Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

QIRADL( MUDHARABAH ) DAN IMPLEMENTASINYA


DALAM PERBANKAN SYARI’AH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Fiqih Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu : Ade Ruslan Hidayat, S.Pd.I., M.S.I

Disusun Oleh :
Muhamad Aris Munandar (4.2020.1.0394)
Ginanjar Saputra (4.2020.1.0014)

Ekonomi Syariah (Karyawan)


Semester 2 (Dua)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI


Jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Begeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Telp/Fax.
(0266) 225464 Kota Sukabumi
www.staisukabumi.ac.id Email : stai.sukabumi@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu tanpa kurang satu
apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang tetap istiqomah hingga yaumil akhir.
Penulisan makalah yang berjudul “Qiradl dan Implementasinya dalam Perbankan Syari’ah”
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ekonomi Syariah. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya semoga amal baik yang telah diberikan oleh
semua pihak kepada penulis, balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Takokak ,28 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................…………….. i


DAFTAR ISI ....................................................................................…………….. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................…………….. 1
A. Latar Belakang ...................................................................…………….. 1
B. Rumusan Masalah ..............................................................…………….. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................……………. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................……………. 2
A. Pengertian mudharabah.......................................................……………. 2
B. Landasan hukum………………….....................................……………. 3
C. Rukun dan syarat.................................................................……………. 4
D. Bentuk bentuk mudharabah................................................……………. 7
E. Manfaat dan resiko mudharabah.........................................……………. 9
F. Implementasi mudharabah ................................................……………. 9
BAB III PENUTUPAN ...................................................................……………. 11
A. Simpulan ............................................................................……………. 11
B. Saran ...................................................................................……………. 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. ………….. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan ekonomi (Mu’amalah) sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari
bahkan tanpa disadari, seperti jual-beli, utang piutang, dan pinjam-meminjam, dan hal itu
sering kita lakukan. Meminjamkan sesuatu berarti memberikan pertolongan kepada orang
yang meminjam. Allah SWT. Berfirman dalam Surah Al-Ma’un yang menegaskan bahwa
di antara ciri orang yang mendustakan agama Allah, mereka enggan (menolong dengan)
barang berguna.
Pelaksanaan atau pemberian pinjam meminjam dari satu pihak kepada pihak lain
merupakan suatu usaha Taqarrub kepada Allah. Dan merupakan hablun Minannas atau
bentuk kasih sayang kepada manusia. Karena bagaimanapun kita tidak bisa hidup sendiri
diatas bumi Allah. Dalam pinjaman itu memberikan banyak kemudahan dan keringanan
kepada yang membutuhkannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mudharabah?
2. Apa landasan hukum Mudharabah?
3. Apa saja rukun dan syarat Mudharabah?
4. Apa saja bentuk bentuk Mudharabah?
5. Bagaimana Manfaat dan resiko Mudharabah?
6. Bagamana Implementasi Mudharabah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Mudharabah
2. Mengetahui landasan hukum Mudharabah
3. Mengetahui rukun dan syarat Mudharabah
4. Mengetahui bentuk bentuk Mudharabah
5. Mengetahui Manfaat dan resiko Mudharabah
6. Mengetahui Implementasi Mudharabah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian mudharabah
Mudharabah adalah bentuk akad, perjanjian atau kontrak antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan kerja sama menjalankan suatu usaha untuk memperoleh pendapatan atau
keuntungan. Pemilik modal dapat disebut shahibul maal, rabbul maal, atau propretior.
Pengelola modal disebut mundharib. Modal yang digulirkan disebut ra'sul maal. Kerja
sama yang dilakukan berdasarkan pada prinsip profit sharing, yang satu sebagai pemilik
modal dan yang kedua menjalankan usaha. Pendapatan atau keuntungan dibagi
berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal akad menggunakan metode bagi untung
dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).
Istilah mudharabah secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu darb, yang
memiliki arti memukul, berdetak, mengalir, berenang, bergabung, menghindar berubah,
mencampur, berjalan, dan lain sebagainya. Secara terminologi mudharabah adalah bentuk
kontrak (perjanjian) antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengguna dana (mudharib)
untuk digunakan aktivitas yang produktif di mana keuntungan dibagi kedua belah pihak
antara pemilik modal dan pengelola dana. Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh
pemilik modal, jika kerugian itu terjadi dalam keadaan normal, pemodal (shahibul maal)
tidak boleh intervensi kepada pengelola dana (mudharib) dalam menjalankan usahanya
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000, definisi mudharabah
adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain
untuk membuka suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini posisi lembaga
keuangan sebagai pemilik dana dan membiayai 100% atas usaha pengelola, sedangkan
posisi pengelola sebagai mudharib. Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
No.8/21/PBI/2006, pengertian mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana
(shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau

