Anda di halaman 1dari 11

PROFIT SHARING SEBAGAI KARAKTERISKTIK DASAR

BANK SYARI’AH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan Syari’ah

Dosen Pengampu : Ulih Muslihudin, MM

Disusun oleh:

Intan Nurazizah (2222.035.1)

EKONOMI SYARI’AH 1B

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT CIPASUNG

TASIKMALAYA

2023

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahirobbi, yang telah
memberikan kenikmatan yang melimpah. Sholawat beserta salam semoga tercurah
limpahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan rahmat-
Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Perbankan Syari’ah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak
sedikit hambatan yang penulis hadapi, namun penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat
merampungkannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa/I Universitas Islam
KH.Ruhiat Cipasung. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah penulis dimasa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Tasikmalaya, 22 Mei 2023

Penulis

DAFTAR ISI
Daftar isi..........................................................................................................

BAB I PENDADULUAN................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Pengertian Profit Sharing............................................................................


B. Profit Sharing sebagai Karakterisktik Bank Syari’ah.................................
C. Akad dalam Profit Sharing.........................................................................
D. Kelebihan dan Kekurangan Profit Sharing.................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga
keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui
aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip
syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro
maupun mikro.
Setiap lembaga keuangan syari’ah mempunyai falsafah mencari keridhoan
Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, setiap
kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan
agama, harus dihindari. Maka dalam hal ini sebagaimana dijelaskan pula oleh
Ascarya: Bank syariah memiliki perbedaan operasional yang cukup mendasar
dengan bank konvensional dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi.
Adapun hal mendasar yang membedakan antara bank syariah dengan bank
non syariah sebagaimana telah disinggung di atas, di antaranya adalah terletak
pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah
kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan
kepada nasabah. Sehingga muncullah istilah yang disebut bunga dan bagi hasil.
Saat terjadi krisis moneter 1997-1998 misalnya, bank syariah (saat itu BMII)
tetap konsisten menunjukkan kinerja yang baik. Bank syariah dianggap steril
terhadap fluktuasi suku bunga secara langsung. Akan tetapi, tidak demikian ketika
terjadi krisis global di tahun 2008, ketika BI menaikkan tingkat suku bunga SBI
dampaknya tidak hanya pada kenaikan suku bunga bank konvensional saja namun
juga pada tingkat marjin bank syariah.5 Kasus di atas tentu menjadi menarik
untuk dikaji, apakah bagi hasil atau juga disebut marjin6 konsep dasarnya sama
dengan kenaikan tingkat marjin sebagaimana yang terjadi saat krisis global di
tahun 2008.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Profit Sharing?
2. Mengapa Profit Sharing menjadi karakteriktik dalam Perbankan Syari’ah?
3. Apa saja Akad dalam Profit Sharing?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan Profit Sharing?

C. Tujuan
1. Mahasiswa/I dapat mengetahui apa itu profit sharing
2. Mahasiswa/I dapat mengetahui karakteristik dalam perbankan syari’ah
3. Mahasiswa/I dapat mengetahui bagaimana akad mudharabah dalam fiqih
muamalah
4. Mahasiswa/I dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan profit sharing

