan Masalah

a) Apakah yang dimaksud dengan mudharabah?


b) Apa saja jenis-jenis mudharabah dalam perbankan islam?
c) Apa pengertian Wadi’ah dan Deposito Syariah?
d) Bagaimana konsep bagi hasil pada mudharabah?
e) Bagaimana Kerjasama di bidang pertanian?
f) Bagaimana konsep untung dan rugi pada mudharabah?

C. Tujuan Penulisan

a) Memahami dan mengetahui apa itu mudharabah


b) Mengetahui jenis-jenis mudharabah dalam perbankan islam
c) Memahami dan mengetahui ap aitu Wadi’ah dan Deposito Syariah
d) Memahami bagaimana konsep bagi hasil pada mudharabah
e) Mengetahui konsep mudharabah di bidang pertanian
f) Memahami dan mengetahui konsep untung dan rugi pada mudharabah.

3|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah
Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul
atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan diatas yang maksudnya adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya dengan berdagang untuk
memperoleh laba.

Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan di mana


pemilik modal ( shahibul maal ) menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang
sering disebut dengan ( mudharib ), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian
akan ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh
pengelola modal maka pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut.

Pada hakikatnya pengertian dari mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama
antara shohibul maal dan mudhorib, dimana dana 100% dari shohibul maal. Sedangkan
mudhorib hanya sebagai pengelola yang keuntungannya akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati di awal.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian mudharabah


yaitu akad yang dilakukan oleh shahibul maal dengan mudharib untuk usaha tertentu
dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.Keuntungan yang dituangkan
dalam kontrak ditentukan dalam bentuk nisbah. Jika usaha yang dijalankan mengalami
kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh shahibul maal sepanjang kerugian itu
bukan akibat kelalaian mudharib. Namun jika kerugian itu diakibatkan karena kelalaian
mudharib,maka mudharib harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

B. Jenis-Jenis Mudharabah dalam Perbankan Islam


Secara umum, berdasarkan kewenangan yang diberikan pada mudharib,
akad mudharabah yang dilakukan oleh pemilik modal (shahibul maal) dengan pekerja
(mudharib), mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah yaitu mudharabah tanpa syarat, pekerja bebas
mengolah modal itu dengan usaha apa saja yang menurut perhitungannya
akan mendatangkan keuntungan dari arah mana saja yangdiinginkan. Misalnya jenis
barang apa saja, didaerah mana saja, dengan siapa saja, asal saja apa yang
dilakukan itu diperkirakan akan mendapatkan keuntungan. Mudharib diberikan
otoritas oleh shahibul maal untuk menginvestasikan modal ke dalam usaha yang
dirasa cocok dan tidak terikat dengan syarat-syarat tertentu.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah yaitu penyerahan modal dengan syarat-syarat
tertentu, pekerja mengikuti syarat-syarat yang dicantumkan dalam perjanjian
yang dikemukanan oleh pemilik modal. Misalnya harus memperdagangkan

4|Page
barang-barang tertentu, di daerah tertentu, dan membeli barang pada toko
(pabrik) tertentu. Shahibul maal boleh melakukan hal ini guna
menyelamatkan modalnya resiko kerugian. Apabila mudharib melanggar syarat-
syarat/batasan maka mudharib harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
Dalam praktik perbankan syariah modern, kini dikenal dua bentuk
mudharabah muqayyadah yaitu :
a. Mudharabah muqayyadah on balance sheet.
Mudharabah muqayyadah on balance sheet (investasi terikat)
yaitu aliran dana dari shahibul maal kepada mudharib dan shahibul maal
mungkin mensyaratkan dananya hanya boleh dipakai untuk
pembiayaan di sektor tertentu, misalnya pertanian, pertambangan.
b. Mudharabah muqayyadah of balance sheet
Mudharabah muqayyadah of balance sheet ini merupakan jenis
mudharabah dimana penyaluran dana mudharabah langsung kepada
pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara
(arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan
pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu
yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan
dibiayai dan pelaksanaan usahanya.

Jumhur ulama’ menetapkan bahwa pengelola usaha tidak boleh


melakukan akad mudharabah lagi dengan orang lain dengan uang
tersebut,karena modal (uang) yang diberikan kepadanya merupakan
amanah. Sementara penyerahan modal oleh pengelola kepada pihak (orang)
lain merupakan bentuk pengkhianatan yang nantinya akan merugikan pemberi
modal yang sebenarnya, karena apabila akad mudharabah telah terjadi dan
pekerja telah menerima modalnya, maka usaha yang dilakukan adalah amanat yang
harus dijaga sebaik-baiknya. Apabila dia tidak mengusahakan dengan baik, maka
dia harus menanggung resiko yang ada, termasuk mengganti modal tersebut jika
mengalami kerugian.

Hikmah di syariatkannya mudharabah adalah untuk memberikan


kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan hartanya dan sikap
tolong menolong di antara mereka, selain itu, guna menggabungkan
pengalaman dan kepandaian dengan modal untuk memperoleh hasil yang
terbaik.