2
metode bagi pendapatan (net revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Berikut definisi dan pengertian mudharabah dari beberapa sumber buku: 

 Menurut Ismail (2015), mudharabah adalah akad perjanjian antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan kerja sama usaha. Satu sebagai penyedia modal sebesar 100% yang
disebut sebagai Shahibul Maal dan pihak lainnya sebagai pengelola usaha yang disebut
sebagai Mudharib. 
 Menurut Naf'an (2014), mudharabah adalah akad antar pihak pemilik modal (shahibul
maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.
Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati
di awal akad. 
 Menurut Umam (2016), mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana
(shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss
sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. 
 Menurut Karim (2006), mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak dimana
satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya
untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaku usaha, dengan tujuan untuk
mendapatkan uang. 
 Menurut Dahlan (2012), mudharabah adalah bentuk kontrak kerja sama yang
didasarkan pada prinsip profit sharing, yang satu sebagai pemilik modal dan yang
kedua menjalankan usaha. Modal disini berupa uang dan tidak boleh berbentuk barang.
Pemilik modal dapat disebut shahibul maal, rabbul maal, atau propretior. Pengelola
modal disebut mundharib. Modal yang digulirkan disebut ra'sul maal.

B. Landasan Hukum Mudharabah


1. Al- Qur’an
Surat Al-Muzzammil ayat 20, yaitu:

3
Artinya: "Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT".(Q.S Al-Muzzammil : 20)

Surat Al-Jumu'ah ayat 10, yaitu:

Artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah SWT". (Q.S Al-Jumu'ah : 10)

2. Hadist

HR Ibnu Majah No.2280 dalam kitab At-Tijarah, yaitu:

Artinya: Dari Shalih bin Shuhaib R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan
untuk dijual".

3. Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap
legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Qiyas merupakan dalil lain yang
membolehkan mudharabah dengan mengqiyaskannya (analogi) kepada transaksi
musaqat, yaitu bagi hasil yang umum dilakukan dalam bidang perkebunan. Dalam hal
ini, pemilik kebun bekerja sama dengan orang lain dengan pekerjaan menyiram,
memelihara dan merawat isi perkebunan. Dalam perjanjian ini, sang perawat

4
(penyiram) mendapatkan bagi hasil tertentu sesuai dengan kesepakatan di depan dari
out put perkebunan (pertanian). Dalam mudharabah, pemilik dana (shahibul maal)
dianalogikan dengan pemilik kebun, sedangkan pemeliharaan kebun dianalogikan
dengan pengusaha (entrepreneur).
C. Rukun dan Syarat Mudharabah
Menurut Suhendi (2002), rukun dalam mudharabah berdasarkan Jumhur Ulama ada
tiga, yaitu: dua orang yang melakukan akad (al-aqidani), modal (ma'qud alaih), dan
shighat (ijab dan qabul). Sedangkan menurut ulama Syafi'iyah lebih memerinci lagi
menjadi enam rukun, yaitu:
1. Pemilik modal (shohibul maal). 
2. Pelaksanaan usaha (mudharib atau pengusaha). 
3. Akad dari kedua belah pihak (ijab dan kabul).
4. Objek mudharabah (pokok atau modal). 
5. Usaha (pekerjaan pengelola modal). 
6. Nisbah keuntungan.
Menurut Afandi (2009), syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Akad 
Syarat yang terkait dengan orang yang melakukan akad (Aqidain), yaitu: 
1. Cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai orang yang berakad (aqid).
2. Pemilik dana tidak boleh mengikat dan melakukan intervensi kepada pengelola
dana.
2. Modal 
Syarat terkait dengan modal, antara lain yaitu: 
1. Modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata uangnya. 
2. Modal harus dalam bentuk tunai, seandainya berbentuk aset diperbolehkan asalkan
berbentuk barang niaga dan memiliki nilai atau historinya pada saat mengadakan
kontrak. 
3. Besarnya ditentukan secara jelas di awal akad. 
4. Modal bukan merupakan pinjaman (hutang). 
5. Modal diserahkan langsung kepada pengelola dana dan secara tunai. 
6. Modal digunakan sesuai dengan syarat-syarat akad yang disepakati. 

