Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRINSIP BAGI HASIL

DOSEN PENGAMPU: HAPRI MOKOAGOW,SE,M.SA

DISUSUN OLEH :

NAMA : FRELI THOMAS


NIM : A0420200020

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH KOTAMOBAGU

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya semata penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Prinsip Bagi Hasil” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna untuk menyelesaikan tugas mata kuliah

Prinsip–prinsip Perbankan Syariah. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang rasionalitas bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kulia

Prinsip-prinsip Prbnkan Syariah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu

kritik dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kotamobagu, 03 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Definisi Prinsip Bagi Hasil.....................................................................................6
B. Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah..................7
C. Landasan Hukum Bank Syariah.............................................................................9
D. Landasan Hukum Akad Bagi Hasil......................................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh

pihakpihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah.

Dalam hal tersebut, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau

salah satu pihak akan dibagi sesuai porsi masing-masing pihak yang melakukan akad

perjanjian. Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan

menggunakan nisabah. Nisbah yaitu presntase yang disetujui oleh kedua pihak dalam

menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.

Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan

dasar bagi oprasional bank Islam secara keseluruhan. Menetapkan tingkat

keuntungan dan nisbah bagi hasil pembiayaan pada bank syariah, agar bank syariah

dapat memperoleh return yang maksimal. Dengan demikian bank syariah dapat

memberikan bagi hasil yang maksimal kepada dana pihak ketiga karena semakin

tinggi keuntungan yang diperoleh bank, semakin tinggi pula bagi hasil yang

diberikan bank kepada dana pihak ketiga, dan begitu sebaliknya.

Manfaat adanya bagi hasil adalah baik nasabah atau bank syariah memperoleh

kepuasan, memberikan manfaat keadilan yang diterima oleh nasabah dan bank

syariah. Perhitungan bagi hasil pada perbankan syariah di Indonesia berdasarkan

profit yang diperoleh (profit and loss sharing) yang didasarkan kepada ravenue

sharing (yang dibagikan pendapatannya). (Lauda Huruniang, Noven Suprayogi,

2015)

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan permasalahan kami dalam pembahasan

ini yaitu:
1. Apa definisi dari prinsip bagi hasil?

2. Apa saja bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam

perbankan syariah?

3. Bagaimana landasan hukum akad bagi hasil?

C. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui definisi dari prinsip bagi hasil

2. Untuk mengetahui apa saja bentuk-brntuk kontrak kerjasama bagi

hasil dalam perbankan syariah

3. Untuk mengetahui landasan hukum akad bagi hahsil


BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Prinsip Bagi Hasil

Pengertian bagi hasil menurut terminology asing (Inggris) di kenal

dengan Profit sharing, profit merupakan bagi keuntungan. Dalam kamus

ekonomi di artikan pembagian laba. Secara istilah profit adalah perbedaan

yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih

besar dari biaya total (total cost).

Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya kegiatan

usaha. Didalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atau

keuntungan yang akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil

dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan

kepada masyarakat. Dalam sistem penetapan bagi hasil ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan:

1. Didalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha

harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad).

2. Prosentase nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase

antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal Rp

tertentu.

Bagi untung dan bagi rugi. Jika usaha tersebut mendapatkan keuntungan

maka pembagiannya berdasarkan nisbah, sedangkan jika:


1. usaha tersebut mengalami kerugian maka pembagian didasarkan proporsi

modal.

2. Nilai nominal bagi hasil yang nyata-nyata diterima baru dapat diketahui

setelah hasil pemanfaatan dana tersebut benar-benar telah ada.

3. Nisbah bagi hasil ditentukan atas kesepakatan pihak-pihak yang

bekerjasama.

4. Besarnya nisbah biasanya akan dipengaruhi oleh pertimbangan kontribusi

masing-masing pihak dalam bekerjasama. prospek perolehan keuntungan,

dan tingkat risiko yang mungkin terjadi.

Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penetapan nisbah

bagi hasil ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni pembagian hasil

usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak

pembiayaan dibentuk, dan besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua

belah pihak harus disepakati oleh kedua belah pihak yang bekerja sama.

Dalam hukum Islam penerapan bagi hasil harus memperhatikan prinsip

at-taawun artinya tolong menolong maksudnya saling bantu membantu dan

saling bekerjasama diantara anggota masyarakat dalam hal kebaikan.

B. Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah

Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam lembaga keuangan

syariah diantaranya musyarakah dan mudharabah, Dari berbagai akad-akad

bagi hasil diatas yang biasanya digunakan, khususunya pada bank-bank


syariah yang ada di Indonesia yakni pembiayaan musyarakah dan pembiayaan

mudharabah.

1. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah yaitu kerjasama yang dilakukan antara dua

pihak atau lebih dimana kedua belah pihak sama-sama memiliki

modal (dana) untuk melakukan usaha bersama dan mengelola

bersama dalam suatu hubungan kemitraan. Bagi hasil dibagi

berdasarkan kesepakatan yakni biasanya dibagi berdasarkan jumlah

modal atau dana yang ditanamkan dan apabila terjadi kerugian, maka

kerugian tersebut ditanggung bersama secara proporsional sesuai

dengan kontribusi modal.