C. Pengertian Wadi’ah dan Deposito Syariah


1. Wadi’ah
Secara bahasa : wadi’ah ( ‫ )الودعة‬berartikan titipan (amanah). Kata Al-wadi’ah berasal
dari kata wada’a (wada’a – yada’u – wad’aan) juga berarti membiarkan atau
meninggalkan sesuatu. Sehingga secara sederhana wadi’ah adalah sesuatu yang
dititipkan.
Secara harfiah : Al wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak
kepihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
2. Deposito Syariah

5|Page
Deposito syariah adalah produk keuangan beupa simpanan berjangka yang dikelola
berdasarkan prinsip syariah. Deposito syariah ditujukan bagi nasabah perorangan dan
perusahaan. Perbedaan antara deposito konvensional dengan deposito syariah terletak
pada cara pengelolaannya yaitu menggunakan akad mudharabah. Deposito syariah tidak
menggunakan bunga melainkan menawarkan nisbah, yaitu sistem bagi hasil. investasi
penanaman modal di bank syar’iah akan diteruskan pada sektor usaha yang halal.
Dalam deposito syariah nasabah disebut sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank disebut sebagai mudharib atau pengelola dana. Return dari deposito syariah
berfluktuasi sesuai tingkat keuntungan dan kinerja bank syariah dalam jangka waktu
tertentu. Ketentuan nisbah ditetapkan pada awal mendaftar deposito, sebagai contoh
65:35 yang berarti keuntungan diberi ke pada shahibul maal sebesar 65% dan sisanya
sebesar 35% diberi ke mudharib.

D. Konsep Bagi Hasil pada Mudharabah

E. Kerjasama di Bidang Pertanian


1. Muzara’ah, adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan
penggarap, dimana pemilik lahan menyerahkan lahannya untuk dikelolah sipenggarap
dengan imbalan persentase tertentu dari hasil panen.
2. Mukhabarah, adalah bentuk kerja sama antara pemilik sawah/tanah dan penggarap
dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi antara pemilik tanah dan penggarap
menurut kesepakatan bersama seperti seperdua, sepertiga atau lebih, atau kurang dari
itu, sedangkan biaya, dan benihnya dari petani penggarap.

6|Page
3. Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara‟ah dimana si penggarap
hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si
penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

F. Konsep Untung dan Rugi pada Mudharabah


Nisbah adalah rukun yang khas dari akad mudharabah,nisbah ini
mencerminkan imbalan yang berihak diterima oleh kedua belah pihak,mudharib menerima
imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal mendapat imbalan atas penyertaan
modal.

a) Presentase nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk presentase


antara kedua pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu.Jadi
nisbah keuntungan itu misalnya adalah 50:50, 70:30, atau 60:40 atau bahkan
99:1.
b) Bagi untung dan bagi rugi, ketentuan ini merupakan konsekuensi logis dari
karakter akad mudharabah itu sendiri, dalam tergolong ke dalam kontrak
investasi.Dalam kontrak ini, tergantung pada kinerja sector riilnya, bila laba
bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba
bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini hanya
dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk presentase bukan
dalam bentuk nominal rupiah tertentu. Jika usaha yang dijalankan mengalami
kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh shahibul maal sepanjang kerugian
itu bukan akibat kelalaian mudharib. Namun jika kerugian itu diakibatkan
karena kelalaian mudharib,maka mudharib harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.

7|Page
PENUTUP

KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah bahwa hal-hal pokok yang terdapat dalam mudharabah, yaitu ada
pemilik modal (Shahibul Maal), dan ada orang yang memiliki kemampuan untuk menjalankan
usaha/bisnis yang membutuhkan dana (Mudharib). Dengan kerja sama atau kesepakatan untuk
mencari keuntungan, keuntungan yang diperoleh kemudian dibagi para pihak sesuai perjanjian
dalam bentuk presentase, pemilik modal (Shahibul Maal) menanggung kerugian yang tidak
disebabkan oleh pengelola, asalkan dana pokok tidak berkurang. Mudharabah tidak dilarang
dalam Syariah, hal tersebut sesuai dengan hadits Nabi SAW.

8|Page
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.walisongo.ac.id/6823/3/BAB%20II.pdf (05-03-2021)

http://makalah-makalah-makalah.blogspot.com/2014/03/makalah-mudharabah.html (05-03-2021)

https://nasehatsae.wordpress.com/2017/12/18/wadiah-pengertian-landasan-rukun-syarat-macam-
macam-aplikasi-di-bank/ (08-03-2021)

https://www.cermati.com/deposito-syariah (08-03-2021)

file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/1458-3550-1-PB.pdf (13-03-2021)

http://repository.radenintan.ac.id/1469/5/Bab_II.pdf (13-03-2021)

9|Page

Anda mungkin juga menyukai