5
7. Pengembalian modal dapat dilakukan bersamaan dengan waktu penyerahan bagi
hasil atau pada saat berakhirnya masa akad mudharabah.
3. Keuntungan 
Syarat yang terkait dengan keuntungan, antara lain yaitu: 
1. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan.
2. Pemilik dana siap mengambil risiko rugi dari modal yang dikelola.
3. Penentuan angka keuntungan dihitung dengan persentase hasil usaha yang dikelola
oleh pengelola dana berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 
4. Pengelola dana hanya bertanggung jawab atas sejumlah modal yang telah
diinvestasikan dalam usaha. 
5. Pengelola dana berhak memotong biaya yang berkaitan dengan usaha yang diambil
dari modal mudharabah.
4. Kegiatan Usaha 
Kegiatan usaha oleh pengelola (mundharib), sebagai pertimbangan (muqabil) modal
yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mundharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
2. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang
dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan. 
3. Pengelola tidak boleh menyalai hukum syariah islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktivitas itu.
Menurut Nurhasanah (2015), prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam pembiayaan
mudharabah adalah sebagai berikut: 
1. Prinsip berbagi keuntungan di antara pihak-pihak yang melakukan akad
mudharabah. Laba bersih yang telah diperoleh harus dibagi antara pemilik dana
dan pengelola dana secara adil sesuai dengan porsi yang sebelumnya telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Pembagian laba ini harus dilakukan setelah
adanya pengurangan biaya-biaya dan juga modal dari pemilik dana telah
dikembalikan secara utuh. 

6
2. Prinsip bagi kerugian di antara masing-masing pihak yang berakad. Dalam
mudharabah, asas keseimbangan dan keadilan terletak pada pembagian kerugian
apabila usaha yang dijalankan pengelola dana mengalami kerugian. Kerugian
tersebut dapat ditanggung oleh pemilik dana, akan tetapi apabila terbukti ada
kelalaian yang dilakukan oleh pengelola dana, maka pengelola dana yang akan
menanggung kerugian tersebut.
3. Prinsip kejelasan. Sebelum melakukan kontrak mudharabah ini, antara pemilik
dana dan pengelola dana harus jelas dalam menyatakan modal yang disertakan,
syarat-syarat, porsi bagi hasil yang akan diterima oleh masing-masing pihak dan
juga jangka waktu berlakunya akad tersebut. 
4. Prinsip kepercayaan dan amanah. Unsur terpenting dalam melaksanakan akad
mudharabah ini adalah saling percaya. Pemilik dana mempercayakan dananya untuk
dikelola oleh pengelola dana (mudharib). Pemilik dana bisa saja membatalkan
kontrak perjanjian akad mudharabah tersebut apabila sudah tidak ada rasa saling
percaya.
5. Prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian menjadi kunci keberhasilan dari
berlangsungnya akad mudharabah. Apabila prinsip kehati-hatian ini tidak dimiliki
oleh masing-masing pihak, maka yang terjadi akan menimbulkan kerugian finansial,
waktu, dan juga tenaga.
D. Bentuk Bentuk Mudharabah 
Menurut Muhammad (2014), pembiayaan dengan prinsip mudharabah terdiri dari dua
jenis, yaitu:
1. Mudharabah Muthlaqah 
Muthlaqah merupakan akad mudharabah yang digunakan untuk kegiatan usaha
yang cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis
sesuai dengan permintaan pemilik dana (shahibul maal). Pembiayaan mudharabah
muthlaqah juga disebut dengan investasi pemilik dana kepada bank syari’ah. Bank
syari’ah tidak mempunyai kewajiban untuk mengganti rugi atas pengelolaan dana yang
bukan disebabkan kelalaian atau kesalahan bank sebagai Mudharib. Sebaliknya,
apabila kesalahan atau kelalaian dalam mengelola dana investor (Shahibul Maal)
dilakukan secara sengaja, maka bank syari’ah wajib mengganti semua dana Investasi

7
Mudharabah Mutlaqah. Penerapan mundharabah muthlaqah dapat berupa tabungan dan
deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu mundharabah dan deposito
mundharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan dalam menggunakan dana
yang dihimpun.
2. Mudharabah Muqayyadah 
Muqayyadah merupakan akad mudharabah yang mana dalam melakukan
kegiatan usahanya, pemilik dana (shahibul maal) memberikan syarat-syarat tertentu
atau dibatasi dengan adanya spesifikasi tertentu kepada pengelola dana. Adanya
pembatasan ini sering kali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal
dalam jenis dunia usaha. Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
restricted mudharabah atau specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah.
Akad mudharabah muqayyadah ada dua macam, yaitu: 
1. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet, yaitu akad kerja sama usaha yang
mana mudharib ikut menanggung resiko atas kerugian dana yang diinvestasikan
oleh Shahibul Maal. Dalam akad ini, Shahibul Maal juga memberi batasan secara
umum misalnya, batasan tentang jenis usaha, jangka waktu pembiayaan, dan sektor
usahanya. Karakteristik jenis simpanan ini; Pertama, pemilik dana harus wajib
menetapkan syarat atau membuat akad yang wajib di penuhi oleh Mudharib. Kedua,
bank wajib memberitahu pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara bagi hasil
serta pembagian secara risiko yang dicantumkan dalam akad. Ketiga, sebagai tanda
bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus yang memisahkan dana
dari rekening lainnya. Keempat, untuk Deposito Mudharabah, bank wajib
memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. 
2. Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet, yaitu jenis mudharabah yang
merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya,
dimana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana
dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang
harus dipenuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan
pelaksanaan usahanya. Karakteristik jenis penyimpanan ini diantaranya Pertama,
sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus yang