2. Pembiayaan Mudharabah

Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara

shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan

nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha

mengalami kerugian maka kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik

dana, kecuali jika ada kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana,

seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

Mudharabah adalah kerjasama yang dilakukan antara dua pihak

yakni antara pemilik dana (shohibul maal) dan pengelola (Mudharib)

untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan menggunakan bagi

untung (profit sharing) berdasarkan kesepakatan diantara kedua belah

pihak.
Mudharabah dibagi menjadi dua macam yakni sebagai berikut:

a. Mudharabah mutlaqah yakni pemilik dana (Shohibul maal) tidak

memberikan batasan kepada pengelola (mudhorib) untuk

menggunakan dana tersebut dalam mengelola usaha baik

mengenai tempat, waktu dan jenis usaha yang akan dijalankan,

dan pengelola bertanggungjawab untuk mengelola usaha sesuai

dengan praktik kebiasaan usaha normal yang sehat.

b. Mudharabah muqayyadah adalah pemilik dana (shohibul maal)

menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola (mudharib)

dalam menggunakan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat,

jenis usaha dan yang lainnya. Pengelola menggunakan dana

tersebut dengan tujuan yang dinyatakan secara khusus yakni

untuk menghasilkan keuntungan.

C. Landasan Hukum Bank Syariah

Landasan hukum bank syariah berawal dari UU No 7/92 tentang

perbankan yang hanya mengatur tentang perbankan secara konvensional,

kemudian Bank Syariah sendiri dalam system operasinya UU tersebut

dijadikan sebagai landasan hukumnya ditambah Peraturan Pemerintah nomor

72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Bagi Hasil.

Yang terakhir, Undang Undang nomor 7 telah dilakukan perubahan dan

menghasilkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai landasan

hukum bank syariah.


“Dalam pasal 1 butir 3, UU No 10 tahun 1998 disebutkan bawa: Bank

umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

atau berdasarkan Prinsip Syariah yang didalam kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran”

Jadi dengan adanya UU No 10 tahun 1998 tersebut, bank umum

dibolehkan untuk menjalankan :

1. System konvensional atau

2. System syariah atau

3. System konvensional dan cabang syariah

Landasan hukum bank syariah selanjutnya yang masih juga

digunakan hingga saat ini adalah UU No. 21 tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah. Peraturan perundangan yang satu ini, berupaya

memberikan penjelasan komprehensif mengenai operasional bank

syariah. Di dalamnya secara jelas diatur mengenai jenis-jenis usaha,

ketentuan dalam melaksanakan prinsip syariah, penyaluran dana,

kelayakan dalam berusaha, serta beberapa hal yang harus dihindari oleh

sebuah Bank Syariah.

D. Landasan Hukum Akad Bagi Hasil

1. Pembiayan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah diatur melalui fatwa DSN

No.07/DSNMUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah. Latar

belakang dikeluarkannya fatwa dimaksudkan dalam rangka

mengembangkan dan meningkatkan dana Lembaga Keuangan Syariah


(LKS). Pihak lembaga keuangan syariah dapat menyalurkan dananya

kepada pihak lain melalui akad mudharabah yakni akad kerjasama yang

dilakukan antara pimilik dana (shohibul mal) dan pengelola (mudhorib),

dimana shohibul mal memberikan modal kepada mudhorib untuk

mengelola modal atau dana yang diberikan, dan keuntungan dibagi

berdasarkan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

2. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah merupakan salah satu pembiayaan yang

menggunakan prinsip bagi hasil, dimana telah diatur dalam ketentuan

fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 yang menyebutkan bahwa

kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan usaha

terkadang memerlukan dana dari pihak lain, antara lain melalui

pembiayaan musyarakah yakni akad kerjasama yang dilakukan antara dua

orang atau lebih dimana masing-masing pihak sama-sama memiliki modal

dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan dan

apabila terjadi kerugian ditanggung bersama.Landasan hukum yang

digunakan dalam pembiayaan akad musyarakah yakni berdasarkan Al-

Qur’an dan Al-Hadits


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian bagi hasil menurut terminology asing (Inggris) di kenal

dengan Profit sharing, profit merupakan bagi keuntungan. Dalam kamus

ekonomi di artikan pembagian laba. Secara istilah profit adalah perbedaan

yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih

besar dari biaya total (total cost).

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca agar bisa membaca lebih banyak referensi

lain terkait dengan materi “Prinsip Bagi Hasil” agar dapat lebih memperluas

wawasannya terkait materi ini.


DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uinbanten.ac.id/2474/4/BAB%20I.pdf
https://accounting.binus.ac.id/2017/06/17/pengertian-prinsip-dan-landasan-
hukum-bank-syariah-sesuai-uu-1098/
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7513/5/BAB%20II.pdf
https://shafiec.unu-jogja.ac.id/2021/03/landasan-hukum-bank-syariah-yang-
wajib-diketahui/

Anda mungkin juga menyukai