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profit Sharing dan Mekanismenya
Profit sharing adalah suatu sistem atau metode bagi hasil usaha antar pihak
penyedia dana dan juga pengelola dana yang mana nantinya sistem tersebut
adalah bagi hasil dari usaha bisnis kedua pihak, termasuk yang dijalankan pada
bank syariah.
a. Mekanisme Profit Sharing
1. Profit Sharing
profit sharing adalah jenis atau mekanisme pertama dari profit sharing itu
sendiri. Jenis profit sharing adalah suatu sistem atau mekanisme usaha yang
didalamnya mencakup kesepakatan antar setiap pihak guna membagikan
keuntungan dari sistem usahanya. Keuntungan yang diperoleh dari setiap pihak
ini berasal dari pendapatan bersih usaha. Sehingga, pendapatan tersebut setelah
dikurangi dengan berbagai biaya bisnis lainnya, seperti biaya produksi sampai
dengan biaya operasional.
2. Gross Profit Sharing
Mekanisme kedua dari profit sharing adalah gross profit sharing. Gross profit
sharing adalah suatu sistem kesepakatan bagi hasil dari beberapa pihak yang mana
pendapatan atau hasilnya berbeda dengan jenis profit sharing sebelumnya.
Gross profit sharing adalah sistem kesepakatan bisnis yang membagikan hasil
dengan berdasarkan pendapatan yang sudah dikurangi dengan harga pokok
penjualan. Contoh sederhananya adalah seperti keuntungan dari pendapatan
sebelum dikurangi dengan pajak, biaya marketing, biaya admin, dan berbagai
biaya lainnya. Sehingga, pendapatan yang digunakan masih menjadi laba kotor.

3. Revenue Sharing
Mekanisme yang ketiga dari profit sharing adalah revenue sharing. Revenue
sharing adalah suatu sistem pembagian hasil yang mana pendapatannya belum
dikurangi dengan biaya komisi, operasional dan juga sistem perbankan.
Sehingga, hal ini akan dihitung dengan berdasarkan total pendapatan
pengelolaan dana bisnis yang dilakukan oleh setiap pihak. Bila kita contohkan
dengan sistem syariah, maka sistem ini umumnya digunakan untuk kebutuhan
distribusi dari hasil lembaga keuangan syariah itu sendiri. Namun, dalam
perbankan syariah, mekanisme bagi hasil yang lebih sering digunakan umumnya
adalah mekanisme profit sharing dari laba bersih yang dilakukan antar pihak
kreditur dan pihak debitur itu sendiri yang di dalamnya akan dilakukan akad atau
perjanjian antar setiap pihak.
B. Profit Sharing sebagai Karakteristik Bank Syari’ah
Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing tercatat di Pakistan dan
Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola jamaah haji secara
nonkonvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa
Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan
landasan dasar bagi opeerasional bank Islam secara keseluruhan. Secara syariah,
prinsipnya berdasarkan kaidah mudharabah. Sebagai alternatif sistem bunga
dalam ekonomi konvensional, ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil
(profit and loss sharing) ketika pemilik modal (surplus spending unit)
bekerjasama dengan pengusaha (deficit spending unit) untuk melakukan kegiatan
usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan keuntungan maka dibagi dua,
sedangkan jika terjadi kerugian maka juga ditanggung bersama. Sistem ini
menjamin adanya keadilan, yakni tidak ada pihak yang dirugikan atau didzalimi.

C. Akad dalam Profit Sharing


1. Mudharabah
Akad pertama yang terdapat dalam sistem profit sharing adalah mudharabah.
Akan ini terjalin antar setiap pihak saat melakukan investasi ataupun bisnis
bersama.
Keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha yang dilakukan akan dibagikan
pada pihak investor dan juga manajemen modal sesuai dengan kesepakatan.
Namun, bila nantinya terjadi kerugiaan antar salah satunya, maka sistem bank
syariah akan bersedia menanggungnya bila memang terbukti ada kesalahan
tertentu.
Hal ini tentunya berbeda dengan sistem perbankan konvensional, yang mana
dalam kondisi tersebut hanya nasabahlah yang bisa menanggung kerugian,
sedangkan bank akan tetap menerima keuntungan.
Selain itu, sistem akan ini juga bisa tetap dilakukan oleh salah satu orang
pemberi dana yang mana nantinya akan diberikan kepercayaan sekaligus dikelola
oleh pihak lainnya. Tapi sebelumnya, pada awal akad harus dilakukan diskusi
terkait pembagian profit oleh setiap pihak. Hal ini dilakukan guna meminimalisir
risiko yang kemungkinan akan terjadi, seperti kerugian antar setiap pihak yang
terlibat.
2. Musyarakah
Jenis akad kedua yang terdapat pada profit sharing adalah musyarakah. Akad
perjanjian ini umumnya dilakukan pada suatu kerja sama yang didalamnya
investor atau pengusaha itu sendiri.
Di dalam sistem perbankan syariah, umumnya juga akan menggunakan sistem
akad ini saat pihak mereka akan memberikan pinjaman atau kredit syariah pada
pebisnis UMKM. Adapun pinjaman dana yang diberikan untuk bisnis tersebut
harus diklaim aman dan juga tidak melanggar syariat yang ada.