8
memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos
tersendiri dalam rekening administratif. Kedua, dana simpanan khusus harus
disalurkan langsung kapada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana. Ketiga,
bank menerima komisi atas jasanya mempertemukan kedua belah pihak. Sedangkan
antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. 

E. Manfaat Dan Resiko Mudharabah


1. Manfaat al – mudharabah
1.   Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat.
2.   Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara
tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank
tidak akan pernah mengalami negatif spread.
3.   Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha
nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4.   Bank akan lebih selektif atau hati – hati mencari usaha yang benar – benar halal,
aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan benar – benar
terjadi itulah yang akan dibagikan.
5.   Prinsip bagi hasil dalam al – mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap
dimana bank akan menagih penerima pembiayaan ( nasabah ) satu jumlah bunga
tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi

krisis ekonomi.
2.       Resiko al – mudharabah
1.      Side streaming
2.      Lalai dan kesalahan yang disengaja
3.      Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.

F. ImplemenTasi Mudharabah 

Menurut Antonio (2001), skema pembiayaan mudharabah dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

9
Adapun penjelasan ketentuan pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: 
1. Nasabah (mundharib) mengajukan pembiayaan kepada bank (shahibul maal) atas suatu
rencana proyek usaha. Kemudian diadakan negosiasi sampai bank menyetujui proyeksi
yang diajukan oleh nasabah dengan syarat dan analisis yang ditetapkan oleh pihak
bank. Pada tahap negosiasi tercapai kesepakatan berarti sudah terjadi asas
konsensualisme. 
2. Perjanjian dibuat dengan perlengkapan seluruh dokumen yang dibutuhkan. Pada tahap
ini data diartikan sebagai asas formalisme. Di mana akad terjadi jika sudah terjadi
formalitas suatu perjanjian sesuai dengan peraturan yang berlaku, bank sebagai
shahibul maal (pihak pertama), dan nasabah sebagai mundharib (pihak kedua).
3. Nasabah menyalurkan dana pembiayaan untuk proyek yang telah disepakati.
4. Nasabah memberikan nisbah bagi hasil atau nilai keuntungan sesuai dengan nilai
kontrak. Lazimnya dibayarkan secara regular dalam interval per-bulan. 
5. Perjanjian pembiayaan akad mundharabah selesai sesuai dengan nota perjanjian atau
sebagian pihak mengakhiri dengan beberapa alasan peraturan atau perundang-
undangan yang berlaku.

10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Pengertian
Mudharabah adalah bentuk akad, perjanjian atau kontrak antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan kerja sama menjalankan suatu usaha untuk memperoleh pendapatan
atau keuntungan.
2. Landasan Hukum
a. Al-Qur’an
b. Hadist
c. Ijma
3. Rukun Dan Syarat
 Rukun
1. Pemilik modal (shohibul maal). 
2. Pelaksanaan usaha (mudharib atau pengusaha). 
3. Akad dari kedua belah pihak (ijab dan kabul).
4. Objek mudharabah (pokok atau modal). 
5. Usaha (pekerjaan pengelola modal). 
6. Nisbah keuntungan.
 Syarat
1. Akad
2. Modal
3. Keuntungan
4. Kegiatan usaha
4. Bentuk- Betuk
1. Mudharabah Muthlaqah 
2. Mudharabah Muqayyadah 
a. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet
b. Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet
B. Saran

11
Demikian makalah yang dapat pemakalah paparkan. Mudah – mudahan bisa
bermanfaat bagi kita semua, Khususnya bagi pembaca. Dan tidak lupa kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah yang selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Ismail. 2005. Perbankan Syari'ah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


 Naf'an. 2014. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
 Umam, Khotibul. 2016. Perbanan Syariah: Dasar-dasar dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pres.
 Dewan Syariah Nasional MUI dan Bank Indonesia. 2006. Himpunan Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI. Jakarta: Gaung Persada.
 Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah: Teoritik Praktik Kritik. Yogyakarta: Teras.
 Afandi, M. Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga
Keuangan Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka. 
 Nurhasanah, Neneng. 2015. Mudharabah dalam Teori dan Praktik. Bandung: Refika
Aditama.
 Muhammad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
 Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syari'ah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana.
 Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik.

13

Anda mungkin juga menyukai