3. Murabahah
Jenis akad yang terakhir yang ada di dalam profit sharing adalah murabahah.
Sistem akad ini mempunyai prinsip berbentuk kegiatan jual beli barang dengan
kesepakatan antar kedua belah pihak.
Jadi, bila ada orang yang ingin melakukan permohonan modal sebanyak 15
juta rupiah untuk membeli kendaraan, seperti motor. Maka setelahnya orang
tersebut tentu akan memperoleh pinjaman dari bank syariah untuk membeli
motor.
Tapi setelah memberikan pinjaman, maka pihak bank akan membuat suatu
akad untuk menjual motor tersebut kembali dengan harga sebesar 17 juta rupiah.
Sehingga, agar bisa mengembalikan dana pinjaman motor, maka pihak peminjam
harus membayar dengan cara diangsur dengan jangka waktu yang sebelumnya
sudah disepakati antar pihak peminjam dan juga pihak bank.
Jenis akad murabahah ini umumnya memang digunakan untuk proses
pembelian ataupun pembiayaan produk dengan harga yang tinggi, seperti
kendaraan bermotor, rumah, sampai dengan tanah.
D. Kelebihan dan Kekurangan Sharing Profit
Kelebihan utama dari profit sharing adalah terdapat transparansi antar
keuntungan yang diperoleh untuk dibagi pada setiap pihak. Sehingga, di
dalamnya tidak akan ada terjadi kecurangan. Bahkan, sistem profit sharing pun
bisa digunakan untuk menghindari terjadinya kerugian antar setiap pihak.
Sedangkan kekurangan dari profit sharing adalah membutuhkan supervisi atas
pengelolaan dana, khususnya dalam hal untuk meminimalisir adanya niat yang
kurang baik dari setiap pihak yang terlibat. Karena dalam berbisnis, bila ada pihak
yang kurang mengenal baik antar yang satu dengan yang lainnya, maka akan
sangat rentan terjadi fenomena tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Profit sharing atau bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan
dasar bagi opeerasional bank Islam secara keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya
berdasarkan prinsip akad mudharabah. Sistem konomi Islam, menawarkan sistem
bagi hasil (profit and loss sharing) ini ketika pemilik modal (surplus spending
unit) dalam hal ini perbankan syariah bekerjasama dengan nasabah atau
pengusaha (deficit spending unit) untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila dari
kegiatan usaha tersebut menghasilkan keuntungan maka dibagi dua, sedangkan
jika terjadi kerugian maka juga ditanggung bersama. Sistem ini menjamin adanya
keadilan, yakni tidak ada pihak yang dirugikan atau didzalimi.
Adanya suatu kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam transaksi
pembiayaan dengan akad mudharabah ini. Oleh karena itu, menjadi sangat
penting bagi bank syariah (shahibul maal), sebelum transaksi dimulai untuk
meneliti dan meneropong terlebih dahulu unsur watak atau character dari calon
nasabah debitur dan kemampuan usaha yang akan dibiayai untuk menghasilkan
dana sebagai sumber pelunasan kepada bank.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini semoga bermanfaat bagi pembaca. Makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya mohon kepada para pembaca agar
dapat memberikan saran, kritik, atau komentarnya demi kelancaran tugas ini.
Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga


Keuangan Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Ali, Zainuddin.2009. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

Alim, Muhammad Nizarul. 2011. Muhasabah Keuangan Syariah. Solo

Aqwam, Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke


Praktik. Jakarta: Gema Insani

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Anda mungkin juga menyukai